412CB - LN2
412CB - LN2
LECTURE NOTES
IDENTIFYING MY POTENTIAL
LEARNING OUTCOMES
Mahasiswa akan dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan potensi positif
yang dimilikinya.
OUTLINE MATERI:
• Memahami Perbedaan Individu
• Potensi Diri
• Kepribadian (Personality)
• Kebutuhan (Needs)
• Nilai-nilai (Values)
412CB – CB: Self Development
ISI
Ilustrasi
Dani & Dini bersahabat akrab sejak SMA. Dalam hal prestasi Dini selalu masuk
ranking 10 besar, sedangkan prestasi Dani selama ini belum pernah masuk ranking
10 besar. Dalam hal organisasi, Dani dan Dini dikenal aktif sebagai pengurus OSIS,
tetapi Dani cenderung lebih popular karena Dani terlihat suka memimpin teman-
temannya. Selain menjadi pengurus OSIS, Dani tergolong popular karena aktif dalam
klub basket dan menjadi kapten tim basket SMA mereka. Cewek-cewek banyak yang
nge-fans pada Dani. Sementara Dini juga aktif berolahraga dan tergabung dalam klub
tennis SMA mereka. Bedanya Dini tidaklah sepopuler Dani.
Selesai SMA, Dani & Dini sepakat untuk masuk universitas yang sama dan
mengambil program studi yang sama. Di kampus, Dini dan Dani masuk dalam kelas
yang sama dan Dani kembali menjadi cowok popular dan disukai teman-teman
sekelas. Awal kuliah mereka masih berteman akrab, dan sering saling curhat seperti
saat mereka masih SMA. Walaupun Dani sangat popular, tapi bagi Dani, Dini adalah
sahabat terbaiknya. Nah, persahabatan mereka mulai renggang setelah selesai UTS.
Ketika melihat nilai-nilai mereka, Dini agak terkejut karena nilai UTS Dani lebih
baik dibandingkan dirinya, padahal selama ini prestasi Dini lebih baik daripada Dani.
Dua minggu terakhir ini, Dini berusaha untuk menghindari Dani. Setiap kali
ditelpon, Dini selalu menjawab sedang sibuk membantu orang tuanya, atau sedang
sibuk melakukan aktifitas lainnya. Dani merasa kehilangan sahabat dengan sikap
Dini tersebut.
Setelah yakin bahwa Dini menjauhinya tanpa diketahui sebabnya, Dani lalu
memutuskan untuk bicara pada Dini. Akhirnya kedua sahabat ini mendapat
kesempatan untuk membahas masalah mereka. Ternyata Dini merasa tidak pantas
jadi sahabat Dani, karena Dini merasa kalah segala-galanya dari Dani. Dani sangat
terkejut mendengar jawaban
412CB – CB: Self Development
Dini. Rupanya selama ini Dini merasa minder bila melihat Dani disukai banyak
teman, sementara sejak kuliah Dini merasa belum menemukan teman selain Dani.
Apalagi saat melihat nilai UTS Dani lebih tinggi membuat Dini semakin minder,
karena dulunya yang membuatnya merasa PD berteman dengan Dani karena ia lebih
berprestasi dalam bidang akademik.
Pertanyaan penuntun:
1. Apakah yang sebenarnya menjadi penyebab rasa minder Dini? Apakah karena
Dani atau karena faktor dalam diri Dini sendiri?
2. Apakah Dini cukup mengetahui potensi dirinya? Jelaskan alasannya!
3. Apa hubungan antara penyesuaian diri, rasa percaya diri, dan mengenal potensi
kita?
B. Potensi Diri
Bila ditanya pendapat tentang potensi teman kita, jawaban yang biasanya muncul
adalah orangnya pintar. Jawaban lainnya adalah kaya tapi tidak sombong, atau
mungkin dia cantik atau berkulit putih. Untuk jawaban pertama, pintar merupakan
hal yang paling umum dijawab jika ditanya tentang potensi seseorang. Oleh karena
itu yang pertama akan kita bahas di bab ini adalah tentang kepintaran atau
kecerdasan (intelligence).
Kecerdasan (Intelligence)
Intelligence is the capacity to acquire and apply knowledge, including problem
solving.
Intelligence is the intellectual processes (perception, memory, thinking, use
language) through which information is obtained, transformed, stored, retrieved,
and used.
Singkatnya kecerdasan adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan
menerapkan pengetahuan termasuk untuk mengatasi masalah. Ada beberapa
pandangan tentang kecerdasan yang dikemukakan oleh pakar psikologi, bahasan kita
tentang kecerdasan mencakup 4 aspek yaitu :
1. Academic Intelligence
2. Practical Intelligence
3. Multiple Intelligence
4. Emotional Intelligence
1. Academic Intelligence
Pada akhir abad ke-19, teori kecerdasan dikembangkan oleh Sir Francis Galton
dengan hanya melihat pada kemampuan akademik saja (misalnya: kemampuan
berhitung, daya bayang ruang, atau kemampuan membaca). Kemampuan akademik
seseorang biasanya diukur dengan psikotes Intelectual Quotient (IQ) yang hasilnya
berupa skor tertentu.
Mula-mula psikotes IQ hanya mengukur salah satu aspek berpikir tertentu saja,
misalnya kemampuan daya bayang ruang, yang dianggap mewakili kemampuan
412CB – CB: Self Development
2. Practical Intelligence
Skor tes IQ (kecerdasan akademik) adalah skor kemampuan berpikir seseorang.
Orang dengan skor IQ yang tinggi, mungkin bisa memahami kalimat yang kompleks
atau mengatasi masalah berpikir yang rumit, tapi tidak menjamin bila harus
melakukan suatu tugas ia akan mampu mengerjakannya dengan baik. Karena itu para
ahli psikologi lalu mulai mengembangkan teori Triarchic Intelligence. Dalam teori
ini, kecerdasan terbagi dalam 3 tipe:
1. Analytical intelligence kecerdasannya ini bisa dikatakan sama dengan
kecerdasan berpikir (akademic intelligence) atau kecerdasan analitis.
2. Creative intelligence kecerdasan untuk berimajinasi / berpikir bebas
3. Practical intelligence kecerdasan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sesuai dengan kebutuhan kita. Dengan kata lain tahu
bagaimana melakukan suatu pekerjaan / tugas dan tahu cara untuk
menyelesaikannya.
baik secara lisan atau presentasi, maupun lewat media tulisan, contohnya: untuk
komunitas penggemar traveling ada milis jalan sutra yang memberikan pertukaran
informasi tentang petunjuk penginapan yang bersih dan murah, etiket lokal, dan
tempat makan enak di berbagai kota wisata.
3. Multiple Intelligence
Konsep Multiple Intelligence dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang
psikolog dari USA, yang dibahas dalam bukunya Frames of Mind (1983). Menurut
Gardner, kecerdasan atau intelligence adalah potensi biologis maupun psikologis
untuk mengatasi masalah dan atau menciptakan produk yang dianggap berharga
berdasarkan satu konteks budaya atau dari beberapa konteks budaya. Berdasarkan
definisi ini, Gardner mengidentifikasikan tujuh “autonomous capacity” yang
dinamakan Multiple Intelligence (MI) yaitu:
1. Linguistic membuat orang bisa berkomunikasi lewat bahasa, termasuk
menulis, membaca, dan berbicara.
2. Logical-mathematical membuat orang bisa melihat hubungan antar
objek dan mengatasi masalah, misalnya kalkulus atau statistik.
3. Musical memberikan kemampuan untuk menciptakan dan memahami
makna suara-suara dan menikmati berbagai jenis musik.
4. Spatial membuat orang mampu untuk menerima dan memanipulasi
“images” dalam pikiran dan me-recreate-nya dari ingatan, misalnya
membuat disain grafis.
5. Bodily-kinesthetic membuat orang mampu menggunakan badan dan
persepsi dan sistem motorik secara terampil seperti menari, olahraga, dan
menampilkan emosi lewat ekspresi wajah.
6. Interpersonal membuat orang bisa membedakan perasaan mereka dan
memiliki pengetahuan tentang diri yang akurat.
7. Intrapersonal membuat orang bisa mengenali dan menyadari perbedaan
antara rasa, motif, dan maksud orang lain, misalnya untuk mengatur dan
memimpin orang lain.
412CB – CB: Self Development
4. Emotional Intelligence
Konsep Emotional Intelligence atau kecerdasan emosional menjadi semakin
populer dengan diterbitkannya buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter
More Than IQ (1996) dari Daniel Goleman. Sebenarnya teori tentang Emotional
Intelligence ini sudah diidentifikasikan sejak tahun 1920 oleh E.L. Thorndike dengan
konsep “Social Intelligence”.
Emotional Intelligence adalah salah satu bagian dari “Social Intelligence” yang
melibatkan kemampuan seseorang dalam mengatur emosi dirinya maupun emosi
orang lain, membedakan berbagai emosi yang dirasakan, dan menggunakan
informasi mengenai emosi yang dimilikinya untuk berpikir dan mengambil tindakan.
Konsep ini lalu diteruskan oleh Salovey & Mayer pada tahun 1997. Salovey lalu
mengembangkan teori Emotional Intelligence menjadi 5 wilayah utama:
1. Mengenali emosi diri Self-awareness
2. Mengelola emosi Self-regulation
3. Memotivasi diri sendiri Self-motivation
4. Mengenali emosi orang lain Empathy
5. Membina hubungan Handling relationships
412CB – CB: Self Development
Jadi dalam hal ini Salovey & Mayer mengambil konsep kecerdasan inter &
intra-personal dari Gardner menjadi bagian dari kecerdasan emosional. Coba tebak,
manakah dari kecerdasan emosional yang merupakan bagian dari intrapersonal
intelligence, dan manakah bagian dari interpersonal intelligence?
Dalam beberapa referensi, ada yang menggolongkan kecerdasan emosional
menjadi 4 faktor yaitu :
1. Self-awareness
2. Self-management
3. Social-awareness
4. Relationship management
Dalam hal ini, bagian dari self-regulation & self motivation digabungkan
menjadi satu faktor yaitu self-management.
1. Meningkatkan ”self-awareness”:
• Memikirkan apa yang terjadi (introspeksi diri)
• Membuat jurnal
• Curhat untuk mendapatkan sudut pandang orang lain
• Membaca berbagai kisah yang mengungkapkan emosi yang dirasakan oleh
tokoh
• Nonton untuk mengenali berbagai emosi yang dirasakan oleh tokoh yang
ada dalam film
2. Meningkatkan “self-management”:
• Mula-mula kita butuh dididik dengan disiplin oleh lingkungan kita
• Kedisiplinan membuat kita memiliki “kebiasaan”
• Kebiasaan ditambah dengan terus mendapat penanaman norma dan nilai
akan menghasilkan adanya hati nurani
3. Meningkatkan “social-awareness”:
• Perhatikan bahasa tubuh orang lain:
Ketika kita mendekatinya apakah ia mendekat atau menjauh? Bila
mendekat berarti orang tersebut menerima kita, tetapi ketika menjauh,
mungkin ia belum mempercayai kita.
Melihat dengan tajam : Apakah ia ingin menyampaikan sesuatu?
Tidak mau kontak mata : Apakah ia ingin menutupi sesuatu?
• Untuk meningkatkan kemampuan membaca emosi, berlatihlah
menggunakan cermin
C. Kepribadian (Personality)
“Personality refers to those persistent and enduring behavior patterns and
tend to be expressed in a wide variety of situations.”
Sekilas dari definisi di atas menjelaskan bahwa kepribadian adalah hal-hal
yang sering kita tampilkan dalam berbagai situasi baik berupa perilaku tertentu atau
pola-pola perilaku yang sama. Contohnya : seorang mahasiswa yang suka bercanda
di kelas, kemungkinan saat bersama teman-temannya di mal juga akan suka
bercanda, demikian juga saat di rumah, ia akan mengulangi pola perilaku suka
bercanda. Bila kita mengenal seseorang dengan baik dan kita diminta untuk
menjabarkan kepribadian dari orang tersebut, maka kita akan menyebutkan
sejumlah sifat-sifat khas dari orang tersebut. Sifat khas tersebut yang dikenal
dengan istilah kepribadian.
Pada pembahasan mengenai kepribadian, kita hanya akan membahas dua
konsep kepribadian yang umumnya digunakan dalam dunia pendidikan maupun
dunia industri masa kini, yaitu konsep kepribadian Trait & Type.
a. Trait
Salah satu pakar psikologi bernama Gordon Allport mengemukakan teori
trait, yang menganggap kepribadian kita yang khas merupakan kumpulan dari
sejumlah trait. Trait adalah perilaku yang cenderung menetap atau konsisten untuk
jangka waktu yang lama. Teori Allport ini lalu dikembangkan para psikolog,
dimana mereka mengemukakan pendapat bahwa kepribadian dasar manusia dapat
diwakili oleh 5 faktor / trait yang dikenal dengan nama Five Factor Model (Big
Five Personality), yaitu :
1. Openness –kecenderungan menyukai atau menjauhi hal-hal baru atau
petualangan, imajinasi, memiliki keinginantahuan, dan mencoba pengalaman
yang beragam.
2. Conscientiousness –kecenderungan menyukai atau menjauhi self-discipline,
bertindak sesuai dengan aturan, atau membuat perencanaan.
412CB – CB: Self Development
Untuk mengetahui trait-trait yang khas pada diri Anda, silakan mencoba self-
asessment Trait.
Masing-masing trait yang kita miliki memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Makna dari mempelajari trait ini untuk membantu kita menganalisa kecenderungan
perilaku kita dan diharapkan dapat membantu untuk memahami kecenderungan
perilaku orang lain sehingga kita tahu bagaimana cara menghadapinya.
412CB – CB: Self Development
b. Types
Teori tentang types ini mula-mula dikembangkan oleh psikolog C.G. Jung,
lalu dibuat alat ukur yang cukup mudah dan sering dipakai untuk menggambarkan
perilaku-perilaku seseorang dalam dunia kerja. Konsep kepribadian types ini
dikembangkan oleh Myers-Briggs dan tes yang mereka buat dikenal dengan nama
MBTI. Dalam pembahasan tentang types ini, kami akan menyampaikan sedikit
gambaran untuk memahami aspek kepribadian types, tetapi tes kepribadian ini
bukanlah merupakan bagian dari tes MBTI.
Dasar pertimbangan teori Types merujuk pada “cognitive styles” atau
proses mental untuk menerima dana membuat pertimbangan terhadap situasi yang
dihadapi. Metode Types menggambarkan cara pendekatan seseorang dalam
menghadapi masalah, misalnya tipe “introvert” dalam menghadapi masalah
biasanya memikirkan hal-hal yang menyangkut dalam dirinya, sementara tipe
“extrovert” biasanya memikirkan hal-hal yang berada di luar dirinya. Jadi
berdasarkan teori Jung, orang biasanya mengumpulkan dan mengevaluasi informasi
berdasarkan “cognitive style” mereka.
Konsep Jung membagi empat dimensi psikologis dari types yang
merupakan dua dimensi yang saling berlawanan yaitu :
1. Introverted versus Extraverted. Tipe introvert memiliki orientasi pada
perasaan dan ide-ide yang ada dalam dirinya, sementara orang yang
extroverts lebih berorientasi untuk mengubah hal-hal yang berada di luar
dirinya.
2. Thinking versus Feeling. Tipe thinking / thinker biasanya membuat
keputusan berdasarkan pada fakta-fakta dan hal-hal yang masuk akal /
objektif, sementara tipe feeling / feelers membuat keputusan berdasarkan
informasi yang subjektif atau lebih dipengaruhi oleh rasa terhadap hal
tersebut.
3. Sensing versus Intuiting. Orang yang “sensing” cenderung untuk
memusatkan perhatian pada hal-hal yang detil atau bagian kecil, sementara
orang yang “intuitive” lebih focus pada masalah besar (“big picture”)
412CB – CB: Self Development
Untuk mengetahui types Anda (bukan tes MBTI®), silakan mencoba self-
assessment Types. Dengan mengetahui gaya pendekatan masalah dapat membantu kita
untuk mengatasi terjadinya perbedaan pendapat & konflik dengan orang lain.
412CB – CB: Self Development
D. Kebutuhan (Needs)
Salah satu hal yang menjadi dasar perilaku seseorang adalah kebutuhan (needs).
Kebutuhan ini menjadi semacam pendorong / daya yang menggerakkan kita untuk
melakukan perilaku tertentu. Sebagai contoh, ketika kanak-kanak, kebutuhan utama
selain makan, minum, dan istirahat yang cukup, termasuk kebutuhan akan kasih sayang.
Bila seorang anak menginginkan kasih sayang / perhatian orang tuanya, ada anak yang
menangis atau ada yang membuat ulah. Perilaku yang ditampilkan bisa bermacam-
macam, tapi dasarnya sama yaitu butuh diperhatikan orang tua.
Oleh karena itu agar kita dapat memahami perilaku yang sering kita tampilkan,
maka kita perlu mengetahui kebutuhan kita.
Beberapa kebutuhan dasar yang termasuk populer adalah :
1. Kebutuhan prestasi (need for achievement) kebutuhan untuk mencapai
target tertentu / menunjukkan kemampuan diri.
2. Kebutuhan afiliasi (need for affiliation) kebutuhan untuk diterima dan
menerima orang lain / bersahabat
3. Kebutuhan berkuasa (need for power) kebutuhan untuk mempengaruhi
orang lain.
4. Kebutuhan otonomi (need for autonomy) kebutuhan untuk mendapatkan
kebebasan berpikir dan bertindak.
5. Kebutuhaan mendapatkan penghargaan (need for esteem) kebutuhan merasa
diri berharga dan juga dihargai oleh orang lain.
6. Kebutuhan akan jaminan keselamatan (need for security & safety)
kebutuhan untuk terlindungi dan merasa aman.
7. Kebutuhan untuk mendapatkan keadilan (need for equity) kebutuhan untuk
diperlakukan sama satu dengan yang lainnya.
Semua kebutuhan di atas bisa jadi ada dalam diri kita. Tapi biasanya ada
kebutuhan yang lebih menonjol yang membuat kita mengulang perilaku tertentu.
Misalnya: perilaku mahasiswa yang selalu berupaya untuk mengerjakan tugas dengan
sesempurna mungkin, bahkan harus bertanya berkali-kali untuk mengetahui bagaimana
cara membuat tugas yang sempurna sehingga mendapat nilai yang terbaik. Hal ini
412CB – CB: Self Development
E. Nilai-nilai (Values)
Istilah values atau nilai-nilai yang dimaksudkan dalam topik ini mengacu pada keyakinan
atau hal-hal yang kita anggap utama atau penting. Misalnya : Tono menganggap menjaga
hubungan baik dengan orang lain sangat penting. Tono akan mengupayakan berbagai hal
untuk menghindari terjadinya percekcokan atau keributan dengan orang lain. Dampaknya
ada yang positif maupun negatif. Positifnya, Tono tidak pernah ribut dengan orang lain,
negatifnya orang lain ada yang suka memanfaatkan kebaikan Tono karena tahu Tono tak
akan melawannya. Jadi dengan kata lain values juga termasuk dasar dari perilaku kita.
Bedanya dengan needs, bila kita mengabaikan keyakinan kita tersebut (value),
kita akan merasa bersalah. Dalam kasus Tono di atas, mengapa bisa terjadi dampak
negatif Tono mau saja dimanfaatkan temannya, karena bagi Tono bila ia melawan dan
ribut dengan temannya, ”hati kecilnya” akan merasa lebih bersalah dibandingkan
kerugian yang dia alami akibat dimanfaatkan oleh temannya. Oleh karena itu values
412CB – CB: Self Development
biasanya dihubungkan dengan etika. Etika adalah pilihan moral yang dilakukan seseorang
berdasarkan pertimbangan dari nilai-nilai tertentu. Adanya etika membuat orang merasa
hal yang dilakukannya benar atau salah secara pribadi.
Kecocokan dengan orang lain, biasanya dipengaruhi oleh faktor kesamaan nilai-
nilai. Coba bayangkan ketika kita pertama kali masuk kelas dan belum mengenal siapa
pun. Saat mencari teman, secara tidak sadar kita akan mencari orang yang menganggap
penting hal-hal yang sama dengan kita. Mungkin saja kalau menganggap ”fun” adalah hal
yang penting bagi kita, maka kita akan lebih memilih teman yang menganggap”fun”
adalah hal yang penting. Demikian juga dalam mencari pasangan hidup. Kita bisa melihat
pasangan yang punya hobi berbeda atau sifatnya berbeda, tapi bisa hidup rukun sebagai
suami istri. Rupanya hal yang membuat seseorang merasa cocok satu dengan yang
lainnya, lebih dikarenakan oleh faktor memiliki nilai-nilai yang sama.
mengalami beberapa teman mencontek dan tidak ada hukuman untuk hal tersebut. Ketika
SMA, semakin banyak teman yang mencontek, akibatnya nilai mencontek itu salah
menjadi berubah, karena bagi sebagian besar orang di lingkungan kita (orang yang
signifikan) nilai tersebut bukan hal yang penting.
SIMPULAN
Untuk membantu mengenal potensi diri kita ada beberapa faktor dalam diri kita yang
perlu kita telusuri. Faktor-faktor tersebut adalah : kecerdasan, kepribadian, kebutuhan,
dan nilai-nilai.
Mengetahui kecerdasan kita bisa membantu kita untuk mengetahui batasan-
batasan yang mampu kita kerjakan. Kita tahu hal-hal apa yang masih bisa kita
kembangkan dan membantu kita untuk memiliki konsep diri yang lebih baik.
Mengetahui kepribadian kita membantu kita untuk memahami tindakan-tindakan
yang cenderung kita lakukan, juga membantu kita memahami tindakan-tindakan yang
cenderung akan dilakukan oleh orang-orang yang kita kenal. Dengan kata lain, mengenal
kepribadian membantu kita untuk dapat meningkatkan hubungan interpersonal kita.
Kebutuhan dan nilai-nilai juga dapat membantu kita meningkatkan hubungan
interpersonal. Selain itu mengetahui kebutuhan dan nilai-nilai penting dalam kehidupan
kita juga membantu kita untuk memilih dan memutuskan masa depan kita.
412CB – CB: Self Development
DAFTAR PUSTAKA