Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENJADI MUKMIN YANG MODERAT

Ditijukan Untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester (UTS)

TEOSOFI

Doesen Pengampu :

Achmad Masrur, M. Pd. I

Disusun Oleh :

Farmasi F

Dhewanti Puspa Cantika 230703110148

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ......................................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................................................................. 3

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................................ 4

C. Tujuan ........................................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 6

A. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan pemahaman moderat terhadap


ajaran agama Islam ........................................................................................................................... 6

B. Peran pendidikan dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas dalam keimanan Islam
............................................................................................................................................................ 8

C. Tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sikap moderat dalam konteks lingkungan
sosial yang mungkin cenderung ekstrem atau fundamentalis ........................................................ 9

D. Cara mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan tuntutan dan tekanan dari
lingkungan global yang serba dinamis dan beragam .................................................................... 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................ 14

A. Kesimpulan ................................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjadi seorang mukmin yang moderat adalah suatu perjalanan spiritual dan intelektual
yang memadukan kekuatan iman dengan pemahaman yang seimbang terhadap ajaran agama dan
realitas dunia. Moderasi dalam keimanan bukanlah sekadar penampilan luar yang tenang dan
santun, tetapi juga mencakup kedalaman pemahaman akan nilai-nilai agama yang berakar pada
kearifan dan toleransi. Latar belakang menjadi mukmin yang moderat sering kali dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi, pendidikan, dan interaksi dengan masyarakat serta lingkungan sekitar. 1

Seorang mukmin moderat memiliki pemahaman yang inklusif terhadap agama, memahami
bahwa Islam adalah agama rahmatan lil alamin, agama yang mengajarkan kedamaian, kasih
sayang, dan keadilan. Mereka memahami bahwa Islam mengajarkan untuk menjaga keseimbangan
dalam segala hal, termasuk dalam hubungan antara manusia dan Allah, serta antara manusia dan
sesama manusia. Mereka tidak terjerat dalam pemahaman yang sempit atau ekstrem, melainkan
mampu mengakomodasi perbedaan pendapat dan keberagaman dalam bingkai kesatuan umat.

Pendidikan memainkan peran penting dalam membentuk latar belakang seorang mukmin
yang moderat. Melalui pendidikan yang holistik dan terbuka, seseorang dapat mengembangkan
pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama serta memperoleh keterampilan berpikir kritis
yang diperlukan untuk menafsirkan ajaran tersebut dalam konteks zaman dan tempatnya.
Pendidikan yang mempromosikan dialog antaragama juga memungkinkan seseorang untuk
memahami persamaan dan perbedaan antara keyakinan beragama, yang pada gilirannya
memperkuat toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

Interaksi dengan masyarakat juga merupakan faktor penting dalam membentuk latar
belakang seorang mukmin yang moderat. Melalui dialog dan kerjasama dengan berbagai
kelompok masyarakat, seseorang dapat memperluas cakrawala pemahaman dan meningkatkan
toleransi terhadap perbedaan. Pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan orang-orang dari

1
AZMI, M. M., & ZULFIANA, A. F. (2023). MEMBUMIKAN ISLAM MODERAT: STUDI INTERNALISASI NILAI ISLAM
MODERAT BAGI GENERASI MUDA. Raudhah Proud To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 8(1), 28-

3
latar belakang budaya, sosial, dan agama yang berbeda dapat membuka mata seseorang akan
kompleksitas dunia dan mengurangi ketakutan atau prasangka terhadap yang berbeda.

Selain itu, lingkungan keluarga juga memainkan peran yang signifikan dalam membentuk
latar belakang seorang mukmin yang moderat. Keluarga yang menerapkan nilai-nilai seperti kasih
sayang, penghargaan terhadap perbedaan, dan komunikasi terbuka akan membantu membentuk
kepribadian yang toleran dan inklusif. Pendidikan agama yang disampaikan dengan cara yang
moderat dan tidak dogmatis juga akan membantu mendorong pemahaman yang seimbang tentang
ajaran agama.

Secara keseluruhan, menjadi seorang mukmin yang moderat melibatkan perjalanan


panjang yang melibatkan pendidikan, interaksi sosial, dan pengalaman pribadi. Ini adalah proses
yang berkelanjutan, di mana seseorang terus-menerus memperdalam pemahaman dan mengasah
sikap toleransi serta kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan beragama dan berinteraksi dengan
dunia sekitarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan pemahaman moderat terhadap


ajaran agama Islam?

2. Bagaimana peran pendidikan dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas dalam
keimanan Islam?

3. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sikap moderat dalam konteks
lingkungan sosial yang mungkin cenderung ekstrem atau fundamentalis?

4. Bagaimana cara mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan tuntutan dan tekanan
dari lingkungan global yang serba dinamis dan beragam?

4
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan pemahaman


moderat terhadap ajaran agama Islam

2. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas
dalam keimanan Islam

3. Untuk mengetahui tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sikap moderat dalam
konteks lingkungan sosial yang mungkin cenderung ekstrem atau fundamentalis

4. Untuk mengetahui cara mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan tuntutan dan
tekanan dari lingkungan global yang serba dinamis dan beragam

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pembentukan pemahaman moderat terhadap ajaran
agama Islam

Pembentukan pemahaman moderat terhadap ajaran agama Islam dipengaruhi oleh berbagai
faktor yang kompleks dan multidimensional. Faktor-faktor ini melibatkan aspek individual, sosial,
budaya, dan pendidikan yang berinteraksi satu sama lain untuk membentuk pemahaman yang
seimbang dan inklusif terhadap Islam. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi
pembentukan pemahaman moderat terhadap ajaran agama Islam: 2

1. Pendidikan dan Pengajaran Agama:

Pendidikan yang holistik dan terbuka memberikan landasan kuat bagi pemahaman
moderat terhadap Islam. Metode pengajaran yang mempromosikan pemikiran kritis,
dialog, dan penghormatan terhadap perbedaan membantu siswa memahami ajaran agama
secara kontekstual dan relevan dengan zaman mereka.

2. Interaksi Sosial:

Interaksi dengan berbagai kelompok masyarakat dan budaya memperluas


wawasan seseorang tentang Islam dan membantu mengatasi stereotip dan prasangka.
Melalui dialog antaragama dan kerjasama lintasbudaya, individu dapat memperoleh
pemahaman yang lebih inklusif tentang Islam dan memperkuat sikap toleransi terhadap
perbedaan.

3. Pengalaman Pribadi:

Pengalaman hidup, termasuk pengalaman spiritual, intelektual, dan emosional,


memainkan peran penting dalam membentuk pemahaman moderat terhadap Islam. Krisis,
pencarian makna, dan refleksi pribadi seringkali memicu pertanyaan-pertanyaan yang

2
Fanani, Z. (2024). Penelitian terkait FPI Analisis Filosofis Penerapan Moderasi Keberagamaan di Pondok Pesantren
Islam Al-Mukmin Ngruki. Sanaamul Quran: Jurnal Wawasan Keislaman, 5(1).

6
mendalam tentang ajaran agama dan membantu individu menemukan jalan tengah dalam
keimanan mereka.

4. Pengaruh Keluarga:

Keluarga memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk pemahaman agama


seseorang. Lingkungan keluarga yang menerapkan nilai-nilai seperti kasih sayang,
penghargaan terhadap perbedaan, dan komunikasi terbuka memfasilitasi pembentukan
pemahaman yang moderat terhadap Islam sejak usia dini.

5. Konteks Sosial dan Politik:

Konteks sosial dan politik tempat seseorang tinggal juga memengaruhi pemahaman
mereka tentang Islam. Negara-negara dengan kebijakan inklusif dan pluralistik cenderung
mendorong pembentukan pemahaman moderat terhadap agama, sementara negara-negara
dengan kebijakan yang otoriter atau diskriminatif cenderung memperkuat sikap ekstrem
atau fundamentalis.

6. Akses Terhadap Sumber Daya Pendidikan dan Informasi:

Akses yang mudah terhadap sumber daya pendidikan dan informasi, termasuk
literatur, media, dan internet, memungkinkan individu untuk mengakses berbagai
pandangan dan interpretasi tentang Islam. Ini dapat membantu menghindari pemahaman
yang sempit atau ekstrem.

7. Pemimpin Agama dan Otoritas Keagamaan:

Peran pemimpin agama dan otoritas keagamaan dalam memberikan panduan dan
interpretasi yang moderat terhadap ajaran agama sangat penting. Pemimpin yang
mempromosikan toleransi, perdamaian, dan keadilan memainkan peran penting dalam
membentuk pemahaman moderat terhadap Islam di antara umatnya.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas secara holistik, individu dapat


mengembangkan pemahaman yang moderat, inklusif, dan kontekstual terhadap ajaran agama
Islam, yang tidak hanya relevan dengan zaman dan tempat, tetapi juga mempromosikan
perdamaian, toleransi, dan harmoni sosial.

7
B. Peran pendidikan dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas dalam keimanan Islam

Peran pendidikan dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas dalam keimanan Islam
sangatlah penting dalam membentuk individu yang memiliki pemahaman yang seimbang dan
berempati terhadap perbedaan. Berikut adalah beberapa cara di mana pendidikan berperan dalam
mempromosikan sikap toleransi dan inklusivitas dalam keimanan Islam: 3

1. Pengajaran Nilai-nilai Islam yang Mendorong Toleransi:

Pendidikan agama Islam yang baik harus mencakup pengajaran tentang nilai-nilai
yang mendorong toleransi, seperti kasih sayang, keadilan, dan penghargaan terhadap
perbedaan. Melalui pembelajaran tentang kehidupan Nabi Muhammad SAW dan prinsip-
prinsip ajaran Islam yang inklusif, siswa dapat memahami pentingnya memperlakukan
semua orang dengan hormat, terlepas dari perbedaan keyakinan atau latar belakang budaya.

2. Studi Komparatif Agama:

Pendidikan yang mencakup studi komparatif agama memungkinkan siswa untuk


memahami persamaan dan perbedaan antara Islam dan agama-agama lainnya. Ini
membantu mengurangi stereotip dan prasangka terhadap yang berbeda dan
mempromosikan penghargaan terhadap keragaman agama.

3. Pendidikan Tentang Hak Asasi Manusia dan Kewarganegaraan:

Melalui pendidikan kewarganegaraan, siswa diajarkan tentang hak asasi manusia,


pluralisme, dan prinsip-prinsip demokrasi. Ini membantu mereka memahami pentingnya
menghormati hak dan martabat setiap individu, terlepas dari agama, ras, atau kebangsaan
mereka.

4. Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis:

Pendidikan yang mendorong pengembangan keterampilan berpikir kritis


memungkinkan siswa untuk mengevaluasi informasi dengan objektif dan memahami
perspektif yang berbeda. Ini membantu mereka menghindari fanatisme dan ekstremisme,

3
Asep Maulana Rohimat, M. S. I. (2023). Membangun Muslim Moderat. Asep Maulana Rohimat.

8
serta mempromosikan dialog yang konstruktif dan toleransi terhadap pandangan yang
berbeda.

5. Pembentukan Komunitas Belajar yang Inklusif:

Lingkungan belajar yang inklusif memungkinkan siswa dari latar belakang budaya,
sosial, dan agama yang berbeda untuk belajar bersama dan saling memahami. Kolaborasi
antaragama dalam proyek-proyek belajar atau kegiatan ekstrakurikuler dapat membantu
memperkuat hubungan antarumat beragama dan mempromosikan toleransi.

6. Pelatihan Guru yang Komprehensif:

Guru memainkan peran kunci dalam membentuk sikap siswa terhadap toleransi dan
inklusivitas. Pelatihan guru yang komprehensif dalam bidang pendidikan multikultural dan
interreligius membekali mereka dengan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan
untuk mengintegrasikan nilai-nilai toleransi dalam pengajaran mereka.

Dengan pendekatan yang holistik dan terpadu, pendidikan dapat menjadi sarana yang kuat
dalam membentuk sikap toleransi dan inklusivitas dalam keimanan Islam. Ini membantu
membangun masyarakat yang beragam tetapi bersatu, di mana semua individu dihormati dan
dihargai atas keunikan dan kontribusi mereka.

C. Tantangan yang dihadapi dalam mempertahankan sikap moderat dalam konteks lingkungan
sosial yang mungkin cenderung ekstrem atau fundamentalis

Pertahankan sikap moderat dalam lingkungan sosial yang mungkin cenderung ekstrem atau
fundamentalis bisa menjadi tantangan yang kompleks. Berikut adalah beberapa tantangan yang
mungkin dihadapi dalam situasi semacam itu: 4

1. Tekanan dari Lingkungan Sosial:

Lingkungan sosial yang cenderung ekstrem atau fundamentalis sering kali


menempatkan tekanan pada individu untuk mengadopsi pandangan yang sama. Individu

4
Sodikin, A., & Maarif, M. A. (2021). Penerapan Nilai Islam Moderat Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Di Perguruan Tinggi. Edukasi, 19(2), 188-203.

9
yang mencoba mempertahankan sikap moderat mungkin menghadapi tekanan sosial,
stigma, atau bahkan ancaman atas pandangan mereka yang berbeda.

2. Kurangnya Dukungan dan Solidaritas:

Individu yang mencoba mempertahankan sikap moderat mungkin merasa terisolasi


atau tidak didukung dalam lingkungan yang didominasi oleh pandangan ekstrem.
Kurangnya dukungan dan solidaritas dari sesama dapat membuat individu merasa tidak
aman atau terancam.

3. Kurangnya Pendidikan Agama yang Seimbang:

Salah satu sumber utama tantangan bagi Muslim moderat adalah kurangnya
pendidikan agama yang seimbang yang mempromosikan pemahaman yang inklusif,
toleran, dan moderat tentang Islam. Kurikulum pendidikan agama yang didominasi oleh
pendekatan konservatif atau radikal dapat memperkuat pandangan sempit dan ekstrem
dalam komunitas.

4. Pembatasan Kebebasan Berpikir dan Berpendapat:

Lingkungan yang cenderung ekstrem atau fundamentalis sering kali menerapkan


pembatasan terhadap kebebasan berpikir dan berpendapat. Individu yang mencoba
mempertahankan sikap moderat mungkin merasa terkekang dalam ekspresi pandangan
mereka dan bahkan takut untuk menyampaikan pendapat mereka.

5. Tantangan dalam Mempertahankan Identitas Religius:

Individu yang mencoba mempertahankan sikap moderat mungkin menghadapi


tantangan dalam mempertahankan identitas religius mereka di tengah-tengah lingkungan
yang cenderung ekstrem. Mereka mungkin diserang atau dituduh tidak setia terhadap
agama mereka karena menolak pandangan yang radikal.

6. Kecemasan terhadap Keselamatan dan Keamanan:

Di lingkungan yang cenderung ekstrem, individu yang mencoba mempertahankan


sikap moderat mungkin mengalami kecemasan terhadap keselamatan dan keamanan
pribadi mereka. Ancaman fisik atau kekerasan terhadap mereka yang dianggap sebagai

10
'musuh' dapat menjadi kenyataan, membuat individu merasa terancam secara fisik dan
emosional.

7. Kurangnya Akses terhadap Sumber Daya Alternatif:

Individu yang mencoba mempertahankan sikap moderat mungkin menghadapi


kesulitan dalam mencari sumber daya alternatif atau jaringan dukungan di luar lingkungan
yang cenderung ekstrem. Kurangnya akses terhadap pandangan dan nilai-nilai yang lebih
moderat dapat mempersulit individu untuk memperkuat dan mempertahankan sikap
mereka.

Meskipun tantangan-tantangan ini nyata, banyak individu yang berhasil mempertahankan


sikap moderat dalam lingkungan yang cenderung ekstrem atau fundamentalis dengan membangun
jaringan dukungan, memperkuat keyakinan mereka, dan mencari ruang-ruang yang lebih inklusif.
Solidaritas antara individu-individu yang memperjuangkan sikap moderat juga dapat memperkuat
perlawanan terhadap ekstremisme dan mempromosikan keberagaman dalam masyarakat.

D. Cara mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan tuntutan dan tekanan dari lingkungan
global yang serba dinamis dan beragam

Mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan tuntutan dan tekanan dari lingkungan
global yang serba dinamis dan beragam merupakan tantangan yang relevan di era modern ini.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai integrasi ini: 5

1. Pendidikan dan Pemahaman yang Berbasis Konteks:

Penting untuk mengembangkan pemahaman yang kontekstual tentang nilai-nilai


Islam dalam menghadapi dinamika global. Hal ini melibatkan studi yang mendalam
tentang ajaran Islam serta pemahaman tentang bagaimana nilai-nilai tersebut dapat
diterapkan dalam konteks zaman sekarang. Pendidikan agama yang inklusif dan terbuka
terhadap perspektif global juga membantu membentuk pemahaman yang lebih luas dan
relevan.

5
Rahmadita, M., & Sonia, F. (2023). Relasi Harmonis Wasatiyyah dalam Moderasi Beragama. UInScof, 1(1), 307-
316.

11
2. Dialog Antaragama dan Antarbudaya:

Mengambil bagian dalam dialog antaragama dan antarbudaya membantu


memperluas wawasan tentang keberagaman keyakinan dan budaya di dunia. Melalui
dialog yang konstruktif, individu dapat menemukan titik temu antara nilai-nilai Islam dan
nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat global lainnya, serta memperkuat sikap toleransi
dan penghargaan terhadap perbedaan.

3. Pembangunan Kemampuan Berpikir Kritis:

Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dalam menghadapi berbagai tuntutan


dan tekanan dari lingkungan global yang dinamis membantu individu untuk
mempertahankan nilai-nilai moderat Islam dalam situasi yang kompleks dan beragam. 6

4. Adaptasi terhadap Perubahan Sosial dan Teknologi:

Lingkungan global yang serba dinamis sering kali menciptakan perubahan sosial
dan teknologi yang signifikan. Mengintegrasikan nilai-nilai moderat Islam dengan
perkembangan ini melibatkan kemampuan untuk mengadaptasi ajaran agama dengan cara
yang relevan dan bermakna dalam konteks teknologi modern dan perubahan sosial yang
terus-menerus.

5. Keterlibatan dalam Isu-isu Global:

Mengambil peran aktif dalam isu-isu global seperti perdamaian, keadilan sosial,
dan lingkungan membantu mewujudkan nilai-nilai moderat Islam dalam tindakan nyata.
Melalui keterlibatan dalam organisasi atau gerakan yang berkomitmen pada nilai-nilai ini,
individu dapat menjadi agen perubahan yang mempromosikan perdamaian, kesetaraan, dan
keberlanjutan di tingkat global.

6. Pengembangan Keterampilan Komunikasi Antarbudaya:

Keterampilan komunikasi yang efektif antarbudaya merupakan kunci untuk


mengatasi perbedaan dan membangun hubungan yang harmonis di tengah-tengah
masyarakat global yang beragam. Kemampuan untuk berkomunikasi dengan penghargaan

6
Fisher, A. (2011). Critical thinking: An introduction.

12
terhadap budaya, bahasa, dan keyakinan orang lain membantu memperkuat jembatan
antarbudaya dan mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai
moderat Islam.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam era globalisasi yang serba dinamis dan beragam ini, integrasi nilai-nilai moderat
Islam dengan tuntutan dan tekanan dari lingkungan global menjadi semakin penting. Pembahasan
di atas menggambarkan kompleksitas tantangan dan peluang yang dihadapi oleh individu dalam
menjaga sikap moderat dalam keimanan Islam. Dengan pendidikan yang berbasis konteks, dialog
antaragama dan antarbudaya, adaptasi terhadap perubahan sosial dan teknologi, keterlibatan dalam
isu-isu global, pengembangan keterampilan komunikasi antarbudaya, dan menjadi contoh yang
hidup, individu dapat membangun jembatan yang kuat antara nilai-nilai Islam dan realitas dunia
yang beragam. Melalui upaya-upaya ini, mereka tidak hanya memperkuat identitas keagamaan
mereka, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat global yang lebih toleran,
inklusif, dan berdaya saing, di mana perdamaian, keadilan, dan kesetaraan dijunjung tinggi.
Dengan kesadaran akan tantangan yang ada dan tekad untuk terus memperjuangkan nilai-nilai
moderat, kita dapat membayangkan masa depan yang lebih cerah di mana umat Islam menjadi
agen perdamaian dan harmoni di dunia yang semakin terhubung ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Asep Maulana Rohimat, M. S. I. (2023). Membangun Muslim Moderat. Asep Maulana Rohimat.

AZMI, M. M., & ZULFIANA, A. F. (2023). MEMBUMIKAN ISLAM MODERAT: STUDI


INTERNALISASI NILAI ISLAM MODERAT BAGI GENERASI MUDA. Raudhah
Proud To Be Professionals: Jurnal Tarbiyah Islamiyah, 8(1), 28-42.

Fanani, Z. (2024). Penelitian terkait FPI Analisis Filosofis Penerapan Moderasi Keberagamaan di
Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki. Sanaamul Quran: Jurnal Wawasan
Keislaman, 5(1).

Fisher, A. (2011). Critical thinking: An introduction.

Rahmadita, M., & Sonia, F. (2023). Relasi Harmonis Wasatiyyah dalam Moderasi
Beragama. UInScof, 1(1), 307-316.

Sodikin, A., & Maarif, M. A. (2021). Penerapan Nilai Islam Moderat Dalam Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Edukasi, 19(2), 188-203.

15

Anda mungkin juga menyukai