HKUM4401 - Interpretasi Dan Penalaran Hukum
HKUM4401 - Interpretasi Dan Penalaran Hukum
TUGAS 1
No.2
Kuatnya positivisme hukum dalam perkembangan ilmu hukum di Indonesia lebih dikarenakan
sebagai warisan sistem Belanda (inherited from the Dutch colonial system of law) yang pernah
menjajah Indonesia. Sistem hukum Belanda ini termasuk dalam keluarga hukum Eropa Kontinental
yang bersifat liberal. Kontribusinya terhadap proses pembangunan secara keseluruhan bagi
Indonesia memang harus diakui. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang diproduksi
merupakan salah satu bukti dari keberhasilan positivisme hukum. Kritik terhadap positivisme dapat
juga dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutik, dimana menurut Collin adalah salah
satu dari delapan posisi argumentatif kaum konstruktivis selain etnomotodologi, relativisme budaya,
konstruktivisme sosial Bergerian, relativitas linguistik, fenomenologi, simbolisme fakta sosial dan
paradigma konvensi. Disamping ituhermeneutika sebagai suatu paradigma dalam kajian hukum
merupakan sintesa antara kuatnya peranan positivisme hukum pada satu sisi, dengan kajian sosial
terhadap hukum pada sisi lain. Karena hermeneutika pada satu sisi mengakui hukum tertulis sebagai
fakta sosial yang merupakan manifestasi dari positivisme hukum, namun pada sisi lain melihat
sampai sejauh hukum tertulis tersebut di interpretasi dalam konteks yang kritis. Apalagi dalam
bidang hukum, undang-undang pada dasarnya merupakan peralihan bahasa lisan ke bahasa tulis,
memiliki makna yang ganda, baik makna yang tersurat maupun yang tersirat, atau bunyi hukum dan
semangat hukum, dua hal yang selalu diperdebatkan oleh kalangan hukum. Penegakan hukum pada
dasarnya adalah upaya melakukan interpretasi terhadap dokumen hukum, sehingga kegiatan
hermeneutic tidak dapat terpisahkan dengan begitu saja dalam aktivitias penegakan hukum.
Pendekatan hermeneutik dalam proses penegakan hukum menjadi penting, karena merupakan
sintesa antara arti pentingnya system hukum positiv (hukum negara) pada satu sisi dengan
eksistensi perkembangan masya- rakat disisi lain, sejak positivisasi norma dalam bentuk undang-
undang positik, aktivitas herme neutik sudah dimulai dan kemudian berlanjut pada proses
penerapannya. Urgensi kajian hermeneutika hukum, dimaksudkan tidak hanya akan membebaskan
kajian-kajian hukum dari otoritarianisme para yuris positif yang elitis, tetapi juga dari kajian-kajian
hukum kaum strukturalis atau behaviorial yang terlalu empirik sifatnya.
No.3
Menurut B. Arif Sidharta, mula pertama Hermeneutika itu dikembangkan adalah sebagai metode
atau seni untuk menafsirkan teks. Kemudian lewat karya Scleiermacher dan Wilhem Dilthey
mengembangkan dan menggunakan Hermeneutika sebagai metode untuk ilmu-ilmu manusia,
khususnya ilmu sejarah. Akhirnya lewat karya hegel dan karya Heidegger, Gadamer
mengembangkan Hermeneutika sebagai landasan kefilsafatan ilmu-ilmu manusia dalam bukunya
“Truth and Method”. Dalam buku tersebut, Gadamer menyisikan paragraf khususnya method.