Anda di halaman 1dari 5

Nama : Arfinda (231186206034)

Kelas : Reguler A
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Matkul : Pancasila

Resume

A. Pancasila sebagai dasar negara, implementasi Pancasila dalam pembuatan kebijakan


negara dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memberikan landasan utama bagi pembuatan
kebijakan dalam berbagai sektor:

1. Politik:Mengacu pada prinsip demokrasi dan partisipasi rakyat, kebijakan politik harus
mencerminkan persatuan Indonesia dan sistem kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan.

2. Ekonomi:Prinsip kemanusiaan yang adil dan beradab serta keadilan sosial menjadi dasar
bagi kebijakan ekonomi yang merata, adil, dan memperhatikan kesejahteraan seluruh
rakyat.

3. Sosial Budaya: Pancasila menuntun kebijakan sosial budaya untuk menghormati


keberagaman, mengutamakan kemanusiaan, dan memajukan kesejahteraan masyarakat.

4. Hankam (Hankamnas): Persatuan Indonesia menjadi prinsip dasar dalam kebijakan


pertahanan dan keamanan nasional, menekankan pentingnya menjaga kedaulatan dan
keutuhan negara.

Kesimpulan:

Pancasila bukan hanya sebagai doktrin, melainkan pedoman bagi negara Indonesia dalam
membentuk kebijakan yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan nasional. Dengan mendasarkan pada nilai-nilai Pancasila, negara dapat menjalankan
roda pembangunan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat merata bagi seluruh lapisan
masyarakat. Keselarasan implementasi Pancasila dalam kebijakan menciptakan fondasi kokoh
bagi kemajuan dan stabilitas bangsa.
B. Pancasila sebagai dasar negara, penyebab korupsi

Pancasila sebagai dasar negara menegaskan prinsip-prinsip moral dan etika yang
seharusnya mencegah korupsi. Namun, penyebab korupsi dapat muncul dari beberapa faktor
seperti lemahnya sistem hukum, kurangnya transparansi, dan rendahnya kesadaran moral.
Pancasila, dengan nilai-nilai seperti Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat, seharusnya menjadi
penyeimbang dan pencegah terhadap tindakan korupsi.

Kesimpulan:
Meskipun Pancasila menekankan nilai-nilai moral dan keadilan sosial, tantangan korupsi
tetap ada dan seringkali muncul dari kelemahan dalam implementasi nilai-nilai tersebut. Oleh
karena itu, perlu adanya upaya bersama untuk memperkuat sistem hukum, meningkatkan
transparansi, dan membentuk kesadaran moral yang tinggi dalam masyarakat guna mencegah
dan memberantas korupsi demi terwujudnya negara yang adil dan beradab sesuai dengan
falsafah Pancasila.
C. Pancasila sebagai dasar negara, dampak korupsi pada berbagai bidang

Pancasila sebagai dasar negara menekankan pada prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat dan anti-korupsi. Dampak korupsi pada berbagai bidang mencakup:

1.Politik:Melemahkan sistem demokrasi dan memicu ketidakpercayaan masyarakat


terhadap pemerintah.

2.Ekonomi:Merugikan pembangunan ekonomi dengan pemborosan sumber daya,


penghambatan investasi, dan penciptaan ketidaksetaraan ekonomi.

3.Sosial Budaya: Menciptakan ketidakadilan sosial, memperburuk pelayanan publik, dan


menggerus nilai-nilai moral dalam masyarakat.

4.Hankam (Hankamnas): Menyebabkan kerentanan dalam pertahanan dan keamanan


nasional dengan potensi penyalahgunaan dana dan sumber daya militer.

Kesimpulan:

Korupsi memiliki dampak serius di berbagai bidang, merugikan negara dan masyarakat.
Sejalan dengan Pancasila, perlu ditegakkan prinsip-prinsip keadilan sosial dan anti-korupsi
untuk mencegah dan mengatasi dampak negatif korupsi. Implementasi nilai-nilai Pancasila
menjadi kunci untuk menciptakan negara yang adil, beradab, dan berkembang secara
berkelanjutan.
D. Pancasila sebagai dasar negara, tugas dan wewenang KPK

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memberikan landasan bagi tugas dan
wewenang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan prinsip Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat. Tugas dan wewenang KPK mencakup:

1. Pencegahan: Mengembangkan strategi untuk mencegah tindak korupsi di berbagai


sektor.

2. Penyelidikan: Menyelidiki dugaan tindak korupsi dan mengumpulkan bukti untuk


menindak pelaku.

3. Penuntutan: Mendakwa dan mengadili pelaku korupsi melalui proses hukum yang adil.

4. Pendidikan Masyarakat: Mengedukasi masyarakat tentang bahaya korupsi dan peran


mereka dalam pencegahan.

Kesimpulan:

Pancasila memberikan landasan moral bagi eksistensi KPK dengan fokus pada keadilan
sosial. Melalui tugas dan wewenangnya, KPK berperan dalam menjaga integritas negara dan
mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam praktiknya. Kesuksesan KPK dalam menjalankan
perannya menjadi kunci untuk mewujudkan negara yang bersih, adil, dan beradab sesuai dengan
cita-cita Pancasila.
E. Pancasila sebagai dasar negara, sejarah pengaturan pemberantasan korupsi dari
masa ke masa

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia memiliki sejarah pengaturan pemberantasan


korupsi yang berkembang dari masa ke masa:

1. Masa Awal Kemerdekaan: Upaya pemberantasan korupsi dimulai dengan pembentukan


lembaga-lembaga seperti Badan Keamanan Rakyat (BKR) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) pada awal kemerdekaan.

2. Era Orde Lama: Pembentukan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
pada tahun 1956, sebagai langkah awal pemberantasan korupsi di era Orde Lama.

3. Era Orde Baru: Pembentukan Lembaga Pengawas dan Pengendali Pembangunan (LP3)
pada tahun 1970 dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 1999, meskipun
KPK baru efektif beroperasi setelah reformasi tahun 1998.

4. Era Reformasi: Pada tahun 2002, KPK diresmikan dan mulai aktif dalam pemberantasan
korupsi dengan wewenang penyelidikan, penuntutan, dan pencegahan.

Kesimpulan:

Sejarah pengaturan pemberantasan korupsi di Indonesia mencerminkan evolusi perangkat


penegakan hukum dari masa ke masa. Meskipun perubahan signifikan terjadi, implementasi
efektif dan konsisten dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila tetap menjadi tantangan.
Kesinambungan upaya pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan untuk memastikan tegaknya
keadilan sosial dan keberlanjutan pembangunan berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai