Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH TERAPI MUSIK DALAM MENURUNKAN INTENSITAS

NYERI PADA PASIEN VULNUS LACERATUM DI IGD RSU BUNDA


MARGONDA DEPOK

Disusun Oleh:

ANGGA PERMANA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vulnus Laceratum merupakan luka dengan tepi yang tak beraturan, ini
terjadi biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul seperti tepi meja,
pecahan kaca, luka seperti ini ditemukan pula pada kejadian kecelakaan
bermotor dengan luka tidak beraturan dan kotor, luas luka menembus mukosa
hingga lapisan otot (Kaleka, 2022).
Prevalensi peningkatan luka pertahun menurut WHO (2017) meliputi jenis
luka lecet/memar menempati jenis luka tertinggi 70,9% yang dialami
masyarakat, luka robek sebanyak 23,2%, dan 40,9% luka akibat kecelakaan
bermotor (Kaleka, 2022).
Nyeri merupakan respon subjektif yang tidak menyenangkan muncul
akibat kerusakan integritas jaringan aktual atau potensial yang menunjukkan
kerusakan. Setiap individu mempunyai karakteristik tersendiri secara
fisiologis, sosial, spiritual, psikologis dan kebudayaan yang mempengaruhi
cara individu menginterpretasikan dan merasakan nyeri (Ismiati Ida Marfuah,
2022).
Rasa nyeri yang tidak teratasi dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien,
meliputi gangguan psikologis, gangguan fisik dan menimbulkan gangguan
kenyamanan. Manajemen nyeri dapat diberikan pada pasien melalui dua cara
yaitu terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi. Terapi nonfarmakologi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektifitas terapi farmakologi
diantaranya terapi herbal, massage, aromaterapi, dan terapi musik (Monika
Rini Puspitasari, 2022) .
Terapi musik merupakan salah satu terapi nonfarmakologi dengan
menggunakan musik atau alunan nada maupun suara untuk mengatasi masalah
kesehatan dalam berbagai aspek meliputi aspek fisik dan psikologis. (Aristha,
2022). Terapi musik yang diberikan kepada pasien mempunyai irama, tempo,
melodi, harmoni, dinamika musik yang menghasilkan frekuensi. Frekuensi
yang dihasilkan saat terapi musik berupa gelombang alpha dan beta melalui
indra pendengaran (Monika Rini Puspitasari, 2022).
Dampak yang ditimbulkan oleh terapi musik ialah memberikan efek
relaksan pada tubuh, mempengaruhi aliran darah, menstabilkan denyut
jantung, serta menimbulkan rasa tenang. Musik selain dapat menurunkan nyeri
dan membuat relaksasi, musik juga dapat meningkatkan pelepasan hormone
endorphin sehingga mengurangi kebutuhan obat analgesic (Aristha, 2022).
Terapi musik sudah digunakan sejak lama dalam berbagai kebudayaan
untuk proses pengobatan. Florence Nightingale pertama kali mengidentifikasi
efek positif dari terapi musik. Terapi musik berdasarkan berbagai penelitian
dapat mengatasi permasalahan. Musik yang digunakan dalam terapi musik
berkembang dengan kebutuhan dan kondisi pasien. (Monika Rini Puspitasari,
2022).
Distraksi terapi musik ini ialah salah satu tindakan mandiri perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan yaitu manajemen nyeri. Perawat memiliki
peranan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah pasien. Perawat
melakukan pengkajian, pemberian intervensi, perencanaan hingga evaluasi.
Studi pendahuluan dilakukan di IGD RSU Bunda Margonda pada pasien
yang mengalami vulnus laceratum terkait intensitas nyeri. 5 Pasien
mengatakan nyeri pada skala 4-5 skala sedang menggunakan instrument
pengukuran nyeri Numeric Rating Scale (NRS).
Berdasarkan studi pendahuluan mengenai pengukuran intensitas nyeri
pada pasien vulnus laceratum di Instalasi Gawat Darurat RSU Bunda
Margonda dan mengingat pentingnya meningkatkan pemberian asuhan
keperawatan secara komprehensif maka perlu penelitian yang signifikan
terkait pengaruh terapi musik dalam menurunkan intensitas nyeri pada pasien
vulnus laceratum.
1.2 Perumusan Masalah
Menangani masalah pada pasien vulnus laceratum yang mengalami nyeri
perlu adanya penyelesaian masalah untuk menurunkan intensitas nyeri
sehingga dapat berdampak baik pada pasien dan meningkatkan kualitas
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Pelaksanaan pemberian
terapi nonfarmakologis di IGD RSU Bunda Margonda perlu ditingkatkan
untuk menyelesaikan masalah pasien pada tindakan mandiri perawat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dapat dirumuskan oleh
peneliti ialah Bagaimana pengaruh terapi musik dalam menurunkan intensitas
nyeri pada pasien vulnus laceratum di IGD RSU Bunda Margonda.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
Mengetahui pengaruh pemberian terapi musik terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien Vulnus Laceratum di Instalasi Gawat Darurat
RSU Bunda Margonda
1.3.2 Tujuan Khusus:
1.3.2.1 Mengidentifikasi skala nyeri pada pasien Vulnus Laceratum sebelum
dilakukan terapi musik
1.3.2.2 Mengidentifikasi skala nyeri pada pasien Vulnus Laceratum setelah
dilakukan terapi musik
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi Luka
Luka merupakan keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang diakibatkan
berbagai hal dan faktor. Luka merupakan kerusakan kontinuitas jaringan atau
kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh lain. Luka sering sekali
terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Luka berhubungan dengan hilangnya
fungsi, pada saat barrier rusak akibat ulkus, luka bakar, trauma maka sangat
penting mengembalikan integritasnya dengan cepat (Hardiyanti, 2015).
b. Jenis-Jenis Luka
1. Berdasarkan Derajat Kontaminasi
a. Luka Bersih
Luka Bersih merupakan luka yang terdapat inflamasi dan infeksi namun
tidak ada kontak dengan saluran pernapasan, pencernaan dan saluran
kemih sehingga luka tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan
timbulnya infeksi 1% -5%.
b. Luka Bersih Terkontaminasi
Luka Bersih Terkontaminasi merupakan luka pembedahan dimana
kondisinya terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama
namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya
infeksi 3% - 11%.
c. Luka Terkontaminasi
Luka Terkontaminasi merupakan luka berpotensi terinfeksi. Luka
menunjukkan tanda nfeksi, luka ini dijumpai pada luka terbuka karena
trauma atau kecelakaan, kemungkinan infeksi luka 10%n – 17%.
d. Luka Kotor
Luka kotor merupakan luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jarngan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulent.
Luka
ini akibat dari pembedahan yang terkontaminasi. Bentuk luka seperti
abses dan trauma lama (Hardiyanti, 2015)
2. Berdasarkan Penyebab
a. Vulnus Ekskoriasi (Luka lecet) merupakan kerusakan atau cedera pada
permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan
kasar atau runcing. Luka ini banyak ditemukan pada kejadian traumatik
seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul.
b. Vulnus Scissum (Luka sayat/ Iris) merupakan luka berupa garis lurus dan
beraturan, biasanya ditemukan pada aktivitas sehari-hari seperti terkena
pisau dapur, sayatan benda tajam (seng, kaca).
c. Vulnus Laseratum (Luka robek) merupakan luka dengan tepi yang tidak
beraturan. Luka ini terjadi karena tarikan atau goresan benda tumpul.
Luka ini dapat ditemukan pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana
bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus
lapisan mukosa hingga lapisan otot.
d. Vulnus Punctum (Luka tusuk) merupakan luka akibat tusukan benda
runcing yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya seperti
luka akibat tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan
benda-benda tajam lainnya.
e. Vulnus Combutio merupakan luka bakar karena api atau cairan panas
maupun sengatan arus listrik. Luka ini memiliki bentuk yang tidak
beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang
menghitam, biasanya disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan
mukosa (Hardiyanti, 2015).
3. Etiologi
Vulnus Laceratum dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya:
- Alat yang tumpul
- Jatuh ke benda yang tajam dan kerasa
- Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
- Kecelakaan aibat kuku dan gigitan
- Trauma mekanis yang disebabkan gesekan, terpotong, terjepit
- Trauma elektri listik dan petir
- Trauma termis panas dan dingin
- Trauma kimia (Arumdhani, 2022)
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala Lokal
- Nyeri yang terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intesitas nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/luas kerusakan
luka
- Perdarahan, perdarahan tergantung pada lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak
- Diastase, luka yang menganga atau tepinya saling melebar
- Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu disebabkan
oleh nyeri atau kerusakan tendon. (Arumdhani, 2022)
b. Gejala umum
Gejala ini bisa terjadi akibat komplikasi yang terjadi seperti syok
akibat nyeri atau perdarahan hebat. Meliputi:
- Luka tidak teratur
- Jaringan rusak
- Bengkak
- Perdarahan
- Tampak lecet atau memar disetiap luka (Arumdhani, 2022).
5. Komplikasi
 Kompartement syndrome, ialah komplikasi serius yang diakibatkan
karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh dara dalam
jarngan parut. Perdarahan atau oedema yang menekan otot, saraf,
dan pembuluh darah.
 Kerusakan arteri, keadaan ini ditandai dengan tidak adanya nadi
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang melebar,
dingin pada ekstremitas yang diaibatkan oleh tindakan emergenci
splinting, perubahan posisi yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
 Infeksi
 Kontraktur
 Hipertropi jaringan parut
 Syok terjadi aibat kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang menyebabkan menurunnya oksigenasi
(Arumdhani, 2022)
2. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan aibat kerusakan jarngan yang aktual dan potensial. Nyeri
dapat terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit
di ujung-ujung saraf bebas yang disebut nosireseptor. Nyeri adalah
pengalaman yang bersifat subjektif, oleh karena itu rasa nyeri yang dirasakan
masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. (Monika Rini
Puspitasari, 2022).
Nyeri dapat terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata. Nyeri
juga dapat timbul akibat adanya rangsangan yang berpotensi rusak seperti
terkena api rokok atau cubitan ini disebut dengan nyeri fisiologis. Selain itu
nyeri dapat terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata, tapi penderita
menggambarkannya sebagai suatu pengalaman,ini disebut nyeri kronik
(Arumdhani, 2022).
b. Jenis-Jenis Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangusng dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan, biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umunya
berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan telah terjadi. Jika kerusakan tida lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri aut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. (Arumdhani, 2022)
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan serng tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
fisik. Nyeri kronik dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan terkadang sulit untuk diobati diakibatkan nyeri ini serng tida
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Nyeri kronik ini berlangsung selama enam buan atau lebih.
(Arumdhani, 2022)
c. Manajemen Nyeri
1. Farmakologi
Teknik farmakologi merupakan cara atau upaya yang paling efektif
menghilangkan rasa nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-
jam atau bahkan berhari-hari. Terdapat 3 metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri yaitu analgesic. Tiga jenis analgesic diantaranya:
- Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri rngan dan sedang, analgesic ini dapat berguna bagi pasien yang
rentan terhadap efek pendepresi pernapasan.
- Analgesik narkotik atau opioid: analgesic ini digunakan untuk nyeri
sedang hingga berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping analgesic
ini dapat menyebabkan depresi pernapasan, sedasi, konstipasi, mual dan
muntah
- Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): obat tambahan ini seperti
sedative, anti cemas, dan relasan otot yang mengontrol nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan yeri seperti depresi dan mual
(Arumdhani, 2022)
2. Non Farmakologi
Teknik nonfarmakolgi ini adalah tindakan mandiri keperawata. Dimana
perawat secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain. Metode
nonfarmakologi ini memiliki resiko yang sangat rendah, tindakan
nonfarmakologi ini bukan pengganti obat-obatan melainkan pendamping
terapi farmakologi. Berikut beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat
mengurangi nyeri:
- Distraksi
Distraksi merupakan teknik yang memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu hal selain pada nyeri yang dirasakan, teknik ini diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol
desencen, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak.
- Terapi Musik
Terapi musik merupakan usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan menggunakan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga
tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik
yang diperdengarkan kepada pasien sesuai dengan keinginan dan
kesukaan pasien, itu merupakan pilhan yang paling baik. Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesuntian,
ruang dan waktu. Musik diperdengarkan minimal 15 menit agar
memberikan efek terapeutik kepada penderita. Musik dapat efektif
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
- Guide Imagery
Guide imagery atau imajinasi terbimbing merupakan teknik yang
menggunakan imajinasi seseorang yang dirancang khusus untuk
mencapai efek psitif tertentu. Salah satunya yaitu untuk mengurangi rasa
nyeri
- Teknik Relaksasi Napas Dalam
Teknik relasasai napas dalam emrupakan teknik yang dapat diberikan
kepada pasen dengan cara melakukan napas dalam, yaitu bagaimana
napas lambat (menahan inspirasi secara masimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, teknik ini juga mampu

meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Teknik


relaksasi napas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan
aktivitas simpatik dalam sistem saraf otonom (Arumdhani, 2022).

3. Pengkajian Nyeri
a. Mengkaji persepsi nyeri
b.Mengkaji intensitas nyeri

1. Numeric Rating Scale (NRS)


Skala penilaian numeric atau numeric rating scale merupakan skala ukur
nyeri yang lebh digunakaan sebagai pengganti alat pendeskripsi kata. Pasien
dapat menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Indikator NRS yaitu:
 0: Tidak Nyeri
 1-3: Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi dengan baik
 4-6: Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan nyeri dan dapat mengikuti
perintah dengan baik
 7-9: Nyeri berat terkontrol, secara objektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tetapi masih bisa merespon terhadap tindakan, dapat
menujukkan lokasi nyeri dan tidak dapat mendeskripsikan
 10: Nyeri berat tidak terkontrol, pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi

2. Visual Analog Scale


VAS merupakan sutu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri yang terus
menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada ujungnya. Skala ini
memberi pasien kebebasan penuh untuk mengidentifikasi nyeri
3. Wong Baker Faces
Wong baker faces merupakan skala wajah yang terdiri atas enam wajah yang
menggambarkan keadaan nyeri (Arumdhani, 2022)
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Metode penelitian untuk mencari apakah ada pengaruh dari perlakuan yang
diberikan terhadap kondisi lain dalam kondisi yang terkendalikan.Desain
penelitianini menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan
rancangan penelitian pre test-post test design.

Kerangka Konsep pre-post test

Pretest Terapi Musik Post test

3.2 Subjek
Responden dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, dengan kriteria inklusi yaitu:
Pasien dengan vulnus laceratum yang mengalami nyeri, pasien bersedia diberikan
terapi musik, pasien dalam kondisi sadar. Adapun kriteria ekslusi yaitu: Pasien
dengan penurunan kesadaran, pasien yang tidak bersedia diberikan terapi musik,
pasien dengan kondisi gawat darurat.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang pengaruh terapi musik pada penurunan intensitas nyeri pada
pasien dengan vulnus laceratum, akan dilakukan pada bulan Juni 2023 di IGD RSU
BUNDA MARGONDA DEPOK.
3.3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur yang menjelaskan bagaimana peneliti
menentukan variabel dan mengukur variabel. Definisi operasional ialah bagian yang
digunakan untuk memberikan batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
yang akan diamati atau diteliti

Definisi operasional dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel :

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur


Penelitian Operasional
1. Variabel Nyeri akut Numeric Rating Scale Skala
Independen merupakan nyeri
pengalaman menurun
sensorik yang
tidak
menyenangkan
berkaitan
dengan
kerusakan
jaringan aktual
atau fungsional,
dengan onset
mendadak atau
lambat dengan
intensitas ringan
hingga berat
yang
berlangsung
kurang dari 3
bulan
Variabel Terapi musik SOP Kondisi
dependen atau teknik klien rileks
Teknik musik
musik merupakan
irama, nada-
nada yang
teratur dimana
nada, suara,
irama dapat
merangsang
otak sehingga
dapat
menurunkan
intensitas nyeri

3.4 Instrumen Penelitian dan Cara Pengumpulan Data


3.4.1 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ialah alat yang digunakan untuk mengukur suatu objek atau
mengumpulkan data dari suatu variabel. Instrumen sebagai alat pada waktu penelitian
yang menggunakan suatu metode. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
ialah data demografi meliputi inisial nama responden, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
serta pendidikan, SOP terapi musik, informed consent, lembar evaluasi
Cara pengumpulan data yaitu: Data primer. Data yang didapatkan langsung.
Peneliti melakukan pengkajian dan observasi secara langsung kepada responden. Data
sekunder. Data ini bersumber dari data penelitian yang lain
3.5 Teknik Pengolahan dan Analisa Data
3.5.1 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data ialah salah satu langkah penting dalam sebuah penelitian.
Pengolahan data dan hasil penelitian dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:
Pengambilan data sudah dilakukan setelah peneliti mendapatkan persetujuan dari lima
pasien dengan vulnus laceratum dan bersedia menjadi responden dalam studi kasus
atau penelitian ini. Berikut tahapannya:
- Persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu menyusun resume asuhan keperawatan dari 5
pasien kelolaan, implementasi
- Pengumpulan data
a. Peneliti melakukan screening pada pasien kelolaan yang sesuai dengan kriteria
inklusi
b. Peneliti melaukan penelitian pendekatan studi kasus selama 3 kali imlementasi
c. Pengolahan data dengan cara membandingkan evaluasi respon dari kelima pasien
dengan vulnus laceratum
3.6 Etika Penelitian
Melakukan sebuah penelitian banyak yang harus diperhatikan dan
dipertimbangkan tidak hanya metode, jenis rancangan penelitian dan yang lainnya,
namun ada hal penting dan krusial yang juga patut diperhatikan oleh seorang peneliti
yaitu ethical principles.
Etik merupakan ilmu yang mempelajari moralitas manusia, bagaimana peneliti
bisa berlaku adil terhadap sesama manusia, peneliti memiliki tanggung jawab moral
yang nantinya menjadi pertimbangan bermakna dalam segala tindakannya.
a. Otonomi
Prinsip seseorang bebas untuk memilih, menyertakan dirinya atau tidak pada suatu
penelitian dengan memberikan persetujuannya dalam informed consent.
b. Beneficence
Prinsip melakukan yang terbaik dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan dengan
melibatkan responden mengandung konsekuensi bahwa semua yang diteliti adalah
untuk mendapatkan informasi yang baru dan bermanfaat. Responden akan
mendapatkan informasi dalam penelitian ini mengenai pengaruh musik terhadap
penurunan intensitas nyeri
c. Nonmaleficence
Suatu penelitian hendaknya lebih baik tidak ada unsur yang membahayakan atau
merugikan kepada subjek penelitian apalagi hingga mengancam nyawa seseorang.
Apabila suatu penelitian membahayakan bagi subjek penelitian maka lebih baik
penelitian dihentikan. Peneliti menjamin penelitian ini tidak membahayakan bagi
responden dengan menjelaskan kepada responden mengenai penelitian ini
d. Confidentiality
Prinsip kerahasiaan. Peneliti diwajibkan menjaga kerahasiaan data yang telah
diperoleh. Kerahasiaan ini bukan tanpa alasan. Subjek penelitian terkadang tidak
menginginkan dirinya diekspos kepada orang lain.
e. Veracity
Prinsip kejujuran dalam penelitian, hendaknya peneliti menjelaskan dengan jujur
mengenai manfaat dan efek yang didapat jika subjek penelitian atau responden
melibatkan diri dalam penelitian.
f. Justice
Prinsip keadilan dalam penelitian. Pada penelitian ini peneliti tidak membeda-
bedakan perlakuan terhadap responden
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2023 dengan responden pasien
IGD RSU Bunda Margonda yang mengalami vulnus laceratum. Pada bab ini,
disampaikan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien dengan vulnus laceratum.

4.2 Karakteristik Responden

Karakteristik responden penelitian ini terdiri dari 5 responden. Distribusi


frekuensi karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi


No Karakteristik Jumlah
f %
1 Jenis kelamin
Perempuan 2 40
Laki-Laki 3 60
Umur
35 Tahun 1 20
40Tahun 3 60
30 Tahun 1 20
Pekerjaan
IRT 2 40
Pekerja Swasta 3 60
Pendidikan
SMA 4 80
S1 1 20

4.3 Hasil Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan di IGD RSU Bunda Margonda Depok. Pelasanaan ini
dilakukan pada bulan juni 2023. Responden berjumlah 5 pasien kelolaan dengan
kriteria responden yang telah ditentukan. Pemberian implementasi dilakukan
selama sehari dengan jeda waktu berbeda. Studi kasus ini dilakukan dengan
memberikan terapi musik pada pasien dengan vulnus laceratum. Pemberian terapi
musik pada penelitian ini selama 5-10 menit. Hasil studi kasus ini didapatkan
hasil adanya penurunan intensitas skala nyeri pada pasien. Terapi diberikan sesuai
dengan SOP terapi musik dan pengukuran skala nyeri menggunakan NRS
(Numeric Rating Scale). Berikut hasil penelitian:

Tabel 4.2 Hasil Pre-Post Test

Responden Pre Test Post Test


Tn A (40th) - Skala nyeri 6 -Skala nyeri 3
- VL region patella - Tampak tenang
dextra
-Merintih kesakitan
Tn R (35th) - Skala nyeri 5 - Skala nyeri 2
-VL region temporalis - Tampak rileks
-Merintih kesakitan,
gelisah, menangis
Tn L(40th) -Skala nyeri 7 -Skala nyeri 4
-VL region frontal
-Menangis, merintih - Tampak agak tenang
kesakitan
Ny A(40th) -Skala nyeri 6 -Skala nyeri 4
-VL region Patella -Tampak agak tenang
sinistra
-Merintih kesakitan
Ny G(30th) -Skala nyeri 5 -Skala nyeri 2
-VL region metacarpal - Tampak tenang dan rileks
sinistra
- Merintih kesakitan
DAFTAR PUSTAKA

Aristha, M. (2022). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien

Pasca Operasi Sectio Caesarea Di RS PKU Muhammadiyah Gamping Yogyakarta. 1-22.

Arumdhani, L. E. (2022). Penerapan Teknik Musik Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri Pada

Pasien dengan Vulnus Laceratum (Luka Robek) di IGD RSUD Dr H Soewondo Kendal.

Hardiyanti, S. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Vulnus Laceratum

dengan Perawatan Luka Modern Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD. Abdul Wahab

Sjahranie Samarinda .

Ismiati Ida Marfuah, A. C. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Dalam Pemenuhan

Kebutuhan Aman dan Nyaman : Nyeri. 1-11.

Kaleka, I. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Vulnus Laceratum di Ruang

IGD RSUD Dr. R Soedarsono Pasuruan. 1-7.

Monika Rini Puspitasari, A. W. (2022). Pemberian Terapi Musik Dalam Mengurangi Nyeri

Pasien Kanker. Jurnal Keperawatan Silampari, 217-224.

Anda mungkin juga menyukai