Angga Permana
Angga Permana
Disusun Oleh:
ANGGA PERMANA
BAB I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Dasar Penyakit
a. Definisi Luka
Luka merupakan keadaan terputusnya kontinuitas jaringan yang diakibatkan
berbagai hal dan faktor. Luka merupakan kerusakan kontinuitas jaringan atau
kulit, mukosa membrane dan tulang atau organ tubuh lain. Luka sering sekali
terjadi dalam aktivitas sehari-hari. Luka berhubungan dengan hilangnya
fungsi, pada saat barrier rusak akibat ulkus, luka bakar, trauma maka sangat
penting mengembalikan integritasnya dengan cepat (Hardiyanti, 2015).
b. Jenis-Jenis Luka
1. Berdasarkan Derajat Kontaminasi
a. Luka Bersih
Luka Bersih merupakan luka yang terdapat inflamasi dan infeksi namun
tidak ada kontak dengan saluran pernapasan, pencernaan dan saluran
kemih sehingga luka tetap dalam keadaan bersih. Kemungkinan
timbulnya infeksi 1% -5%.
b. Luka Bersih Terkontaminasi
Luka Bersih Terkontaminasi merupakan luka pembedahan dimana
kondisinya terkontrol. Proses penyembuhan luka akan lebih lama
namun luka tidak menunjukkan tanda infeksi. Kemungkinan timbulnya
infeksi 3% - 11%.
c. Luka Terkontaminasi
Luka Terkontaminasi merupakan luka berpotensi terinfeksi. Luka
menunjukkan tanda nfeksi, luka ini dijumpai pada luka terbuka karena
trauma atau kecelakaan, kemungkinan infeksi luka 10%n – 17%.
d. Luka Kotor
Luka kotor merupakan luka lama, luka kecelakaan yang mengandung
jarngan mati dan luka dengan tanda infeksi seperti cairan purulent.
Luka
ini akibat dari pembedahan yang terkontaminasi. Bentuk luka seperti
abses dan trauma lama (Hardiyanti, 2015)
2. Berdasarkan Penyebab
a. Vulnus Ekskoriasi (Luka lecet) merupakan kerusakan atau cedera pada
permukaan epidermis akibat bersentuhan dengan benda berpermukaan
kasar atau runcing. Luka ini banyak ditemukan pada kejadian traumatik
seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh maupun benturan benda tajam
ataupun tumpul.
b. Vulnus Scissum (Luka sayat/ Iris) merupakan luka berupa garis lurus dan
beraturan, biasanya ditemukan pada aktivitas sehari-hari seperti terkena
pisau dapur, sayatan benda tajam (seng, kaca).
c. Vulnus Laseratum (Luka robek) merupakan luka dengan tepi yang tidak
beraturan. Luka ini terjadi karena tarikan atau goresan benda tumpul.
Luka ini dapat ditemukan pada kejadian kecelakaan lalu lintas dimana
bentuk luka tidak beraturan dan kotor, kedalaman luka bisa menembus
lapisan mukosa hingga lapisan otot.
d. Vulnus Punctum (Luka tusuk) merupakan luka akibat tusukan benda
runcing yang biasanya kedalaman luka lebih dari pada lebarnya seperti
luka akibat tusukan pisau yang menembus lapisan otot, tusukan paku dan
benda-benda tajam lainnya.
e. Vulnus Combutio merupakan luka bakar karena api atau cairan panas
maupun sengatan arus listrik. Luka ini memiliki bentuk yang tidak
beraturan dengan permukaan luka yang lebar dan warna kulit yang
menghitam, biasanya disertai bula karena kerusakan epitel kulit dan
mukosa (Hardiyanti, 2015).
3. Etiologi
Vulnus Laceratum dapat diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya:
- Alat yang tumpul
- Jatuh ke benda yang tajam dan kerasa
- Kecelakaan lalu lintas dan kereta api
- Kecelakaan aibat kuku dan gigitan
- Trauma mekanis yang disebabkan gesekan, terpotong, terjepit
- Trauma elektri listik dan petir
- Trauma termis panas dan dingin
- Trauma kimia (Arumdhani, 2022)
4. Manifestasi Klinis
a. Gejala Lokal
- Nyeri yang terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris.
Intesitas nyeri berbeda-beda tergantung pada berat/luas kerusakan
luka
- Perdarahan, perdarahan tergantung pada lokasi luka, jenis pembuluh
darah yang rusak
- Diastase, luka yang menganga atau tepinya saling melebar
- Gangguan fungsi, fungsi anggota badan akan terganggu disebabkan
oleh nyeri atau kerusakan tendon. (Arumdhani, 2022)
b. Gejala umum
Gejala ini bisa terjadi akibat komplikasi yang terjadi seperti syok
akibat nyeri atau perdarahan hebat. Meliputi:
- Luka tidak teratur
- Jaringan rusak
- Bengkak
- Perdarahan
- Tampak lecet atau memar disetiap luka (Arumdhani, 2022).
5. Komplikasi
Kompartement syndrome, ialah komplikasi serius yang diakibatkan
karena terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembuluh dara dalam
jarngan parut. Perdarahan atau oedema yang menekan otot, saraf,
dan pembuluh darah.
Kerusakan arteri, keadaan ini ditandai dengan tidak adanya nadi
CRT menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang melebar,
dingin pada ekstremitas yang diaibatkan oleh tindakan emergenci
splinting, perubahan posisi yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
Infeksi
Kontraktur
Hipertropi jaringan parut
Syok terjadi aibat kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang menyebabkan menurunnya oksigenasi
(Arumdhani, 2022)
2. Konsep Nyeri
a. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan aibat kerusakan jarngan yang aktual dan potensial. Nyeri
dapat terjadi karena adanya rangsangan mekanik atau kimia pada daerah kulit
di ujung-ujung saraf bebas yang disebut nosireseptor. Nyeri adalah
pengalaman yang bersifat subjektif, oleh karena itu rasa nyeri yang dirasakan
masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. (Monika Rini
Puspitasari, 2022).
Nyeri dapat terjadi akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata. Nyeri
juga dapat timbul akibat adanya rangsangan yang berpotensi rusak seperti
terkena api rokok atau cubitan ini disebut dengan nyeri fisiologis. Selain itu
nyeri dapat terjadi tanpa adanya kerusakan jaringan yang nyata, tapi penderita
menggambarkannya sebagai suatu pengalaman,ini disebut nyeri kronik
(Arumdhani, 2022).
b. Jenis-Jenis Nyeri
1. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang berlangusng dari beberapa detik hingga
kurang dari 6 bulan, biasanya dengan awitan tiba-tiba dan umunya
berkaitan dengan cidera fisik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa
kerusakan telah terjadi. Jika kerusakan tida lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri aut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya
penyembuhan. (Arumdhani, 2022)
2. Nyeri Kronik
Nyeri kronik adalah nyeri intermiten yang menetap sepanjang suatu
periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan serng tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cidera
fisik. Nyeri kronik dapat tidak memiliki awitan yang ditetapkan dengan
tepat dan terkadang sulit untuk diobati diakibatkan nyeri ini serng tida
memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Nyeri kronik ini berlangsung selama enam buan atau lebih.
(Arumdhani, 2022)
c. Manajemen Nyeri
1. Farmakologi
Teknik farmakologi merupakan cara atau upaya yang paling efektif
menghilangkan rasa nyeri dengan pemberian obat-obatan pereda nyeri
terutama untuk nyeri yang sangat hebat yang berlangsung selama berjam-
jam atau bahkan berhari-hari. Terdapat 3 metode yang paling umum untuk
mengatasi nyeri yaitu analgesic. Tiga jenis analgesic diantaranya:
- Non-narkotik dan anti inflamasi nonsteroid (NSAID): menghilangkan
nyeri rngan dan sedang, analgesic ini dapat berguna bagi pasien yang
rentan terhadap efek pendepresi pernapasan.
- Analgesik narkotik atau opioid: analgesic ini digunakan untuk nyeri
sedang hingga berat, seperti nyeri pasca operasi. Efek samping analgesic
ini dapat menyebabkan depresi pernapasan, sedasi, konstipasi, mual dan
muntah
- Obat tambahan atau ajuvant (koanalgesik): obat tambahan ini seperti
sedative, anti cemas, dan relasan otot yang mengontrol nyeri atau
menghilangkan gejala lain terkait dengan yeri seperti depresi dan mual
(Arumdhani, 2022)
2. Non Farmakologi
Teknik nonfarmakolgi ini adalah tindakan mandiri keperawata. Dimana
perawat secara mandiri tanpa tergantung pada petugas medis lain. Metode
nonfarmakologi ini memiliki resiko yang sangat rendah, tindakan
nonfarmakologi ini bukan pengganti obat-obatan melainkan pendamping
terapi farmakologi. Berikut beberapa teknik nonfarmakologi yang dapat
mengurangi nyeri:
- Distraksi
Distraksi merupakan teknik yang memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu hal selain pada nyeri yang dirasakan, teknik ini diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol
desencen, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang
ditransmisikan ke otak.
- Terapi Musik
Terapi musik merupakan usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental
dengan menggunakan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme,
harmoni, bentuk dan gaya yang diorganisir sedemikian rupa hingga
tercipta musik yang bermanfaat untuk kesehatan fisik dan mental. Musik
yang diperdengarkan kepada pasien sesuai dengan keinginan dan
kesukaan pasien, itu merupakan pilhan yang paling baik. Musik
menghasilkan perubahan status kesadaran melalui bunyi, kesuntian,
ruang dan waktu. Musik diperdengarkan minimal 15 menit agar
memberikan efek terapeutik kepada penderita. Musik dapat efektif
mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
- Guide Imagery
Guide imagery atau imajinasi terbimbing merupakan teknik yang
menggunakan imajinasi seseorang yang dirancang khusus untuk
mencapai efek psitif tertentu. Salah satunya yaitu untuk mengurangi rasa
nyeri
- Teknik Relaksasi Napas Dalam
Teknik relasasai napas dalam emrupakan teknik yang dapat diberikan
kepada pasen dengan cara melakukan napas dalam, yaitu bagaimana
napas lambat (menahan inspirasi secara masimal) dan bagaimana
menghembuskan napas secara perlahan, teknik ini juga mampu
3. Pengkajian Nyeri
a. Mengkaji persepsi nyeri
b.Mengkaji intensitas nyeri
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi
kasus. Metode penelitian untuk mencari apakah ada pengaruh dari perlakuan yang
diberikan terhadap kondisi lain dalam kondisi yang terkendalikan.Desain
penelitianini menggunakan desain penelitian pre experimental design dengan
rancangan penelitian pre test-post test design.
3.2 Subjek
Responden dalam penelitian ini berjumlah 5 orang, dengan kriteria inklusi yaitu:
Pasien dengan vulnus laceratum yang mengalami nyeri, pasien bersedia diberikan
terapi musik, pasien dalam kondisi sadar. Adapun kriteria ekslusi yaitu: Pasien
dengan penurunan kesadaran, pasien yang tidak bersedia diberikan terapi musik,
pasien dengan kondisi gawat darurat.
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang pengaruh terapi musik pada penurunan intensitas nyeri pada
pasien dengan vulnus laceratum, akan dilakukan pada bulan Juni 2023 di IGD RSU
BUNDA MARGONDA DEPOK.
3.3.1 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur yang menjelaskan bagaimana peneliti
menentukan variabel dan mengukur variabel. Definisi operasional ialah bagian yang
digunakan untuk memberikan batasan ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel
yang akan diamati atau diteliti
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2023 dengan responden pasien
IGD RSU Bunda Margonda yang mengalami vulnus laceratum. Pada bab ini,
disampaikan hasil penelitian mengenai pengaruh terapi musik terhadap penurunan
intensitas nyeri pada pasien dengan vulnus laceratum.
Studi kasus ini dilakukan di IGD RSU Bunda Margonda Depok. Pelasanaan ini
dilakukan pada bulan juni 2023. Responden berjumlah 5 pasien kelolaan dengan
kriteria responden yang telah ditentukan. Pemberian implementasi dilakukan
selama sehari dengan jeda waktu berbeda. Studi kasus ini dilakukan dengan
memberikan terapi musik pada pasien dengan vulnus laceratum. Pemberian terapi
musik pada penelitian ini selama 5-10 menit. Hasil studi kasus ini didapatkan
hasil adanya penurunan intensitas skala nyeri pada pasien. Terapi diberikan sesuai
dengan SOP terapi musik dan pengukuran skala nyeri menggunakan NRS
(Numeric Rating Scale). Berikut hasil penelitian:
Aristha, M. (2022). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien
Arumdhani, L. E. (2022). Penerapan Teknik Musik Klasik Mozart untuk Mengurangi Nyeri Pada
Pasien dengan Vulnus Laceratum (Luka Robek) di IGD RSUD Dr H Soewondo Kendal.
Hardiyanti, S. (2015). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien Vulnus Laceratum
dengan Perawatan Luka Modern Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSUD. Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda .
Ismiati Ida Marfuah, A. C. (2022). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Fraktur Dalam Pemenuhan
Kaleka, I. (2022). Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Pasien Vulnus Laceratum di Ruang
Monika Rini Puspitasari, A. W. (2022). Pemberian Terapi Musik Dalam Mengurangi Nyeri