Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TEORI DYADIC DAN FOLLOWERSHIP


Leader-Member Exchange (LMX) Theory
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Manajemen Kepemimpinan
Dosen Pengampu : Hafiedh Hasan, M.M.

Disusun Oleh :

Agus Bagus Surya Suryaman Sakagusti 8210037


Yasmin Dwi Rizati 8210071

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) PEMALANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
Jl. DI. Pandjaitan KM 3 Paduraksa Kec. Pemalang 52319
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “TEORI DYADIC DAN
FOLLLOWERSHIP” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen


Kepemimpinan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang seputar
Teori Dyadic dan Followership.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hafiedh Hasan, M.M. selaku
dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kepemimpinan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pemalang, 25 November 2023


Penulis,

Agus Bagus Surya S.S. (8210037)


Yasmin Dwi Rizati. (8210071)

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. I

DAFTAR ISI ............................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................. 1
C. TUJUAN PENULISAN................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................. 3

A. PENGERTIAN TEORI DYADIC DALAM KEPEMIMPINAN ................. 3


B. PERAN DAN DINAMIKA FOLLOWERSHIP ............................................. 5
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN DYADIC
DAN FOLLOWERSHIP .......................................................................................... 6

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10

A. KESIMPULAN .............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 11

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam dinamika organisasi dan kepemimpinan, teori dyadic dan
followership memegang peran penting. Teori dyadic menyoroti hubungan unik
antara pemimpin dan anggota, sementara followership menekankan peran dan
perilaku pengikut. Dalam era di mana kerja sama dan keterlibatan tim menjadi
kunci kesuksesan organisasi, pemahaman mendalam terkait teori dyadic dan
followership menjadi esensial. Melalui pemahaman ini, organisasi dapat
meningkatkan hubungan interpersonal, meningkatkan kepuasan kerja, dan
memperkuat kinerja tim secara keseluruhan.
Dinamika kepemimpinan dan hubungan antara pemimpin dan anggota
merupakan aspek kritis dalam keseluruhan kesehatan dan keberlanjutan suatu
organisasi. Seiring evolusi pemikiran manajemen, teori-teori kepemimpinan
menjadi landasan penting dalam membentuk paradigma kepemimpinan yang
efektif. Salah satu teori yang muncul sebagai pendorong utama pemahaman
hubungan interpersonal dalam konteks organisasi adalah Teori Dyadic. Dalam
pembahasan dinamika kepemimpinan, peran followership memiliki peran yang
semakin diakui sebagai elemen kunci dalam membentuk hubungan antara
pemimpin dan pengikut. Di dalam konsep teori dyadic, yang menekankan pada
hubungan interpersonal antara pemimpin dan anggota tim, peran followership
menjadi aspek penting yang memperkaya pemahaman kita tentang dinamika
organisasional.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah saya tulis di atas, maka rumusan
masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah :

1
1. Bagaimana teori dyadic memengaruhi dinamika kepemimpinan dan
hubungan antara pemimpin dan anggota di dalam organisasi?
2. Apa peran followership dalam konteks teori dyadic, dan bagaimana
perilaku pengikut dapat membentuk keberhasilan atau kegagalan dinamika
kepemimpinan?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah saya tulis di atas, maka tujuan
penulisan dari makalah ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh teori Dyadic terhadap dinamika kepemimpinan dan
hubungan pemimpin – anggota dalam organisasi.
2. Menjelajahi peran followershipdalam konteks teori Dyadic dan bagaimana
perilaku pengikut dalam membentuk keberhasilan atau kegagalan
dinamika kepemimpinan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN TEORI DYADIC DALAM KEPEMIMPINAN


Teori Dyadic, atau Leader-Member Exchange (LMX) Theory, adalah
suatu teori kepemimpinan yang berfokus pada hubungan antara pemimpin dan
anggota tim atau organisasi. Teori ini menekankan bahwa hubungan antar
pribadi yang terbentuk antara pemimpin dan setiap anggota tim tidak seragam;
sebaliknya, hubungan tersebut dapat berbeda-beda untuk setiap individu dalam
kelompok.
Teori dyadic, atau juga dikenal sebagai teori hubungan pemimpin-
anggota, dikembangkan oleh George Graen dan James Cashman pada tahun
1975. Teori ini menekankan bahwa hubungan kepemimpinan bukanlah sesuatu
yang statis, melainkan dinamis dan dapat berkembang seiring waktu. Pemimpin
diharapkan untuk menyesuaikan gaya kepemimpinnya berdasarkan tingkat
kematangan atau kebutuhan tugas dari setiap anggota tim.1
Dalam lingkungan organisasi, Leader Member Exchange mengarah
pada hubungan antara pimpinan dengan karyawan yang menjadi pengikut
pimpinan (William, 2003).
Sebelumnya, teori LMX disebut sebagai Vertical Dyadic Linkage
Theory karena fokus hubungan atasan dan bawahan ini terfokus pada proses-
proses timbal balik yang terjadi dalam dyad (Yukl, 2010).
Teori tersebut menyelidiki baik hubungan ke bawah maupun hubungan
ke atas yang dibuat oleh seorang pemimpin yang mempunyai implikasi bagi
efektivitas dan kemajuan pemimpin tersebut dalam organisasi.2

1
George Graen dan James Cashman, "Leadership: A Psychological Exchange," Management
Science, 21, no. 3 (1975): 321-334.
2
Fred Luthans, Organizational Behavior (New York: McGraw-Hill, 2005), 215.

3
Sementara menurut Robbins (2007) Leader Member Exchange (LMX)
dapat didefinisikan sebagai: “The creation by leaders of in-groups and out-
groups; subordinates with in group status will have higher performance ratings,
less turnover, and greater job satisfaction”.
LMX ditemukan perbedaan sikap yang diterima bawahan dari atasan
yang membentuk kelompok terpisah yang menerangkan hubungan antara
atasan dan bawahan yang disebut dengan in-group dan out-group. Pada in-
group, pemimpin lebih mempercayakan penyelesaian tugas kepada mereka,
berinteraksi lebih sering misalnya apabila ada suatu berita atau kejadian penting,
bawahan yang termasuk dalam in-group yang akan dipanggil terlebih dahulu
dan memberikan banyak dispensasi terhadap ketentuan-ketentuan yang sudah
ada. Hal ini cenderung dilakukan oleh atasan dikarenakan bawahan memiliki
persamaan sikap dan karakteristik pribadi dengan atasan atau bawahan yang
tergabung dalam in-group ini memiliki kompetensi yang lebih baik
dibandingkan dengan bawahan yang tergabung dalam out-group. Pada in-
group, bawahan lebih dipercaya, mendapatkan perhatian dalam porsi yang lebih
besar dari atasan, dan mendapatkan hak-hak khusus.
Bawahan yang tergabung dalam out-group mendapatkan waktu yang
terbatas dari atasannya dan hubungan antara atasan dan bawahan berdasarkan
pada hubungan formal yang biasanya dapat dilihat dari penggunaan bahasa
pada saat berkomunikasi
Sejalan dengan Robbin, Landy dan Conte (2007) juga mengemukakan
bahwa hubungan in-group dapat mengurangi jumlah pengunduran diri bawahan
dari organisasi karena adanya hubungan yang baik antara atasan dan bawahan
dan memungkinan dapat membentuk komitmen yang besar dari bawahan
terhadap atasan pada khususnya dan organisasi pada umumnya. Karena
hubungan dan ikatan yang baik dan kuat antara atasan dengan bawahan,
biasanya terdapat kecenderungan dari bawahan untuk turut mengajukan

4
pengunduran diri dan ikut serta dengan atasannya pada saat atasan tersebut
sudah tidak berada di organisasi.3
B. PERAN DAN DINAMIKA FOLLOWERSHIP
Followership adalah konsep yang berkaitan erat dengan kepemimpinan.
Seorang pemimpin hanya dapat berhasil jika memiliki pengikut yang
mendukungnya. Followership tidak hanya sekadar mengikuti perintah, tetapi
juga melibatkan kontribusi positif, memberikan umpan balik, dan memiliki
inisiatif untuk mencapai tujuan bersama.
Kepengikutan bukan peran yang pasif, melainkan para pengikut yang
paling berharga adalah seorang yang terampil, karyawan yang mandiri, orang
yang berpartisipasi aktif dalam menetapkan arah kelompok, menginvestasikan
waktu dan tenaganya dalam kerja kelompok, berpikir kritis, dan pendukung
bagi ide-ide baru (Grossman & Valiga, 2000).4
Kelley (1992), mendefinisikan kepengikutan sebagai satu kumpulan
manusia yang faham apa yang perlu di buat (tanpa diberitahu) yang dapat
bertindak dengan bijaksana dan bebas, berani dan mempunyai etika yang
melaksanakan sesuatu tindakan menggunakan skill yang terbaik untuk
mencapai tujuan organisasi.5
Dengan demikian, followership adalah kesediaan antara pemimpin dan
pengikut yang bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama, memperlihatkan
kemampuan dalam berkelompok dan membangun suasana saling mendukung
antar pemimpin dan pengikut-pengikutnya. Tidak ada kepemimpinan tanpa
pengikut dan tidak ada kepengikutan tanpa pemimpin yang dimana keduanya
saling berhubungan dan berinteraksi. Followership baik atau followership gagal

3
Stephen P. Robbins, Organizational Behavior (Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall, 2007),
120.
4
Grossman, S., & Valiga, T. M. (2000). Followership: What is it and why do we need it? In
Journal of Nursing Management, 8(6), 363-366.
5
Kelley, R. E. (1992). The power of followership: How to create leaders people want to follow
and followers who lead themselves.

5
memiliki potensi untuk mencegah atau berkontribusi terhadap kesalahan
masing-masing. Seiring dengan kepemimpinan yang baik, baik followership
dapat menghasilkan lebih percaya lingkungan dengan pengaruh atas sesuai
yang membantu menghindari kesalahan dan memberikan kontribusi untuk terus
menerus pembelajaran dan perbaikan (Wilson, 2012).6
C. FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN DYADIC
DAN FOLLOWERSHIP
Teori dyadic dan followership memainkan peran penting dalam
memahami dinamika hubungan antara pemimpin dan anggota tim. Keduanya
menunjukkan bahwa kepemimpinan bukanlah satu ukuran untuk semua, dan
penting bagi pemimpin untuk dapat menyesuaikan gaya kepemimpinnya sesuai
dengan karakteristik anggota tim dan situasi yang dihadapi.
Hubungan dyadic (antara pemimpin dan anggota tim) dan followership
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan dyadic dan followership meliputi:
1. Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan yang disesuaikan dengan situasi dapat
memengaruhi hubungan dyadic. Pemimpin yang mampu menyesuaikan
gaya kepemimpinnya dengan tingkat kematangan atau kebutuhan tugas
dari setiap anggota tim dapat memperkuat hubungan dyadic.
2. Keterbukaan Komunikasi
Tingkat keterbukaan dalam komunikasi antara pemimpin dan pengikut
memainkan peran penting. Komunikasi yang efektif dan terbuka dapat
memperkuat hubungan dyadic dan followership dengan menciptakan
pemahaman yang lebih baik.

6
Wilson, J. (2012). Followership in organizations: Current perspectives and future challenges.
Routledge.

6
3. Kepercayaan dan Penghargaan
Kepercayaan yang dibangun antara pemimpin dan anggota tim dapat
membentuk dasar hubungan dyadic yang kuat. Penghargaan terhadap
kontribusi anggota tim juga dapat meningkatkan followership.
4. Peran dan Kontribusi Pengikut
Peran aktif pengikut dalam kelompok dapat memengaruhi hubungan
dyadic. Pengikut yang memberikan kontribusi positif, memberikan umpan
balik, dan memiliki inisiatif untuk mencapai tujuan bersama dapat
memperkuat hubungan dengan pemimpin.
5. Kepuasan Kerja
Tingkat kepuasan kerja yang dirasakan oleh pengikut dapat
memengaruhi hubungan dyadic. Pengikut yang merasa puas dengan
pekerjaan mereka cenderung lebih terlibat dan mendukung pemimpin
mereka.
6. Keadilan dan Etika
Praktik kepemimpinan yang adil dan etis dapat membentuk hubungan
dyadic yang positif. Pengikut cenderung lebih mendukung pemimpin yang
memperlihatkan keadilan dan etika dalam tindakan dan keputusan mereka.
7. Keterlibatan dan Keterikata
Tingkat keterlibatan dan keterikatan emosional antara pemimpin dan
pengikut dapat memperkuat hubungan dyadic. Keterikatan emosional ini
dapat mendorong followership yang lebih kuat.
8. Karakteristik Pribadi
Karakteristik kepribadian dan nilai-nilai pribadi pemimpin dan pengikut
dapat memengaruhi hubungan dyadic. Kesesuaian nilai-nilai ini dapat
meningkatkan saling pengertian dan dukungan.
9. Kematangan dan Keterampilan Pengikut

7
Tingkat kematangan dan keterampilan pengikut juga memainkan peran.
Pengikut yang mandiri, memiliki keterampilan yang baik, dan dapat
bekerja secara efektif dapat memperkuat hubungan dyadic.
10. Konteks Organisasi
Faktor-faktor organisasional, seperti budaya organisasi, struktur
hierarki, dan kebijakan organisasi, juga dapat memengaruhi dinamika
hubungan dyadic dan followership.

Ada sebuah penelitian dari Martin (2008) dalam Jurnal Followership:


The Natural Complement to Leadership, yang menarik untuk menjawab hal ini.
Disebutkan ada tiga faktor yang mempengaruhi followership diantaranya:
1. TRAIT
Trait adalah kecenderungan individu untuk merespon sesuatu dengan
cara yang sama pada berbagai stimulus yang berbeda. Dalam kasus ini ada
4 hal yang harus kita lihat, yaitu: (1) Intellegence. Dari sisi Intelegensi,
apakah memungkinkan individu untuk bertindak benar walau tanpa arahan
dari atasannya sekalipun. (2) Independent Thinking atau Kemandirian
Berpikir. Apakah memungkinkan individu lebih berinisiatif dalam berpikir
serta dapat mengantisipasi masalah yang akan terjadi. (3) Kemandirian atau
Self-Reliance. Apakah memungkinkan individu untuk bertindak secara
mandiri, dan yang terakhir adalah (4) Kehandalan (Dependability)
Bagaimana Individu ini akan dipercayai oleh atasannya dalam hal
pengambilan keputusan.
2. Hubungan Yang Terjalin Antara Atasan dan Bawahan
Hubungan yang terjalin antara keduanya memungkinkan followers
untuk belajar atau meneladani atasannya, hal ini tentunya dapat
mendukung tercapainya tujuan dari perusahaan secara efektif.
3. Iklim Organisasi

8
Menggambarkan sinergi yang terjadi antar individu dalam suatu
organisasi. Salah satunya meliputi hubungan timbal balik antara individu
dengan atasan maupun organisasi. Ketika individu yang sudah
menampilkan performa terbaik mendapat apresiasi dari atasan, dampak
yang dirasakan oleh individu adalah terciptanya suatu kepuasan dan
kenyamanan bekerja yang hasil akhirnya akan berdampak pada
meningkatnya performa individu tersebut.7

7
Martin, B. (2008). Followership: The Natural Complement to Leadership.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pentingnya Leader-Member Exchange (LMX) dalam mengarahkan
hubungan antara pemimpin dan pengikut menunjukkan bahwa keberhasilan
kepemimpinan tidak hanya tergantung pada kemampuan pemimpin tetapi juga
pada kontribusi aktif dari para pengikut. LMX menggambarkan perbedaan
dalam perlakuan antara in-group dan out-group, yang mempengaruhi kinerja,
kepuasan kerja, dan tingkat pergantian karyawan. Kesinambungan dan
komitmen dalam hubungan in-group dapat membantu mengurangi
pengunduran diri dan meningkatkan kinerja individu dalam organisasi.
Selanjutnya, konsep followership membuka perspektif baru terhadap
peran aktif pengikut dalam mencapai tujuan bersama. Followership tidak hanya
berkaitan dengan ketaatan terhadap perintah, tetapi juga melibatkan kontribusi
positif, kemandirian, inisiatif, dan dukungan terhadap ide-ide baru. Dalam
konteks ini, keberhasilan kepemimpinan dan followership saling terkait dan
bergantung satu sama lain.
Faktor-faktor yang memengaruhi hubungan dyadic dan followership
mencakup kepemimpinan situasional, keterbukaan komunikasi, kepercayaan,
peran dan kontribusi pengikut, kepuasan kerja, keadilan dan etika, keterlibatan
dan keterikatan, karakteristik pribadi, kematangan dan keterampilan pengikut,
serta konteks organisasi. Dengan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor
ini, pemimpin dapat membangun hubungan yang kuat dengan pengikutnya,
menciptakan lingkungan yang positif, dan mendorong kinerja yang lebih baik
dalam organisasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

George Graen dan James Cashman, "Leadership: A Psychological Exchange,"


Management Science, 21, no. 3 (1975).
Fred Luthans, Organizational Behavior (New York: McGraw-Hill, 2005), 215.
Stephen P. Robbins, Organizational Behavior (Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall, 2007).
Grossman, S., & Valiga, T. M. (2000). Followership: What is it and why do we
need it? In Journal of Nursing Management, 8(6).
Kelley, R. E. (1992). The power of followership: How to create leaders people
want to follow and followers who lead themselves.
Wilson, J. (2012). Followership in organizations: Current perspectives and
future challenges. Routledge.
Martin, B. (2008). Followership: The Natural Complement to Leadership.

11

Anda mungkin juga menyukai