Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

PENGEMASAN
INOVASI KEMASAN GULA SEMUT

Disusun Oleh :

Nama : Kinanti Meidayanti


NIM : 14/368767/SV/7054
Dosen Pengampu : Muhammad Prasetya Kurniawan. STP, M. Agr

PROGRAM STUDI DIPLOMA III AGROINDSUTRI


SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis dengan perkebunan kelapa dan aren
disepanjang pulaunya. Dari nira pohon kelapa dan aren inilah gula semut mulai
dikembangkan. Gula semut memiliki sifat yang sangat higroskopis dan meleleh
bila terkena sinar matahari langsung. Hal inilah yang membuat inovasi kemasan
gula semut dibuat dengan kemasan ekonomis sekali pakai. Sehingga tidak akan
merusak karakteristik gula semut yang ingin dikonsumsi pada lain kesempatan.
Adanya inovasi kemasan primer dan sekunder ini bertujuan untuk
melindungi gula semut dari kerusakan fisik, kimawi dan enzimatis. Selain itu,
desainnya praktis mampu menarik konsumen. Kemasan ekonomis akan meredam
biaya yang dikeluarkan oleh produsen, hingga harga jual juga dapat dikendalikan.
Selain itu, handling barang dari awal hingga distributor akan lebih mudah. Karena
gula semut memiliki bentuk kemasan sekunder persegi panjang, yang
memudahkan penyusunan kemasan tersier dan penataan saat penyimpanan atau
distribusi produk.
Pada awalnya kemasan ini terinspirasi saat melihat produk gula semut
yang kebanyakan masih dikemas sederhana. Dari hasil searching melalui internet
dan kunjungan ke beberapa store, terdapat salah satu produk gula tebu kristal yang
memanfaatkan kemasan praktis tersebut. Kemasan tersebut mampu melindungi
produk dengan baik karena adanya lapisan plastik pada kertas. Hal tersebut juga
dapat dimanfaatkan pada gula semut, mengingat karakteristik yang tak jauh
berbeda. Kemasan praktis ini lebih mampu mempertahankan kualitas produk tetap
bernilai ekonomis, dan mampu menarik konsumen karena bentuk estetikanya.
B. Tujuan
1. Menciptakan kemasan yang mampu melindungi produk dari kerusakah fisik,
kimia dan enzimatis
2. Meningkatkan daya tarik produk bagi konsumen karena beentuk estetikanya
3. Mengendalikan biaya yang dikeluarkan dari bahan kemasan yang digunakan
4. Memudahkan proses handling produk
BAB II
LANDASAN TEORI
Gula merupakan senyawa dari susunan karbohidrat sebagai pemanis.
Karbohidrat penyusun gula merupakan sukrosa, gula utama yang digunakan
dalam industri pangan(Goutara dkk, 1975). Gula kelapa merupakan gula yang
dibuat dari nila pohon kelapa. Di Yogyakarta ada salah satu produk gula kelapa
yang dikenal dengan nama gula semut. Gula tersebut biasanya memiliki kadar air
9% - 11% dan memiliki daya simpan yang relatif pendek(Soeanto, 1998).
Pengemasan merupakan salah satu cara dalam memberikan kondisi
tepat bagi bahan pangan untuk menunda proses kimia. Pengemasan menjadi suatu
perlakuan pengamanan terhadap produk agar produk tersebut sampai ke tangan
konsumen dengan selamat. Di dalam pelaksanaan pengemasan terjadi gabungan
antara seni, ilmu dan teknologi penyiapan bahan(Buckle dkk, 1987).
Bahan kemasan secara umum terbagi jadi 2, yaitu kemasan produk
pangan dan non pangan. Kemasan produk pangan umumnya menuntut keamanan
lebih daripada kemasan non pangan. Beberapa kemasan yang sering digunakan
sebagai pembungkus pangan antara lain kemasan plastik, kertas karton, fleksibel,
gelas, logam, karung dan kayu.(Astiva, 2011).
Kerusakan oleh lingkungan dapat dikontrol dengan pengemasan.
Kerusakan ini seperti absorbsi uap air, interaksi oksigen dan hilangan/penambahan
citarasa. Kerusakan alamiah dari produk tidak dapat dicegah dengan pengemasan,
kerusakan ini antara lain adalah kerusakan kimiawi(Arpah, 2003). Kerusakan
kimiawi disebabkan perubahan yang berkaitan dengan reaksi enzim, hidrolisis dan
pencoklatan yang menyebabkan perubahan penampakan(Muchtadi, 1992).
Mengingat sifat gula kelapa memang mudah menarik air sehingga gula
cepat lembek, maka bahan pengemas memegang peranan penting. Oleh karena itu
dianjurkan menggunakan plastik, disamping memperpanjang umur simpan juga
tidak mempengaruhi rasa(Santoso, 1992). Pelepah pisang biasa digunakan
sebagai pembungkus gula aren atau gula kelapa(Kuswanto, 2000). Kemasan
plastik pada brown sugar dimaksudkan untuk menghindari kerusakan(Wolke,
2002).
BAB III
METODOLOGI

A. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Alat tulis
b. Laptop
c. Aplikasi Corel Draw
d. Referensi data
e. Gunting
2. Bahan
1. Kertas Ivory 310 gram
2. Kertas Hvs 80 gram
3. Plastik PET 0.03 mm
4. Perekat
5. Tugas Pengemasan mengenai gula semut

B. Prosedur Praktikum
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan
2. Mengamati karakteristik gula semut yang ada dipasaran
3. Menentukan bahan untuk kemasan yang sesuai dengan karakteristik gula
semut
4. Membuat desain kemasan primer dan sekunder pada kertas secara manual
5. Membuka aplikasi Corel Draw
6. Membuat desain kemasan primer dan sekunder sesuai gambar yang sudaah
dibuat pada aplikasi Corel Draw
7. Memperbaiki desain dan finishing serta memberi warna yang sesuai
8. Mencetak hasil desain prototype kemasan primer dan sekunder
9. Membentuk cetakan prototype kemasan primer dan sekunder gula semut
10. Menempel antar sisi dari prototype kemasan primer dan sekunder
11. Memfoto kemasan dan melampirkan gambar prototype kemasan primer dan
sekunder
BAB IV
PEMBAHASAN

Gula semut merupakan hasil olahan dari nira kelapa atau nira aren yang
dikristalkan sehingga memiliki bentuk butiran halus seperti granula. Gula semut
memiliki warna umum kuning kecoklatan dari serat makanan dan tidak berkilau.
Gula semut diolah dalam panas yang tinggi sehingga menimbulkan adanya rasa
karamel yang khas. Meski begitu, dalam suhu normal gula semut baik dari nira
kelapa atau aren tidak lengket bila dipegang. Karakter tersebut tentu dikarenakan
bentuknya yang kering dan tahan lama. Tekstur yang lembut dan higroskopis yang
membuatnya mudah larut dalam air. Gula semut kini sudah memiliki berbagai
varian rasa seperti kayu manis, jahe, temulawak, cinamon, vanila original.
Keberadaan gula semut dipasaran mampu mengurangi penggunaan gula
pasir. Gula semut merupakan gula rendah kalori dan aman untuk gula darah atau
diabetes. Selain itu gula semut juga dijadikan minuman kesehatan dengan
berbagai khasiat seperti mengurangi linu, encok, mual dan lainnya. Bentuk serbuk
gula yang mudah dikemas juga lebih bernilai ekonomis. Namun begitu, sifat
higroskopis membuatnya membutuhkan penanganan ekstra dalam pengemasan
dan penyimpanan. Tentu penanganan akan membuat proses pembuatan lebih lama
yang aakhirnya berdampak pada harga yang relatif lebih mahal. Dari segi
kenampakan, gula semut dianggap kurang menarik karena sangat mudah
menggumpal bila menyerap air dan tidak berkilau seperti halnya gula pasir.
Gula semut yang ada dipasaran umumnya hanya dikemas menggunakan
plastik PET dan aluminium foil. Plastik PET yang umum digunakan dipasaran
memiliki ketebalan 0.05 cm hingga 0.10 cm. Gula semut juga sudah mulai
dikemas dengan plastik yang dilengkapi zip lock untuk memudahkan
penyimpanan. Panjang kemasan gula semut umumnya 6 cm, lebar 2.5 cm dan
tinggi 12 cm atau menyesuaikan isi dari gula dalam kemasan. Gula jenis ini tak
hanya diproduksi industri besar namun kebanyakan juga industri kecil. Hal inilah
yang membuat masih sederhananya media pengemas gula yang terkesan hanya
seadanya tanpa memperhatikan karakteristik bahan dan estetika sesuai aturan
kemasan yang baik.
Kemasan primer inovasi memang sengaja dibuat sachet berisi gula
semut sekali seduh. Hal ini akan memudahkan penggunaan dan penyimpanan
tanpa merusak karakteristik gula sisanya. Kemasan semacam ini sudah
dimanfaatkan dalam kemasan gula pasir oleh industri pangan dengan kemaasan
berbeda. Bahan yang digunakan dari kertas dimaksudkan untuk memudahkan
desain sebagai daya tarik estetika. Kertas dan desain tersebut diharap mampu
melindungi produk dari paparan sinar matahri dan panas. Lapisan plastik
dimaksudkan untuk menahan agar gula kedap air dan uap air mengingat sifatnya
yang sangat higroskopis.
Kemasan sekunder inovasi dibuat untuk mengemas bagian primer
kemasan gula. Kemasan tersebut dibuat dari kertas dengan tujuan penggunaan
bahan ramah lingkungan, mudah didaur ulang. Bentuk kemasan persegi panjang
akan memudahkan dalam pengepakan produk dalam kemasan terseier. Hal
tersebut tentu akan memudahkan penyimpanan dan proses distributor. Desain
yang colour full dan inovatif sengaja dibuat untuk memberi kesan kertas agar
tidak transparan dan tak mudah ditembus cahaya. Selain itu desain kemasan
sekunder menjadi bagian yang dilihat pertama oleh konsumen. Kemasan yang
inovatif dan menarik akan membuat konsumen tertarik dengan adanya produk
gula semut tersebut.
Baik kemasan primer dan sekunder dibuat dengan memperhatikan sifat
dan karakteristik produk gula semut. Penggunaan kertas sebagaidominan kemasan
diharap mampu mengatasi masalah sulitnya proses daur ulang plastik sebagai
kemasan. Meski tak dapat melepas sepenuhnya penggunaan plastik, namun tetap
ada upaya yang dapat dilakukan secara langsung dalam kemasan tersebut.
Penggunaan plastik pada produk ini hanya pada kemasan primer sebagai
pelindung produk dari air dan uap air disekitarnya. Kemasan yang tahan akan uap
air ini akan mempertahankan sifat dan bentuk gula semut didalamnya. Desain
yang dibuat pada kemasan primer memang hanya sederhana, hal ini dapat
ditujukan untuk menghemat pengeluaran. Sementara untuk desain dikemasan
sekunder memang dibuat colour full. Kemasan sekunder berisi berbagai informasi
dasar seperti komposisi, nilai gizi,saran penyajian, informasi perusahaan, tanggal
kadaluarsa dan lain sebagainya. Kemasan tersebut didesain menarik agar mampu
menambah daya tarik akan produk gula semut yang diberi nama Brownycony.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Kemasan yang praktis yang mampu melindungi produk dari kerusakah fisik,
kimia dan enzimatis dapat dibuat dari kertas karton yang dilapisi plastik PET
sangat tipis. Pelapisan dengan plastik mampu menahan masuknya udara, air,
sinar matahari dan serangga perusak produk.
2. Kemasan yang dibuat dan didesain dengan menarik akan mampu memberi
nilai tambah pada produk, sehingga minat konsumen akan produk juga
meningkat. Penambahan aksen gambar dan bentuk yang praktis dan ekonomis
mampu memberi nilai tambah estetika pada kemasan produk gula semut
tersebut.
3. Penggunaan bahan sederhana dari kertas danplastik PET 0,03 mampu
mengendalikan biaya produksi kemasan untuk produk gula semut, sehingga
produk dapat dipasarkan dengan harga terjangkau.
4. Kemasan berbentuk persegi panjang akan memudahkan proses handling dari
awal produksi, pengepakan, penyimpanan maupun distribusi. Sehingga dapat
mengurangi resiko kerusakan produk karena handling yang buruk.

B. Saran
1. Gula semut merupakan gula serbuk dari nira kelapa/aren. Gula semut
dipasaran biasanya sudah mengalami kerusakan, hal ini disebabkan kemasan
yang salah. Sebaiknya kemasan gula semut dapat memperhatikan
karakteristik produk.
2. Gula semut memiliki manfaat yang cukup banyak, namun biasanya hanya
dikemas dalam plastik dengan pengancing. Hal tersebut memang
memudahkan penyimpan, namun karakteristik higroskopis pada gula tetap
menyerap air.
3. Kemasan yang menarik dari gula semut akan menjadi daya tarik bagi
konsumen, sehingga dapat mengaanti gula tebu yang menyebabkan diabetes.
Namun kemasan dipasaran umumnya masih kurang menarik. Sebaiknya
kemasan gula semut dibuat lebih menarik dengaan memperhatikan faktor
estetika
DAFTAR PUSTAKA

Arpah, M. 2003. Pengawasan Mutu Pangan. Andi Offset. Bandung


Astiva, A. 2011. Botol Kaca VS Botol Plastik Sebagai Pengemas Produk. Institut
Pertanian Bogor. Bogor

Buckle KA, RA Edward , GH Fleet, M Wooton. 1987. Ilmu Pangan:


Terjemahan Hari Purnomo dan Adiono. UI Press. Jakarta

Gautara dan Wijadi. 1975. Dasar Pengolahan Gula I. Departemen Teknologi


Hasil Pertanian Fateta IPB. Bogor

Kuswanto, 2000. Bertanam Pisang dan Cara Pemeliharaannya. Ganeca Exact.


Bandung

Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Petunjuk Labratorium Ilmu Pengetahuan


Bahan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Bogor

Santoso, Hieronymus Budi. 1992. Teknologi Tepat Guna: Pembuatan Gula


Kelapa. Kanisius. Yogyakarta

Soetanto, Edy.1998. Membuat Gula Kelapa Kristal. Kanisius Yogyakarta

Syarief, R. dan H Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Arca. Bandung

Wolke, Robert. 2002. Kalau Einsten Jadi Koki: Sains Dibalik Urusan Dapur.
Gramedia. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai