Anda di halaman 1dari 3

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Muhammad Rizki

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 051991023

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/ Interpretasi dan Penalaran Hukum

Kode/Nama UT Daerah : 15/Pangkalpinang

Masa Ujian : 2023/2024 Genap (2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS TERBUKA
No.1
Secara etimologis Hermeneutika berasal dari kata “Hermes” nama dewa dalam mitologi Yunani,
yang tugasnya menyampaikan/ menafsirkan pesan dari para dewa kepada manusia. Yakni ketika
bahasa langit diserahkan kepada dewa Hermes, hanya dewa Hermes yang dianggap mampu
menafsirkan bahasa-bahasa langit itu sehingga dapat membunikan bahasa-bahasanya. Secara umum
Hermeneutika adalah ilmu atau seni menafsirkan suatu pasal atau ketentuan (schriftverklaring),
terutama dalam bidang hukum dan agama. Pada karya Heidegger dan karya Gadamer,
Hermeneutika sebagai metode dikembangkan menjadi filsafat Hermeneutika yang berintikan
konsep-konsep kunci berikut: pendidikan (building), tradisi (ueberliefrung),Prasangka (vorurteil),
Pemahaman (verstehen), lingkaran Hermeneutika (hermeneutischezirkel),pengalaman
(erfahrung),sejarah pengaruh (wirkungsgeschichte) dan perpaduan cakrawala (fushion of horizons).
Hakim dalam memeriksa perkara untuk menggunakan metode atau pendekatan Hermeneutika
hukum dalam mengonstatir, menguapifisir, dan kemudian mengonstituir suatu perkara yang
dihadapkannya, khususnya pada ketentuan pasal yang terdapat pada peraturan perundang-
undangan. Hal tersebut tentunya tidak lepas dari adanya hubungan antara hukum dengan
perkembangan kehidupan yang tidak menutup kemungkinan terdapat kekosongan hukum dalam
memeriksa perkara. Hal tersebut dikarenakan sedemikian pentingnya untuk membangun
Pemahaman yang utuh mengenai teks-teks hukum, sehingga para Hakim dituntut untuk menggali
nilai-nilai dan keyakinan yang hidup di dalam masyarakat dalam rangka dialektika teks-
teks hukum. Istilah koherensi banyak dijumpai khususnya dalam dunia akademik. Dalam
melakukan interpretasi dan Penalaran hukum aspek koherensi menjadi hal yang
sangat penting seperti apa koherensi ini dan bagaimana koherensi dapat dipergunakan
untuk penjelasan dan justifikasi terhadap sebuah keputusan hakim atau ajudikator
lainnya. pendapat dari berbagai ahli hukum menyatakan pada dasarnya koherensi
dalam penalaran hukum berkaitan dengan konsistensi logis dan konsisten dari
proposisi yang dibuat. Namun secara lebih khusus menurut MacCormic (1984) dari sistem hukum
koherensi berkaitan dengan kesatuan prinsip-prinsip dalam suatu sistem hukum untuk dipergunakan
dalam mengambil suatu keputusan atau untuk membuat argumentasi hukum atau dalam membuat
hukum.

No.2
Kuatnya positivisme hukum dalam perkembangan ilmu hukum di Indonesia lebih dikarenakan
sebagai warisan sistem Belanda (inherited from the Dutch colonial system of law) yang pernah
menjajah Indonesia. Sistem hukum Belanda ini termasuk dalam keluarga hukum Eropa Kontinental
yang bersifat liberal. Kontribusinya terhadap proses pembangunan secara keseluruhan bagi
Indonesia memang harus diakui. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang diproduksi
merupakan salah satu bukti dari keberhasilan positivisme hukum. Kritik terhadap positivisme dapat
juga dilakukan dengan menggunakan metode hermeneutik, dimana menurut Collin adalah salah
satu dari delapan posisi argumentatif kaum konstruktivis selain etnomotodologi, relativisme budaya,
konstruktivisme sosial Bergerian, relativitas linguistik, fenomenologi, simbolisme fakta sosial dan
paradigma konvensi. Disamping ituhermeneutika sebagai suatu paradigma dalam kajian hukum
merupakan sintesa antara kuatnya peranan positivisme hukum pada satu sisi, dengan kajian sosial
terhadap hukum pada sisi lain. Karena hermeneutika pada satu sisi mengakui hukum tertulis sebagai
fakta sosial yang merupakan manifestasi dari positivisme hukum, namun pada sisi lain melihat
sampai sejauh hukum tertulis tersebut di interpretasi dalam konteks yang kritis. Apalagi dalam
bidang hukum, undang-undang pada dasarnya merupakan peralihan bahasa lisan ke bahasa tulis,
memiliki makna yang ganda, baik makna yang tersurat maupun yang tersirat, atau bunyi hukum dan
semangat hukum, dua hal yang selalu diperdebatkan oleh kalangan hukum. Penegakan hukum pada
dasarnya adalah upaya melakukan interpretasi terhadap dokumen hukum, sehingga kegiatan
hermeneutic tidak dapat terpisahkan dengan begitu saja dalam aktivitias penegakan hukum.
Pendekatan hermeneutik dalam proses penegakan hukum menjadi penting, karena merupakan
sintesa antara arti pentingnya system hukum positiv (hukum negara) pada satu sisi dengan
eksistensi perkembangan masya- rakat disisi lain, sejak positivisasi norma dalam bentuk undang-
undang positik, aktivitas herme neutik sudah dimulai dan kemudian berlanjut pada proses
penerapannya. Urgensi kajian hermeneutika hukum, dimaksudkan tidak hanya akan membebaskan
kajian-kajian hukum dari otoritarianisme para yuris positif yang elitis, tetapi juga dari kajian-kajian
hukum kaum strukturalis atau behaviorial yang terlalu empirik sifatnya.

No.3
Menurut B. Arif Sidharta, mula pertama Hermeneutika itu dikembangkan adalah sebagai metode
atau seni untuk menafsirkan teks. Kemudian lewat karya Scleiermacher dan Wilhem Dilthey
mengembangkan dan menggunakan Hermeneutika sebagai metode untuk ilmu-ilmu manusia,
khususnya ilmu sejarah. Akhirnya lewat karya hegel dan karya Heidegger, Gadamer
mengembangkan Hermeneutika sebagai landasan kefilsafatan ilmu-ilmu manusia dalam bukunya
“Truth and Method”. Dalam buku tersebut, Gadamer menyisikan paragraf khususnya method.

Anda mungkin juga menyukai