Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

PENGARUH JENIS KEMASAN BOTOL KACA TERHADAP


SELAI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII)
DENGAN PENAMBAHAN LARUTAN JAHE
(ZINGGIBER OFFCINALE) SELAMA
PENYIMPANAN SUHU RUANG.

D
I
S
U
S
U
N

Oleh :

NAMA : Syahkila Novi Azriani


KELAS : XI MIA 5
MAPEL : BAHASA INDONESIA

SMA N 1 RANTAU SELATAN

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya penulis diberikan kelancaran untuk dapat
menyelesaikan proposal yang membahas tentang “Pengaruh Jenis Kemasan Botol
Kaca terhadap Selai Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) dengan Penambahan
Larutan Jahe (Zinggiber Offcinale) Selama Penyimpanan Suhu Ruang”.
Penyusunan proposal ini untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Dalam menyusun proposal ini, tidak sedikit kesulitan yang penulis
alami, namun berkat dukungan dan semangat dari teman-teman, sehingga penulis
mampu menyelesaikan proposal ini sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulis sangat berharap proposal ini dapat berguna dalam menambah
wawasan serta pengetahuan para siswa untuk mengenal Pengaruh Jenis Kemasan
Botol Kaca terhadap Selai Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) dengan
Penambahan Larutan Jahe (Zinggiber Offcinale) Selama Penyimpanan Suhu
Ruang. penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam proposal ini terdapat
banyak kekurangan. Untuk itu penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga proposal ini dapat bermanfaat
dan dipahami oleh pembacanya, serta pembaca mampu mengaplikasikannya
dalam persoalan. Amin.

Rantauprapat, 05 Februari 2024

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Rumput laut tidak lagi sekedar dimakan atau digunakan untuk pengobatan
langsung, tetapi olahan rumput laut menjadi agar-agar, algin, karaginan
(carrageenan), dan furselaran (furcellaran) merupakan bahan baku penting dalam
industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain.
Menurut Winarno (1990), dalam jumlah yang relatif kecil, karaginan
digunakan pada produk makanan lainnya, misalnya makaroni, selai, jeli, sari buah,
bir, dan lain-lain.
Selai adalah salah satu jenis makanan awetan berupa sari buah atau buah-
buahan yang sudah dihancurkan, ditambah gula, dan dimasak hingga kental atau
berbentuk setengah padat. Selai tidak dimakan begitu saja, melainkan untuk
dioleskan pada roti tawar atau sebagai isi roti manis. Selai juga sering digunakan
sebagai isi pada kue-kue seperti kue nastar atau pemanis pada minuman, seperti
yoghurt dan es krim. (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 2013).
Berdasarkan uraian diatas, sejauh ini belum ada penelitian tentang
pengaruh kemasan botol kaca terhadap selai rumput laut yang disimpan dalam
suhu ruang. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh kemasan botol kaca terhadap selai rumput laut (Eucheuma
Cottonii) dengan penambahan larutan jahe (Zinggiber offcinale) selama
penyimpanan suhu ruang.
Disamping itu kemasan juga dapat melindungi produk dari oksigen dan
cahaya. Selain itu, pengaruh lain dari pengemasan yaitu untuk melindungi produk
dari udara guna mempertahankan mutu produk selai rumput laut selama
penyimpanan maka digunakan jenis kemasan botol kaca. Jenis kemasan yang
sesuai untuk produk selai rumput laut belum diketahui secara pasti untuk
mempertahankan mutu produk selama penyimpanan suhu ruang.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Ernawati (2012), yang
mengemukakan bahwa dalam pembuatan selai rumput laut dilakukan penambahan
larutan jahe sebanyak 60 ml, dimana selai rumput laut dengan penambahan

3
larutan jahe 60 ml secara umum disukai oleh konsumen yaitu pada rupa berjumlah
67 orang (83,75%) dengan ciri-ciri rupa kecoklatan, pada bau berjumlah 76 orang
(95%) dengan ciri-ciri bau jahe kuat terasa, pada tekstur berjumlah 41 orang
(51,25%) dengan ciri-ciri tekstur kental, dan pada rasa berjumlah 64 orang (80%)
dengan ciri-ciri rasa jahe kuat terasa. Sedangkan nilai proksimatnya (kadar air
34,04% dan kadar gula reduksi 56,47%).
Akan tetapi belum ada penelitian yang sesuai untuk melakukan penelitian
tentang kemasan, sehingga penulis tertarik melakukan penelitian lanjutan
pengaruh jenis kemasan botol kaca terhadap selai rumput laut (eucheuma cottonii)
dengan penambahan larutan jahe (Zinggiber offcinale) selama penyimpanan suhu
ruang.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas dapat
diidentifikasi beberapa masalah yaitu:
1. Kemampuan pengolahan kemasan botol kaca untuk melindungi produk
dari udara guna mempertahankan mutu produk selai rumput laut
selama penyimpanan pada suhu ruang.
2. Masyarakat perlu menambah pengetahuan dan keterampilan dibidang
pengolahan pangan khususnya hasil perairan lokal.
3. Masyarakat belum pernah menerapkan pengaruh jenis kemasan botol
kaca terhadap selai rumput laut dengan penambahan larutan jahe
selama penyimpanan suhu ruang.
1.3 Batasan Masalah
Dari identifikasi masalah diatas, Maka peneliti mengarahkan penelitian ini
sehingga lebih spesifik dan terfokus karena mengingat luasnya aspek yang dapat
diteliti maka masalah pada penelitian ini dibatasi pada pengaruh kemasan botol
kaca terhadap selai rumput laut (Eucheuma Cottonii) dengan penambahan larutan
jahe (Zinggiber offcinale) selama penyimpanan suhu ruang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu apakah pengaruh kemasan botol kaca terhadap selai rumput laut

4
(Eucheuma Cottonii) dengan penambahan larutan jahe (Zinggiber offcinale)
selama penyimpanan suhu ruang.

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui apakah pengaruh kemasan botol kaca terhadap selai
rumput laut (Eucheuma Cottonii) dengan penambahan larutan jahe (Zinggiber
offcinale) selama penyimpanan suhu ruang.

1.6 Manfaat Penelitian


Setelah penelitian ini dilaksanakan, diharapkan hasil penelitian ini
memberi manfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, sebagai bahan informasi sekaligus sebagai bahan pegangan
bagi peneliti dalam menjalankan tugas pengajaran.

2. Bagi siswa, dapat menjadi pengalaman belajar yang dapat diterapkan


dalam pembelajaran pokok bahasa lainnya, guna meningkatkan
kemampuan untuk mengetahui jenis kemasan botol kaca terhadap jenis
makanan dan memberikan hasil belajar yang memuaskan.

3. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini akan menambah informasi dan
masukan guna penelitian lebih lanjut.

1.7 Definisi Operasional


Penelitian ini berjudul pengaruh kemasan botol kaca terhadap selai rumput
laut (Eucheuma Cottonii) dengan penambahan larutan jahe (Zinggiber offcinale)
selama penyimpanan suhu ruang..
Untuk meghindari kesalahpahaman, penelitian ini memberi batasan definisi
operasional sebagai berikut:

1. Kemasan merupakan salah satu cara atau metode untuk memberikan


perlindungan pada pangan yang telah dihasilkan baik dalam bentuk
bungkusan atau menempatkan produk kedalam suatu wadah. Hal ini
dilakukan agar produk dapat terhindar dari pencemaran (senyawa kimia
dan mikroba), kerusakan akibat fisik (gesekan dan benturan), senyawa

5
lingkungan (oksigen, uap air) dan gangguan binatang seperti serangga,
sehingga mutu keamanan produk tetap terjaga serta disimpan dalam kurun
waktu yang lebih lama.
2. Kemasan botol kaca adalah metode penyimpanan dan pengangkutan
cairan, biasanya minuman dan produk makanan lainnya, dalam botol kaca
yang titup dengan gabus. Botol kaca merupakan pilihan kemasan yang
populer karena tidak reaktif, kedap air, dan memberikan penghalang
terhadap cahaya dan udara sehinggadapat membantu mengawetkan isi di
dalamnya.
3. Selai rumput laut terbuat dari rumput laut dapat dimaksimalkan dengan
diversifikasi produk olahan rumput laut yang merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan daya guna dan nilai ekonomis dari rumput laut.
4. Ekstrak jahe dapat berperan sebagai pemberi flavor karena mengandung
senyawa aktif antara lain zingiberen, zingiberol, dan shogaol, yang
menghasilkan rasa pedas dan memberikan efek menyegarkan jika
ditambahkan kedalam makanan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.2 Pengertian kemasan kaca
Kaca adalah salah satu bahan kemasan tertua yang telah digunakan sejak
beberapa tahun. Kaca tidak mudah keropos dan kimia inert. Kemasan kaca
dimaksudkan untuk menjaga isinya dari oksigen dan kelembaban, sehingga
produk selalu dalam kondisi baik.

2.3 Botol Kaca

Botol kaca jenis ini biasanya diguakan untuk produk padatan. Diameter
kemasan gelas dibuat lebih kurang sama antara atas dan bawahnya dengan tujuan
agar memudahkan dalam pengambilan produk di dalam kemasan. Contoh
penggunannya adalah untuk pelembab, selai, mentega, dsb.
Menurut Winarno dan Betty (1997), bahwa kerusakan bahan pangan dapat
disebabkan oleh dua hal yaitu kerusakan oleh sifat alamiah dari produk yang
berlangsung secara spontan dan kerusakan karena pengaruh lingkungan. Oleh
karena itu diperlukan kemasan yang membatasi bahan pangan dengan suhu luar
untuk mencegah atau menunda proses kerusakan bahan dan mempunyai daya
tahan lebih lama untuk dikonsumsi.
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menanggulangi kerusakan mutu
akibat penyimpanan yang terlalu lama. Salah satunya adalah penggunaan berbagai
jenis kemasan. Kemasan yang digunakan harus mampu melindungi produk dari
cemaran lingkungan yang tidak hanya menyebabkan produk menjadi rusak juga
mempercepat penurunan mutu produk tersebut (Ridwansyah, 2003).
Pengemasan sangat berperan penting dalam pengembangan suatu produk.
Kemasan juga akan menambah nilai ekonomis dari suatu produk. Selain itu

7
kemasan juga berfungsi untuk melindungi produk dari kerusakan fisik maupun
kimia dan menambah masa simpan dari produk tersebut (Putri dkk, 2012).

2.4 Pemanfaatan Rumput Laut


Pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Rumput laut tidak lagi sekedar dimakan atau digunakan untuk pengobatan
langsung, tetapi olahan rumput laut menjadi agar-agar, algin, karaginan
(carrageenan), dan furselaran (furcellaran) merupakan bahan baku penting dalam
industri makanan, farmasi, kosmetik, dan lain-lain. Menurut Winarno (1990),
dalam jumlah yang relatif kecil, karaginan digunakan pada produk makanan
lainnya, misalnya makaroni, selai, jeli, sari buah, bir, dan lain-lain.
Kandungan utama rumput laut yaitu karbohidrat, protein dan lemak.
Beberapa jenis rumput laut dilaporkan mengandung protein yang tinggi meskipun
daya cernanya lebih rendah, protein dari beberapa jenis rumput laut memiliki
kualitas yang lebih baik bila dibandingkan dengan protein tanaman darat. Selain
itu rumput laut juga mengandung vitamin seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12 dan
C serta mengandung mineral seperti Kalium, Fospor, Natrium Zat besi dan
Iodium (Anggadireja et al., 1993).

2.5 Larutan Jahe


Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman rimpang yang sangat populer
sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang
menggembung di ruas-ruas tengah. Jahe banyak kita jumpai di sekitar kita yang
hanya dijadikan sebagai bumbu masak atau penghangat badan. Rasa dominan
pedas disebabkan oleh suatu senyawa keton bernama zingeron. Disamping itu jahe
juga termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan) dan merupakan salah satu
rempah-rempah penting, karena dalam dunia industri rimpang jahe dapat
digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan obat-obatan modern (Anonimus,
2004). Berdasarkan taksonominya, tanaman jahe termasuk ke dalam divisi
Spermatophyta berbiji tertutup (Kurniasari dkk., 2008). Jahe tergolong tanaman
herbal, berbentuk tegak, dapat mencapai ketinggian 40-100 cm dan dapat berumur
tahunan.

8
Larutan jahe dapat dimanfaatkan sebagai bahan alami yang dapat
menambah cita rasa pada selai rumput laut serta dapat mengurangi rasa khas
rumput laut. Penggunaan larutan jahe sebagai bahan tambahan pada pembuatan
selai rumput laut merupakan salah satu bentuk fortifikasi Page 2 produk.

2.6 Pengaruh Suhu pada Produksi Makanan

Suhu berpengaruh pada oksidasi dan pembusukan makanan. Bakteri akan


mudah membusukkan makanan pada suhu normal.
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba. Setiap mikroba mempunyai kisaran suhu dan suhu
optimum tertentu untuk pertumbuhannya.
Berdasarkan kisaran suhu pertumbuhan, mikroba dibedakan atas tiga
kelompok sebagai berikut:
-Psikrofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 0 – 20°C.
-Mesofil, yaitu mikroba yang mempunyai kisaran suhu pertumbuhan 20 – 45°C.
-Termofil, yaitu mikroba yang mempunyai suhu pertumbuhannya di atas 45°C.
Kebanyakan mikroba perusak pangan merupakan mikroba mesofil, yaitu
tumbuh baik pada suhu ruangan atau suhu kamar. Bakteri patogen umumnya
mempunyai suhu optimum pertumbuhan sekitar 37 derajat C adalah suhu tubuh
manusia. Oleh karena itu suhu tubuh manusia merupakan suhu yang baik untuk
pertumbuhan beberapa bakteri patogen.
Mikroba perusak dan patogen umumnya dapat tumbuh pada kisaran suhu
4-66 derajat C. Oleh karena kisaran suhu tersebut merupakan suhu yang kritis
untuk penyimpanan pangan, maka pangan tidak boleh disimpan terlalu lama pada
kisaran suhu tersebut. Pangan harus disimpan pada suhu di bawah 4 derajat C atau
di atas 66 derajat C. Pada suhu di bawah 4°C, mikroba tidak akan mati tetapi
kebanyakan mikroba akan terhambat pertumbuhannya, kecuali mikroba yang
tergolong psikrofil. Pada suhu di atas 66 derajat C, kebanyakan mikroba juga
terhambat pertumbuhannya meskipun beberapa bakteri yang tergolong termofil
mungkin tidak mati.

9
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah metode experimen yaitu dengan
melakukan pembuatan selai rumput laut yang dikemas dengan kemasan berbeda
selama penyimpanan pada suhu kamar. Rancangan percobaan yang di gunakan
pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) satu faktorial yang
terdiri dari Tiga taraf perlakuan yaitu (K0) tanpa kemasan, (K1) kemasan botol
kaca, (K2) kemasan botol plastik sedangkan lama penyimpanan sebagai kelompok
atau ulangan yang terdiri dari 0, 10, 20, 30 hari Jumlah satuan percobaan adalah
12 unit percobaan.
Formulasi (komposisi) yang terbaik bahan dalam pembuatan selai rumput
laut dengan penambahan larutan jahe sebanyak 60 ml, gula 250 g, rumput laut 250
g, air 700 ml, asam sitrat 0,3 g, merupakan formulasi terbaik dari penelitian
Ernawati 2012.
Berdasarkan hasil penilaian konsumen terhadap rupa pada selai rumput
laut dengan kemasan botol kaca selama peyimpanan suhu ruang terjadi penurunan
mutu, pada selai rumput laut. Penggunaan kemasan botol kaca mampu
mempertahankan mutu selai rumput laut selama peyimpanan 30 hari, hal ini
disebabkan kemasan botol kaca mampu melindungi produk dari terkontaminasi
mikroorganisme dan oksidasi pada produk selai rumput laut selama penyimpanan
suhu ruang.
Berdasarkan nilai rata-rata K1 memiliki nilai tertinggi, karena kemasan
botol kaca memiliki densitas lebih rendah dan permeabilitas uap air dan gas lebih
rendah dibandingkan botol plastik (PET). Pada penyimpanan 20 dan 30 hari
terjadi penurunan nilai rupa hal ini dikarenakan selama penyimpanan terjadi
kerusakan protein yang sebabkan oleh degradasi dan denaturasi oleh mikroba.
Protein dipecah menjadi senyawa yang lebih sederhana untuk digunakan oleh
mikroorganisme sebagai bahan makanan. Peningkatan jumlah total mikroba
menyebabkan degradasi protein menjadi komponen-komponen sederhana semakin
besar. Poernomo (1984) perubahan rupa atau warna disebabkan oleh rusaknya
protein mioglobin yang akan membebaskan pigmen hemin, sehingga hemin
berubah menjadi warna coklat karena teroksidasi. Rupa mempunyai peranan

10
penting untuk suatu produk makanan dan merupakan keadaan keseluruhan dari
selai rumput laut dengan kemasan berbeda selama peyimpanan suhu ruang,
menjadi kesan pertama yang dinilai para konsumen saat menilai produk selai
tersebut. rupa juga memberikan petunjuk mengenai perubahan kimia dalam
makanan (Deman 1997).
Berdasarkan hasil analisis variansi dapat dijelaskan bahwa selai rumput
laut dengan kemasan berbeda, berpengaruh nyata terhadap nilai rasa. Hal ini
disebabkan karena penambahan jahe selama penyimpanan pada suhu ruang juga
dapat mempengaruhi rasa, karena jahe, dan penyimpanan suhu ruang mengandung
komponen utama berupa sinnamaldehid yang merupakan komponen minor flavor
sehingga bila dicampurkan dalam bahan makanan akan mempengaruhi rasa dari
makanan tersebut (Ho et al., 1992)
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian berlangsung bahwa nilai
kadar air selama penyimpanan suhu ruang terjadi peningkatan, dimana nilai kadar
air tertinggi terdapat pada kemasan botol plastik k2 30,75 kemasan botol kaca k1
29,08 tanpa kemasan k0 29, 65 dimana kemasan botol plastik gampang
mengalami penguraian air karena suhu ruang sehingga nilai kadar air pada
kemasan botol plastik lebih tinggi dari pada kemasan botol kaca dan tanpa
kemasan menurut (Pontastico, 1988). Kenaikan nilai kadar air disebabkan oleh
meningkatnya laju respirasi dan pembentukan air bebas pada bahan oleh mikroba
selamapenyimpanan suhu ruang.
Berdasarkan hasil penilaian konsumen, bahwa nilai rasa selai rumput laut
selama penyimpanan suhu ruang terjadi penurunan. Penggunaan kemasan botol
kaca K1 dan botol plastik K2 mampu mempertahankan mutu selai rumput laut
selama penyimpanan 30 hari, hal ini disebabkan kemasan botol kaca dan botol
plastik, mampu melindungi produk dari kontaminasi mikroorganisme dan
oksidasi.

11
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh jenis kemasan berbeda terhadap
selai rumput laut dengan penambahan larutan jahe selama penyimpanan suhu
ruang dapat disimpulkan bahwa selai rumput laut mengalami penurunan mutu
secara organo leptik (rupa, rasa ,bau dan tekstur), kadar air, gula reduksi serat
kasar dan total koloni bacteri. Selai rumput laut yang disimpan pada suhu ruang
dengan menggunakan kemasan botol kaca memiliki daya simpan selama 0-30
hari, Selai rumput laut selama penyimpanan suhu ruang perlakuan yang terbaik
adalah K1 menggunakan botol kaca selama penyimpanan 30 hari, dilihat dari nilai
organoleptik rupa, rasa, tekstur dan bau. Analisis kimia yaitu kadar air, gula, serat
kasar dan total koloni bakteri (TPC) menunjukkan bahwa kemasan botol kaca
(K1) lebih baik dibandingkan dengan (K2) dan (K0). Penggunaan botol kaca lebih
baik karena botol kaca permeabilitas uap air dan gas lebih rendah serta mampu
melindungi bahan makanan dari kontaminasi.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk menggunakan kemasan
botol kaca yang merupakan perlakuan terbaik. Untuk penelitian lanjutan dapat
disarankan untuk menggunakan gula pasir, larutan jahe, dan membuat
penambahan seperti zat pewarna yang dapat membuat daya tarik pada selai
rumput laut dan penyimpanan pada suhu ruang yang menggunakan waktu lebih
lama.
3.3 Jadwal Pelaksanaan
Pelaksanaan Penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut:
No. Nama Kegiatan Bulan
1 Persiapan: penyusunan proposal, penyusunan Januari
instrumen, dan studi dokumentasi
2 Seminar proposal/desain penelitian Januari
3 Pelaksanaan penelitian Januari
4 Analisis data Februari
5 Penyusunan laporan Februari
6 Seminar hasil penelitian, penyerahan laporan Februari

12
3.4 Rencana Anggaran
No. Uraian Kegiatan Volume Kegiatan Jumlah Biaya
dan Satuan Biaya
1 Persiapan:
a. Penyusunan proposal 1xRp100.000,00 Rp100.000,00
b. Penyusunan instrumen penelitian 1xRp 50.000,00 Rp 50.000,00
c. Koordinasi dengan redaksi
mading 1xRp50.000,00 Rp50.000,00
2 Kegiatan operasional:
a. Pembacaan artikel mading 15 artikel x@
Rp1000 Rp15.000,00
b. Analisis data 1xRp100.000,00 Rp100.000,00
3 Bahan dan alat:
a. Kertas kuarto 1 rim x
Rp60.000,00 Rp60.000,00
b. Tinta printer 1 buah x
Rp75.000,00 Rp75.000,00
4 Penyusunan laporan 1 x Rp50.000,00 Rp50.000,00
5 Seminar hasil penelitian 1 x Rp75.000,00 Rp75.000,00
6 Penggandaan laporan 5 eks x
@Rp2.000,00 Rp10.000,00
7 Jumlah keseluruhan Rp585.000,00

13
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S., Kurnia, B., dan Istiqomah, 2001. Kandungan dan Kegunaan Rumput
Laut, dalam Teknologi Budidaya Rumput Laut. Departemen Kelautan dan
Perikanan. Ditjen Perikanan Budidaya. Balai Budidaya Laut. Lampung. Hal.
9-12.
Anggadiredja, S., Irawati dan Kusmiyati, 2006. Potensi dan Manfaat Rumput Laut
Indonesia dalam Bidang Farmasi. Institut Pertanian Bogor.
file:///C:/Users/User/Downloads/11601-32904-1-PB.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/29625-57323-1-SM.pdf

http://eprints.unm.ac.id/31003/1/41%20Pengaruh%20Jenis%20Kemasan
%20dan%20Lama%20Penyimpanan%20Terhadap%20Kualitas%20Minuman
%20Khas%20Sinjai%20%28Ires%29.%2013107-36666-1-PB.pdf

http://repository.ub.ac.id/id/eprint/168446/1/168446-Alifka%20Ayu
%20Ratri-2.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/189172-ID-none.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/201731-none.pdf

https://repository.its.ac.id/77025/1/2113039006-Non_Degree.pdf

Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai