Anda di halaman 1dari 1

Fakhri Ramadhan

2602202860
LC65

Menurut saya masih banyak muatan substantif dalam UU 3/2022, antara lain terkait kejelasan
persoalan pertanahan. Salah satu permasalahan terpenting dan menjadi alasan utama bagi
investor untuk berinvestasi adalah kejelasan dan kepastian hukum penggunaan lahan. Namun
persoalan yurisdiksi atau batas wilayah lembaga IKN belum juga terselesaikan, oleh karena itu
“undangan” presiden kepada pihak asing untuk berinvestasi di IKN diharapkan “berhasil”.
Hingga saat ini calon investor selalu batal berkunjung ke IKN karena permasalahan di atas.
Dinamika hukum dan politik biasanya hadir dalam proses yang relatif cepat ini. Apalagi
masyarakat masih dipenuhi tanda tanya besar, karena UU IKN yang dibicarakan sejak awal
mendapat perhatian cukup serius karena dianggap sarat dengan kepentingan segelintir orang.
keterlibatan masyarakat, terlalu tidak sopan di saat kondisi keuangan nasional belum
memungkinkan, pembahasan terkesan memburu tayangan dan alasan lainnya. Dengan
disahkannya revisi undang-undang IKN, maka presiden Indonesia terpilih tahun depan harus
melaksanakan undang-undang tersebut.
Untuk meyakinkan masyarakat, pemerintah mengadakan beberapa dengar pendapat yang
transkrip lengkapnya diunggah ke YouTube. Bahkan, pemerintah mengundang para penggiat seni
rupa ke IKN untuk melihat keseriusan pemerintah dalam proses pengembangan IKN, yang
puncaknya pada “Malam Pengakuan Nusantara” pada 22 September 2023 di Pasir Norda
Penajam.

Di berbagai media, banyak yang mengkritik Pasal 16 A perubahan UU IKN yang menyebutkan
investor akan diberikan hak atas tanah dalam bentuk Hak Guna Usaha (HGU) selama 95 tahun
pada periode pertama. Jika siklus pertama sudah selesai dan investor menginginkan lebih, sesuai
perjanjian tanah, haknya bisa diperpanjang untuk siklus kedua seperti sebelumnya. Jadi jangka
waktu HGUnya bisa 190 tahun.
Tawaran HGU hingga 190 tahun memang bisa menarik minat investor. Namun kebijakan ini
dapat menimbulkan kerugian. Kerugian tersebut antara lain, namun tidak terbatas pada,
hilangnya kesempatan pemerintah untuk menerima pendapatan dari perpanjangan izin HGU.
Selain itu, wilayah yang dikuasai investor mempunyai kemungkinan kehilangan kapasitas penuh
karena jangka waktu HGU yang terlalu lama, dan investor mempunyai peluang untuk
mengeksploitasi wilayah IKN untuk memperoleh keuntungan dalam jangka waktu yang sangat
lama. Untuk menghindari berbagai kerugian tersebut, otoritas IKN selaku kepala pemerintahan
daerah khusus (Pemdasus) memang harus bisa mengantisipasi berbagai kemungkinan terjadinya
kerugian tersebut. Ada beberapa cara agar otonomi ini dapat digunakan untuk menghasilkan
pendapatan, seperti pajak dan retribusi khusus daerah, untuk memberi manfaat bagi
pemerintahan daerah dan mungkin meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.

Anda mungkin juga menyukai