Anda di halaman 1dari 9

TUGAS

DASAR DASAR TEKNIK LINGKUNGAN


FITOREMIDIASI

Sofyan Hadi 2108054015

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK KIMIA


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2022
A.Fitoremediasi
Fitoremediasi adalah upaya penggunaan tanaman dan bagian-bagiannya untuk
dekontaminasi limbah dan masalah-masalah pencemaran lingkungan baik secara
ex-situ menggunakan kolam buatan atau reaktor maupun in-situ atau secara
langsung di lapangan pada tanah atau daerah yang terkontaminasi limbah (Subroto,
1996). Fitoremediasi didefinisikan juga sebagai penyerap polutan yang dimediasi
oleh tumbuhan termasuk pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan air. Pencucian
bisa berarti penghancuran, inaktivasi atau imobilisasi polutan ke bentuk yang tidak
berbahaya.

Ada beberapa metode fitoremediasi yang sudah digunakan secara komersial


maupun masih dalam taraf riset yaitu metode berldanaskan pada kemampuan
mengakumulasi kontaminan (phytoextraction) atau pada kemampuan menyerap
dan mentranspirasi air dari dalam tanah (creation of hydraulic barriers).
Kemampuan akar menyerap kontaminan di dalam jaringan (phytotransformation)
juga digunakan dalam strategi fitoremediasi. Fitoremediasi juga berldanaskan pada
kemampuan tumbuhan dalam menstimulasi aktivitas biodegradasi oleh mikrobia
yang berasosiasi dengan akar (phytostimulation) dan imobilisasi kontaminan di
dalam tanah oleh eksudat dari akar (phytostabilization) serta kemampuan tumbuhan
dalam menyerap logam dari dalam tanah dalam jumlah besar dan secara ekonomis
digunakan untuk meremediasi tanah yang bermasalah.

mekanisme tumbuhan dalam menghadapi bahan pencemar beracun adalah :


1. Penghindaran (escape) fenologis. Apabila pengaruh yang terjadi pada tanaman
musiman, tanaman dapat menyelesaikan daur hidupnya pada musim yang cocok.
2. Ekslusi, yaitu tanaman dapat mengenal ion yang bersifat toksik dan mencegah
penyerapan sehingga tidak mengalami keracunan.
3. Penanggulangan (ameliorasi). Tanaman mengabsorpsi ion tersebut, tetapi
berusaha meminimumkan pengaruhnya. Jenisnya meliputi pembentukan khelat
(chelation), pengenceran, lokalisasi atau bahkan ekskresi.
4. Toleransi. Tanaman dapat mengembangkan sistem metabolit yang dapat
berfungsi pada konsentrasi toksik tertentu dengan bantuan enzim.

Proses Fitoremediasi terbagi atas beberapa mekanisme dalam proses dekontaminasi


limbah/pencemarnya yaitu :

Phytoextraction

Merupakan suatu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media yang
tercemar sehingga terakumulasi disekitar akar tumbuhan atau tersalurkan ke bagian
lain pada tumbuhan (daun dan batang), ilustrasi proses phytoextraction dapat dilihat
pada Gambar 2. Beberapa tanaman disebut sebagai hyperaccumulators, yaitu
tanaman yang dapat menyerap kandungan logam lebih banyak daripada tanaman
lain pada umumnya. Di lapangan, setelah tanaman fitoremediasi tumbuh dan
berkembang di media tercemar dan dirasa telah melakukan mekanisme
phytoextraction, tanaman tersebut kemudian dicabut untuk dibakar menggunakan
alat insenerator. Abu hasil pembakaran sebaiknya dipisahkan untuk dikemas
kedalam golongan B3. Proses phytoextraction sangat baik digunakan untuk
menangani media yang tercemar oleh limbah yang mengandung unsur Mn, Hg, Cu,
Cr, Cd, Ni, Pb dan Zn.

Rhizofiltration

Merupakan suatu proses adsorpsi atau penjerapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar tersebut sehingga membentuk suatu lapisan tipis atau film
pada permukaannya, ilustrasi proses rhizofiltration dapat dilihat pada Gambar 3.
Bila dilihat secara sekilas, mekanisme rhizofiltration mirip dengan mekanisme
phytoextraction namun perbedaanya, pada mekanisme rhizofiltration media yang
tercemarnya adalah badan perairan. Di lapangan, aplikasi rhizofiltration dapat
dilakukan langsung dengan cara menanam tanaman fitoremediasi di atas
permukaan badan air tercemar, atau dengan cara air yang tercemar disalurkan ke
sebuah media rumah kaca dimana tanaman fitoremediasi dapat tumbuh dengan
optimal. Ketika akar tanaman dirasa sudah cukup menampung zat tercemar,
tanaman fitoremediasi diambil kemudian dibakar dengan alat insenerator.
Phytostabilization

Merupakan suatu proses yang dilakukan oleh tanaman untuk mentransformasi


polutan di dalam tanah menjadi senyawa yang non-toxic tanpa menyerap terlebih
dahulu polutan tersebut ke dalam tubuh tanaman, ilustrasi proses phytostabilization
dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil transformasi dari polutan tersebut tetap berada
di dalam tanah atau lebih tepatnya tetap menempel pada akar tumbuhan. Zat-zat
kontaminan akan menempel erat (stabil) pada akar sehingga tidak akan terbawa
oleh aliran air dalam media tercemar. Di lapangan, mekanisme phytostabilization
umumnya digunakan di area reklamasi, karena tumbuhan fitoremediasi berperan
untuk mengoptimalkan tanah yang tercemar menjadi tanah yang siap ditanami oleh
tanaman reklamasi. Terlebih sifat tanaman fitoremediasi pada mekanisme
phytostabilization yang mampu mencegah kontaminan tertransport oleh proses
erosi air permukaan memberikan nilai tambah pada mekanisme fitoremediasi ini.

Rhizodegradation
Merupakan suatu proses penguraian zat-zat kontaminan di sekitar akar tumbuhan
oleh aktivitas mikroba yang bersimbiosis pada akar tumbuhan tersebut, ilustrasi
proses rhizodegradation dapat dilihat pada Gambar 5. Proses rhizodegradation
bekerja lebih lambat daripada proses phytodegradation karena dipengaruhi oleh
kinerja dari mikroba yang bersimbiosis. Adapun mikroba (ragi, jamur dan bakteri)
yang bersimbiosis ini akan mengkonsumsi dan menguraikan bahan organik seperti
larutan bensin (BBM) atau larutan lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Simbiosis ini bersifat mutualisme (saling menguntungkan) karena tanaman pada
umumnya mengeluarkan zat seperti gula, alkohol atau asam yang mengandung
karbon organik, yang mana zat-zat tersebut merupakan sumber energi mikoroba
untuk tumbuh dan berkembang.

Phytodegradation

Merupakan suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat


kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang
tidak berbahaya dengan bantuan enzim, ilustrasi proses phytodegradation dapat
dilihat pada Gambar 6. Hasil rombakan zat kontaminan tersebut tersusunan atas
molekul yang lebih sederhana dan dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu
sendiri. Adapun enzim yang bekerja pada proses ini diantaranya nitrodictase,
laccase, dehalogenase dan nitrilase. Proses ini dapat berlangsung di seluruh bagian
tumbuhan baik itu pada akar, batang, dan daun. Mekanisme phytodegradation
sangat cocok diaplikasikan untuk menanggulangi pencemar dari herbisida dan
pencemar klorin.

Phytovolatilization

Merupakan suatu proses yang bekerja dibagian atas dari tumbuhan (daun) melalui
proses transpirasi. Pada mekanisme fitoremediasi lainnya, menyebutkan bahwa zat
tercemar yang terserap oleh tanaman fitoremediasi akan dirombak oleh tanaman
tersebut dan menghasilkan zat lain yang tidak berbahaya. Hasil rombakan tersebut
akan tertranspirasi kemudian menguap ke atmosfer.

Sebagai subyek utama pada proses fitoremediasi yaitu tanaman. Maka tidak semua
tanaman dapat berperan sebagai tanaman fitoremediasi karena terdapat beberapa
persyaratan khusus agar suatu tanaman kedalam tanaman fitoremediasi. Adapun
syarat agar tanaman tergolong kedalam tanaman fitoremediasi adalah mampu
tumbuh dengan cepat pada kondisi lingkungan yang toksik, mampu mengkonsumsi
air pada jumlah yang banyak diwaktu yang singkat, mampu mendekontaminasi atau
meremediasi lebih dari satu polutan dan memiliki tingkat resistensi yang tinggi
terhadap polutan. Agar lebih mudah dalam memahami jenis tumbuhan apa yang
cocok dalam menangani berbagai macam zat pencemar.
Fitoremediasi memberikan manfaat yang nyata terhadap pengelolaan lingkungan,
namun terdapat kelebihan dan kekurangan dari teknik ini. Karena menggunakan
tanaman sebagai media utama dalam mereduksi senyawa polutan, maka teknik
fitoremediasi memiliki biaya pengeluaran yang lebih murah bila dibandingkan
dengan penggunaan bahan kimia. Terlebih bila perusahaan dapat melakukan
pembudidayaan sendiri terhadap tanaman fitoremediasi yang mereka gunakan,
tentunya akan sangat menekan biaya pengeluaran. Namun, perlu diperhatikan agar
tanaman yang digunakan tidak terkonsumsi oleh binatang ternak atau predator lain
karena tanaman tersebut bersifat toksik. Penambahan pagar disekitar wilayah
fitoremediasi dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan tersebut.
Teknik pengelolaan lingkungan ini diharapkan memberikan pemikiran baru kepada
para pelaku usaha tambang dalam mengelola permasalahan lingkungannya.

Fitoremediasi mempunyai kekurangan dalam hal proses yang berlangsung lama,


beberapa spesies tanaman tidak dapat di tanam di area yang sangat berpolusi. Tetapi
kelebihannya adalah fitoremediasi tidak mengganggu ekosistem malah dapat
memberikan nilai lebih terhadap lahan melalui estetika, kemudian metode ini
membutuhkan sedikit tenaga kerja serta harganya murah dan fitoremediasi
dilakukan secara in situ. Banyak negara yang sudah mencoba metode ini dengan
teknik yang berbeda-beda

Hal hal yang mungkin di aplikasikan

Teknologi hijau merupakan tantangan yang perlu dijawab untuk mengatasi


masalah-masalah pencemaran lingkungan, terutama untuk membersihkan polutan.
Fitoremediasi dapat menjadi jawaban untuk permasalahan ini. Fitoremediasi yang
ramah lingkungan karena hanya memanfaatkan matahari sebagai sumber energinya
akan membantu mengurangi energi yang terbuang untuk melakukan remediasi.
Selain itu, introduksi gen pada tanaman transgenik akan menambah efektivitas
fitoremediasi yang dilakukan. Akumulasi polutan pada tanaman selanjutnya dapat
dimanfaatkan kembali. Namun, dampak negatif yang telah dipaparkan perlu
ditindaklanjuti untuk efektivitas fitoremediasi.

Anda mungkin juga menyukai