TIM PENGABDIAN
KETUA :
Afra Hasna, M.Pd NIDN: 0309019402
ANGGOTA:
Thrisia Febrianti, M.Pd NIDN: 0327029202
Dwi Endrasto Wibowo, M.Pd NIDN: 0313099203
MAHASISWA:
Nia halijah NIM: 1520220018
MITRA:
Marius Suliarso ketua MGBK SMA Kota Bogor
LEMBAGA PENELITIAN
DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVEERSITAS ISLAM AS-SYAFIYYAH
JAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN PENGABDIAN BAGI DOSEN
Mengetahui,
Ketua LPPM UIA
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii
RINGKASAN ................................................................................................... iii
PRAKATA ................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
1. Instrumen penelitian…………………………………………………………. 20
2. Personalia Tim Peneliti……………………………………………………… 27
3. Surat Pernyataan Ketua Peneliti…………………………………………….. 41
4. Dokumentasi ……………………………………………………………….. 42
5. Artikel Ilmiah (draf/bukti status submit…………………………………….. 45
6. Justifikasi Anggaran………………………………………………………… 53
1
RINGKASAN
2
siswa, orang tua, guru, dan administrator sekolah (Bergdahl & Nouri, 2020; Wang
dkk., 2020). Sebagai bagian dari studi evaluasi yang lebih besar tentang dampak
praktik mindfulness pada kapasitas pemimpin sekolah untuk mempromosikan
berpusat pada penyembuhan keterlibatan dengan siswa dan guru yang memiliki
riwayat trauma, toksik stres, dan juga dapat mengatasi situasi yang sulit dan tidak
terduga.
Mindfulness merupakan sebuah kondisi, sifat, sebuah proses dan hasil (Sing et
al., 2008). Pantelono & Sisti (dalam Vernon & Doyle, 2017) menjelaskan bahwa
mindfulness sebagai wujud dari sebuah kesadaran dan perhatian penuh dengan
kondisi saat ini. mindfulness juga dimaknai sebagai salah satu personal traits yang
diasosiasikan pada prilaku prososial. Mindfulness berkaitan erat dengan life
satisfaction (Wakito, Loekmono & Dwikurnaningsih, 2018), kesejahteraan psikologis
(Savitri & Listiyandini, 2017) dan juga dapat menurunkan kecemasan (Munazilah &
Hasanat, 2012). Greco, Baer & Smith (2011) menyusun instrument pengukuran
mindfulness dengan konstruk bahwa mindfulness menjadi sebuah keterampilan untuk
memberikan perhatian secara penuh dan kesadaran akan pengalaman saat ini dengan
penerimaan tanpa memberikan penghakiman. Aspek mindfulness ada 3 bagian yakni
observing yang meliputi kemampuan mengobservasi fenomena internal, acting yang
meliputi kesadaran dan keterlibatan dalam aktivitas saat ini serta accepting without
judgement yakni penerimaan tanpa menghakimi dan terbuka dengan peristiwa
internal yang dialami.
Adapun Rencana Kegiatan yang akan dilakukan melalui pelatihan konseling
MBCC yaitu: 1) Mengenalkan konsep Mindfulnes-Based Cognitive Counseling
(MBCC) dan manfaatnya untuk kesehatan mental dan fisik; 2) Melatih siswa
melakukan latihan meditasi mindfulness sederhana seperti fokus pada napas atau
pengamatan objek; 3) Mendorong refleksi diri dan membantu siswa mengenali pola
pikir dan emosi negatif yang muncul, serta memperbaiki respons terhadap situasi
yang memicu emosi tersebut; 4) Melatih regulasi emosidengan teknik-teknik seperti
mindful breathing dan sitting practice ; 5) Integrasi MBCC ke dalam kegiatan sehari-
hari seperti makan, berjalan, dan berbicara; 6) Mendorong konsistensi dalam praktik
MBCC dengan memberikan dukungan dan umpan balik yang positif; 7) Evaluasi dan
penilaian efektivitas program pelatihan MBCC setelah 4 minggu dan diterapkan ke
siswa untuk mengukur kemajuan siswa dalam meningkatkan kemampuan emotional
regulation.
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan salah satu periode perkembangan pada manusia yang
menarik untuk diperhatikan. Pada masa remaja, individu umumnya banyak
mengalami berbagai perubahan meliputi perubahan dari segi fisiologis maupun
psikologis, adapun masalah psikologis yang sering terjadi pada masa remaja yaitu
mengenai perubahan sosio-emosional, sehingga masa remaja sering dikenal dengan
masa storm and stress [1]. Banyak tekanan yang terjadi selama masa remaja dan hal
ini akan mempengaruhi kondisi emosial pada seorang remaja itu sendiri. Penelitian
terhadulu mengungkapkan tekanan yang dirasakan oleh remaja disebabjan atas
kinerja akademik, kebutuhan untuk populer, keinginan untuk diterima oleh
lingkungan sosial dan juga mengenai body image [2].
Selain itu penelitian lain juga mengungkapkan bahwa perubahan emosional
yang dirasakan remaja, perubahan minat, perubahan peran dan kondisi lingkungan
dapat menimbulkan tekanan sosial, membuat ketegangan emosi pada remaja semakin
bertambah tinggi [3]. Untuk menghindari hal tersebut maka sangat diperlukan
regulasi emosi yang baik pada diri remaja. Regulasi emosi atau regulasi emosi adalah
yang yang menyangkut kesadaran, pemahaman dan penerimaan emosi, selain itu
fungsi regulasi emosi untuk mengontrol emosi dalam menghadapi tekanan [4].
Sehingga regulasi emosi yang baik sangat diperlukan oleh remaja.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa remaja pada Sekolah Menengah Atas
di Kota Bandung sebanyak 48,3% regulasi emosi remaja berada pada tingkat rendah
[5]. Hasil penelitian lain yang dilakukan di salah satu Sekolah Menengah Pertama di
Yogjakarta mengungkapkan bahwa siswa masih belum miliki regulasi emosi yang
baik hal ini dilihat dari siswa yang masih sulit menyembunyikan bentuk emosi
negatif seperti cemberut, membentak teman, menyendiri dan menangis [6].
Sedangkan penelitian lain mengungkapkan bahwa remaja yang memiliki regulasi
emosi dalam kategori rendah salah satunya ditandai dengan menyakiti dirinya sendiri
[7]. Sementara itu hasil wawancara yang dilakukan oleh MGBK SMA di Kota Bogor
mengungkapkan bahwa saat ini siswa SMA masih banyak yang belum memiliki
Regulasi emosi yang baik, dimana masih banyak siswa yang cemas dalam
menghadapi tekanan yang terjadi khusunya dimasa saat ini.
Penting bagi siswa untuk memiliki regulasi emosi yang baik, namun
kenyataannya siswa tidak bisa dengan begitu saja memiliki regulasi emosi yang baik,
siswa membutuhkan bantuan dari figur lain salah satunya guru BK yang ada di
sekolah. Peran guru BK disekolah sejatinya sangat dibutuhkan oleh siswa dalam
menangai masalah siswa. Guru BK dalam melaksanakan tugasnya tentu saja memiliki
banyak layanan yang diantaranya layanan mindfulness-based cognitive counseling
adalah pendekatan gabungan dari ide Konseling CBT dengan latihan meditasi dan
4
pengembangan kesadaran, dengan menggunakan MBCC konselor dapat membantu
klien meningkatkan intrapersonal siswa, selain itu konselor dapat menggunakan
pelatihan mindfulness untuk membantu klien mengembangkan cara menghilangkan
perasan negatif dan dapat membantu individu untuk mengubah diri dari individu yang
tidak sehat kepada individu yang sehat [8].
Melalui Pelatihan (KKP) MBCC pada Guru Bimbingan dan Konseling dalam
upaya Peningkatan regulasi emosi, kemudian siswa akan diberikan MBCC untuk
meningkatkan kemampuan regulasi emosi mereka. Target luaran yang diharapkan
adalah: 1) Guru BK dapat mengenali dan memahami pola pikir dan emosi negatif
yang muncul saat siswa menghadapi situasi yang menantang; 2) Guru BK dapat
mengenalkan siswa dalam mengatur emosi mereka dengan lebih efektif melalui
teknik-teknik mindful breathing dan sitting practice melalui praktik MBCC; 3) Guru
BK dapat mengembangkan kesadaran diri siswa yang lebih baik melalui praktik
MBCC; 4) Guru BK dapat meningkatkan kinerja akademik dan kesejahteraan
psikologis siswa melalui MBCC.
Dari latar belakang diatas yang mengungkapkan bahwa masa remaja adalah
masa yang penuh dengan tekanan sehingga untuk melakukan upaya untuk
meningkatkan emotinonal regulation remaja dengan melakukan pelatihan
mindfulness-based cognitive counseling pada MGBK SMA di Kota Bogor, yang
nantinya dengan pelatihan ini para MGBK SMA dapat memberikan layanan
mindfulness-based cognitive counseling pada siswa dalam upaya meningkatkan
regulasi emosi siswa.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pelatihan Mindfulnes-Based
Praktik tersupervisi serta Cognitive Counseling (MBCC)
evaluasi dan monitoring Bagi Konselor: Upaya
Peningkatan Regulasi Emosi
Siswa SMA Kota Bogor
6
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT
7
BAB 4
METODE PELAKSANAAN
8
Tahapan atau langkah-langkah dalam melaksanakan solusi yang ditawarkan
untuk mengatasi permasalahan mitra tergambar sebagai berikut:
9
Bangsa Sejahtera) sebagi mitra pengabdian yang membantu pelaksanaan pelatihan di
lapangan.
1. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN
Luaran dari kegiatan pengabdian ini adalah :
Indikator
No. JenisLuaran
Capaian
1. Publikasi di jurnal pengabdian Publish
2. Publikasi pada Media (cetak/elektronik) Publish
2. ANGGARAN
No Jenis Pengeluaran Total
1 Honorarium Tim Peneliti Rp 2.480.000,00
2 Bahan habis Pakai Rp 3.660.000,00
3. Analisis data Rp 1.010.000,00
4 Seminar dan Publikasi Rp 2.850.000,00
Total Anggaran Rp
10.000.000,00
Sepuluh juta rupiah
3. FORMAT KOLOM RAB
Jenis Aks
N Satua Volum Biaya Total
Pembelanjaa Item Total i
o n e Satuan Justifikasi
n
1 2 3 4 5 6 7
I Honor Tim Pengabdi 2.480.000
Honorarium Koordinator
Peneliti Bulan 4 420.000 1.680.000
Honorarium pembantu Peneliti OJ 32 25.000 800.000
II Bahan Habis Pakai 3.660.000
Kertas A4 HVS Rim 3 45.000 135.000
Ballpoint Buah 50 5.000 250.000
Board Marker Buah 5 10.000 50.000
Blocknote Buah 50 7.500 375.000
Paket Data Buah 1 850.000
Makan hari 1 Dos 50 28.000 1.400.000
Snack hari 2 Dos 50 12.000 600.000
III Analisis Data 1.010.000
1.010.00
Analisis Data Paket 1 0
Seminar & Publikasi
IV 2.850.000
Publikasi Media Cetak Paket 3 500.000 1.500.000
1.200.00
Publikasi Jurnal Paket 1 0 1.200.000
Pembuatan Laporan Paket 5 30.000 150.000
10
TOTAL 10.000.000
4. JADWAL
Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat dilaksanakan antara bulan April -
November 2021. Skema pelaksanaan pengabdian dapat digambarkan sebagai berikut.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kegiatan sebelum
penyusunan proposal
• Perizinan
2 Perencanaan Pengabdian
• Rapat koordinasi
• Penyusunan instrumen
Regulasi Emosi Siswa SMA
3 Pelaksanaan
• Evaluasi
4 Pelaporan
• Penyusunan Laporan
11
• Monev & Deseminasi Hasil
12
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
13
dan kolega di sekolah bahkan /juga dapat dipraktekkan di lingkungan masyarakat.
Mindfulness merupakan kesadaran yang muncul karena memberikan perhatian
terhadap pengalaman yang dirasakan saat ini secara disengaja dan tanpa penilaian
(Kabat-Zinn, 2006). Aspek-aspek mindfulness menurut Bishop et al, (2004) adanya
(1) kesadaran yakni hadir dalam kesadaran penuh pada masa sekarang, (2)
pengalaman masa kini artinya bahwa realita waktu yang dimiliki seseorang secara riil
hanyalah saat ini, (3) Sikap menerima artinya bahwa penerimaan membuat subjek
tidak memihak, mempertahankan diri ataupun menolak peristiwa yang akan datang
Pelatihan mindfulness sangat bemanfaat diterapkan baik bagi Guru BK
maupun pada konseli dengan permasalahan serupa yakni stress di masa pandemic.
Diantara manfaat melakukan mindfulness adalah (1) melatih pikiran dan fokus, (2)
menikmati hidup, (3) mencintai diri sendiri, (4) mengurangi stress. Aplikasi
mindfulness dalam kehidupan sehari- hari misalnya melakukan meditasi, menulis
jurnal, makan, berjalan, berkomunikasi dengan orang lain serta berinteraksi dengan
anggota keluarga.
Penerapan mindfulness dalam bingkai layanan konseling kelompok sangat
dimungkinkan, selain karena dilakukan dalam situasi kelompok juga akan menambah
rasa kebersamaan dalam menangani situasi yang serupa yakni stress. Adapun tahapan
konseling kelompok dalam pendekatan mindfulness diantaranya: (1) Anggota
Kelompok diminta untuk duduk berkumpul dalam bentuk lingkaran. (2) Anggota
kelompok diingatkan norma-norma dalam konseling kelompok. (3) Anggota
kelompok diberikan penjelasan dan permasalahan yang dihadapi (seperti stress dan
tekanan hidup sehari-hari). (4) Anggota kelompok diminta untuk saling berbagi cerita
mengenai stress yang dialami dalam menghadapi kehidupan sehari-hari serta upaya
yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
Pada pelatihan konseling kelompok dengan pendekatan mindfulness ini
dilakukan secara daring, yakni peserta dengan jumlah 172 orang bertatap muka
langsung secara virtual untuk melakukan pelatihan mindfulness dengan langkah-
langkah (1) Anggota kelompok diminta merperhatikan instruksi yang diberikan oleh
pemimpin kelompok (2) Anggota kelompok diberikan informasi bahwa latihan
mindfulness akan fokus pada keadaan saat ini (3) Anggota kelompok perlu
memberikan perhatian pada nafas, seluruh tubuh, sensasi di luar tubuh (bau, suara),
pikiran, dan perasaan. (4) Pada saat proses mindfulness berlangsung terdapat pikiran
mengembara maka harus disadari dan diterima kemudian kembali ke nafas.
Pada sesi akhir pelatihan, peserta memaparkan tentang kebermanfaatan yang
langsung dapat dirasakan diantaranya peserta merasa tenang, merasa nyaman,
perasaan lega, kepala yang pusing berangsur-angsur berkurang rasanya sakitnya.
Pada pelatihan ini peserta dilatih untuk menerima masalah bukan sebagai beban tetapi
masalah sebagai sesuatu yang harus diselesaikan dengan appraisal positif atau
penerimaan positif terhadap segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Hal tersebut
14
menjadi indikator bahwa stress yang dirasakan yang berdampak negatif pada fisik
serta psikis dapat berkurang sehingga Guru BK dapat optimal melaksanakan layanan
bimbingan dan konseling.
15
BAB 6
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pelatihan mindfulness melalui
konseling kelompok untuk meningkatkan regulasi emosi pada siswa telah
memberikan pemahaman baru bagi guru BK tentang memaknai secara lebih luas,
pemahaman terhadap konseling kelompok dengan pendekatan mindfulness serta
penerapan langsung mindfulness dalam bingkai konseling kelompok. Peserta
merasakan dampak yang signifikan terhadap diri baik fisik seperti merasa berkurang
rasa lelah, rasa sakit kepala serta secara psikis merasa nyaman, lega dan rasa tenang.
Hal tersebut menjadi indikator bahwa pelatihan mindfulness dalam bingkai konseling
kelompok menjadi sangat penting dan dibutuhkan dalam menurunkan stress yang
dialami oleh guru Bimbingan dan konseling.
B. Saran
Dari hasil dan pembahasan kegiatan Pelatihan mindfulness dalam bingkai
konseling kelompok untuk mengurangi stress pada Guru BK disampaikan beberapa
saran, antara lain:
1. Kegiatan seperti ini perlu diperluas, diperdalam dan dilaksanakan dalam konteks
yang berbeda, seperti pada Guru BK pada tingkat TK, SD, SMP dan SMA serta
Perguruan Tinggi. Sebab, pada dasarnya persoalan stress dihadapi oleh semua
kalangan
2. Kegiatan ini dapat dilaksanakan di wilayah/ daerah lain misalnya Jawa barat,
Jawa Timur dan wilayah lainnya
16
DAFTAR PUSTAKA
[1] Berk, L. E. Development Through The Lifespan: Dari Prenatal Sampai Remaja
(Transisi Menjelang Dewasa). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2012.
[2] Neff, K. D., dan McGehee, P. Self-compassion and Psychological Resilience
Among Adolescent and Young Adults. Self and Identity. 2010; 9, 225- 240.
[3] Hasmarlin, Hanum & Hirmaningsih. Self-Compassion dan Regulasi Emosi pada
Remaja. Jurnal Psikologi. 2019;15 (2). http://dx.doi.org/10.24014/jp.v14i2.7740
[4] Gratz, K. L., & Roemer, L. Multidimensional assessment of emotion regulation
and dysregulation: Development, factor structure, and initial validation of the
difficulties in emotion regulation scale. Journal of Psychopathology and
Behavioral Assessment. 2004; 26 (1): 41–54.
https://doi.org/10.1023/B:JOBA.0000007455.08539.94
[5] Yuniar, D., & Darmawati, I. Dukungan Keluarga Berhubungan dengan
Kecerdasan Emosional Remaja. Jurnal Keperawatan Komprehensif. 2017; 3(1):
9-17
[6] Nurhuda, Rohmah. Peningkatan Regulasi Emosi Melalui Metode Expressive
Writing Pada Siswa SMP. Jurnal Riset Mahasiswa Bimbingan dan Konseling.
2017: 3 (7)
[7] Estefan, G., dan Wijaya, Y. D. Gambaran Proses Regulasi Emosi Pada Pelaku
Self Injury. Jurnal Psikologi. 2014; 12 (1): 26-33.
[8] Surya, J., Wibowo, ME., & Mulawarman. Mindfulness-Based Cognitive Therapy
(MBCT) Approach in Counseling Practice. Advances in Social Science,
Education and Humanities Research. 2020; 574.
Bergdahl, N., & Nouri, J. (2020). Covid-19 and Crisis-Promoted Distance Education
in Sweden. Tech Know Learn, Sep 2: 1–17.
Greco, L. A., Baer, R. A., & Smith, G. T. (2011). Assessing mindfulness in children
and adolescents: Development and validation of the Child and Adolescent
Mindfulness Measure (CAMM). Psychological Assessment, 23(3), 606–
614. Retrieved from https://doi.org/10.1037/a0022819
Kabat-Zinn, J. (1994). Wherever you go, there you are: Mindfulness meditation in
everyday life. New York: Hyperion
Munazilah, & Hasanat, N. U. (2018). Program Mindfulness Based Stress Reduction
untuk Menurunkan Kecemasan pada Individu dengan Penyakit Jantung
Koroner. Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GAMAJPP),
4(1), 22–32. Retrieved from https://doi.org/10.22146/gamajpp.45346
Savitri, W. C., & Listiyandini, R. A. (2017). Mindfulness dan Kesejahteraan
Psikologis padaRemaja. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian Psikologi,
2(1), 43–59. Retrieved from https://doi.org/10.21580/pjpp.v2i1.1323
Vernon, Ann & Doyle, A. Kristene. (2017). Cognitive Behavior Therapies: A
Guidebook For Practitioners. America: American Counseling Association.
17
GAMBARAN IPTEK
PETA LOKASI
18
Lampiran Dokumentasi
Dokumentasi Pelatihan
19
20
21
Lampiran Ijin Pengabdian Pada Masyarakat
22