Anda di halaman 1dari 5

MATERI 12.

GAMBARAN UMUM AKUNTANSI MANAJEMEN


BARANG DAERAH
A. Definisi Barang Daerah
Dalam rangka melaksanakan pelayanan publik, pemerintahan daerah tidak bisa
terlepas dari sarana dan prasarana. Dengan banyaknya sarana dan prasarana yang
dimiliki pemerintahan daerah dan adanya tuntutan penggunaan secara efektif dan
efisien, dibutuhkan manajemen sarana dan prasarana yang baik untuk memastikan
bahwa sarana dan prasarana tersedia, terpelihara, dan terlaporkan secara
transparan dan akuntabel. Untuk mendukung pengelolaan sarana dan prasarana
dibutuhkan dukungan sistem akuntansi manajemen yang mampu menghasilkan
informasi mengenai ketersediaan, kondisi, dan nilai dari sarana dan prasarana
tersebut yang memiliki keterkaitan erat dengan penyajian aset daerah pada laporan
keuangan daerah berupa neraca daerah. Menurut aturan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia, sarana dan prasarana yang dimiliki atau dikuasai oleh
pemerintahan daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan tersebut
diistilahkan dengan barang daerah. Dari sudut pandang akuntansi, barang daerah
merupakan salah satu bentuk aset yang bersifat non keuangan. Barang daerah
dikategorikan aset karena memiliki potensi ekonomi masa datang dan dimiliki oleh
daerah. Potensi ekonomi dalam hal ini memiliki makna adanya manfaat baik manfaat
finansial maupun non finansial yang bisa diperoleh pada masa yang akan datang
dalam rangka mendukung peran dan fungsi pemerintah daerah sebagai pemberi
pelayanan kepada masyarakat. Dalam bab ini akan digunakan istilah aset daerah
sebagai bentuk kekayaan daerah secara luas dan istilah barang daerah sebagai
bentuk aset daerah yang berupa sarana dan prasarana daerah secara fisik sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku. Mekanisme manajemen barang
daerah diatur secara umum dengan Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 dan
secara teknis diatur dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri no. 17 tahun 2007.

B. Penilaian dan Penyajian Barang Daerah.


Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas, aspek standar penilaian dan
penyajian barang daerah merupakan prasayarat dihasilkannya nilai barang daerah
yang relevan dan andal. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri no 59 tahun 2007,
barang daerah dinilai berdasarkan pada nilai perolehannya. Artinya, barang daerah
dinilai sebesar seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan
(ready to use). Penyajian barang daerah adalah pada laporan neraca daerah pada
sisi aset daerah.
Jika manajemen barang daerah dilakukan secara tidak tertib, maka nilai barang
daerah yang dilaporkan dalam neraca menjadi tidak valid. Akibatnya neraca tersebut
tidak mencerminkan nilai aset sewajarnya. Aset yang dilaporkan bersifat understated
yaitu disajikan lebih rendah dari nilai sesungguhnya atau bisa jadi overstated yaitu
disajikan lebih tinggi dari yang sesungguhnya. Lebih lanjut laporan keuangan
tersebut menjadi kurang dapat diandalkan untuk pengambilan keputusan dan
berpotensi menyesatkan pengguna laporan keuangan.

C. Personil Pengelola Barang Daerah


Dalam rangka mewujudkan transparansi dan akuntabilitas informasi mengenai
barang daerah dibutuhkan manajemen barang daerah yang handal. Salah satu hal
dalam pengelolaan barang daerah adalah para personil pengelolanya harus jelas.
Sesuai dengan aturan perundangan, di bawah ini adalah personil-personil yang
terkait dengan pengelolaan barang daerah
a) Pemegang kekuasaan pengelolaan barang daerah yang memiliki otoritas
penuh terhadap seluruh pengelolaan barang daerah. Dalam rangka pengelolaan
barang daerah, pemegang kekuasaan pengelolaan barang daerah dibantu oleh
pihak-pihak lain sebagai berikut:
b) Pengelola barang daerah, merupakan pihak yang membantu pemegang
kekuasaan pengelolaan barang daerah dalam rangka pengelolaan secara teknis
barang daerah di pemerintahan daerah serta melakukan koordinasi pengelolaan
barang milik daerah .
c) Pembantu pengelola barang daerah, merupakan pihak yang membantu
pengelola barang daerah dalam pelaksanaan teknis pengelolaan barang daerah
dan mengkoordinir penyelenggaraan pengelolaan barang milik daerah yang ada
pada satuan kerja perangkat daerah.
d) Pengguna barang daerah adalah pihak yang bertanggungjawab atas
pengelolaan barang daerah di satuan kerjanya masing-masing.
e) Kuasa pengguna barang daerah adalah pihak yang bertanggungjawab atas
pengelolaan barang daerah di unit kerjanya.
f) Penyimpan barang daerah adalah pihak yang membantu pengguna barang
atau kuasa pengguna barang daerah untuk menyimpan barang daerah di satuan
kerja atau unit kerja tertentu untuk diserahi tugas untuk menerima, menyimpan,
dan mengeluarkan barang.
g) Pengurus barang daerah merupakan pihak yang diserahi tugas untuk
membantu pengguna barang/kuasa pengguna barang untuk mengurus barang
daerah dalam proses pemakaian yang ada di setiap satuan kerja perangkat
daerah/unit kerja.

D. Lingkup Manajemen Barang Daerah


Manajemen barang daerah diatur dalam PP No.6/2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Daerah, yang kemudian ditindaklanjuti dengan Permendagri No.17/2007
tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah. Lingkup manajemen barang
daerah antara lain meliputi:
a. Perencanaan dan penganggaran. Barang yang diadakan seharusnya
adalah barang yang benar-benar dibutuhkan bukan barang yang diinginkan.
Untuk itu dalam perencanaan kebutuhan barang milik daerah harus
dilakukan pencatatan yang baik.
b. Pengadaan. Pada tahapan ini, cukup rawan dengan adanya praktik KKN.
Oleh karena itu, masalah yang paling sering muncul adalah: mekanisme
pengadaan yang tidak transparan dan akuntabel, tidak efektif, dan tidak
efisien.
c. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengguna dalam
mengelola dan menatausahakan barang milik daerah sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
bersangkutan.
d. Pemanfaatan adalah pendayagunaan barang milik daerah yang tidak
dipergunakan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan,
bangun guna serah dan bangun serah guna dengan tidak mengubah status
kepemilikan
e. Pengamanan adalah kegiatan tindakan pengendalian dalam pengurusan
barang milik daerah dalam bentuk fisik, administratif dan tindakan upaya
hukum.
f. Pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua
barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
g. Penilaian adalah suatu proses kegiatan penelitian yang selektif didasarkan
pada data/fakta yang obyektif dan relevan dengan menggunakan
metode/teknis tertentu untuk memperoleh nilai barang milik daerah.
h. Penghapusan adalah tindakan menghapus barang milik daerah dari daftar
barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang berwenang
untuk membebaskan pengguna dan/atau kuasa pengguna dan/atau
pengelola dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang berada
dalam penguasaannya.
i. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan barang milik daerah
sebagai tindak lanjut dari penghapusan dengan cara dijual, dipertukarkan,
dihibahkan atau disertakan sebagai modal Pemerintah Daerah.
j. Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan barang milik daerah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

E. Akuntansi Manajemen Barang Daerah


Dalam rangka mendukung manajemen barang daerah secara transparan dan
akuntabel dibutuhkan pencatatan-pencatatan antara lain:
1. Pencatatan Daftar Kebutuhan Barang Daerah yang berisikan daftar
barang yang dibutuhkan untuk diadakan yang berisi informasi: barang
apa yang dibutuhkan; dimana dibutuhkan; kapan dibutuhkan; berapa
biayanya; siapa yang mengurus dan siapa yang menggunakan; alasan-
alasan kebutuhan; cara pengadaan; standarisasi dan spesifikasi barang-
barang yang dibutuhkan baik jenis, macam, maupun jumlah dan
besarnya barang yang dibutuhkan.
2. Pencatatan pada Daftar Barang Daerah, merupakan catatan barang di
tingkat pemerintahan daerah
3. Pencatatan pada Daftar Barang Pengguna, merupakan catatan
mengenai barang di tingkat pengguna barang.
4. Pencatatan pada Kartu Inventaris. Kartu inventaris tersebut memuat data
meliputi lokasi, jenis/merk type, jumlah, ukuran, harga, tahun pembelian,
asal barang, keadaan barang dan sebagainya
1) Kartu Inventaris Barang (KIB) A Tanah
2) Kartu Inventaris Barang (KIB) B Peralatan dan Mesin
3) Kartu Inventaris Barang (KIB) C Gedung dan Bangunan
4) Kartu Inventaris Barang (KIB) D Jalan, Irigasi dan Jaringan
5) Kartu Inventaris Barang (KIB) E Aset Tetap Lainnya
6) Kartu Inventaris Barang (KIB) F Konstruksi dalam Pengerjaan
7) Kartu Inventaris Ruangan (KIR).

4. Pelaporan Akuntansi Manajemen Berang Daerah


a. Kuasa pengguna barang menyampaikan laporan pengguna barang
semesteran, tahunan, dan lima tahunan kepada pengguna.
b. Pengguna menyampaikan laporan pengguna barang semesteran, tahunan
dan lima tahunan kepada Kepala Daerah melalui pengelola.
c. Pembantu pengelola menghimpun seluruh laporan pengguna barang
semesteran, tahunan, dan lima tahunan dari masing-masing SKPD, jumlah
maupun nilai serta dibuat rekapitulasinya.
d. Rekapitulasi sebagaimana dimaksud pada huruf C di atas, digunakan
sebagai bahan penyusunan neraca daerah.

=================

Anda mungkin juga menyukai