Anda di halaman 1dari 11

Teori Kepemimpinan LMX

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan

Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si,

Disusun Oleh Kelompok 1:


Riama Ardafianti 210501110070
Muhammad Arsyad Siregar 210501110107
Candra Haromain Ahmad 210501110197
Akmal Huda Maulana Amsya 210501110261
Adinda Putri Maharani 210501110262

KELAS B
PRODI MANAJEMEN FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG OKTOBER
2023
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI....................................................................................................................................2
Definisi Teori Kepemimpinan LMX..............................................................................................3
Dimensi Kepemimpinan dalam Teori Kepemimpinan LMX.......................................................4
Indikator Teori Kepemimpinan LMX...........................................................................................6
Perspektif Islam Teori Kepemimpinan LMX................................................................................7
Daftar Pusaka................................................................................................................................11
Definisi Teori Kepemimpinan LMX
Teori Leader-Member Exchange (LMX) atau Pertukaran Pemimpin-Anggota adalah
teori kepemimpinan yang berfokus pada hubungan dua arah yang terjalin antara pemimpin
dan masing-masing anggota timnya. Teori ini menjelaskan bahwa hubungan antara pemimpin
dan anggota tim tidaklah sama untuk semua orang. Pemimpin mengembangkan hubungan
yang berbeda dengan setiap anggota timnya, yang dibedakan menjadi dua kategori:

1. In Group
 Anggota tim yang memiliki hubungan positif dengan pemimpin.
 Dipercaya dan diberi tanggung jawab lebih.
 Memiliki akses ke informasi dan sumber daya yang lebih banyak.
 Merasa dihargai dan dihormati oleh pemimpin
2. Out Group
 Anggota tim yang memiliki hubungan kurang positif dengan pemimpin.
 Diberi tugas dan tanggung jawab yang lebih rutin.
 Memiliki akses yang lebih sedikit ke informasi dan sumber daya.
 Merasa kurang dihargai dan dihormati oleh pemimpin
Proses terbentuknya LMX :
 Tahap Inisiasi: Pemimpin dan anggota tim saling mengenal dan mempelajari satu
sama lain.

 Tahap Sosialisasi: Pemimpin mulai menilai anggota tim berdasarkan kinerja,


kepribadian, dan kesesuaian dengan nilai-nilainya.

 Tahap Diferensiasi: Pemimpin mulai membedakan anggota tim berdasarkan


kategorisasi In-Group dan Out-Group.

 Tahap Pertukaran: Terjalinnya hubungan yang berbeda antara pemimpin dan anggota
tim berdasarkan kategorisasi.

Salah satu faktor penentu kepuasan kerja karyawan dipengaruhi oleh kepemimpinan
(Panggabean, 2004). Fenomena kepemimpinan dalam perusahaan telah lama menjadi isu
yang diteliti oleh para ahli. Menurut Luthans (2006) model yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena kepemimpinan adalah mengenai hubungan pemimpin dan
bawahan yang diistilahkan sebagai Leader Member Exchange (LMX). Haryanti (2008),
mengatakan bahwa Leader Member Exchange (LMX) melihat kualitas hubungan diadik
antara pemimpin dan bawahan yang berada dalam kontinum kualitas Leader Member
Exchange (LMX) tinggi sampai dengan kualitas Leader Member Exchange (LMX) rendah.
Hubungan antara pimpinan dan bawahan memiliki kualitas yang berbeda. Kualitas ini
akan membentuk in group dan out group. Bawahan yang menjadi anggota in group akan
diberikan tanggung jawab, penghargaan dan perhatian yang lebih banyak daripada bawahan
yang ada di out group.Sebaliknya, anggota out group akan memliki hubungan yang lebih
formal dengan pemimpin. Perbedaan antara in group dan out group akan menentukan kualitas
Leader Member Exchange (LMX) dalam sebuah perusahaan.

Liden dan Maslyn (dalam Haryanti, 2008) mengemukakan empat aspek dari Leader
Member Exchange (LMX) yaitu affect (afek), loyalty (loyalitas), contribution (kontribusi),
dan aspek professional respect. Aspek affect (afek) ditunjukkan dengan adanya afeksi timbal
balik, ketertarikan secara pribadi yang tercermin dalam persahabatan. Aspek loyalty
(loyalitas) ditunjukkan dengan adanya kepercayaan dan dukungan antara bawahan dengan
pemimpinnya. Aspek contribution (kontribusi), ditunjukkan dengan adanya kesediaan dalam
memberikan kontribusi melebihi standar kerjanya. Aspek professional respect (rasa hormat),
ditunjukkan dengan adanya bawahan dan pemimpin saling memberi rasa hormat, saling
mengagumi satu sama lain atas keahlian kerjanya.
Kualitas hubungan pemimpin dan bawahan akan memberikan beberapa dampak pada
kepuasan kerja (Haryanti, 2008) yaitu bawahan yang memiliki kualitas hubungan yang tinggi
dengan pimpinan akan menciptakan suasana bekerja yang kooperatif, sehingga tujuan
perusahaan akan mudah tercapai. Apabila tujuan perusahaan tercapai maka baik pemimpin
maupun bawahan akan sama-sama puas.

Dimensi Kepemimpinan dalam Teori Kepemimpinan LMX


Dansereau, Graen, dan Haga (1975; dalam Ashkanasy dan O’Connor, 1997)
berpendapat bahwa Leader-Member Exchange merupakan model kepemimpinan yang
berdasar pada pandangan yang mengangkat perbedaan hubungan antara para pemimpin
dengan bagian-bagian dalam suatu kelompok kerja. Kemudian, keadaan ini menghasilkan
gaya kepemimpinan yang berbeda pula untuk mengatasi situasi yang ada. Menurut model ini,
masing-masing anggota yang tergabung dalam suatu kelompok kerja dikategorikan sesuai
dengan kualitas pertukaran sosial mereka dengan para pemimpin.
(Pratikna, 2015) Sahlin berpendapat bahwa pertukaran sosial dilandasi oleh tiga
dimensi utama hubungan timbal balik yaitu kesetaraan (the equivalence of returns) yaitu
seberapa jauh kedua pihak saling tukar komoditas barang atau jasa dalam tataran jenis,
kuantitas dan segala variasi yang ada di dalamnya atau kesegeran (the immediacy of returns)
yaitu menyangkut dimensi waktu (timing) penerima wajib merespon suatu pemberian,
berkisar dari waktu segera (saat itu juga) sempai waktu yang tak terbatas (perlu waktu lama)
dan kepentingan (the interest of returns) yaitu melukiskan sifat (nature) kepentingan
pertukaran antar individu yang terlibat dalam hubungan timbal balik, meliputi sifat
kepentingan diri, kepentingan yang bersifat mutualistik dan kepentingan atau perhatian pada
orang lain. Ketiga dimensi utama hubungan timbal balik ini membentuk suatu kontinum
hubungan timbal balik dari ketiga tipe tersebut berupa tiga pertukaran.
 Pertukaran pertama adalah hubungan timbal balik yang bertipe negatif.
Karakteristiknya adalah tingginya imbal kesetaraan, kesegeraan dan untuk
kepentingan sendiri. Dalam tipe ini, dua pihak saling tukar komoditas barang atau jasa
yang mempunyai nilai setara, waktu untuk wajib membalas seperti yang seharusnya,
dan sangat singkat. Hubungan pertukaran dilandasi kepentingan diri semata-mata.
Artinya tidak ada hubungan saling memberi dan terdapatnya suatu hubungan timbal
balik yang timpang. Dalam hal ini, pemberian justru sangat mungkin dibalas dengan
pengambilan. Aliran hubungan sosial pada proses hubungan timbal balik ini tidak
terbentuk.
 Hubungan yang kedua adalah hubungan timbal balik bertipe seimbang. Ciri-cirinya
adalah imbal kesetaraan dan imbal kesegeraan tinggi, terkait dengan kepentingan
yang bersifat mutualistik. Artinya dua pihak saling tukar komoditas barang atau jasa
yang nilainya hampir setara. Hubungan ini bersifat saling tukar, masing-masing akan
berusaha mencapai kepentingan yang saling menguntungkan. Waktu respon (waktu
penerima wajib membalas pada pemberi sepaerti yang seharusnya) tidak cepat atau
lambat. Aliran hubungan sosial pada proses hubungan timbal balik ini mengikuti
aliran materi.
 Ketiga adalah hubungan timbal balik bertipe disamaratakan. Karakteristiknya adalah
mempunyai tingkat yang rendah dalam imbal kesetaraan dan kesegeeraan serta terkait
dengan kepentingan atau perhatian pada orang lain. Dalam tipe hubungan ini terjadi
interaksi yang melibatkan dua pihak yang saling tukar komoditas barang atau jasa
dengan nilai yang sangat berbeda atau bahkan tidak terbandingkan. Respon dalam
hubungan ini memerlukan waktu lama demi memenuhi kepentingan orang lain atau
memberi perhatian pada orang lain. Aliran hubungan yang dibentuk oleh pertukaran
ini adalah aliran materi mengikuti hubungan sosial.

Berdasarkan dimensi-dimensi tersebut, teori LMX menggambarkan bahwa pemimpin


cenderung mengembangkan hubungan yang berbeda dengan setiap pengikutnya. Hubungan
yang berkualitas tinggi (in-group) ditandai dengan tingkat respek, kepercayaan, dan
kewajiban yang lebih besar, sedangkan hubungan yang berkualitas rendah (out-group)
memiliki tingkat yang lebih rendah pada ketiga dimensi tersebut. Pemahaman terhadap
dimensi-dimensi ini membantu pemimpin untuk membangun hubungan yang lebih efektif
dengan pengikutnya, serta memungkinkan pengikut untuk memperoleh dukungan dan sumber
daya yang lebih besar dari pemimpinnya.

Indikator Teori Kepemimpinan LMX


Teori LMX (Leader-Member Exchange) mengacu pada hubungan pertukaran sosial
yang dikembangkan antara pemimpin dan masing-masing anggota timnya. Keberhasilan
LMX dapat diukur dan dinilai melalui berbagai indikator pada tingkat individu dan
organisasi. Teori ini juga menggambarkan cara pemimpin membentuk hubungan yang
beragam dengan setiap anggota tim. Hubungan ini dikategorikan sebagai "in-group" dan "out-
group". Anggota "in-group" memiliki hubungan yang lebih positif dan istimewa dengan
pemimpin, sedangkan anggota "out-group" memiliki hubungan yang lebih formal dan
impersonal.
Hutama & Goenawan (2016) mengemukakan bahwa sebuah organisasi dapat
dipahami melalui dua jenis interaksi. Pertama, dalam kelompok in-group, terjadi hubungan
timbal balik, perasaan senasib, dan saling percaya antara atasan dan bawahannya. Sementara
itu, kelompok out-group melibatkan interaksi formal dalam koridor, dengan alokasi waktu
yang lebih terbatas dan persepsi atasan sebagai pengawas. Menurut Anggreani & Sutanto
(2013), terdapat tiga indikator pengukuran LMX, yakni saling menghormati antar karyawan,
kepercayaan yang bersifat terus menerus berubah, dan kewajiban interaktif dalam
pelaksanaan peran. Wojtczuk-turek (2013) menyatakan bahwa seorang pemimpin akan
membangun hubungan timbal balik yang lebih baik dengan anggotanya yang memiliki sifat
atau bakat unik. LMX dapat diartikan sebagai pertukaran kualitas hubungan interpersonal
antara bawahan dan atasan.
Beberapa Indikator kepemimpinan LMX :
 Kinerja individu dan organisasi, yang meliputi tinggi produktivitas, kualitas kerja
baik, motivasi dan inisiatif tinggi, loyalitas dan komitmen terhadap organisasi.
Efisiensi tinggi dan profitabilitas yang baik serta inovasi dan daya saing tinggi.
 Kepuasan kerja dan saling menghormati, Kepuasan dengan pekerjaan yang dilakukan,
hubungan baik denagn atasan, menghormati rekan kerja serta keseimbangan antara
kehidupan kerja dan pribadi.
 Budaya organisasi, Budaya positif dan suportif, kepercayaan dan komunikasi tinggi,
komitmen dan loyalitas karyawan tinggi.
 Keterlibatan karyawan, Partisipasi dan pengambilan keputusan tinggi, kepuasan dan
motivasi karyawan tinggi, retensi karyawan tinggi. (Northouse, 2019)

Selain itu, untuk meningkatkan komitmen organisasi sendiri juga dapat dilakukan
dengan cara meningkatkan rasa bangga karyawan terhadap organisasi, karena indikator
tersebut merupakan kontributor besar bagi variabel komitmen organisasional. Dengan
meningkatnya kebanggaan karyawan terhadap organisasi, maka akan berdampak pada
meingkatnya komitmen organsisasional setiap anggota organisasi
Keberhasilan LMX tidak diukur dari satu indikator, melainkan kombinasi beberapa
indikator. Pengukuran LMX sendiri dapat dilakukan melalui survei, wawancara, dan
observasi. LMX yang efektif membutuhkan waktu dan usaha untuk dibangun dan dipelihara
karena kualitas LMX dapat berubah seiring waktu. Selain itu, terdapat banyak faktor lain
yang mempengaruhi kinerja tim, seperti motivasi, keterampilan, dan sumber daya.

Perspektif Islam Teori Kepemimpinan LMX


Dalam merangkai fondasi kepemimpinan yang berbasis pada prinsip-prinsip Islam,
Teori Kepemimpinan-Member Exchange (LMX) menjadi sebuah kerangka kerja yang dapat
diaplikasikan secara sinergis. Perspektif Islam membawa dimensi moral dan etika yang kuat
dalam hubungan antara pemimpin dan anggota tim, menghasilkan ikatan yang lebih kokoh
dan produktif. Dalam konteks ini, keadilan, kepercayaan, empati, dan pertanggungjawaban
menjadi landasan utama yang diterjemahkan dalam konsep LMX.
Islam, sebagai agama yang menyentuh setiap aspek kehidupan, memberikan arahan
yang jelas tentang bagaimana seharusnya kepemimpinan dijalankan. Ayat-ayat Al-Quran dan
hadis Rasulullah SAW menjadi sumber utama yang memberikan panduan bagi pemimpin dan
anggota tim dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pandangan Islam, kepemimpinan bukan
hanya sekadar strategi manajemen, melainkan sebuah amanah yang harus diemban dengan
penuh tanggung jawab.
Konsep keadilan, yang diakui dalam Islam sebagai prinsip utama, termanifestasi
dalam berbagai bentuk dalam teori LMX. Setiap individu, tanpa pandang bulu, memiliki hak
dan tanggung jawab yang sama dalam mencapai kesuksesan bersama. Sejalan dengan itu,
kepercayaan kepada Allah (Tawakkal) menjadi pondasi kokoh dalam membangun hubungan
LMX yang solid, di mana pemimpin dan anggota tim saling mendukung dan mengandalkan
satu sama lain.
Empati, sebagai ekspresi rasa peduli dan kepekaan terhadap kondisi sesama, meresap
dalam ajaran Islam. Dalam konteks LMX, pemimpin yang memahami dan peduli terhadap
kebutuhan, aspirasi, serta permasalahan anggota timnya dapat menciptakan lingkungan kerja
yang harmonis dan produktif. Selain itu, konsep pertanggungjawaban yang tercermin dalam
ketaatan terhadap aturan Allah SWT dan tanggung jawab terhadap tindakan dan keputusan
menjadi landasan kuat yang memandu setiap langkah dalam kerangka LMX.
Dalam rangka memahami dan menerapkan konsep-konsep tersebut, tulisan ini akan
menjelajahi perspektif Islam dalam Teori Kepemimpinan-Member Exchange (LMX),
memaparkan dalil-dalil Al-Quran dan hadis yang mendukung, serta merinci referensi utama
yang dapat menjadi sumber inspirasi bagi para pemimpin yang ingin menyelaraskan praktik
kepemimpinan mereka dengan nilai-nilai Islam.

Berikut adalah dalil dan ayat-ayat yang menjelaskan tentang teori kepemimpinan (LMX).

1. Perspektif Islam menekankan pada keadilan dalam kepemimpinan. Allah SWT


berfirman dalam Surah Al-Hujurat (49:9), "Dan jika dua golongan dari orang-orang
mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya
melanggar kehendak yang lain, maka perangilah golongan yang melanggar itu
sehingga mereka kembali kepada perintah Allah." Ayat ini menegaskan pentingnya
menegakkan keadilan, bahkan dalam situasi konflik. Referensi: Tafsir Ibn Kathir
2. Kepercayaan (Tawakkal) adalah konsep penting dalam Islam yang dapat diterapkan
dalam LMX. Ayat dalam Surah At-Tawbah (9:51) menyatakan, "Katakanlah: ‘Tidak
akan menimpa kami kecuali apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami; Dia
adalah pelindung kami dan kepada Allahlah orang-orang yang beriman bertawakkal’."
Ini menunjukkan bahwa kepercayaan kepada Allah adalah sumber kekuatan dan
ketenangan. Referensi: Sahih Bukhari.
3. Empati dalam hubungan antara pemimpin dan anggota tim didorong dalam Islam.
Rasulullah Muhammad SAW bersabda, "Tidak beriman salah seorang di antara kamu
hingga ia mencintai bagi saudaranya apa yang ia cintai bagi dirinya sendiri." (HR
Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya empati dan kasih sayang
antar sesama. Referensi: Shahih Bukhari, Shahih Muslim.
4. Pertanggungjawaban (Akuntabilitas) merupakan nilai Islam yang mendasar. Dalam
Surah Al-Mulk (67:2), Allah SWT berfirman, "Yang menjadikan mati dan hidup
untuk menguji kamu, siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya." Ayat ini
mengingatkan bahwa setiap individu bertanggung jawab atas perbuatannya di
hadapan Allah. Referensi: Tafsir Jalalain.
5. Dalam LMX, pemimpin dan anggota tim memiliki tanggung jawab untuk saling
mendukung dan menginspirasi. Rasulullah SAW bersabda, "Seorang mukmin bagi
mukmin yang lain adalah seperti bangunan yang saling menguatkan (satu sama lain)."
(HR Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya solidaritas dan
dukungan antar sesama. Referensi: Shahih Bukhari, Shahih Muslim.
6. Islam mendorong pemimpin untuk menghargai kontribusi setiap anggota tim. Dalam
Surah Al-Mu'minun (23:62), Allah SWT berfirman, "Dan Kami tidak membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." Ayat ini menunjukkan bahwa
setiap individu memiliki kemampuan dan kontribusi yang unik. Referensi: Tafsir Al-
Jalalayn.
7. Dalam Islam, pemimpin diingatkan untuk bersikap adil dan tidak memihak.
Rasulullah SAW bersabda, "Seorang pemimpin yang adil adalah khalifah di antara
kamu yang di atas langit dan yang ada di bawahnya." (HR Muslim). Hadis ini
menegaskan pentingnya keadilan dalam kepemimpinan. Referensi: Shahih Muslim
8. Pemimpin dalam LMX harus memberikan teladan yang baik. Dalam Surah Al-A'raf
(7:26), Allah SWT berfirman, "Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagian dari tanda-tanda kebesaran Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat."
Ayat ini mengajarkan pentingnya kepemimpinan yang berdasarkan pada ketakwaan.
Referensi: Tafsir Ibnu Katsir.
9. Dalam Islam, keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. Rasulullah SAW
bersabda, "Janganlah kalian mengutamakan orang Arab daripada non-Arab, atau
seorang non-Arab daripada orang Arab, atau seorang kulit hitam daripada kulit putih,
atau sebaliknya. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah
yang paling taqwa." (HR Ahmad). Hadis ini menekankan pentingnya menegakkan
keadilan tanpa memandang suku, ras, atau warna kulit. Referensi: Musnad Ahmad.
10. Dalam Islam, pemimpin dan anggota tim diingatkan untuk selalu berusaha mencapai
kesempurnaan dalam tugas mereka. Dalam Surah Al-Ma'arij (70:19-20), Allah SWT
berfirman, "Sesungguhnya manusia itu diciptakan bersifat gelisah; apabila dia ditimpa
kesusahan, dia merasa sedih; dan apabila dia mendapat kebaikan, dia kikir (tidak mau
membaginya)." Ayat ini mengingatkan bahwa setiap individu harus berjuang untuk
kemajuan dan kesempurnaan. Referensi: Tafsir Al-Qurtubi.
Daftar Pusaka

Al-Attas, S. M. N. (1980). The concept of education in Islam. Kuala Lumpur: Muslim


Youth Movement of Malaysia.
Bass, B. M., & Riggio, R. E. (2006). Transformational leadership (2nd ed.). Mahwah,
NJ: Lawrence Erlbaum Associates.
Haryanti, D. (2008). Pengaruh Leader Member Exchange (LMX) dan Persepsi Keadilan
Distributif Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan. Jurnal Manajemen dan Organisasi, 10(1), 1-
15.
Liden, R. C., & Maslyn, J. M. (1998). Multidimensionality of leader-member
exchange: An empirical assessment through scale development. Journal of Management,
24(1), 43-61.
Luthans, F. (2006). Organizational Behavior. 10th ed. New York: McGraw-Hill.
Northouse, P. G. (2015). Leadership: Theory and practice (7th ed.). Thousand Oaks,
CA: Sage Publications.
Panggabean, M. (2004). Kepemimpinan dan Motivasi Kerja Karyawan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Pratikna, R. N. (2015). LEADER-MEMBER EXCHANGE SEBAGAI PEMODERATOR
DALAM PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL TERHADAP PERSEPSI
TENTANG RASA KEADILAN ORGANISASIONAL: STUDI LITERATUR (Vol. 19, Issue 2
Wibowo, N. & Sutanto, E. (2013). PENGARUH KUALITAS LEADER MEMBER
EXCHANGE (LMX) TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA MELALUI KEPUASAN
KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL PADA PT. NUTRIFOOD SURABAYA.
Jurnal AGORA, 1 (1)
Yukl, G. (2013). Leadership in organizations (8th ed.). Upper Saddle River, NJ:
Pearson Education.
Zulfa, N. (2021). PENGARUH LEADER MEMBER EXCHANGE (LMX)
TERHADAP KINERJA KARYAWAN MELALUI KEPUASAN KERJA PADA PT.
BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA. Jurnal Ilmu Manajemen, 9 (1), 414-424

Anda mungkin juga menyukai