Anda di halaman 1dari 24

412CB – CB: Self Development

LECTURE NOTES

IDENTIFYING MY POTENTIAL

Antonius Atosökhi Gea S.Th., MM


antoniusgea@binus.edu
412CB – CB: Self Development

LEARNING OUTCOMES

Mahasiswa akan dapat meningkatkan kesadaran diri dan mengembangkan potensi positif
yang dimilikinya.

OUTLINE MATERI:
• Memahami Perbedaan Individu
• Potensi Diri
• Kepribadian (Personality)
• Kebutuhan (Needs)
• Nilai-nilai (Values)
412CB – CB: Self Development

ISI

Ilustrasi

Dani & Dini bersahabat akrab sejak SMA. Dalam hal prestasi Dini selalu masuk
ranking 10 besar, sedangkan prestasi Dani selama ini belum pernah masuk ranking
10 besar. Dalam hal organisasi, Dani dan Dini dikenal aktif sebagai pengurus OSIS,
tetapi Dani cenderung lebih popular karena Dani terlihat suka memimpin teman-
temannya. Selain menjadi pengurus OSIS, Dani tergolong popular karena aktif dalam
klub basket dan menjadi kapten tim basket SMA mereka. Cewek-cewek banyak yang
nge-fans pada Dani. Sementara Dini juga aktif berolahraga dan tergabung dalam klub
tennis SMA mereka. Bedanya Dini tidaklah sepopuler Dani.
Selesai SMA, Dani & Dini sepakat untuk masuk universitas yang sama dan
mengambil program studi yang sama. Di kampus, Dini dan Dani masuk dalam kelas
yang sama dan Dani kembali menjadi cowok popular dan disukai teman-teman
sekelas. Awal kuliah mereka masih berteman akrab, dan sering saling curhat seperti
saat mereka masih SMA. Walaupun Dani sangat popular, tapi bagi Dani, Dini adalah
sahabat terbaiknya. Nah, persahabatan mereka mulai renggang setelah selesai UTS.
Ketika melihat nilai-nilai mereka, Dini agak terkejut karena nilai UTS Dani lebih
baik dibandingkan dirinya, padahal selama ini prestasi Dini lebih baik daripada Dani.
Dua minggu terakhir ini, Dini berusaha untuk menghindari Dani. Setiap kali
ditelpon, Dini selalu menjawab sedang sibuk membantu orang tuanya, atau sedang
sibuk melakukan aktifitas lainnya. Dani merasa kehilangan sahabat dengan sikap
Dini tersebut.
Setelah yakin bahwa Dini menjauhinya tanpa diketahui sebabnya, Dani lalu
memutuskan untuk bicara pada Dini. Akhirnya kedua sahabat ini mendapat
kesempatan untuk membahas masalah mereka. Ternyata Dini merasa tidak pantas
jadi sahabat Dani, karena Dini merasa kalah segala-galanya dari Dani. Dani sangat
terkejut mendengar jawaban
412CB – CB: Self Development

Dini. Rupanya selama ini Dini merasa minder bila melihat Dani disukai banyak
teman, sementara sejak kuliah Dini merasa belum menemukan teman selain Dani.
Apalagi saat melihat nilai UTS Dani lebih tinggi membuat Dini semakin minder,
karena dulunya yang membuatnya merasa PD berteman dengan Dani karena ia lebih
berprestasi dalam bidang akademik.

Pertanyaan penuntun:
1. Apakah yang sebenarnya menjadi penyebab rasa minder Dini? Apakah karena
Dani atau karena faktor dalam diri Dini sendiri?
2. Apakah Dini cukup mengetahui potensi dirinya? Jelaskan alasannya!
3. Apa hubungan antara penyesuaian diri, rasa percaya diri, dan mengenal potensi
kita?

A. Memahami Perbedaan Individu


Dalam kehidupan sehari-hari kita mengenal bermacam-macam orang dengan
berbagai kemampuan, kepribadian, bahkan dengan gaya masing-masing yang juga
unik. Ada yang pintar, ada yang kaya, ada yang selalu terlihat ceria, ada yang mudah
bersahabat, ada yang penampilannya modis dan trendy seperti bintang-bintang
Gossip Girl, bahkan ada yang berpenampilan sok dingin ala Robert Pattinson.
Dengan adanya beragam orang dalam kehidupan kita, membuat kita bisa melihat
perbedaan atau mungkin saja persamaan dengan orang lain. Perbedaan yang ada bisa
membuat kita terinspirasi untuk mencapai prestasi, atau membuat kita iba dan jadi
lebih mensyukuri hidup kita, atau mungkin saja sama seperti Dini, kelebihan yang
dimiliki orang lain membuat kita minder karena merasa kalah segala-galanya.
Rasanya tidak ada orang yang mau minder selamanya. Maunya sih bisa
berprestasi seperti orang-orang yang kita kagumi. Kalau pun tidak berprestasi
minimal merasa bangga dengan diri kita atau dengan hidup kita. Nah untuk itu, kita
perlu menyadari potensi apa saja yang kita miliki!
412CB – CB: Self Development

B. Potensi Diri
Bila ditanya pendapat tentang potensi teman kita, jawaban yang biasanya muncul
adalah orangnya pintar. Jawaban lainnya adalah kaya tapi tidak sombong, atau
mungkin dia cantik atau berkulit putih. Untuk jawaban pertama, pintar merupakan
hal yang paling umum dijawab jika ditanya tentang potensi seseorang. Oleh karena
itu yang pertama akan kita bahas di bab ini adalah tentang kepintaran atau
kecerdasan (intelligence).
Kecerdasan (Intelligence)
Intelligence is the capacity to acquire and apply knowledge, including problem
solving.
Intelligence is the intellectual processes (perception, memory, thinking, use
language) through which information is obtained, transformed, stored, retrieved,
and used.
Singkatnya kecerdasan adalah kemampuan untuk mengumpulkan dan
menerapkan pengetahuan termasuk untuk mengatasi masalah. Ada beberapa
pandangan tentang kecerdasan yang dikemukakan oleh pakar psikologi, bahasan kita
tentang kecerdasan mencakup 4 aspek yaitu :
1. Academic Intelligence
2. Practical Intelligence
3. Multiple Intelligence
4. Emotional Intelligence

1. Academic Intelligence
Pada akhir abad ke-19, teori kecerdasan dikembangkan oleh Sir Francis Galton
dengan hanya melihat pada kemampuan akademik saja (misalnya: kemampuan
berhitung, daya bayang ruang, atau kemampuan membaca). Kemampuan akademik
seseorang biasanya diukur dengan psikotes Intelectual Quotient (IQ) yang hasilnya
berupa skor tertentu.
Mula-mula psikotes IQ hanya mengukur salah satu aspek berpikir tertentu saja,
misalnya kemampuan daya bayang ruang, yang dianggap mewakili kemampuan
412CB – CB: Self Development

berpikir dasar. Sekarang ini psikotes IQ mengukur beberapa kemampuan berpikir


yang berbeda, misalnya:
• Verbal comprehension: kemampuan untuk memahami makna dari kata-kata dan
saling keterkaitannya dan untuk memahami informasi yang tertulis maupun
terucap.
• Word fluency: kemampuan untuk menggunakan kata dengan cepat dan dengan
mudah.
• Numerical acuity: kemampuan untuk mengatasi masalah yang berhubungan
dengan angka, melakukan analisa matematis, dan menghitung arithmatic.
• Spatial perception: kemampuan untuk membayangkan ruang dan mengatur objek
secara mental.
• Memory: kemampuan untuk mengingat simbol, kata, dan sejumlah angka.
• Perceptual speed: kemampuan untuk menangkap visualisasi dengan mendetail,
menemukan persamaan maupun perbedaan, dan untuk melakukan hal-hal yang
berhubungan dengan persepsi visual.
• Inductive reasoning: kemampuan untuk menemukan sebuah hukum atau prinsip
dan mengaplikasikannya untuk mengatasi masalah dan membuat penilaian dan
keputusan-keputusan yang logis.
Kecerdasan akademik atau dikenal dengan IQ ini, biasanya dipakai untuk
meramalkan kemampuan seseorang untuk mengikuti pelajaran di sekolah atau
kuliah. Harapannya dengan IQ yang cukup tinggi menunjukkan orang tersebut punya
kemampuan untuk lebih cepat menerima informasi atau pelajaran yang diberikan.
Tetapi dalam kenyataannya terbukti IQ yang tinggi tidak menjamin orang tersebut
sukses secara akademik, karena kemampuan menerima informasi ternyata juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti konsentrasi, minat maupun sikap terhadap
informasi.
412CB – CB: Self Development

2. Practical Intelligence
Skor tes IQ (kecerdasan akademik) adalah skor kemampuan berpikir seseorang.
Orang dengan skor IQ yang tinggi, mungkin bisa memahami kalimat yang kompleks
atau mengatasi masalah berpikir yang rumit, tapi tidak menjamin bila harus
melakukan suatu tugas ia akan mampu mengerjakannya dengan baik. Karena itu para
ahli psikologi lalu mulai mengembangkan teori Triarchic Intelligence. Dalam teori
ini, kecerdasan terbagi dalam 3 tipe:
1. Analytical intelligence  kecerdasannya ini bisa dikatakan sama dengan
kecerdasan berpikir (akademic intelligence) atau kecerdasan analitis.
2. Creative intelligence  kecerdasan untuk berimajinasi / berpikir bebas
3. Practical intelligence  kecerdasan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan sesuai dengan kebutuhan kita. Dengan kata lain tahu
bagaimana melakukan suatu pekerjaan / tugas dan tahu cara untuk
menyelesaikannya.

Practical intelligence atau sering disebut sebagai “street smart” berhubungan


dengan pengetahuan akan hal-hal praktis sehingga bisa melakukan suatu tugas
dengan lebih mudah dan cepat. Contohnya, pengetahuan tentang cara memasak nasi
goreng membuat kita gampang memasak nasi goreng yang sesuai dengan selera kita.
Atau contoh lainnya, yaitu pengetahuan tentang “shortcut” pada program Excel
membantu kita mengerjakan laporan Excel dengan lebih mudah dan cepat.
Kita mungkin tidak menyadari atau kurang menghargai kemampuan praktis yang
kita miliki, hal ini karena kita tidak menyadari pentingnya kemampuan praktis
tersebut. Coba bayangkan walaupun kita memiliki IQ yang tinggi, tapi kita tidak tahu
cara membersihkan rumah, atau kita tidak tahu cara menggunakan mesin cuci dan
penggunaan bahan kimia untuk mencuci pakaian. Kalau kita ditinggal sendirian di
rumah, betapa berantakan kondisi rumah kita.
Pada masa kini sebenarnya orang mulai menyadari pentingnya kecerdasan
praktis. Salah satu cara untuk meningkatkan kecerdasan praktis seseorang adalah
dengan membaca buku petunjuk praktis, resep, atau buku-buku “... for Idiots”. Selain
itu kecerdasan praktis biasanya dikembangkan dengan “sharing knowledge”
412CB – CB: Self Development

baik secara lisan atau presentasi, maupun lewat media tulisan, contohnya: untuk
komunitas penggemar traveling ada milis jalan sutra yang memberikan pertukaran
informasi tentang petunjuk penginapan yang bersih dan murah, etiket lokal, dan
tempat makan enak di berbagai kota wisata.

3. Multiple Intelligence
Konsep Multiple Intelligence dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang
psikolog dari USA, yang dibahas dalam bukunya Frames of Mind (1983). Menurut
Gardner, kecerdasan atau intelligence adalah potensi biologis maupun psikologis
untuk mengatasi masalah dan atau menciptakan produk yang dianggap berharga
berdasarkan satu konteks budaya atau dari beberapa konteks budaya. Berdasarkan
definisi ini, Gardner mengidentifikasikan tujuh “autonomous capacity” yang
dinamakan Multiple Intelligence (MI) yaitu:
1. Linguistic  membuat orang bisa berkomunikasi lewat bahasa, termasuk
menulis, membaca, dan berbicara.
2. Logical-mathematical  membuat orang bisa melihat hubungan antar
objek dan mengatasi masalah, misalnya kalkulus atau statistik.
3. Musical  memberikan kemampuan untuk menciptakan dan memahami
makna suara-suara dan menikmati berbagai jenis musik.
4. Spatial  membuat orang mampu untuk menerima dan memanipulasi
“images” dalam pikiran dan me-recreate-nya dari ingatan, misalnya
membuat disain grafis.
5. Bodily-kinesthetic  membuat orang mampu menggunakan badan dan
persepsi dan sistem motorik secara terampil seperti menari, olahraga, dan
menampilkan emosi lewat ekspresi wajah.
6. Interpersonal  membuat orang bisa membedakan perasaan mereka dan
memiliki pengetahuan tentang diri yang akurat.
7. Intrapersonal  membuat orang bisa mengenali dan menyadari perbedaan
antara rasa, motif, dan maksud orang lain, misalnya untuk mengatur dan
memimpin orang lain.
412CB – CB: Self Development

Dalam tulisannya yang terakhir, Gardner menambahkan Naturalist Intelligence


(kemampuan untuk membedakan, mengklasifikasikan, dan memanfaatkan hal-hal
yang ada pada lingkungan fisik) dan sebuah kecerdasan lainnya yaitu Existential
Intelligence yang masih diperdebatkan oleh para ahli sampai sekarang.
Kemampuan atau MI ini dimiliki setiap orang, tapi profile masing-masing
kecerdasan akan berbeda pada setiap orang. Ada yang menonjol dalam hal logic-
mathematic sehingga ia dikenal cepat mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan
hitung-menghitung. Bisa juga seperti Mozart yang memiliki bakat luar biasa
(prodigy) dalam kecerdasan musical, bodily-kinestetic, dan spatial-nya sehingga
dalam usia 4 tahun sudah bisa memainkan biola dan piano, dan di usia 5 tahun
mampu menciptakan lagu.

4. Emotional Intelligence
Konsep Emotional Intelligence atau kecerdasan emosional menjadi semakin
populer dengan diterbitkannya buku Emotional Intelligence: Why It Can Matter
More Than IQ (1996) dari Daniel Goleman. Sebenarnya teori tentang Emotional
Intelligence ini sudah diidentifikasikan sejak tahun 1920 oleh E.L. Thorndike dengan
konsep “Social Intelligence”.
Emotional Intelligence adalah salah satu bagian dari “Social Intelligence” yang
melibatkan kemampuan seseorang dalam mengatur emosi dirinya maupun emosi
orang lain, membedakan berbagai emosi yang dirasakan, dan menggunakan
informasi mengenai emosi yang dimilikinya untuk berpikir dan mengambil tindakan.
Konsep ini lalu diteruskan oleh Salovey & Mayer pada tahun 1997. Salovey lalu
mengembangkan teori Emotional Intelligence menjadi 5 wilayah utama:
1. Mengenali emosi diri  Self-awareness
2. Mengelola emosi  Self-regulation
3. Memotivasi diri sendiri  Self-motivation
4. Mengenali emosi orang lain  Empathy
5. Membina hubungan  Handling relationships
412CB – CB: Self Development

Jadi dalam hal ini Salovey & Mayer mengambil konsep kecerdasan inter &
intra-personal dari Gardner menjadi bagian dari kecerdasan emosional. Coba tebak,
manakah dari kecerdasan emosional yang merupakan bagian dari intrapersonal
intelligence, dan manakah bagian dari interpersonal intelligence?
Dalam beberapa referensi, ada yang menggolongkan kecerdasan emosional
menjadi 4 faktor yaitu :
1. Self-awareness
2. Self-management
3. Social-awareness
4. Relationship management
Dalam hal ini, bagian dari self-regulation & self motivation digabungkan
menjadi satu faktor yaitu self-management.

Mengapa Emotional Intelligence dianggap penting?


Penelitian tentang pentingnya EI dimulai oleh Daniel Goleman dengan meneliti
anak-anak yang memiliki IQ yang tinggi, ketika dewasa belum tentu akan berhasil
dalam kehidupannya. Bahkan beberapa anak yang cerdas (ber-IQ tinggi) ternyata
tidak berhasil menyelesaikan studi di perguruan tinggi karena masalah-masalah
emosional seperti mudah marah bila tidak mendapatkan hal yang diinginkan atau
mudah putus asa.
Untuk lebih jelasnya kita coba telusuri per masing-masing faktor yang ada dalam
Emotional Intelligence:
1. Seandainya kita kurang memiliki self-awareness atau kita kurang
memahami berbagai emosi yang sedang kita rasakan. Mungkin ada hal-hal
yang membuat kita marah, mungkin juga terjadi hal-hal yang membuat
kita sedih, tapi kita tak pernah mau memikirkannya. Tiba-tiba saja kita
bisa merasa sesak tanpa tahu apa sebabnya. Jika kita tidak tahu apa
penyebabnya, kita tak akan bisa mengatasi rasa sesak tersebut. Hal-hal
seperti ini yang dikatakan sebagai gangguan mental yang bisa berakibat
emosi yang meledak-ledak atau bisa berakibat menjadi depresi.
412CB – CB: Self Development

2. Orang yang kurang memiliki self-regulation, kemungkinan setiap kali


mengalami emosi yang kuat misalnya sedih, mungkin akan menangis
meraung-raung seperti anak kecil yang belum terlatih dalam self-
regulation. Lebih lanjut lagi, setiap kali menghadapi masalah dan butuh
self-regulation, cara mengatasi masalah adalah dengan bertindak
seenaknya, tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang akan terjadi.
3. Kalau kita kurang tahu meningkatkan self-motivation, berarti setiap kali
kita menghadapi hambatan / masalah, kita akan menjadi orang yang selalu
berputus asa atau tidak bisa berpikir untuk mencari jalan keluar. Bisa jadi
dalam hidup kita akan selalu berharap dibantu oleh orang lain, padahal
belum tentu selalu ada orang yang bisa membantu kita.
4. Orang yang kurang memiliki empati, bisa dibilang sering bertindak egois
atau seenaknya. Bisa dibayangkan orang seperti ini pasti akan dijauhi oleh
orang-orang yang ada di sekitarnya karena cenderung bersifat menyakiti
orang lain.
5. Kemampuan emosional yang mungkin cukup sulit untuk bisa dikuasai
adalah kemampuan untuk membina hubungan baik dengan orang lain.
Dalam bergaul, kita perlu tahu etiket, tata krama, cara menyenangkan
orang lain, membuat suasana menjadi lebih menyenangkan, bahkan
sewaktu-waktu diperlukan kemampuan untuk dapat mempengaruhi orang
lain. Dengan memiliki kemampuan membina hubungan baik dengan orang
lain ini akan membuat kita dapat memiliki orang-orang yang menjadi
penolong maupun pendukung kesuksesan kita.

Cara meningkatkan kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional mungkin bukan merupakan faktor bawaan, tetapi lebih
merupakan kemampuan yang didapatkan dari didikan keluarga, sekolah, pertemanan
atau bisa juga dengan mengikuti pelatihan Emotional Intelligence. Cara-cara yang
dapat ditempuh untuk meningkatkan kecerdasan emosional adalah dengan:
412CB – CB: Self Development

1. Meningkatkan ”self-awareness”:
• Memikirkan apa yang terjadi (introspeksi diri)
• Membuat jurnal
• Curhat  untuk mendapatkan sudut pandang orang lain
• Membaca berbagai kisah yang mengungkapkan emosi yang dirasakan oleh
tokoh
• Nonton untuk mengenali berbagai emosi yang dirasakan oleh tokoh yang
ada dalam film

2. Meningkatkan “self-management”:
• Mula-mula kita butuh dididik dengan disiplin oleh lingkungan kita
• Kedisiplinan membuat kita memiliki “kebiasaan”
• Kebiasaan ditambah dengan terus mendapat penanaman norma dan nilai
akan menghasilkan adanya hati nurani

3. Meningkatkan “social-awareness”:
• Perhatikan bahasa tubuh orang lain:
 Ketika kita mendekatinya apakah ia mendekat atau menjauh? Bila
mendekat berarti orang tersebut menerima kita, tetapi ketika menjauh,
mungkin ia belum mempercayai kita. 
 Melihat dengan tajam : Apakah ia ingin menyampaikan sesuatu? 

 Tidak mau kontak mata : Apakah ia ingin menutupi sesuatu? 

• Untuk meningkatkan kemampuan membaca emosi, berlatihlah
menggunakan cermin

4. Meningkatkan keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain:


• Untuk meningkatkannya perlu pelatihan interpersonal skills lainnya seperti
keterampilan komunikasi, keterampilan memimpin, dll.
• Semakin kita mengenal seseorang, semakin kita tahu cara terbaik untuk
berhubungan dengannya.
412CB – CB: Self Development

• Mengembangkan hati nurani yang jujur, bisa diandalkan, tulus,


berkomitmen.

C. Kepribadian (Personality)
“Personality refers to those persistent and enduring behavior patterns and
tend to be expressed in a wide variety of situations.”
Sekilas dari definisi di atas menjelaskan bahwa kepribadian adalah hal-hal
yang sering kita tampilkan dalam berbagai situasi baik berupa perilaku tertentu atau
pola-pola perilaku yang sama. Contohnya : seorang mahasiswa yang suka bercanda
di kelas, kemungkinan saat bersama teman-temannya di mal juga akan suka
bercanda, demikian juga saat di rumah, ia akan mengulangi pola perilaku suka
bercanda. Bila kita mengenal seseorang dengan baik dan kita diminta untuk
menjabarkan kepribadian dari orang tersebut, maka kita akan menyebutkan
sejumlah sifat-sifat khas dari orang tersebut. Sifat khas tersebut yang dikenal
dengan istilah kepribadian.
Pada pembahasan mengenai kepribadian, kita hanya akan membahas dua
konsep kepribadian yang umumnya digunakan dalam dunia pendidikan maupun
dunia industri masa kini, yaitu konsep kepribadian Trait & Type.
a. Trait
Salah satu pakar psikologi bernama Gordon Allport mengemukakan teori
trait, yang menganggap kepribadian kita yang khas merupakan kumpulan dari
sejumlah trait. Trait adalah perilaku yang cenderung menetap atau konsisten untuk
jangka waktu yang lama. Teori Allport ini lalu dikembangkan para psikolog,
dimana mereka mengemukakan pendapat bahwa kepribadian dasar manusia dapat
diwakili oleh 5 faktor / trait yang dikenal dengan nama Five Factor Model (Big
Five Personality), yaitu :
1. Openness –kecenderungan menyukai atau menjauhi hal-hal baru atau
petualangan, imajinasi, memiliki keinginantahuan, dan mencoba pengalaman
yang beragam.
2. Conscientiousness –kecenderungan menyukai atau menjauhi self-discipline,
bertindak sesuai dengan aturan, atau membuat perencanaan.
412CB – CB: Self Development

3. Extroversion – kecenderungan menyukai atau menjauhi keinginan untuk


mempengaruhi orang lain, mencari orang lain, mencari energi / semangat.
4. Agreeableness – kecenderungan untuk menyukai atau menjauhi penyamaan
pendapat dengan orang lain, kemauan untuk bekerja sama, dan bersikap
menerima pendapat orang lain.
5. Neuroticism – kecenderungan mudah merasakan atau kurang merasakan hal-
hal / emosi yang kurang menyenangkan seperti marah, cemas, sedih, dan
mudah tersinggung.

Kecenderungan menyukai berarti memiliki karakteristik trait yang tinggi,


sementara kecenderungan menghindari berarti memiliki karakteristik trait yang
rendah, seperti yang dijabarkan dalam tabel berikut ini :

Extraversion Emotionality Conscientiousness Agreeableness Openness

High Sociable Moody Systematic Kind Artistic


Impulsive Anxious Meticulous Helpful Creative
Assertive Unstable Efficient Sympathetic Complex

Low Quiet Calm Disorganized Cold Simple

Restrained Relaxed Careless Rude Shallow


Withdrawn Content Lazy Unpleasant Practical

Untuk mengetahui trait-trait yang khas pada diri Anda, silakan mencoba self-
asessment Trait.
Masing-masing trait yang kita miliki memiliki kelebihan dan kekurangannya.
Makna dari mempelajari trait ini untuk membantu kita menganalisa kecenderungan
perilaku kita dan diharapkan dapat membantu untuk memahami kecenderungan
perilaku orang lain sehingga kita tahu bagaimana cara menghadapinya.
412CB – CB: Self Development

b. Types
Teori tentang types ini mula-mula dikembangkan oleh psikolog C.G. Jung,
lalu dibuat alat ukur yang cukup mudah dan sering dipakai untuk menggambarkan
perilaku-perilaku seseorang dalam dunia kerja. Konsep kepribadian types ini
dikembangkan oleh Myers-Briggs dan tes yang mereka buat dikenal dengan nama
MBTI. Dalam pembahasan tentang types ini, kami akan menyampaikan sedikit
gambaran untuk memahami aspek kepribadian types, tetapi tes kepribadian ini
bukanlah merupakan bagian dari tes MBTI.
Dasar pertimbangan teori Types merujuk pada “cognitive styles” atau
proses mental untuk menerima dana membuat pertimbangan terhadap situasi yang
dihadapi. Metode Types menggambarkan cara pendekatan seseorang dalam
menghadapi masalah, misalnya tipe “introvert” dalam menghadapi masalah
biasanya memikirkan hal-hal yang menyangkut dalam dirinya, sementara tipe
“extrovert” biasanya memikirkan hal-hal yang berada di luar dirinya. Jadi
berdasarkan teori Jung, orang biasanya mengumpulkan dan mengevaluasi informasi
berdasarkan “cognitive style” mereka.
Konsep Jung membagi empat dimensi psikologis dari types yang
merupakan dua dimensi yang saling berlawanan yaitu :
1. Introverted versus Extraverted. Tipe introvert memiliki orientasi pada
perasaan dan ide-ide yang ada dalam dirinya, sementara orang yang
extroverts lebih berorientasi untuk mengubah hal-hal yang berada di luar
dirinya.
2. Thinking versus Feeling. Tipe thinking / thinker biasanya membuat
keputusan berdasarkan pada fakta-fakta dan hal-hal yang masuk akal /
objektif, sementara tipe feeling / feelers membuat keputusan berdasarkan
informasi yang subjektif atau lebih dipengaruhi oleh rasa terhadap hal
tersebut.
3. Sensing versus Intuiting. Orang yang “sensing” cenderung untuk
memusatkan perhatian pada hal-hal yang detil atau bagian kecil, sementara
orang yang “intuitive” lebih focus pada masalah besar (“big picture”)
412CB – CB: Self Development

4. Judging versus Perceiving. Orang yang “judging” cenderung pada


membuat perencanaan dan akan berpaku pada perencanaan yang telah
dibuatnya. Sementara orang “perceiving” cenderung bertindak spontan
ketika menghadapi permasalahan.

Kombinasi dari keempat dimensi di atas menghasilkan 16 type kepribadian,


sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut.
Sensing Types Intuitive
Types

ISTJ ISFJ INFJ INTJ


“Doing what should ”A High Sense of ”An Inspiration to ”Everything has
be done” Duty” Others” room for
• Organizer – • Amiable – • Reflective - Improvement”
Compulsive Works behind Introspective • Theory based –
• Private – the scenes • Quetly caring – skeptical
Trustworthy • Ready to creative • High need for
• Rules & sacrifice – • Linguistic gifted competency
Regulations – Accountable – psychic • Sees world as
Practical • Prefers Doing (Most chessboard
(Most Traditionalist) (Most Loyal) Contemplative) (Most Independent)

ISTP ISFP INFP INTP


“Ready to try “Sees much but “Performing Noble “A love of problem
anything once” shares little” Service to Aid solving”
• Very observant – • Warm & sensitive Society” • Challenges others
Cool & Aloof – Unassuming • Strict personal to think
• Hands on • Short range values • Absent-minded
Practicality – planner – Good • Seek inner order / professor
Unpretentious team member peace • Competency needs
• Ready for what • In touch with Self • Creative – Non – Socially
412CB – CB: Self Development

happens and Nature directive – Cautious


(Most Pragmatic) ( Most Artistic) Reserve (Most Conceptual)
( Most Idealistic)
ESTP ESFP ENFP ENTP
“The Ultimate “You only go “Giving life an extra “One exiting
Realist” around once in life” squeeze” Challenge after
• Unconventional • Sociable – • People oriented – another”
Approach – Fun Spontaneous creative • Argue both side of
• Gregarious – Live • Loves surprises – • Seeks harmony – point to learn
from here & now Cuts Red Tape life of party • Brinksmanship –
• Good at problem • Juggles multiple • More starts than Tests the limits
solving projects / Event finishes • Enthusiastic –
( Most Spontaneous) quip master (Most Optimistic) New Ideas
(Most Generous) (Most Inventive)
ESTJ ESFJ ENFJ ENTJ
“Life Administrator” “Host & Hostesses “Smooth talking “Life natural leader”
• Order & structure of the world” persuader” • Visionary –
– Sociable • Gracious – Good • Charismatic – Gregarious
• Opinionated – interpersonal skill Compassionate • Argumentative
Result driven • Thoughtful – • Possibilities for • System Planners –
• Producer – Appropriate people Takes charge
Traditional • Eager to please • Ignores the • Low tolerance for
(Most Organizer) (Most unpleasant – incompetence
Harmonizing) Idealistic (Most Commanding)
(Most Persuasive)

Untuk mengetahui types Anda (bukan tes MBTI®), silakan mencoba self-
assessment Types. Dengan mengetahui gaya pendekatan masalah dapat membantu kita
untuk mengatasi terjadinya perbedaan pendapat & konflik dengan orang lain.
412CB – CB: Self Development

D. Kebutuhan (Needs)
Salah satu hal yang menjadi dasar perilaku seseorang adalah kebutuhan (needs).
Kebutuhan ini menjadi semacam pendorong / daya yang menggerakkan kita untuk
melakukan perilaku tertentu. Sebagai contoh, ketika kanak-kanak, kebutuhan utama
selain makan, minum, dan istirahat yang cukup, termasuk kebutuhan akan kasih sayang.
Bila seorang anak menginginkan kasih sayang / perhatian orang tuanya, ada anak yang
menangis atau ada yang membuat ulah. Perilaku yang ditampilkan bisa bermacam-
macam, tapi dasarnya sama yaitu butuh diperhatikan orang tua.
Oleh karena itu agar kita dapat memahami perilaku yang sering kita tampilkan,
maka kita perlu mengetahui kebutuhan kita.
Beberapa kebutuhan dasar yang termasuk populer adalah :
1. Kebutuhan prestasi (need for achievement)  kebutuhan untuk mencapai
target tertentu / menunjukkan kemampuan diri.
2. Kebutuhan afiliasi (need for affiliation)  kebutuhan untuk diterima dan
menerima orang lain / bersahabat
3. Kebutuhan berkuasa (need for power)  kebutuhan untuk mempengaruhi
orang lain.
4. Kebutuhan otonomi (need for autonomy)  kebutuhan untuk mendapatkan
kebebasan berpikir dan bertindak.
5. Kebutuhaan mendapatkan penghargaan (need for esteem)  kebutuhan merasa
diri berharga dan juga dihargai oleh orang lain.
6. Kebutuhan akan jaminan keselamatan (need for security & safety) 
kebutuhan untuk terlindungi dan merasa aman.
7. Kebutuhan untuk mendapatkan keadilan (need for equity)  kebutuhan untuk
diperlakukan sama satu dengan yang lainnya.

Semua kebutuhan di atas bisa jadi ada dalam diri kita. Tapi biasanya ada
kebutuhan yang lebih menonjol yang membuat kita mengulang perilaku tertentu.
Misalnya: perilaku mahasiswa yang selalu berupaya untuk mengerjakan tugas dengan
sesempurna mungkin, bahkan harus bertanya berkali-kali untuk mengetahui bagaimana
cara membuat tugas yang sempurna sehingga mendapat nilai yang terbaik. Hal ini
412CB – CB: Self Development

menunjukkan mahasiswa tersebut memiliki kebutuhan prestasi yang lebih menonjol.


Contoh lainnya, perilaku mahasiswa yang tidak bisa menolak ajakan temannya untuk
selalu pergi bersama walaupun ia harus melakukan kegiatan lainnya. Bila ditelusuri lebih
lanjut, mahasiswa tersebut punya kebutuhan afiliasi yang lebih menonjol dibandingkan
kebutuhan lainnya.
Nah, dalam kenyataannya menjelaskan perilaku manusia yang unik dan beragam,
tidak bisa dijelaskan karena hanya dipengaruhi oleh satu kebutuhan yang menonjol.
Dalam kenyataannya perilaku manusia jadi beragam karena tingkat kebutuhan masing-
masing orang berbeda, dan seringkali terjadi gabungan beberapa kebutuhan yang
menonjol.
Selain itu, kebutuhan / needs dapat berubah karena dipengaruhi oleh hal atau
kejadian yang signifikan atau berpengaruh dalam kehidupan kita saat ini. Pengalaman
masa lalu dapat mempengaruhi needs atau kebutuhan kita bila kebutuhan itu lebih banyak
tidak terpuaskan atau terlalu sering terpuaskan sehingga kebutuhan tersebut jadi perhatian
utama kita.
Untuk membantu menganalisa kebutuhan / needs yang menonjol pada diri kita
saat ini, di kelas kita akan melakukan tes proyektif needs.

E. Nilai-nilai (Values)
Istilah values atau nilai-nilai yang dimaksudkan dalam topik ini mengacu pada keyakinan
atau hal-hal yang kita anggap utama atau penting. Misalnya : Tono menganggap menjaga
hubungan baik dengan orang lain sangat penting. Tono akan mengupayakan berbagai hal
untuk menghindari terjadinya percekcokan atau keributan dengan orang lain. Dampaknya
ada yang positif maupun negatif. Positifnya, Tono tidak pernah ribut dengan orang lain,
negatifnya orang lain ada yang suka memanfaatkan kebaikan Tono karena tahu Tono tak
akan melawannya. Jadi dengan kata lain values juga termasuk dasar dari perilaku kita.
Bedanya dengan needs, bila kita mengabaikan keyakinan kita tersebut (value),
kita akan merasa bersalah. Dalam kasus Tono di atas, mengapa bisa terjadi dampak
negatif Tono mau saja dimanfaatkan temannya, karena bagi Tono bila ia melawan dan
ribut dengan temannya, ”hati kecilnya” akan merasa lebih bersalah dibandingkan
kerugian yang dia alami akibat dimanfaatkan oleh temannya. Oleh karena itu values
412CB – CB: Self Development

biasanya dihubungkan dengan etika. Etika adalah pilihan moral yang dilakukan seseorang
berdasarkan pertimbangan dari nilai-nilai tertentu. Adanya etika membuat orang merasa
hal yang dilakukannya benar atau salah secara pribadi.
Kecocokan dengan orang lain, biasanya dipengaruhi oleh faktor kesamaan nilai-
nilai. Coba bayangkan ketika kita pertama kali masuk kelas dan belum mengenal siapa
pun. Saat mencari teman, secara tidak sadar kita akan mencari orang yang menganggap
penting hal-hal yang sama dengan kita. Mungkin saja kalau menganggap ”fun” adalah hal
yang penting bagi kita, maka kita akan lebih memilih teman yang menganggap”fun”
adalah hal yang penting. Demikian juga dalam mencari pasangan hidup. Kita bisa melihat
pasangan yang punya hobi berbeda atau sifatnya berbeda, tapi bisa hidup rukun sebagai
suami istri. Rupanya hal yang membuat seseorang merasa cocok satu dengan yang
lainnya, lebih dikarenakan oleh faktor memiliki nilai-nilai yang sama.

DARIMANA ”VALUES” DIPELAJARI


”Values” bukan sesuatu yang sudah ada dalam pikiran kita sejak kita lahir, tetapi
merupakan hal-hal yang kita pelajari dalam kehidupan kita.”Values” dipelajari dengan
cara mengamati perilaku orang lain, mendengar cerita yang berulang-ulang tentang nilai
tertentu, dan ”modelling” atau mengikuti perilaku seseorang. Orang yang menjadi
”model” adalah orang tua, pengasuh, saudara, atau mungkin saja tokoh idola atau ”public
figure”. Selain itu pengajaran ”values” juga biasanya dikuatkan oleh ajaran-ajaran agama.
Dalam kuliah CB: Self Development, juga diberikan penanaman ”values” lewat
cerita-cerita renungan. Harapan dengan adanya cerita dan renungan yang dilakukan
mahasiswa akan terbentuk perilaku yang baik untuk menghasilkan lulusan yang tidak
hanya pandai (smart) tapi juga baik (good).

VALUES DAPAT BERUBAH


Values dipengaruhi oleh pengamatan terhadap perilaku orang yang signifikan
dalam hidup kita atau cerita yang berkesan dalam kehidupan kita. Oleh karena itu
”values” dapat berubah. Sebagai contoh, sejak masuk sekolah (SD) guru-guru selalu
menanamkan nilai mencontek itu salah. Mungkin ketika SD nilai tersebut sangat penting
dalam kehidupan kita, sampai-sampai kita tidak berani mencontek. Ketika SMP, kita
412CB – CB: Self Development

mengalami beberapa teman mencontek dan tidak ada hukuman untuk hal tersebut. Ketika
SMA, semakin banyak teman yang mencontek, akibatnya nilai mencontek itu salah
menjadi berubah, karena bagi sebagian besar orang di lingkungan kita (orang yang
signifikan) nilai tersebut bukan hal yang penting.

HUBUNGAN VALUES DAN GOAL SETTING


Menurut Milton Rokeach, sebuah value adalah keyakinan yang membuat
seseorang mempertahankan perilaku tertentu. Dengan kata lain ”values” adalah hal-hal
yang membimbing perilaku kita. Dalam menentukan goal setting atau target pribadi, ada
dua penggolongan values yang dikelompokkan oleh Rokeach :
1. Instrumental values : adalah bagaimana cara kita untuk mencapai target yang
kita inginkan misalnya : jujur, imajinatif, bertanggung jawab, berani, suka
menolong, atau harus masuk akal.
2. Terminal values: adalah apa yang menjadi target kita atau kondisi apa yang ingin
kita rasakan bila target kita tercapai. Misalnya : Kekayaan, Merasa berhasil,
Menjadi lebih bijak, atau mendapatkan kedamaian.

Sebaiknya kita perlu menyadari faktor ”Instrumental values” dan ”Terminal


Values” dalam hal yang berhubungan dengan pendidikan kita saat ini. Sebagai contoh,
sebagai mahasiswa, faktor ”terminal values” Ursula adalah menjadi kaya secara
intelektual artinya Ursula ingin mendapatkan ilmu pengetahuan yang sebanyak-
banyaknya. Faktor ”instrumental values” yang penting bagi Ursula sebagai mahasiswi
adalah bersikap jujur dan berani untuk menyampaikan pendapat. Dalam menjalani kuliah
Ursula selalu aktif bertanya di kelas bahkan terlihat berani mengemukakan pendapatnya
sehubungan dengan materi yang didapatkannya di kelas.
Untuk membantu teman-teman memahami mengenai ”values” yang penting
dalam kehidupan saya saat ini, silakan mengisi self-assessment ”Clarifying your values”
dan worksheet yang ada pada bab 4.
Sebagai mahasiswa, kita berada dalam masa untuk mempersiapkan masa depan
atau karir yang akan kita pilih. Beberapa “values” di bawah ini, biasanya merupakan
412CB – CB: Self Development

pertimbangan bagi seseorang untuk mempersiapkan karirnya. Manakah yang menjadi


“key work values” Anda? (tabel 4.3)

PETUNJUK MENGGUNAKAN ”VALUES” UNTUK MENINGKATKAN


HUBUNGAN INTERPERSONAL
Sebagaimana disampaikan di awal penjelasan mengenai ”values”, kecocokan kita
dengan orang lain biasanya dipengaruhi oleh kecenderungan ”values” yang sama. Berikut
ini petunjuk agar kita dapat menggunakan ”values” yang kita miliki untuk meningkatkan
hubungan interpersonal kita :
1. Pertimbangkan bagaimana Anda ingin diperlakukan oleh orang lain dan lakukan
hal tersebut. Misalnya Anda ingin diperlakukan dengan sopan oleh orang-orang di
sekitar Anda, berarti Anda pun harus bersikap sopan. Jika Anda ingin orang
terbuka pada Anda, berarti Anda yang harus terlebih dahulu menunjukkan
kesediaan untuk memperkenalkan diri Anda.
2. Upayakan untuk selalu melakukan refleksi diri untuk mengetahui nilai-nilai apa
yang penting bagi Anda. Ketika Anda melakukan suatu tindakan, sadari apa yang
Anda rasakan setelah melakukannya. Jika Anda merasa bersalah, berarti Anda
melakukan tindakan yang bertentangan dengan ”values” yang Anda yakini.
Dalam hal ini, ketika kita melakukan hal yang salah misalnya mencontek, kita
bisa saja mengarang berbagai alasan pada orang yang menegur kita. Tapi bila kita
memiliki nilai kejujuran yang tinggi, kita tidak akan merasa tenang. Jadi nurani
kita yang akan terganggu bahkan menegur diri kita sendiri walaupun kita bisa
mencari berbagai alasan untuk membenarkan tindakan kita.
3. Dalam kehidupan sehari-hari, ”values” yang kita miliki bisa saling bertentangan,
sehingga sering terjadi konflik internal. Misalnya : bila kita melihat teman
membolos. Untuk kebaikan dia atau dengan pertimbangan sebagai teman yang
baik saya harus menegur teman agar tidak membolos. Tapi kalau ditegur takutnya
teman marah atau kita dibilang sok jadi anak baik. ”Values” yang paling kuat
yang akan membuat kita mengambil keputusan maupun tindakan, karena bila kita
tidak mengikutinya, kita akan menjalani hidup atau pikiran kita tidak akan tenang.
412CB – CB: Self Development

SIMPULAN

Untuk membantu mengenal potensi diri kita ada beberapa faktor dalam diri kita yang
perlu kita telusuri. Faktor-faktor tersebut adalah : kecerdasan, kepribadian, kebutuhan,
dan nilai-nilai.
Mengetahui kecerdasan kita bisa membantu kita untuk mengetahui batasan-
batasan yang mampu kita kerjakan. Kita tahu hal-hal apa yang masih bisa kita
kembangkan dan membantu kita untuk memiliki konsep diri yang lebih baik.
Mengetahui kepribadian kita membantu kita untuk memahami tindakan-tindakan
yang cenderung kita lakukan, juga membantu kita memahami tindakan-tindakan yang
cenderung akan dilakukan oleh orang-orang yang kita kenal. Dengan kata lain, mengenal
kepribadian membantu kita untuk dapat meningkatkan hubungan interpersonal kita.
Kebutuhan dan nilai-nilai juga dapat membantu kita meningkatkan hubungan
interpersonal. Selain itu mengetahui kebutuhan dan nilai-nilai penting dalam kehidupan
kita juga membantu kita untuk memilih dan memutuskan masa depan kita.
412CB – CB: Self Development

DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, Thomas (2002). 7 Kinds of Smart. Menemukan dan Meningkatkan


Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence (judul asli: Seven Kinds
of Smart. Identifying and Developing Your Multiple Intelligences), Alih bahasa: T.
Hermaya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Gea Antonius A., et al. (2003). Relasi dengan Diri Sendiri. PT Elex Media Komputindo,
Jakarta.
Goleman, Daniel (1996). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than. Bantam
Dell, New York.

Anda mungkin juga menyukai