Anda di halaman 1dari 18

Halaman Judul

TUGAS ILMIAH KEPANITERAAN KLINIK FK UMS


REFERAT

THALASEMIA

Disusun Oleh :
Athif Naufal, S. Ked J510225007

Pembimbing :
dr. Ardyasih, Sp. PD-KGH

PRODI PROFESI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FEBRUARI 2024

i
Halaman Pengesahan

Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik FK UMS


REFERAT
Prodi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Judul : Thalasemia

Penyusun : Athif Naufal, S. Ked J510225007


Pembimbing : dr. Ardyasih, Sp. PD-KGH

Surakarta, Februari 2024


Penyusun

Athif Naufal, S. Ked

Menyetujui,
Pembimbing

dr. Ardyasih, Sp. PD-KGH


Mengetahui,
Kepala Program Studi Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran UMS

dr. Sulistyani, Sp.N

ii
Daftar isi

Halaman Judul.........................................................................................................i
Halaman Pengesahan..............................................................................................ii
Daftar isi................................................................................................................ iii
Abstrak...................................................................................................................1
Pendahuluan...........................................................................................................2
Definisi...................................................................................................................2
Epidemiologi..........................................................................................................3
Pathogenesis dan Patofisiologi Thalasemia............................................................3
Diagnosis................................................................................................................6
Diagnosis Pranatal..................................................................................................7
Diagnosis Banding................................................................................................. 8
Tata Laksana.......................................................................................................... 8
Prognosis..............................................................................................................10
Komplikasi........................................................................................................... 11
Pencegahan...........................................................................................................11
Kesimpulan.......................................................................................................... 11
Daftar Pustaka...................................................................................................... 12

iii
Thalasemia

Athif Naufal* Ardyasih**


*Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, RSUD Ir Soekarno Soekoharjo

Abstrak
Thalassemia adalah kelainan autosomal resesif, yang mana diperlukan kedua
orangtua terkena atau pembawa penyakit ini untuk menurunkan ke keturunannya yang
menyebabkan hemolitik karena gangguan sintesis dapat berupa penurunan kecepatan
sintesis atau kemampuan produksi hemoglobin dalam sel darah merah yang ditandai
dengan menurunnya atau tidak adanya sintesis salah satu rantai α, β, dan atau rantai
globin yang lain yang. Pada tahun 2013 thalasemia terjadi pada 208 juta orang dengan 4,7
juta memiliki gejala berat. Insidensi yang terjadi pada laki-laki dan perempuan sama.
Alur penegakan diagnosis dari anamnesis terutama riwayat penyakit sekarang dan dahulu
serta riwayat penyakit keluarga perlu ditanyakan kepada pasien. Pemeriksaan fisik yang
ditunjukkan dengan adanya tanda tanda anemia serta tanda khas seperti facies cooley
dapat dijumpai pada pasien thalasemia. Pemeriksaan penunjang Hb elektroforesis dan
pemeriksaan DNA berguna untuk menegakkan jenis dan penyebab thalasemia.
Tatalaksana dengan transfusi berulang dan pemberian kelasi besi berguna untuk
mencegah terjadinya kompikasi pada pasien.
Kata kunci: thalasemia, anemia cooley

abstract
Thalassemia is an autosomal recessive disorder, which requires that both
parents are affected or are carriers of the disease to pass it on to their offspring that
caused hemolytic disorders due to synthesis disorders can be in the form of a decrease in
the rate of synthesis or the ability to produce hemoglobin in red blood cells which is
characterized by decreased or absent synthesis of one of the ,and or other globin chains.
In 2013 thalassemia occurred in 208 million people with 4.7 million having severe
symptoms. Incidence that occurs in men and women is the same. The flow of diagnosis
from the anamnesis, especially the history of current and past illnesses and family
medical history, needs to be asked to the patient. Physical examination is indicated by the
presence of signs of anemia and typical signs such as Cooley's facies can be found in
thalassemia patients. Investigations of Hb electrophoresis and DNA examination are
useful to establish the type and cause of thalassemia. Treatment with repeated
transfusions and administration of iron chelation is useful to prevent complications in the
patient.
Keyword: thalassemia, cooley’s anemia

1
Pendahuluan transfusi dan kelasi besi digunakan
Thalasemia berasal dari kata untuk mencegah komplikasi yaitu
Thalassa dan mia yang berarti laut anemia berat dan menumpuknya besi
merujuk pada mediteranian dan di dalam tubuh (Bajwa and Basit,
anemia. Nama lain thalasemia adalah 2021; Ahmed Meri, Hamid Al-
cooley’s anemia merujuk pada Hakeem and Saad Al-Abeadi, 2022).
professor yang mendeskripsikan Definisi
karakteristik pasien pertama kali. Thalassemia adalah penyakit
Terdapat 2 jenis bentuk thalasemia hemolitik herediter karena gangguan
yaitu thalasemia α dan β yang sintesis dapat berupa penurunan
merujuk kepada rantai globin yang kecepatan sintesis atau kemampuan
terpengaruh. Pada tahun 2013 produksi hemoglobin dalam sel darah
thalasemia terjadi pada 208 juta merah yang ditandai dengan
orang dengan 4,7 juta memiliki menurunnya atau tidak adanya
gejala berat. Insidensi yang terjadi sintesis salah satu rantai α, β, dan
pada laki-laki dan perempuan sama. atau rantai globin yang lain yang
Alur penegakan diagnosis thalasemia membentuk struktur normal molekul
berdasarkan anamnesis dan hemoglobin utama pada orang
pemeriksaan fisik yang meliputi dewasa sehingga dapat menimbulkan
gejala yang muncul kepada pasien defisiensi produksi sebagian atau
seperti anemia, ikterik, riwayat seluruhnya rantai globin tersebut
transfusi berulang, serta riwayat (Setiati, 2015; Rujito, 2019).
penyakit keluarga sangat penting Thalassemia adalah kelainan
untuk ditanyakan kepada pasien. autosomal resesif, yang mana
Penegakan diagnosis untuk diperlukan kedua orangtua terkena
thalasemia adalah dengan Hb atau pembawa penyakit ini untuk
elektroforesis yang dapat menilai menurunkan ke keturunannya. Hal
rantai globin yang terbentuk serta ini disebabkan karena adanya mutasi
pemeriksaan DNA untuk atau delesi dari gen hemoglobin yang
menemukan penyebab terjadinya menghasilkan produksi yang rendah
thalasemia. Tatalaksana pemberian atau tidak ada produksi dari rantai α

2
atau β. Terdapat lebih dari 200 yang berfungsi untuk transportasi gas
mutasi yang teridentidikasi penyebab dan nutrien pada tubuh manusia
thalassemia, thalasemia α terjadi dengan dengan bentuk bikonkaf,
karena adanya delesi gen α-globin berbentuk seperti koin dan tanpa
dan β thalasemia terjadi karena nukleus. Bentuk dan struktur dari
mutasi titik pada gen β globin pada ertrosit menunjang fleksibilitas
kromosom 11 (Bajwa and Basit, melewati sistem kardiovaskular dan
2021). area yang luas membantu untuk
Epidemiologi pertukaran gas. Eritrosit memiliki 4
Thalasemia tersebar dari Eropa rantai globin dengan setiap rantainya
Selatan- Mediteranian, Timur dapat mengikat zat besi (Barbalato
Tengah, dan Afrika sampai Asia and Pillarisetty, 2022).
Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara. Orang dewasa normal dapat
Prevalensi pada setiap daerah paling ditemukan HbA α2β2 (95-98%),
tinggi adalah 10% (Setiati, 2015; HbA2 α2δ2 (<3,3%), dan HbF α2γ2
Bajwa and Basit, 2021). Thalasemia (<1%). HbF dominan saat
β tersebar dengan frekuensi gen perkembangan fetus. Gen α globin
pembawa tertinggi di Siprus (14%), dapat ditemukan di 2 gen yang
Sardinia (10,3%), dan Asia tenggara. terikat kromosom 16 dan gen β
Frekuensi karier hemoglobinopati globin dapat ditemukan pada gen
dan talasemia di Asia Tenggara tunggal kromosom 11. Thalasemia
adalah 45,5% dengan 1,34 anak dari terjadi ketika adanya mutasi pada
1000 kelahitan dengan kondisi klinis. gen terkait yang mempengaruhi
Frekuensi pembawa thalasemia di biosintesis HB yang menuntun pada
Indonesia memiliki frekuensi rata- penurunan pembentukan Hb.
rata di setiap daerah 3-10% (Rujito, Kelainan fenotip secara klinis berasal
2019). dari berkurangnya jumlah rantai
Pathogenesis dan Patofisiologi globin tertentu atau
Thalasemia ketidakseimbangan rantai yang
Eritrosit atau red blood cell dihasilkan, kelainan fenotip secara
merupakan komponen dari darah klinis dapat terlihat pada usia 6-9

3
bulan, karena adanya perubahan normal yang diproduksi. Banyak
hemoglobin janin ke hemoglobin mutasi yang ditemukan pada
dewasa (Herman and Chaudhry, thalasemia α, tetapi paling sering
2018). adalah delesi (Rujito, 2019; Ahmed
Patofisiologi thalasemia α Meri, Hamid Al-Hakeem and Saad
berbeda dengan thalasemia β. Al-Abeadi, 2022).
Defisiensi rantai α membuat
produksi rantai β atau rantai lain
berlebih seperti pada Hb Barths dan
Hb H. tetramer yang terbentuk tidak
mengendap pada sumsum tulang dan
oleh karena itu tetap terjadi
eritropoiesis yang lebih efektif
daripada thalasemia β. Mutasi yang
terjadi pada thalasemia β, terjadi
pada kromosom 11 yang
mempengaruhi pembentukan dari
pembentukan β globin (Ahmed Meri,
Hamid Al-Hakeem and Saad Al-
Abeadi, 2022).
Lebih dari 100 mutasi ditemukan
yang menyebabkan penurunan rantai
β, dengan paling sering jenis
mutasinya adalah mutasi titik. Mutasi
tersebut dibagi menjadi 2 kelas yaitu
B0 yang merujuk kepada mutasi yang
menyebabkan betaglobulin tidak
diproduksi dan β+ dideskripsikan
sebagai produksi dari rantai β yang
berkurang, dengan tingkat keparahan
bergantung pada jumlah β globulin

4
Tabel 1. Genotip Thalasemia dan Manifestasi Klinis

α thalasemia Α gene Rantai globin Hemoglobin Manifestasi klinis


Normal αα / αα α2 β2 A Normal
Karier/pembawa αα / α - α2 β2 A Asimtomatik
Trait (minor) α-/α- α2 β2 A Asimtomatik
- - / αα
HbH --/-α α2 β2, β4 A, H Ikterik, splenomegaly,
kadang membutuhkan
transfusi
Hidrop fetalis --/-- γ4, ξ2γ2 Barts, Letal, meninggal di
Portland
kandungan atau setelah
lahir
Β Thalasemia Β gen Rantai globin Hemoglobin Manifestasi klinis
Normal β/ β α 2 β2 A normal
Thalasemia β+/ β α2 β2, α2 δ2, α2 A, A2, F Asimtomatik
β0/ β
minor (trait) γ2
Thalasemia β+/ β0 α2β2, α2δ2,α2γ2 A, F Manifestasi diantara
β+/ β+
intermediet thalasemia mayor dan
minor
Thalasemia β+/ β+ α 2 β2, α 2 δ 2, α A, A2, F Membutuhkan transfusi,
β0/ β0 2γ2 F, A2
mayor besi berlebih
α 2 δ 2, α 2 γ 2
menyebabkan kelainan
endokrindan kerusakan
organ kronik
HPFH γ/ γ α2γ2 F ringan

5
Gambar 1. Mekanisme Manifestasi Klinis Thalasemia

6
Diagnosis c. Facies Cooley seperti dahi
Penegakan diagnosis menonjol, mata menyipit,
thalasemia dibedakan menurut tiga jarak kedua mata melebar,
jenis kriteria utama yaitu kriteria maksila hiepertrofi,
klinis, kriteria laboratorium, dan maloklusi gigi.
kriteria DNA.
A. Diagnosis Klinis
1. Anamnesis
a. Hallmark yang meliputi
pucat kronik atau
berlangsung lama, usia
awitan terjadinya pucat
b. Riwayat transfusi berulang,
anemia berulang,
memerlukan transfusi berkala Gambar 2. Facies Cooley
c. Riwayat keluarga dengan d.Hepatospleenomegali, akibat
thalasemia dan transfusi proses eritropoiesis berlebih
berulang dan destruksi sel darah merah
d. Perut buncit pada sistem
e. Etnis dan suku, di Indonesia retikuloendotelial
paling banyak ditemukan di e. Gagal tumbuh, dengan
Palembang 9%, Jawa 6-8%, pengukuran tinggi dan berat
dan Makasar 8%. badan dibandingkan dengan
f. Riwayat tumbuh kembang berat dan tinggi usia yang
dan pubertas terlambat sama
2. Pemeriksaan fisik f. Gizi kurang, perawakan
a. Pucat, dapat ditemukan pada pendek
konjungtiva g.Pubertas terlambat akibat
b.Sklera ikterik akibat bilirubin gangguan hormon
meningkat pertumbuhan karena deposit
besi pada jaringan

7
h.Hiperpigmentasi kulit, akibat pappenheimer, sel target,
timbunan besi berlebih. dan eritrosit berinti
B. Diagnosis Hematologi b.Hitung jenis (diff count) dan
1. Darah perifer lengkap neutrophil meningkat, pada
a. Anemia atau kadar hipersplenisme dapat
hemoglobin rendah, ditemukan leukopenia,
thalasemia mayor kadar neutropenia, dan
dapat mencapai <7g/dL trombositopenia.
b. Hemoglobinopati seperti Hb c. Red Cell Distributrion
Constant Spring dapat Width (RDW) meningkat
memiliki MCV dan MCH >14,5%
yang normal, sehingga bila d.jumlah retikulosit meningkat
normal belum dapat karena adanya peningkatan
menyingkirkan kemungkinan aktivitas sumsum tulang.
thalasemia trait dan 3. Diagnosis DNA
hemoglobinopati. Diagnosis DNA dilakkan
c. Indeks eritrosit, MCV <80fL untuk memastikan jenis mutasi
dan MCH <27 pg, nilai MCV yang terkandung dalam setiap
dan MCH juga dapat individu dengan thalasemia.
ditemukan pada anemia Pemeriksaan DNA dengan
defisiensi besi oleh karena metode Polymerase Chain
itu diperlukan uji Reaction (PCR), Restriction
suplementasi besi Fragment Length
2. Gambaran Darah Tepi Polymorphism (RFLP),
a. Thalasemia mayor Amplification Refractoru
menunjukkan gambaran Mutation Scanning (ARMS),
semua jenis kelainan dan pemeriksaan Hemoglobin
eritrosit seperti anisositosis, elektrofiresis atau HPLC
poikilositosis, mikrositik (Rujito, 2019).
hipokromik, basophilic
stippling, badan

8
Diagnosis Pranatal Mutasi thalasemia β dapat
dideteksi dengan analisis DNA
langsung yang diperoleh dari fetus
dengan biopsi villi korialis atau
cariaran dari amniosentesis yang
dilanjutkan dengan analisis
polymerase chain reaction (PCR)
dan metode hibridasi molekuler
untuk menentukan adanya mutasi
thalasemia. Bila kedua orang tua
membawa sifat thalasemia minor,
diagnosis prenatal thalasemia α
homozigot pada bayi yang dikandung
dengan analisis endonuclease
restriksi DNA, yang diperoleh dari

9
vili corealis atau cairan Transfusi wajib diberikan
amniosentesis (Setiati, 2015). jika Hb <7g/dL setelah
Diagnosis Banding pemeriksaan 2 kali dengan
Diagnosis banding dari selisih waktu 2 minggu tanpa
thalasemia adalah anemia defisiensi penyebab. Volume darah yang
besi, anemia karena penyakit kronis ditransfusikan bergantung dari
dan gagal ginjal, anemia Hb. Bila Hb pratransfusi
sideroblastik, dan keracunan (Bajwa >6gr/dL volume yang diberikan
and Basit, 2021). adalah 10-15mL/kg/kali dengan
Tata Laksana kecepatan 5mL/kg/jam, jika
Terapi untuk thalasemia terdiri kadar Hb pretransfusi <6g/dL
dari terapi suportif dan terapi dan atau kadar Hb berapapun
definitif. tetapi dijumpai klinis gagal
A. Terapi Suportif jantung maka volume darah
1. Pemberian transfusi darah yang ditransfusikan menjadi 2-5
mL/kg/kali dengan kecepatan 2
mL/kg/jam untuk mengghindari
kelebihan cairan. Target Hb
setelah transfusi adalah diatas
10g/dL tetapi tidak lebih dari 14
g/dL. Pasien diharapkan
melakukan tranfusi kembali
sebelum Hb dibawah 8 g/dL
untuk mencegah eritropoiesis
ekstrameduler, mencegah
kerusakan organ, meningkatkan
ketahanan tubuh, menekan
kebutuhan darah di masa
mendatang, dan mengurangi
serapan besi di saluran cerna.
Darah yang diberikan adalah

10
PRC (Packed Red Cell) setiap 3 secara peroral setelah makan.
minggu atau lebih disesuaikan Defarasirox dengan dosis 20-40
dengan Hb pratransfusi(Rujito, mg/kgBB dapat diberikan 1 kali
2019). sehari sebelum makan.
2. Pemberian kelasi besi 3. Suplementasi nutrisi
Pemberian transfusi rutin Pasien dengan thalasemia
setiap bulan selama hidup mengalami berbagai kondisi
menyebabkan penumpukan besi metabolisme akibat anemia dan
dalam tubuh, dimana tidak bisa bisa mengakibatkan gangguan
dikeluarkan secara alami oleh pertumbuhan dan
tubuh sehingga dibutuhkan perkembangan. Suplementasi
kelator agar bisa diekskresikan vitamin D 50.000 UI 1 kali
keluar tubuh. Indikator dalam 1 minggu, suplementasi
penumpikan besi dalam tubuh vitamin E 10mg/kg atau 2x200
dapat dinilai melalui jumlah IU/hari selama 4 minggu,
kantong darah yang diterima, vitamin C 2-3 mg/kg/hari, asam
kadar serum ferritin, transferrin, folat 1-5 mg/kgBB/hari atau
biopsi hati untuk mengukur 2x1 mg/hari dapat diberikan
kadar besi, mengukur besi kepada pasien.
melalui MRI, dan ferimeter. 4. Splenektomi
Parameter diberikan zat kelator Tindakan infasif memotong
besi antara lain transfusi lebih spleen dari tubuh, hal ini
dari 10 kali, kadar serum ferritin diindikasikan pada pasien
>1000ng/ml, dan atau saturasi dengan kebutuhan transfusi
transferrin ≥70%. Deferoksamin meningkat lebih dari 200-250
dapat diberikan 30-60 mL PRC/kg/tahun atau 1,5 kali
mg/KgBB secara subcutan atau lipat dibanding kebutuhan
intramuskuler, diberikan 5-7 biasanya, hiperspleenisme,
kali per minggu. Deferiprone leukopenia, dan
dengan dosis 75-100 mg/kgBB trombositopenia.
perhari dibagi dalam 3 dosis 5. Vaksinasi

11
Vaksinasi digunakan untuk kemudian sel-sel tersebut
mencegah terjadinya beberapa dilakukan kultur dan
penyakit, vaksin pneumokokus pemeliharaan. Tahap
direkomendasikan sejak usia 2 selanjutnya adalah dengan
bulan, dan dapat diulang pada melakukan insersi gen normal
usia 24 bulan, vaksin influenza ke kultur sel tersebut dengan
setiap tahun, vaksin hepatitis B perantara virus. Hasil insersi
menjadi keharusan karena gen normal kemudian dilakukan
transfusi rutin meningkatkan tranfusi kembali melalui
risiko terkena hepatitis B. intravena kepada pasien(Setiati,
B. Terapi Definitif 2015; Rujito, 2019; Ahmed
1. Bone Marrow Transplantation Meri, Hamid Al-Hakeem and
(BMT) Saad Al-Abeadi, 2022).
Cangkok sumsum tulang Prognosis
adalah terapi yang Thalasemia minor kebanyakan
memungkinkan pasien dengan asimtomatik dan memiliki prognosis
thalasemia tidak memerlukan yang baik, pada normalnya tidak
transfusi rutin. Nama lain dari meningkatkan kesakitan atau
Teknik ini adalah kematian. Thalasemia mayor
haematopoietic stem cell merupakan penyakit yang berat,
transplantation dengan cara prognosis jangka panjang
melakukan penggantian berdasarkan bergantung pada
sumsum tulang dari pendonor tatalaksana yaitu transfusi dan
kepada pasien. pemberian kelasi besi (Bajwa and
2. Terapi Gen Basit, 2021).
Terapi dengan mengubah Komplikasi
susunan mutasi gen yang Komplikasi yang dapat
dikandung dalam sel ditemukan pada pasien dengan
hematopoiesis. Hal ini thalasemia antara lain kelebihan besi
dilakukan dengan mengambil (iron overload), endokrinopati
sumsum tulang dari pasien (hipogonadisme, hipotiroidisme,

12
hipoparatiroidisme, hipopituitarime, infeksi diberikan untuk pencegahan
diabetes, kegagalan pembentukan terjadinya komplikasi pada pasien
pada testis atau ovarium), hemolisis, thalasemia (Setiati, 2015; Bajwa and
kerusakan korteks dan kegagalan Basit, 2021).
pertumbuhan tulang, Kesimpulan
tromboembolisme arteri dan vena Thalasemia merupakan
(Herman and Chaudhry, 2018). penyakit keturunan yang
Pencegahan menyebabkan adanya gangguan
Pencegahan dengan dalam pembentukan rantai globin.
penapisan pembawa sifat thalasemia Alur penegakan diagnosis meliputi
dan diagnosis prenatal dapat anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
menurunkan kejadian thalasemia pemeriksaan penunjang diperlukan
mayor pada anak-anak di Yunani, untuk diagnosis serta tatalaksana
Siprus, Italia, dan Sardinia. thalasemia. Pemberian transfusi
Penampisan dengan penilaian indeks darah, kelasi besi, splenektomi, dan
sel darah merah (MCV dan MCH) terapi DNA maupun transplantasi
yang rendah dinilai dan konsentrasi sumsum tulang dapat diberikan
HbA2. Program pencegahan kepada pasien thalasemia. Prognosis
thalasemia β mayor dikaji oleh pasien thalasemia minor pada
Departemen Kesehatan melalui umumnya baik, sedangkan pada
program “Health Technology thalasemia mayor diperlukan
Assesment” menggunakan hasil tatalaksana yang tepat untuk
kajian dan program prevensi mencegah kompliaksi.
thalasemia yang memenuhi aspek
medikolegal, psikososial, dan agama. Daftar Pustaka
Edukasi mengenai rencana Ahmed Meri, M., Hamid Al-
tatalaksana dan pola hidup yang Hakeem, A. and Saad Al-
sesuai dengan pasien thalasemia Abeadi, R. (2022) ‘Overview
seperti menghindari makanan yang on Thalassemia: a Review
memiliki zat besi tinggi, diet yang Article’, Medical Science
sehat, dan menghidari penyakit Journal for Advance

13
Research, 3(1), pp. 26–32.
doi: 10.46966/msjar.v3i1.36.
Bajwa, H. and Basit, H. (2021)
Thalassemia. Treasure Island:
StatPearls Publishing.
Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov
/books/NBK545151/#_NBK5
45151_pubdet_.
Barbalato, L. and Pillarisetty, L. S.
(2022) Histology, Red Blood
Cell. Treasure Island:
StatPearls Publishing.
Available at:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov
/books/NBK539702/#_NBK5
39702_pubdet_.
Herman, M. and Chaudhry, S. (2018)
Thalassemia, McMaster
Pathophysiology Review.
Rujito, L. (2019) Talasemia Genetik
Dasar dan Pengelolaan
Terkini, Universitas Jenderal
Soedirman. Purwekerto:
Universitas Jenderal
Soedirman.
Siti, S. (2015) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 1 Edisi
VI. Jakarta: Interna Pulishing.

14
15

Anda mungkin juga menyukai