Phytoextraction
Merupakan suatu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media yang
tercemar sehingga terakumulasi disekitar akar tumbuhan atau tersalurkan ke bagian
lain pada tumbuhan (daun dan batang), ilustrasi proses phytoextraction dapat dilihat
pada Gambar 2. Beberapa tanaman disebut sebagai hyperaccumulators, yaitu
tanaman yang dapat menyerap kandungan logam lebih banyak daripada tanaman
lain pada umumnya. Di lapangan, setelah tanaman fitoremediasi tumbuh dan
berkembang di media tercemar dan dirasa telah melakukan mekanisme
phytoextraction, tanaman tersebut kemudian dicabut untuk dibakar menggunakan
alat insenerator. Abu hasil pembakaran sebaiknya dipisahkan untuk dikemas
kedalam golongan B3. Proses phytoextraction sangat baik digunakan untuk
menangani media yang tercemar oleh limbah yang mengandung unsur Mn, Hg, Cu,
Cr, Cd, Ni, Pb dan Zn.
Rhizofiltration
Merupakan suatu proses adsorpsi atau penjerapan zat kontaminan oleh akar untuk
menempel pada akar tersebut sehingga membentuk suatu lapisan tipis atau film
pada permukaannya, ilustrasi proses rhizofiltration dapat dilihat pada Gambar 3.
Bila dilihat secara sekilas, mekanisme rhizofiltration mirip dengan mekanisme
phytoextraction namun perbedaanya, pada mekanisme rhizofiltration media yang
tercemarnya adalah badan perairan. Di lapangan, aplikasi rhizofiltration dapat
dilakukan langsung dengan cara menanam tanaman fitoremediasi di atas
permukaan badan air tercemar, atau dengan cara air yang tercemar disalurkan ke
sebuah media rumah kaca dimana tanaman fitoremediasi dapat tumbuh dengan
optimal. Ketika akar tanaman dirasa sudah cukup menampung zat tercemar,
tanaman fitoremediasi diambil kemudian dibakar dengan alat insenerator.
Phytostabilization
Rhizodegradation
Merupakan suatu proses penguraian zat-zat kontaminan di sekitar akar tumbuhan
oleh aktivitas mikroba yang bersimbiosis pada akar tumbuhan tersebut, ilustrasi
proses rhizodegradation dapat dilihat pada Gambar 5. Proses rhizodegradation
bekerja lebih lambat daripada proses phytodegradation karena dipengaruhi oleh
kinerja dari mikroba yang bersimbiosis. Adapun mikroba (ragi, jamur dan bakteri)
yang bersimbiosis ini akan mengkonsumsi dan menguraikan bahan organik seperti
larutan bensin (BBM) atau larutan lain yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Simbiosis ini bersifat mutualisme (saling menguntungkan) karena tanaman pada
umumnya mengeluarkan zat seperti gula, alkohol atau asam yang mengandung
karbon organik, yang mana zat-zat tersebut merupakan sumber energi mikoroba
untuk tumbuh dan berkembang.
Phytodegradation
Phytovolatilization
Merupakan suatu proses yang bekerja dibagian atas dari tumbuhan (daun) melalui
proses transpirasi. Pada mekanisme fitoremediasi lainnya, menyebutkan bahwa zat
tercemar yang terserap oleh tanaman fitoremediasi akan dirombak oleh tanaman
tersebut dan menghasilkan zat lain yang tidak berbahaya. Hasil rombakan tersebut
akan tertranspirasi kemudian menguap ke atmosfer.
Sebagai subyek utama pada proses fitoremediasi yaitu tanaman. Maka tidak semua
tanaman dapat berperan sebagai tanaman fitoremediasi karena terdapat beberapa
persyaratan khusus agar suatu tanaman kedalam tanaman fitoremediasi. Adapun
syarat agar tanaman tergolong kedalam tanaman fitoremediasi adalah mampu
tumbuh dengan cepat pada kondisi lingkungan yang toksik, mampu mengkonsumsi
air pada jumlah yang banyak diwaktu yang singkat, mampu mendekontaminasi atau
meremediasi lebih dari satu polutan dan memiliki tingkat resistensi yang tinggi
terhadap polutan. Agar lebih mudah dalam memahami jenis tumbuhan apa yang
cocok dalam menangani berbagai macam zat pencemar.
Fitoremediasi memberikan manfaat yang nyata terhadap pengelolaan lingkungan,
namun terdapat kelebihan dan kekurangan dari teknik ini. Karena menggunakan
tanaman sebagai media utama dalam mereduksi senyawa polutan, maka teknik
fitoremediasi memiliki biaya pengeluaran yang lebih murah bila dibandingkan
dengan penggunaan bahan kimia. Terlebih bila perusahaan dapat melakukan
pembudidayaan sendiri terhadap tanaman fitoremediasi yang mereka gunakan,
tentunya akan sangat menekan biaya pengeluaran. Namun, perlu diperhatikan agar
tanaman yang digunakan tidak terkonsumsi oleh binatang ternak atau predator lain
karena tanaman tersebut bersifat toksik. Penambahan pagar disekitar wilayah
fitoremediasi dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan tersebut.
Teknik pengelolaan lingkungan ini diharapkan memberikan pemikiran baru kepada
para pelaku usaha tambang dalam mengelola permasalahan lingkungannya.