Anda di halaman 1dari 15

BAB VIII

Penatausahaan

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

Untuk dapat melaksanakan penatausahaan secara benar terlebih dahulu kita harus
memahami apa itu penatausahaan. Karena dalam melakukan suatu tindakan seharusnya
didasarkan pada pemahaman pola pikir dan tidak hanya melakukan begitu saja tanpa perlu
memahami kenapa hal tersebut harus dilaksanakan.

Mengapa Barang Milik Daerah harus ditatausahakan? Berdasarkan Peraturan Pemerintah


Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Negara/Daerah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik
Daerah menyatakan bahwa, ”Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku
Pengguna Barang Daerah, berwenang dan bertanggungjawab melakukan pencatatan dan
inventarisasi Barang Milik Daerah yang berada dalam penguasaannya.”

Definisi penatausahaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 dan


Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 adalah rangkaian kegiatan yang
meliputi pembukuan, inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Pencatatan barang daerah pada SKPD sangat penting dikarenakan catatan tersebut
dijadikan obyek audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam meyakini penyajian
laporan keuangan SKPD dan Pemerintah Daerah. Hasil penatausahaan BMD ini nantinya
dapat digunakan dalam rangka :

(a) penyusunan neraca pemerintah daerah setiap tahun,


(b) perencanaan kebutuhan pengadaan dan pemeliharaan BMD setiap tahun untuk
digunakan sebagai bahan penyusunan rencana anggaran, dan
(c) pengamanan administrasi BMD.

Dengan penatausahaan secara tertib, maka akan dihasilkan angka-angka yang tepat dan
akurat yang berdampak pada tersedianya database yang memadai dalam menyusun
perencanaan kebutuhan dan penganggaran dan akan dihasilkan pula laporan aset daerah
di neraca dengan angka yang tepat dan akurat.
Pembukuan

Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMD ke dalam Daftar


Barang yang ada pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

Maksud pembukuan adalah agar semua BMD yang berada dalam penguasaan
Pengguna Barang dan yang berada dalam pengelolaan Pengelola Barang tercatat dengan
baik. Pengguna/kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan pencatatan
barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Pengguna (DBP)/Daftar Barang Kuasa
Pengguna (DBKP).

Pengelola barang menghimpun daftar barang pengguna/daftar barang kuasa


pengguna. Pengelola barang menyusun daftar BMD berdasarkan himpunan daftar barang
pengguna/daftar barang kuasa pengguna dan daftar barang pengelola menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.

Ketentuan Umum Pembukuan

1. Pengelola barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan BMD yang berada
dibawah penguasaannya ke dalam daftar barang pengelola menurut penggolongan dan
kodefikasi barang.

2. Pengguna barang/kuasa pengguna barang harus melakukan pendaftaran dan pencatatan


BMD yang status penggunaannya berada pada pengguna barang/kuasa pengguna barang
ke dalam daftar barang pengguna/Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) menurut
penggolongan dan kodefikasi barang.

3. Penggolongan dan kodefikasi BMD ditetapkan oleh menteri dalam negeri setelah
mendapat pertimbangan menteri keuangan.

Pengguna/kuasa pengguna barang dalam melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai


dengan Kartu Inventaris Barang (KIB) yang dimuat dalam Lampiran 25 Permendagri
Nomor 17 Tahun 2007. Pembantu pengelola melakukan koordinasi dalam pencatatan dan
pendaftaran barang milik daerah ke dalam Daftar Barang Milik Daerah (DBMD).
Inventaris

Inventarisasi merupakan kegiatan atau tindakan untuk melakukan perhitungan,


pengurusan, penyelenggaraan, pengaturan, pencatatan data dan pelaporan barang milik
daerah dalam unit pemakaian. Selain itu, inventarisasi adalah kegiatan atau tindakan untuk
melakukan penghitungan fisik barang daerah, meyakinkan kebenaran pemilikan, serta
menilai kewajaran sesuai kondisi barang daerah.

Dari Hasil Inventarisasi, dapat diketahui aktiva tetap yang benar benar dimiliki oleh
Pemerintah Daerah, kemudian dilakukan penilaiannya sesuai dengan kebijakan akuntansi
Pemerintah Daerah. Hasil penilaian aktiva tetap akan merupakan saldo awal kelompok aset
tetap dalam neraca atau merupakan dukungan atas saldo aset tetap dalam neraca.

Pelaksanaan kegiatan invetarisasi barang dikoordinasikan oleh Sekretariat Daerah


c.q.Kepala Bagian Perlengkapan dimulai dari wilayah terkecil yaitu kelurahan, kecamatan
dan dari Satuan Kerja/Unit Kerja terkecil yaitu Sekolah Negeri, Cabang Dinas/UPT/ Puskes,
Satuan Kerja dan seluruhnya bermuara pada Bagian Perlengkapan untuk dikompilasi dan
diolah.

Tujuan Inventarisasi Barang Milik/Kekayaan Daerah adalah untuk :

1. Meyakini keberadaan fisik barang yang ada pada dokumen invetaris dan ketepatan
jumlahnya.

2. Mengetahui kondisi terkini barang (Baik, Rusak Ringan, dan Rusak Berat)

3. Melaksanakan tertib administrasi yaitu :


a. membuat usulan penghapusan barang yang sudah rusak berat.
b. mempertanggungjawabkan barang-barang yang tidak diketemukan/ hilang.
c. mencatat/membukukan barang-barang yang belum dicatat dalam dokumen
inventaris.

4. mendata permasalahan yang ada atas inventaris, seperti sengketa tanah, kepemilikan
yang tidak jelas, inventaris yang dikuasai pihak ketiga

5. menyediakan informasi nilai Aset Daerah sebagai dasar penyusunan neraca awal Daerah

Adapun sasaran inventarisasi atas Barang-barang Milik/ Kekayaan Daerah meliputi:

 1, Barang inventaris yang dibeli/ diperoleh dengan seluruhnya dari dana APBD
 2. Barang inventaris yang dibeli/ diperoleh dengan sebagian dari dana APBD
 3. Barang inventaris yang dibeli/ diperoleh dari dana di luar APBD, misalnya barang
hibah, hasil sitaan, dll.
 4. Barang inventaris yang belum jelas pemiliknya tetapi dikuasai dan dikelola oleh
instansi yang bersangkutan

Pengguna barang melakukan inventarisasi BMD paling sedikit satu kali dalam lima tahun.
Dalam hal BMD berupa persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan, inventarisasi
dilakukan oleh pengguna barang setiap tahun. Pengguna barang menyampaikan laporan
hasil inventarisasi kepada pengelola harang paling lama tiga bulan setelah selesai
inventarisasi. Pengelola barang melakukan inventarisasi BMD berupa tanah dan/atau
bangunan yang berada dalam penguasaannya paling sedikit satu kali dalam lima tahun.

Ketentuan umum

 1. Pengguna barang melakukan inventarisasi BMD paling sedikit satu kali dalam
lima tahun
 2. Dalam hal BMD berupa persediaan dan KDP, inventarisasi dilakukan oleh
pengguna barang setiap tahun
 3. Pengguna barang menyampaikan laporan hasil inventarisasi kepada pengelola
barang paling lama tiga bulan setelah selesai inventarisasi
 4. Pengelola barang melakukan inventarisasi BMD berupa tanah dan/atau bangunan
yang berada dalam penguasaannya paling sedikit satu kali dalam lima tahun

Dokumen Inventarisasi Barang Milik Daerah

Macam-macam dokumen inventaris yang digolongkan menurut jenis kegiatan adalah


sebagai berikut :

1. Kegiatan Pencatatan
Dokumen yang digunakan dalam kegiatan pencatatan adalah sebagai berikut:
a) Buku Induk Inventaris: kompilasi/gabungan Buku Inventaris.
b) Buku Inventaris (BI): himpunan catatan data teknis dan administrasi yang diperoleh
dari Kartu Inventaris Barang hasil inventarisasi.
c) Kartu Inventaris Barang (KIB): kartu untuk mencatat barang inventaris secara
tersendiri atau kumpulan/ kolektif yang diperlukan untuk inventarisasi atau tujuan
lainnya selama barang tersebut belum dihapuskan. Contoh KIB yang harus
diselenggarakan antara lain KIB Tanah, KIB Gedung, KIB Kendaraan, dan KIB
Lainnya.
d) Kartu Inventaris Ruangan (KIR): kartu untuk mencatat barang inventaris yang ada
dalam ruangan kerja.

Dalam Inventarisasi, pencatatan kondisi inventaris dibagi dalam 3 kategori yaitu Baik,
Rusak Ringan, dan Rusak Berat. Informasi kondisi barang diperlukan dalam proses
penilaian inventaris dan berguna sebagai salah satu data dalam pengambilan keputusan
mengenai inventaris oleh pihak pengelola, seperti penghapusan barang, perencanaan
pengadaan, perencanaan pemeliharaan, dan lainnya.

2. Kegiatan Pelaporan

Dokumen yang berkaitan dengan pelaporan adalah sebagai berikut:

a) Daftar Rekapitulasi Inventaris: disusun oleh Kepala Daerah selaku Kuasa/Ordonator


Barang dengan menggunakan bahan dari Rekapitulasi Inventaris Barang yang disusun
oleh Pengurus Barang Satuan Kerja/ unit Kerja.
b) Daftar Mutasi Barang: memuat data barang yang berkurang dan atau bertambah
dalam suatau jangka waktu tertentu, misalnya setiap 3 bulan (LMBT) atau setahun
(LT1).

E. KARTU INVENTARIS BARANG (KIB), KARTU BARANG PERSEDIAAN DAN KARTU INVENTARIS
RUANGAN (KIR)

a. Kartu Inventaris Barang (KIB)

Kartu Inventaris Barang (KIB) adalah kartu yang digunakan untuk mencatat barang-barang inventaris.
Pencatatan ini bisa dilakukan untuk setiap barang Pencatatan ini bisa dilakukan untuk setiap barang
(misalnya PC merk A), atau secara kolektif (semua PC digabungkan dalam 1 KIB)

. Terdapat 6 macam KIB, yaitu :

1. KIB-A: Tanah,
2. KIB-B: Mesin dan Peralatan
3. KIB-C: Gedung dan Bangunan
4. KIB-D: Jalan, Irigasi dan Jaringan
5. KIB-E: Aset Tetap Lainnya
6. KIB-F: Konstruksi dalam Pengerjaan

b. Kartu Barang Habis Pakai dan Buku Barang Pakai Habis


Laporan Persediaan harus memberikan informasi jumlah persediaan yang rusak atau using. Persediaan
yang telah using adalah persediaan yang tidak dapat dimanfaatkan untuk kegiatan operasional bukan
hanya karena usianya tapi juga karena sudah ketinggalan teknologi atau kesesuaian spesifikasi.

c. Kartu Inventaris Ruangan (KIR

Kartu Inventaris Ruangan (KIR) ini digunakan untuk mencatat inventaris yang berada di setiap ruangan.
KIR memuat data jenis barang, dan terdiri dari 14 kolom. Berbeda dengan KIB, kode lokasi diisi pada sisi
kanan atas. Sisi kiri mencantumkan nama unit, satuan kerja dan kode ruangan.

PELAPORAN BARANG MILIK DAERAH

pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh
unit pelaksana penatausahaan BMD pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.

Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi mengenai BMD dapat
disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dengan akurat guna
mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan BMD dan
sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Daerah.

Ketentuan Umum

1. Kuasa pengguna barang harus menyusun laporan barang kuasa pengguna (LBKP)
semesteran dan tahunan sebagai bahan untuk menyusun neraca satuan kerja untuk
disampaikan kepada pengguna barang

2. Pengguna barang menghimpun LBKP semesteran dan tahunan sebagai bahan


penyusunan laporan barang pengguna pemasaran dan tahunan

3. Laporan barang pengguna digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca


Kementerian/Lembaga/perangkat daerah untuk disampaikan kepada pengelola barang

4. Pengelola barang harus menyusun laporan barang pengelola semesteran dan tahunan

5. Pengelola barang harus menghimpun laporan barang pengguna semesteran dan tahunan
serta laporan barang pengelola sebagai barang penyusunan laporan BMD

6. Laporan BMD digunakan sebagai bahan untuk menyusun neraca pemerintah


pusat/pemda
MEKANISME PELAPORAN BARANG MILIK DAERAH

dilakukan pelaporan secara berjenjang berdasarkan informasi yang terdapat dalam DBP
dan DBKP. Untuk pelaporan dilakukan secara bertingkat, yaitu :

1. Kuasa Pengguna Barang (Kepala Unit Kerja) harus menyampaikan Laporan


Pengguna Barang setiap semester, tahunan dan 5 tahunan kepada Pengguna Barang.
2. Kepala SKPD selaku Pengguna Barang menyampaikan Laporan Pengguna Barang
Semesteran, Tahunan dan 5 tahunan kepada Kepala Daerah melalui Pengelola
Barang (yaitu Sekretaris Daerah).
3. Pembantu Pengelola (yaitu Kepala Bagian Perlengkapan) menghimpun seluruh
Laporan Pengguna Barang Semesteran, Tahunan dan 5 tahunan dari masing-masing
SKPD, baik jumlah maupun nilainya, dan membuat rekapitulasinya.
4. Hasil Rekapitulasi ini yang menjadi bahan pembuatan Neraca Daerah.
TATA CARA PENATAUSAHAAN

Penatausahaan keuangan daerah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari


proses Pengelolaan Keuangan Daerah, baik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2005 maupun berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Uraian tentang penatausahaan keuangan daerah mencakup
hal-hal sebagai berikut: (a) asas umum penatausahaan keuangan daerah; (b) pelaksanaan
penatausahaan keuangan daerah; (c) penatausahaan penerimaan; dan (d) penatausahaan
pengeluaran.

A. Asas Umum Penatausahaan Keuangan Daerah

Asas-asas umum Penatausahaan Keuangan Daerah menurut kedua peraturan


perundangundangan tersebut di atas menyebutkan bahwa:
1. Pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran, bendahara penerimaan/ pengeluaran
dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/ barang/kekayaan daerah,
wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
2. Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang berkaitan dengan
surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban APBD bertanggung jawab atas
kebenaran material dan akibat yang timbul dari penggunaan surat bukti tersebut;
3. Semua penerimaan dan pengeluaran dana pemerintahan daerah harus dianggarkan
dalam APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara
Umum Daerah;
4. Untuk setiap pengeluaran dana atas beban APBD, harus diterbitkan Surat Keputusan
Otorisasi (SKO) oleh Kepala Daerah atau surat keputusan lain yang berlaku sebagai surat
keputusan otorisasi;
5. Kepala Daerah, wakil kepala daerah, pimpinan DPRD, dan pejabat lainnya dilarang
melakukan pengeluaran dana atas beban anggaran daerah untuk tujuan lain dari yang telah
ditetapkan.

B. Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah

Untuk kepentingan pelaksanaan APBD, maka sebelum dimulainnya suatu tahun anggaran
Kepala Daerah sudah harus menetapkan pejabat-pejabat berikut ini:
1. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Penyediaan Dana (SPD);
2. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Permintaan Pembayaran
(SPP);
3. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
4. Pejabat yang diberi wewenang mengesahkan Surat Pertanggungjawaban (SPJ);
5. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D);
6. Pejabat fungsional untuk tugas bendahara penerimaan/pengeluaran; PERTEMUAN 7
7. Bendahara pengeluaran yang mengelola belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah,
belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, belanja tak terduga,
dan pengeluaran pembiayaan pada SKPD;
8. Bendahara penerimaan pembantu dan bendahara pengeluaran pembantu; dan
9. Pejabat-pejabat lainnya yang perlu ditetapkan dalam rangka pelaksanaan APBD.

Pejabat pelaksana APBD lainnya mencakup:


1. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD (PPK-SKPD} yang diberi wewenang
melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada SKPD;
2. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) SKPD yang diberi wewenang melaksanakan
satu atau beberapa kegiatan dari suatu program yang sesuai dengan bidang tugasnya;
3. Pejabat yang diberi wewenang menandatangani surat bukti pemungutan pendapatan
daerah;
4. Pejabat yang diberi wewenang untuk menandatangani bukti penerimaan kas dan bukti
penerimaan lainnya yang sah; dan
5. Pembantu bendahara penerimaan dan/atau pembantu bendahara pengeluaran. Suatu
hal yang harus diperhatikan adalah bahwa penetapan pejabat oleh kepala daerah tersebut
dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan penetapan pejabat lainnya dalam rangka
pelaksanaan APBD dapat didelegasikan oleh kepala daerah kepada kepala SKPD.

C. Penatausahaan Penerimaan

Menurut ketentuan dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 yang dimaksud dengan
penerimaan daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah. Semua penerimaan daerah
disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap
sah setelah Kuasa Bendahara Umum Daerah menerima nota kredit.

Penerimaan daerah yang disetor ke rekening kas umum daerah dilaksanakan melalui
caracara sebagai berikut:

1.Disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga;


2. Disetor melalui bank lain, badan, lembaga keuangan, dan/atau kantor pos oleh pihak
ketiga; dan
3. Untuk benda berharga seperti karcis retribusi yang dipakai sebagai tanda bukti
pembayaran oleh pihak ketiga maka penyetorannya dilakukan dengan cara penerbitan
tanda bukti pembayaran retribusi tersebut yang disahkan oleh PPKD.

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa untuk kepentingan pelaksanaan APBD


dan/atau penatausahaan keuangan daerah, kepala daerah perlu menetapkan pejabat
fungsional untuk tugas bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran. Untuk itu
bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terhadap seluruh
penerimaan dan penyetoran atas penerimaan yang menjadi tanggung jawabnya dan harus
melaporkannya kepada pengguna anggaran atau kuasa pengguna anggaran melalui PPKD
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

Penatausahaan atas penerimaan dilaksanakan dengan menggunakan buku kas, buku


pembantu per rincian obyek penerimaan dan buku rekapitulasi penerimaan harian.
Sedangkan bukti penerimaan dan/atau bukti pembayaran yang diperlukan untuk
penatausahaan anggaran adalah:
1. Surat ketetapan pajak daerah (SKP-Daerah);
2. Surat ketetapan retribusi (SKR);
3. Surat tanda setoran (STS);
4. Surat tanda bukti setoran; dan
5. Bukti penerimaan lainnya yang sah.

D. Penatausahaan Pengeluaran

Arti dari pengeluaran daerah seperti dimaksudkan dalam peraturan perundang-undangan


terkait adalah semua arus uang yang keluar dari kas daerah. Hal-hal yang berhubungan
dengan penatausahaan pengeluaran adalah: (i) penyediaan dana; (ii) permintaan
pembayaran; (iii) perintah membayar; (iv) pencairan dana; dan (v) pertanggungjawaban
penggunaan dana.

TATA CARA PENATAUSAHAAN

PEMBUKUAN

1. Penggunaan/kuasa pengguna barang wajib melakukan pendaftaran dan oencatatan


BMD ke dalam daftar barang pengguna (DBP)/DBKP.
2. Sistem informasi manajemen daerah (SIMDA)BMD
 Perencanaan kebutuhan dan penganggaran
 Pengadaan
 Penggunaan
 Pemanfaatan
 Pengamatan dan pemeliharaan
 Penilaian
 Pemindahtangan
 Pemusnahan
 Penghapusan
b. Pengadaan

Pada menu pengadaan, user dapat melakukan penginputan data kontrak dan rincian aset
yang ada pada kontrak. Dengan melakukan penginputan ini, maka akan didapat informasi
tentang kontrak-kontrak yang sudah dikeluarkan oleh perangkat daerah. Terinputnya
rincian aset pada kontrak, maka dapat dibandingkan dengan data perencanaan kebutuhan,
apakah BMD yang direncanakan dibeli sama dengan yang direncanakan dalam DKBMD.
Selain data kontrak, juga diinput data SP2D atas kontrak tersebut. Dengan diinputnya data
SP2D makan akan terlihat kemajuan pembayaran kontrak.Ketika pembayaran sudah 100%
dan sudah ada BAST serta dokumen pendukung lainnya, maka user dapat melakukan
posting KIB. Pada menu ini juga terdapat sub menu khusus untuk inventarisasi, yang
diperuntukkan bagi pemda yang baru pertama kali menggunakan SIMDA BMD dan
melakukan inventarisasi. Menu ini juga terdapat sub menu belanja penunjang. Hal ini untuk
melakukan penginputan data belanja selain belanja modal

3.Pengguna/kuasa pengguna barang dalam melakukan pendaftaran dan pencatatan sesuai


format:

a. KIB A Tanah;

b. KIB B Peralatan dan Mesin;

c. KIB C Gedung dan Bangunan;

d. KIB D Jalan,Irigasi dan Jaringan;

e. KIB E Aset Tetap Lainnya;

f. KIBF Konstruksi dalam Pengerjaan; dan

g. Kartu Inventaris Ruangan (KIR)

4. Pembantu pengelola melakukan koordinasi dalam pencatatan dan pendaftaran BMD ke


dalam DBMD.

PELAPORAN

1. Kuasa pengguna barang menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan


dan lima tahunan kepada pengguna.

2. Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan dan lima


tahunan kepada KDH melalui pengelola.
3. Pembantu pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang semesteran,
tahunan dan lima tahunan dari masing-masing OPD,jumlah maupun nilai serta dibuat
rekapitulasinya.

4. Rekapitulasi, digunakan sebagai bahan penyusunan neraca daerah.

5. Hasil sensusbarang daerah dari masing-masing pengguna/kuasa pengguna, direkap ke


dalam buku inventaris dan disampaikan kepada pengelola, selanjutnya pembantu
pengelola merekap buku inventaris tersebut menjadi buku induk inventaris.

6. Buku induk inventaris merupakan saldo awal pada daftar mutasi barang tahun
berikutnya, selanjutnya untuk tahun-tahun berikutnya pengguna/kuasa pengguna dan
pengelola hanya membuat daftar mutasi barang (bertambah dan/atau berkurang) dalam
bentuk rekapitulasi BMD.

7. Mutasi barang bertambah dan/atau berkurang pada masing-masing OPD setiap


semester, dicatat secara tertib pada: laporan mutasi barang dan daftar mutasi barang.

8. Laporan mutasi barang merupakan pencatatan barang bertambah dan/atau berkurang


selama enam bulan untuk dilaporkan kepada KDH melalui pengelola.

9. Laporan mutasi barang semester I dan semester II digabungkan menjadi daftar . mutasi
barang selama satu tahun, dan masing-masing dibuatkan daftar rekapitulasinya (daftar
rekapitulasi mutasi barang).

10.Daftar mutasi barang selama satu tahun tersebut disimpan di pembantu pengelola.

11. Rekapitulasi seluruh BMD (daftar mutasi), disampaikan kepada menteri dalam negeri.

12.Laporan inventarisasi barang (mutasi bertambah dan/atau berkurang) selain


mencantumkan jenis, merek, tipe, dan lain sebagainya juga harus mencantumkan nilai
barang.

13.Format Laporan Pengurus Barang:

a. Buku Inventaris;

b. Rekap Buku Inventaris;

c. Laporan Mutasi Barang,

d. Daftar Mutasi Barang;

e. Rekapitulasi Daftar Mutasi Barang;

f. Daftar Usulan Barang yang Akan Dihapus;


g. Daftar BMD yang Digunausahakan

Anda mungkin juga menyukai