Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

Pengolahan Limbah Secara Onsite ( in situ) dan Offsite


(ex situ)

Disusun oleh:
Annisa Novita Nurisma (131424005)
3-TKPB
Dosen :
Ir. Unung Leoanggraini, MT.

TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

1. Pengolahan Limbah B3 secara in situ (onsite)


Pembersihanon-site adalah pembersihan di lokasi tercemar ( proses bioremediasi yang
digunakan berada pada tempat lokasi limbah tersebut). Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari phytoremediasi dan bioremediasi. Proses bioremadiasi in situ pada lapisan
surface juga ditentukan oleh faktor bio-kimiawi dan hidrogeologi.
1.1.

Pengertian Phytoremediasi

Fito asal kata Yunani/ greek phyton yang berarti tumbuhan/ tanaman (plant),
remediation asal kata latin remediare ( to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan atau
membersihkan sesuatu.
Jadi Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman tertentu
yang bekerjasama dengan micro-organisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah
zat kontaminan (pencemar/ polutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan
yang berguna secara ekonomi.
1.2.

Cara Berlangsungnya Proses Phytoremediasi

Proses dalam sistim ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial
yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya.
1. Phytoacumulation (phytoextraction) yaitu proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari
media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga
Hyperacumulation
2. Rhizofiltration (rhizo=

akar)

adalah

proses

adsorpsi

atau

pengendapan

zat

kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Percobaan untuk proses ini dilakukan
dengan menanan bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di
Chernobyl, Ukraina.
3. Phytostabilization yaitu penempelan zat-zat contaminan tertentu pada akar yang tidak
mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat zat tersebut menempel erat (stabil)
pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media.
4. Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted
bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba
yang berada disekitar akar tumbuhan. Misalnya ragi, fungi dan bacteri.
5. Phytodegradation (phyto transformation) yaitu proses yang dilakukan tumbuhan untuk
menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi
bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhan yang
dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada
daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh
tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang
mempercepat proses proses degradasi.
6. Phytovolatization yaitu proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan
dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk

selanjutnya di uapkan ke admosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200


sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.
Jenis-jenis tanaman yang sering digunakan di Fitoremediasi adalah:
Anturium Merah/ Kuning, Alamanda Kuning/ Ungu, Akar Wangi, Bambu Air, Cana Presiden
Merah/Kuning/ Putih, Dahlia, Dracenia Merah/ Hijau, Heleconia Kuning/ Merah, Jaka, Keladi
Loreng/Sente/ Hitam, Kenyeri Merah/ Putih, Lotus Kuning/ Merah, Onje Merah, Pacing Merah/
Mutih, Padi-padian, Papirus, Pisang Mas, Ponaderia, Sempol Merah/Putih, Spider Lili, dll.
2. Pengolahan Limbah B3 secara ex situ (offsite)
Bioremediasi ex situ adalah bioremediasi yang dilakukan dengan mengambil limbah
tersebut lalu ditreatment ditempat lain, setelah itu baru dikembalikan ke tempat asal. Lalu diberi
perlakuan khusus dengan memakai mikroba. Bioremediasi ini bisa lebih cepat dan mudah
dikontrol dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis tanah yang
lebih beragam.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke
daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih
dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal
dan rumit.
2.1.

Pengolahan Limbah Minyak Bumi secara ex situ dengan metode Slurry


Phase Bioreaktor

Bejana besar digunakan sebagai bioreactor yang mengandung tanah, air, nutrisi dan
udara untuk membuat mikroba aktif guna mendegradasi senyawa pencemar.
Slurry phase dapat diperoleh dari limbah padat/tanah yang dicampurkan airs ehingga
slurry memiliki tingkat kepadatan 10-30% dari tanah (w/v) yang sebelumnya dihancurkan atau
dipecahkan menjadi partikel halus 500-800m. Di dalam slurry reaktor, pengadukan dan aerasi
dapat meningkatkan laju transfer massa dan kontak antara mikroorganisme dan partikel padat.

Daftar Pustaka
Rosadi,Raissa.2014.Papper Remediasi Tentang Pengolahan Limbah B3.Universitas Lambung
Mangkurat
Pamungkas, Dwi Agus.2011.Laporan Tugas Akhir Pengolahan Limbah Pencemar Lingkungan.
STIMIK Amikom. Yogyakarta.
Tuhuloula, Abubakar.2012.Thesis Bioremediasi Ex Situ Lahan Terkontainasi Minyak Bumi
dengan metode Slurry Bioreaktor. Institut Teknologi Sepuluh November.Surabaya

Anda mungkin juga menyukai