Anda di halaman 1dari 14

PERTEMUAN 1

PERKEMBANGAN DAN GAMBARAN PENDIDIKAN DI ERA DIGITAL

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan perkembangan trasnsformasi pendidikan di Indonesia
2. Menguraikan tantangan pendidikan di era digital
3. Menganalisis dunia pendidikan di era digital
4. Mengidentifikasi keterampilan guru yang wajib dimiliki di era digital

B. Uraian Materi
1. Perkembangan Transformasi Pendidikan di Indonesia
Perkembangan Pendidikan di Indonesia memang melewati jalan yang sangat Panjang.
Dari waktu ke waktu ada transformasi Pendidikan agar arah Pendidikan di Indonesoa
menjadi lebih baik.Transformasi pendidikan di Indonesia biasanya mulai dilakukan dari
kurikulum yang digunakan, teknik pengajaran guru, cara mengakses pelajaran dan
sebagainya. Bisa dibilang pendidikan di Indonesia sekarang sudah lebih baik, terlebih
dengan hadirnya teknologi yang semakin canggih.
Perkembangan pendidikan di Indonesia dari waktu ke waktu sebaiknya simak
pembahasannya dibawah ini.Pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman kerajaan
Hindu-Budha. Dimana dari masa ke masa sistem pendidikan yang digunakan sangat
berbeda. Berikut pembahasan lengkapnya:

a. Pendidikan pada Masa Kerajaan Hindu-Budha


Pendidikan pada masa ini sangatlah kental dan identik dengan keagamaan. Pelaksanaan
pendidikan dilaksanakan di padepokan-padepokan. Materi pelajaran yang dipelajari
ternyata cukup banyak, seperti bahasa dan sastra (ilmu kecakapan), teologi (ilmu agama),
ilmu eksakta (ilmu perbintangan), ilmu kemasyarakatan (ilmu sosial), ilmu pasti (seni
bangunan, perhitungan waktu, seni rupa) dan sebagainya. Pada akhir periode kerajaan
Hindu-Budha di Indonesia, materi pelajaran tersebut diajarkan oleh para guru di
padepokan-padepokan.
b. Pendidikan pada Masa Kerajaan Islam
Pada masa kerajaan Islam, pendidikan di Indonesia berlandaskan dengan ajaran agama
islam. Pendidikan agam islam pada masa ini disebut dengan Pendidikan Islam
Tradisional. Pendidikan islam tradisional ini tidak diselenggarakan secara terpusat, tetapi
diupayakan secara perorangan yang diajarkan oleh ulama di suatu wilayah tertentu.
1
Dimana berjalannya pendidikan pada masa ini terkoordinasi oleh para wali di Jawa,
terutama wali songo.
c. Pendidikan pada Masa Portugis dan Spanyol
Pada abad ke-16 bangsa Portugis dan bangsa Spanyol datang ke Indonesia dengan
tujuan untuk berdagang dan juga missionaris (menyebarkan agama katholik). Pada masa
itu, bangsa tersebut juga mendirikan sekolah dengan kurikulum yang berisi pendidikan
agama katholik. Selain itu, murid juga diajarkan dengan mata pelajaran membaca, menulis
dan juga berhitung.
d. Pendidikan pada Zaman Kolonial Belanda
Perkembangan pendidikan pada masa ini diawasi secara ketat oleh Belanda. Meskipun
pada zaman kolonial Belanda, sistem pendidikan di Indonesia sudah terstruktur dan lebih
baik. Akan tetapi, anak-anak Indonesia memiliki kesempatan pendidikan yang sangat
terbatas. Hanya sebagian kecil saja yang bisa menikmati sekolah. Akibatnya, mayoritas
masyarakat Indonesia buta huruf. Sekolah pada zaman ini sangat diskriminatif karena
sekolah didirikan berdasarkan lapisan sosial masyarakat. Misalnya sekolah untuk pelajar
keturunan Eropa ataupun pribumi. Sekolah untuk pribumi hanya diperuntukan bagi
mereka yang berasal dari bangsawan maupun aristokrat.
e. Pendidikan Pada Masa Jepang
Saat Jepang mulai menguasai Jepang, kekuasaan kolonial belanda mulai runtuh.
Runtuhnya masa kolonial disertai dengan tumbangnya sistem pendidikan. Dimana pada
masa Jepang menghapus pembagian sekolah berdasarkan kelas sosial. Artinya sekolah-
sekolah untuk semua pribumi dibuka. Sedangkan untuk sekolah Belanda ditutup.
f. Pendidikan Pada Masa Kemerdekaan
Jenjang pendidikan pada masa ini sudah mulai disempurnakan menjadi SMTP dan SMTA
serta mulai mempersiapkan sistem pendidikan nasional sesuai dengan UUD 1945. Pada
masa ini juga ditetapkan jika dasar sistem pendidikan nasional adalah UUD 1945 dan
pancasila. Pendidikan pada masa pra kemerdekaan bersifat demokratis yaitu
menerapkan wajib belajar sekolah bagi anak-anak yang sudah berusia 8 tahun. Untuk
meningkatkan kualitas guru di Indonesia dibukalah Perguruan Tinggi Pendidikan Guru.
g. Pendidikan Pada Masa Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru melakukan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I, II, III
dan seterusnya. Namun, pada masa itu keuangan negara membengkak sehingga
mendorong dibangunnya SD Inpres (Instruksi Presiden), mengangkat guru-guru dan juga
mencetak buku pelajaran. Adapun hasil dari Pelita I di bidang pendidikan adalah 10.000
orang guru telah di tatar, 6000 gedung SD dibangun, membagikan lebih dari 63,5jt buku
SD dan 57.740 orang guru terutama guru SD diangkat. Selain itu, juga dibangun 5 Proyek
Pusat Latihan Teknik di Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan dan Ujung Pandang.
2
h. Pendidikan Masa Reformasi
Pada awal masa reformasi masih menggunakan Kurikulum 1994. Beberapa saat
kemudian Kurikulum 1994 diubah menjadi Kurikulum 2000 dan disempurnakan menjadi
kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum ini fokus pada 3 aspek utama
yaitu aspek afektif, kognitif dan juga psikomotorik. Pada tahun 2005, Kurikulum 2002
digantikan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Pada tahun 2013,
Kurikulum kembali diubah menjadi Kurikulum 2013. Kurikulum 12 (K13) menekankan pada
kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan juga pengetahuan.
2. Tantangan Pendidikan Di Masa Depan
Di era globalisasi dan informasi ini, guru dan dosen mendapatkan tantangan berupa
perilaku siswa yang senang berselancar di dunia maya melalui android, gadget atau
handphone canggih yang mereka miliki. Perilaku siswa ini ditandai oleh adanya
kecendrungan lebih senang membaca melalui handphone ketimbang buku,
senang mencari berbagai informasi sendiri tanpa melakukan recheck lebih dahulu,
senang mencari teman melalui akun media sosial, dan terkesan individualis. Untuk itu,
guru dan dosen dalam pembelajaran harus mampu memanfaatkan Teknologi
Informasi, menggunakan metode yang menyenangkan, memperkaya keilmuan dengan
berbagai sumber bahan bacaan, dan mampu melakukan penelitian. Demikian uraian yang
berkaitan dengan tantangan pendidik di era Millennial dan upaya yang dilakukan
untuk mencari solusi terhadap tantangan yang dihadapi guru.

A. Karakteristik Generasi Milennial


Generasi millennial memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
1. Millennial tidak percaya lagi kepada distribusi informasi yang bersifat satu arah.
Mereka lebih percaya kepada konten dan informasi yang dibuat oleh perorangan.
Dalam hal pola konsumsi, banyak dari mereka memutuskan untuk membeli
produk setelah melihat review atau testimoni yang dilakukan oleh orang lain di
internet. Mereka juga tak segan-segan membagikan pengalaman buruk mereka
terhadap suatu merek.
2. Millennial lebih memilih ponsel dibanding TV. Televisi bukanlah prioritas generasi
millennial untuk mendapatkan informasi atau melihat iklan. Generasi millennial
lebih suka mendapat informasi dari ponselnya, dengan mencarinya ke Google
atau perbincangan pada forum-forum yang mereka ikuti.
3. Millennial wajib punya media sosial. Komunikasi di antara generasi millennial
sangatlah lancar. Komunikasi itu tidak selalu terjadi dengan tatap muka. Banyak
dari mereka melakukan semua komunikasinya melalui text messaging atau juga
chatting di dunia maya, dengan membuat akun yang berisikan profil dirinya,
3
seperti Twitter, Facebook, hingga Line. Akun media sosial juga dapat dijadikan
tempat untuk aktualisasi diri dan ekspresi. Hampir semua generasi millennial
dipastikan memiliki akun media sosial sebagai tempat berkomunikasi dan
berekspresi.
4. Millennial kurang suka membaca secara konvensional. Bagi generasi ini, tulisan
dinilai memusingkan dan membosankan. Generasi millennial bisa dibilang lebih
menyukai melihat gambar, apalagi jika menarik dan berwarna. Hobi membaca buku
masih tetap ada. Mereka lebih memilih membaca buku online (e-book) untuk
tidak perlu repot membawa buku. Sekarang ini, sudah banyak penerbit yang
menyediakan format e-book untuk dijual, agar pembaca dapat membaca dalam
ponsel pintarnya.
5. Millennial lebih tahu teknologi dibanding orangtua mereka. Kini semua serba
digital dan online. Generasi ini melihat dunia tidak secara langsung, yaitu dengan
berselancar di dunia maya. Generasi millennial adalah generasi yang sangat
modern, lebih daripada orang tua mereka. Mereka sering mengajarkan teknologi
pada kalangan orangtua.
6. Millennial cenderung tidak loyal namun bekerja efektif. Mereka juga tidak loyal
terhadap suatu pekerjaan atau perusahaan, namun lebih loyal terhadap merek.
Millennial hidup di era informasi yang menjadikan mereka tumbuh cerdas. Banyak
perusahaan yang mengalami kenaikan pendapatan karena memperkerjakan
millennial.
7. Millennial mulai banyak melakukan transaksi secara cashless.Dengan
kecanggihan teknologi yang semakin maju ini, generasi millennial pun mulai
melakukan transaksi pembelian yang sudah tidak menggunakan uang tunai
lagi alias cashless. Generasi ini lebih suka membawa kartu, karena semua
pembelian bisa dibayar menggunakan kartu, sehingga lebih praktis, hanya perlu
gesek atau tapping.Tantangan Guru Citra dan konsep tentang guru dalam
masyarakat kontemporer sangat jauh berbeda dengan konsep masa lampau.
Guru masa dahulu berarti orang yang berilmu, yang arif dan bijaksana.Kini guru
dilihat sebagai fungsionaris pendidikan yang bertugas mengajar atas dasar
kualifikasi keilmuan dan akademis tertentu.Dengan tugas tersebut, guru
memperoleh imbalan materi dari negara atau pihak pengelola pendidikan. Dengan
demikian, faktor terpenting dalam profesi guru adalah kualifikasi keilmuan dan
akademis. Sementara kearifan dan kebijaksanaan yang merupakan sikap dan
tingkah laku moral tidak lagi signifikan. Dalam konsep klasik, faktor moral berada di
atas kualifikasi keguruan.

4
Berdasarkan penelitian bahwa mayoritas millennial mendapatkan berita
bersumber dari media sosial seperti facebook dan twitter, dimana kredibilitas
sumber berita sangat sulit untuk diukur.

B.Tantangan Pendidik di Era Millennial


Kualifikasi akademik seorang guru adalah S1 atau diploma IV. Kompetensiyang harus
dimiliki seorang guru adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi social dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Masing-masing kompetensi tersebut bila dirinci sebagai berikut:
1. Memiliki kepribadian sebagai pendidik dengan sub kompetensi; a. Memiliki
kepribadian mantap dan stabil b. Memiliki kepribadian dewasa c. Memiliki
kepribadian arif d. Memiliki kepribadian yang berwibawa e. Memiliki akhlak mulia
dan dapat menjadi teladan
2. Memiliki kompetensi pedagogik dengan sub kompetensi a. Memahami peserta didik
b.Merancang pembelajaran c. Melaksanakan pembelajaran d. Evaluasi hasil
belajar e. Pengembangan peserta didik
3. Memiliki kompetensi profesional sebagai pendidik dengan sub kompetensi: a.
Menguasai bidang studi secara luas & mendalam b. Memahami materi ajar yang
ada dalam kurikulum sekolah c. Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan
yang menaungi/koheren materi ajar d. Memahami hubungan konsep antar mata-
pelajaran terkait e. Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-
hari f. Berkomunikasi secara efektif dengan masyarakat
4. Memiliki kompetensi sosial sebagai pendidik. Tantangan guru di era milenial sangat
berat dibanding guru–guru di era terdahulu. Selain menguasai aspek materi
keilmuan yang di ajarkan. Guru dituntut memahami teknologi dan selalu menjadi
pribadi yang kreatif dan inovatif. Guru harus menjadi role model bagi siswa di
generasi millennial, agar siswa memahami Tantangan Pendidik di Era Digital 45
batasan–batasan teknologi, sehingga terhindar dari pemamfaatan yang salah
dalam menggunakan teknologi.

Tantangan bagi guru tidak berhenti disini, generasi millennial bukan


generasi yang bisa dipaksa–paksa, contoh dengan melarang siswa membawa
handphone. Guru di era sekarang harus lebih terbuka dengan pemikiran–
pemikiran baru. Guru dituntut mendidik siswa sesuai dengan zamanya. Selama
tidak bertentangan dengan norma–norma yang ada tentu hadirnya teknologi tidak
perlu dipermasalahkan. Pendekatan persuasif baiknya lebih prioritas dilakukan

5
ketimbang melakukan kebijakan–kebijakan yang terkesan otoriter maupun
memaksakan kehendak.
Guru bisa memberikan pengertian kepada siswa melalui kebijakan–
kebijakan konkret dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran,
seperti e-learning, atau menggunakan sosial media dll. Siswa justru
mendapatkan edukasi bahwa teknologi ketika dimanfaatkan dengan baik justru
memiliki dampak yang positif.
Secara umum, guru hendaknya memahami perubahan sosial yang ada
di era sekarang. Dia tidak berhenti belajar mengenai hal–hal baru. Tantangan
global di era sekarang juga beda dengan tantangan global di era dahulu.
Apapun langkah dan metode yang dilakukan di sekolah pastinya bertujuan
membentuk karakter dan menyiapkan SDM yang berkualitas di Indonesia. Masa
depan Indonesia ada didalam ruang kelas yang kita ajar.

Tantangan lain pendidikan di era millennial sekarang ini adalah informasi


datang lebih cepat, massif dan meluas, sehingga tidak bisa diatasi dengan
sekedar pergantian kurikulum. Berapa kali pergantian kurikulum tidak akan pernah
mampu mengejar percepatan informasi yang ada. Karena itu, pendekatan guru
dan murid dalam berinteraksi akan lebih penting. Perlu keteladanan, membangun
kehendak, dan menguatkan dengan bekal ilmu pengetahuan tentunya, sehingga
anak didiknya mampu mengatasi tantangan hidupnya.

Tantangan terakhir bagi seorang guru adalah adanya empat


keterampilan yang diberikan kepada siswa sejak dini, yaitu melahirkan pemikir,
melahirkan komunikator, melahirkan kolaborator, dan melahirkan penemu atau
pencipta.

C.Upaya yang Dilakukan Menghadapi Era Milennial


Ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh seorang guru menghadapi
tantang dalam mendidik generasi millennial ini.
1 Guru-guru yang lahir pada era revolusi industri ketiga harus mengajar mereka
yang lahir pada era berikutnya. Tidak bisa tidak, setiap guru wajib mengikuti
perkembangan teknologi. Guru tidak boleh lagi gagap teknologi. Komputer
dan gawai harus sudah menjadi keseharian para guru. Media sosial dan
berbagai sumber informasi maupun sosialisasi juga harus dipahami paraguru,
sehingga dalam menjalankan profesinya guru akan kaya dengan materi maupun
metode pembelajaran. Siswa pun tidak akan menganggap remeh guru.
6
2 Selain menguasai perkembangan teknologi, guru dituntut juga memahami
kecenderungan yang terjadi terkait perubahan teknologi. Dengan mengikuti
perkembangan hasil kemajuan teknologi, guru bakal mampu memberikan sudut
pandangnya.
3 Untuk melahirkan pemikir, siswa dilatih menyampaikan gagasan aktual,
seperti kemacetan, banjir, tawuran. Untuk melahirkan komunikator, siswa
dilatih menyampaikan ide secara lisan dengan baik. Untuk melahirkan
kolaborator, siswa dikelompokan berdasarkan ragam kecerdasannya.
Untuk melahirkan penemu, siswa dilatih menjadi inovator. (Jejen Musfah,
Analisis Kebijakan Pendidikan, Prenadamedia, Jakarta, 2016, hal. 84)

3. Dunia Pendidikan Di Era Digital


Dunia digital tidak hanya menawarkan peluang dan manfaat besar bagi publik dan
kepentingan bisnis. Namun juga memberikan tantangan terhadap segala bidang
kehidupan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam kehidupan. Penggunaan
bermacam teknologi memang sangat memudahkan kehidupan, namun gaya hidup digital
pun akan makin bergantung pada penggunaan ponsel dan komputer. Apapun itu, kita
patut bersyukur semua teknologi ini makin memudahkan, hanya saja tentunya setiap
penggunaan mengharuskannya untuk mengontrol serta mengendalikannya. Karena bila
terlalu berlebihan dalam menggunakan teknologi ini kita sendiri yang akan dirugikan, dan
mungkin juga kita tak dapat memaksimalkannya. Perkembangan teknologi yang begitu
cepat hingga merasuk di seluruh lini kehidupan sosial masyarakat, ternyata bukan saja
mengubah tatanan kehidupan sosial, budaya masyarakat tetapi juga terhadap dunia
pendidikan.

Pendidikan mengalami transformasi yang signifikan seiring dengan kemajuan


teknologi di era digital. Perubahan ini tidak hanya memengaruhi cara kita belajar, tetapi
juga memberikan tantangan dan peluang baru dalam proses pendidikan. Ada beberapa
aspek kunci dari transformasi pendidikan di era digital yaitu :

1. Aksesibilitas dan Fleksibilitas


Pertama-tama, digitalisasi memberikan aksesibilitas yang lebih besar terhadap informasi
dan materi pelajaran. Siswa dapat mengakses sumber daya pendidikan dari mana saja,
mengurangi keterbatasan geografis. Fleksibilitas waktu belajar juga menjadi mungkin,
memungkinkan pembelajaran berdasarkan kecepatan dan gaya masing-masing siswa.
Aksesibilitas merujuk pada kemudahan akses atau ketersediaan suatu informasi atau
layanan bagi berbagai orang, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus. Sementara
7
itu, fleksibilitas yang jauh dari plagiarisme mencakup kemampuan untuk mengadaptasi ide
atau karya secara orisinal tanpa melibatkan tindakan plagiarisme, yaitu penggunaan atau
penjiplakan tanpa izin dari karya orang lain.

2. Pembelajaran Interaktif
Teknologi memberikan platform untuk pembelajaran interaktif melalui aplikasi edukasi,
simulasi, dan permainan pendidikan. Ini tidak hanya membuat pembelajaran lebih menarik
tetapi juga memfasilitasi pemahaman konsep-konsep yang sulit melalui pendekatan
konvensional. Pembelajaran interaktif melibatkan partisipasi aktif siswa dalam proses
pembelajaran. Ini dapat mencakup penggunaan teknologi, diskusi kelompok, simulasi,
atau kegiatan praktis untuk meningkatkan keterliba
tan dan pemahaman. Pendekatan ini dapat mempromosikan pemahaman yang lebih
mendalam dan memungkinkan siswa untuk mengaplikasikan konsep dalam konteks
praktis.

3. Kolaborasi dan Komunikasi


Kemajuan teknologi memungkinkan kolaborasi yang lebih baik antara siswa dan guru.
Platform pembelajaran daring memungkinkan diskusi, pertukaran ide, dan proyek
kolaboratif, menciptakan lingkungan di mana siswa dapat belajar dari satu sama lain dan
mengembangkan keterampilan sosial mereka. Kolaborasi adalah proses di mana individu
atau kelompok bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama, sementara komunikasi
yang efektif melibatkan pertukaran ide dan informasi. Untuk menjaga agar kolaborasi dan
komunikasi bebas dari plagiarisme, penting untuk memberikan penghargaan kepada
kontributor asli, mengutip sumber yang digunakan, dan menghindari penggunaan materi
tanpa izin atau pengakuan.

4. Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) dan Analitik Pendidikan


Penggunaan kecerdasan buatan dalam pendidikan membuka pintu untuk personalisasi
pembelajaran. Sistem analitik pendidikan dapat melacak kemajuan siswa secara
individual dan memberikan rekomendasi yang disesuaikan, memungkinkan pendekatan
yang lebih terfokus dan efektif. Penggunaan Kecerdasan Buatan (AI) dalam analitik
pendidikan melibatkan penerapan teknologi untuk menganalisis data pendidikan. AI dapat
membantu mengidentifikasi pola, memberikan rekomendasi personalisasi, dan
meningkatkan efisiensi dalam proses pengajaran. Untuk menjaga informasi tersebut
bebas dari plagiarisme, pastikan untuk memberikan referensi yang tepat terkait
penggunaan teknologi AI dalam konteks pendidikan, serta menghindari penggunaan
materi tanpa izin atau sumber yang jelas.
8
5. Tantangan Etika dan Keamanan
Meskipun transformasi ini membawa manfaat besar, kita juga dihadapkan pada tantangan
etika dan keamanan. Perlindungan data pribadi, keamanan siber, dan pertimbangan etis
dalam penggunaan teknologi pendidikan menjadi perhatian yang perlu diatasi. Tantangan
etika dalam konteks teknologi, termasuk kecerdasan buatan, melibatkan pertimbangan
moral terkait penggunaan dan dampak teknologi tersebut pada individu dan masyarakat.
Ini mencakup privasi, diskriminasi, dan dampak sosial yang mungkin timbul dari
implementasi teknologi.
Sementara itu, tantangan keamanan berkaitan dengan upaya melindungi sistem dan data
dari ancaman keamanan, seperti serangan siber. Penerapan teknologi, termasuk
kecerdasan buatan, dapat meningkatkan risiko keamanan jika tidak diatur dengan baik.
Perlu adanya langkah-langkah untuk melindungi data sensitif dan mencegah eksploitasi
atau serangan terhadap sistem AI. Penting untuk mengatasi kedua aspek ini secara
holistik agar perkembangan teknologi tetap sejalan dengan nilai-nilai etika dan tetap aman
dari ancaman keamanan.

6. Pelatihan Guru dan Integrasi Teknologi


Transformasi pendidikan memerlukan pelatihan guru yang memadai untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran mereka. Dukungan dan investasi dalam
pengembangan keterampilan digital guru menjadi kunci untuk memastikan bahwa manfaat
teknologi dapat sepenuhnya direalisasikan di dalam kelas. Pelatihan guru adalah proses
di mana pendidik diberikan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman terkini terkait
metode pengajaran, strategi pembelajaran, dan pengetahuan konten. Integrasi teknologi
dalam konteks pelatihan guru mencakup penggunaan alat dan platform digital untuk
meningkatkan efektivitas pengajaran. Penting untuk merinci metode pelatihan guru dan
memberikan informasi spesifik tentang bagaimana integrasi teknologi mendukung
pengembangan keterampilan pengajaran. Sertakan sumber-sumber yang dapat
diverifikasi terkait strategi pelatihan dan manfaat integrasi teknologi dalam konteks
pendidikan.

7. Pemantapan Infrastruktur Teknologi


Pemerintah dan lembaga pendidikan perlu memastikan infrastruktur teknologi yang
memadai untuk mendukung pembelajaran digital. Akses internet yang cepat dan
perangkat yang memadai menjadi dasar untuk kesuksesan transformasi ini. Pemantapan
infrastruktur teknologi adalah proses membangun, memperbaiki, dan memperkuat dasar
teknologi suatu organisasi atau sistem. Ini melibatkan peningkatan keandalan, kinerja, dan
9
keamanan infrastruktur teknologi, seperti jaringan, server, dan perangkat keras lainnya,
untuk mendukung operasional yang efisien. Proses ini mencakup pemeliharaan rutin,
peningkatan, dan penyesuaian terhadap perkembangan teknologi sehingga infrastruktur
tetap relevan dan berkinerja tinggi.

4. Keterampilan Guru Yang Wajib Dimiliki di Era Digital


Kompetensi adalah kemampuan yang harus dimiliki seorang guru dalam menjalankan
tugasnya. Di era digital saat ini, guru harus menguasai berbagai cara, teknik, metode,
media yang berkaitan dengan digital dalam pembelajaran. Siswa yang aktif dan cepat
berdaptasi dengan teknologi di era digital menjadi persoalan besar jika guru tidak mampu
mengimbangi dalam menggunakan teknologi pembelajaran. Untuk itu di era digital saat
ini, Guru di sekolah membutuhkan kompetensi digital dalam pencapaian hasil belajar yang
efektif dan efisien.

Kompetensi digital Guru Menjadi Solusi Pembelajaran Di Era Digital


Kompetensi digital dimaknai sebagai keterlibatan dan praktik reflektif dalam kegiatan
belajar mengajar melalui teknologi digital10. Karakteristik khas dari komptensi digital yaitu:
Menyatukan teori dan praktek, membuat dan berpikir; Menumbuhkan kreativitas,
permainan dan pemecahan masalah; Mendorong partisipasi, kolaborasi, dan keterikatan
publik; Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman kritis terhadap lingkungan digital.
Kemampuan digital merupakan pendekatan yang tidak sekedar berbasis pada
keterampilan guru menggunakan teknologi namun bagaimana guru sebagai fasilitator
memanfaatkan teknologi untuk membangun kemampuan berpikir sekaligus
mengembangkan aspek afektif siswa. Berikut, beberapa kompetensi digital guru dalam
pembelajaran di era digital:

a. Kemampuan mendesain Media Pembelajaran berbasis digital


Media pembelajaran memegang peran yang tak kalah penting untuk menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan dan jauh dari kesan bosan. Kata Media berasal dari
bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘Tengah’ Perantara’atau Pengantar’.
Dalam bahasa arab media adalah pengatara atau perantara pesan dari pengirim kepada
penerima pesan11. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan
menyangkut software dan hardware untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran),
sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar12. Media pembelajaran merupakan
komponen integral dari sistem pembelajaran. Artinya, media pembelajaran tidak dapat
dipisakan dari proses pembelajaran. Tanpa media pembelajaran, proses belajar mengajar
10
tidak dapat terjadi. Setiap proses belajar mengajar memerlukan pemilihan dan
penggunaan paling tidak satu medium untuk menyampaikan pembelajaran.
Dimasa lalu dalam proses belajar mengajar guru merupakan satu-satunya sumber belajar.
Kegiatan pendidikan cenderung masih tradisional yaitu berpusat pada guru. Kemudian
dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, Era pendidikan yang dipengaruhi
oleh revolusi industri 4.0 yang bercirikan pemanfaatan teknologi digital dalam proses
pembelajaran dikenal dengan sistem siber (cyber sistem ) dan mampu membuat proses
pembelajaran berlangsung secara kontinu tanpa batas ruang dan tanpa batas waktu.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era digital ini, telah memperkaya
sumber dan media pembelajaran dalam berbagai bentuk seperti buku teks, modul, slide
Power Point, gambar/foto, animasi, film/video, siaran televisi, siaran radio, hiperteks,
halaman Web, program pembelajaran berbantuan komputer, dan software aplikasi
pendukung pembelajaran.
Oleh karena itu, guru di era digital harus mampu memilih, mengembangkan dan
memanfaatkan berbagai jenis media pembelajaran yang bisa menarik perhatian siswa
digital native, kreativitas mendesain menjadi hal yang wajib dimiliki guru. Media
pembelajaran yang diciptakan harus bersifat multimodal atau hadir dalam berbagai format.
Guru harus dapat membuat media visual berupa diagram atau infogram, media audio
semacam Podcast atau audio books, atau media audio-visual seperti video pembelajaran
dan penggunaan berbagai aplikasi pembelajaran sebagai media.

b. Kemampuan memanfaatkan Media Sosial dalam pembelajaran


Media sosial adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan bagi siswa digital native.
Umumnya, mereka menghabiskan sebagian besar waktu luang di rumah untuk
menjelajahi feed media sosial pribadi. Penggunaan media sosial bisa semakin
memudahkan dalam proses pembelajaran. Lewat sosial media, para pelajar secara aktif
bisa lebih kreatif dan mandiri sehingga kualitas pelajaran pun bisa semakin meningkat
baik dan segi pengetahuan maupun kualitas. Beberapa media yang memang sudah
banyak digunakan dan bisa menjadi salah satu pemicu kualitas pelajar dalam
mendapatkan informasi adalah facebook, twitter, instagram, telegram, youtube dan
blog14.
Penggunaan media sosial sebagai media pembelajaran bertujuan untuk meningkatkan
minat belajar siswa, meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan teknologi dan
meningkatkan kesadaran siswa dalam menggunakan media sosial konsteks pendidikan.
Melalui pembelajaran ini siswa akan dibina menggunakan media sosial dengan baik dan
benar, siswa diajarkan menggunakan bahasa yang baik dan sopan saat posting dan
komentar di media sosial.
11
Untuk mengimbangi karakteristik siswa yang sudah mengenal media sosial sejak dini,
guru tentu harus mampu beradaptasi. Sebagai guru di era 4.0 atau bahkan 5.0 seperti
sekarang ini, Guru tidak boleh ketinggalan zaman, kegemaran siswa akan sosial media
dapat dijadikan alat untuk semakin engage dalam pembelajaran seperti penggunaan Face
book dan media social lainnya15. Salah satu contoh pemanfaatan media social yaitu
instagram dalam pembelajaran, Instagram digunakan sebagai wadah pengumpulan tugas
siswa. Setelah siswa membuat tugas dalam bentuk gambar misalnya, siswa kemudian
memposting tugas gambar ke aku Instagram masing-masing, lalu memberikan deskripsi
dari tugas tersebut, mulai dari judul tugas, nama, kelas, dan mata pelajaran serta siswa
yang lain dapat memberikan komentar pada tugas teman-temannya. Sehingga terjadinya
intraksi pembelajaran dalam media sosial tersebut dan guru dapat dengan mudah
memberikan penilaian.
Beberapa manfaatkan penggunaan media social dalam pembelajaran, di antaranya (1)
Dapat digunakan dalam berinteraksi dan berkomunikasi antara guru dan siswa. (2) Dapat
digunakan untuk memberikan materi pembelajaran. (3) Dapat dijadikan sebagai sumber
belajar, (4) Mendukung materi pembelajaran. Di sini media sosial dapat membantu
mengidentifikasi konten tambahan untuk memperkuat atau memperluas materi
pembelajaran. Misalnya melalui Youtube untuk membantu menyediakan video bagi
pelajar secara audio visual ketika dibutuhkan untuk memperjelas materi pembelajaran, (5)
Dapat digunakan untuk evaluasi pembelajaran.
Guru dapat membuat kelas semakin menyenangkan dengan pemanfaatan media sosial
dalam pembelajaran. Guru yang dapat memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi
dengan siswa akan menciptakan hubungan bersifat personal engagement di luar kelas.
Guru yang bisa memanfaatkan media sosial dalam konteks pendidikan pastinya akan
lebih mudah untuk berinteraksi dengan siswa yang sudah terbiasa dengan media social.

c. Kemampuan Menggunakan Search Engine untuk Mencari Materi Pembelajaran


Textbook bukan lagi sumber utama bagi pengajar dan pembelajar di era digital. Materi
pembelajaran yang tersedia luas di jaringan internet kini menawarkan konten yang lebih
beragam dan up-to-date. Karena itu, guru harus mampu menggunakan search engine
untuk mencari dan memilih konten terbaik yang bisa mendukung aktivitas belajar.
Secara bahasa search engine memiliki arti sebagai mesin pencari. Search engine
merupakan satu-satunya alat atau fasilitas yang dipergunakan untuk mengeksplorasi
berbagai data, informasi dan pengetahuan yang ada di internet, arti lain search engine
adalah sebuah program yang dapat diakses melalui internet yang berfungsi untuk
membantu pengguna komputer dalam mencari berbagai hai yang ingin diketahuinya18.
Jadi Search engine adalah mesin pelacak atau penelusur di dunia maya. Beberapa situs
12
yang memiliki fasilitas ini antara lain Google, Yahoo, Bing, Baidu, Yandex, dan
sebagainya. Memanfaatkan search engine untuk mencari informasi tertentu membuat
pekerjaan bisa berjalan efektif dan efisien. Pengguna tinggal memasukkan kata kunci atau
frasa tertentu, lalu segera tersaji beragam rekomendasi tautan yang memuat informasi
sesuai kata kunci tersebut. Informasi yang bisa dicari melalui search engine beragam,
mulai dari data tertentu di situs, gambar, artikel, sampai konten multimedia.
Search engine sangat membantu guru untuk mencari sumber materi pelajaran dengan
cepat, menjadi sumber tambahan pelajaran yang blum di mengerti, mendapatkan
rekomendasi informasi yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam proses belajar,
mudah dalam pengoprasiannya dan search engine menjadi alternatif dalam menambah
wawasan guru. Kemampuan menggunakan konten global sebagai bagian dari sumber
pembelajaran akan memudahkan guru untuk mengembangkan materi. Guru dapat
menemukan bahan bacaan, latihan, hingga aplikasi yang mendukung topik-topik tertentu
dalam kegiatan belajar.

Latihan Soal/Tugas
Kerjakan latihan soal berikut ini, kemudian diskusikan jawaban anda dengan teman
sejawat.
1. Jelaskan perkembangan trasnsformasi pendidikan di Indonesia!
2. Uraikan tantangan pendidikan di era digital!
3. Analisis dunia pendidikan di era digital!!
4. Identifikasi keterampilan guru yang wajib dimiliki di era digital

Referensi
Sri Hardianti Sartika, Teknologi dan Media Dalam Pembelajaran (Bandung: Yayasan Kita
Menulis, 2022).
Rahmanita Ginting, dkk, Etika Komunikasi Dalam Media Sosial: Saring Sebelum Sharing
(Cirebon: Insania, 2021).
Benny A. Pribadi, Media Dan Teknologi Dalam Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2017),
Ida Widaningsih, Strategi dan Inovasi Pembelajaran Di Era Revolusi Insdustri 4(Sidoarjo:
Uwais Inspirasi Indonesia, 2019).
Satrianawati, Media dan Sumber Belajar (Yogyakarta: Deepublish, 2018).
Nizwardi Jalinus, Media dan Sumber Pembelajaran (Jarkta: Kencana, 2016).
Robert Bala, Cara Mengajar Kreatif Pembelajaran Jarak Jauh (Jakarta: PT Grasindo,
2021).
Hamdan Husein Batubara, Media Pembelajaran Digital (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2021) .
13
Dewi Salma Prawiradilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan (Jakarta: Prenadamedia Group,
2016).
Mustofa Abi Hamid, Media Pembelajaran (Bandung: Yayasan Kita Menulis, 2020).
H. Arman Paramansyah, Manajemen Pendidikan Dalam Menghadapi Era Digital (Medan:
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Panca Budi, 2020).
Azra, A. (2000). Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru,Cet
II. Jakarta: Logos.
Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan: Dalam Upaya Peningkatan
Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Depdikbud. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia,Cet. III. In
N. Purwanto, Ilmu Pendidikan-Teoritis dan Praktis (p.Jakarta: Balai Pustaka.
Fokusmedia. (2003).
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas beserta Penjelesannya.
Bandung: Fokusmedia.
Indonesia, C. (2018, Oct 18). Pendidikan dan Digitalisasi di Era Milenial. Retrieved
from CNN Indonesia
Musfah, J. (2016). Analis Kebijakan Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia.

14

Anda mungkin juga menyukai