Anda di halaman 1dari 22

HAMBATAN DAN

STRANDAR-STANDAR
BERPIKIR KRITIS
Kasdin Sihotang

BAB 1, BAB 2, BAB 3


PERTANYAAN PENDALAMAN
• Menurut Anda, mengapa orang sulit
menerima kritik?
EGOSENTRISME
B BERPIKIR RELATIVIS
A WHISFUL THINKING
B HAMBATAN BERPIKIR KOLEKTIVISTIS
BERPIKIR KRITIS
ASUMSI TAK TERUJI
I BERPIKIR TEKNOFILIS
TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR
Berpikir Ulung
Berpikir
Berpikir maju
aktif
Berpikir
karena
tumbuh dan
Berpikir
berkembang
karena
ditantang
Tidak
reflektif
1. TIDAK REFLEKTIF
▪ Levelnya anak-anak.
▪ Ditandai dengan ketidaksadaran terhadap
tindakan, pikiran dan asumsi. Sigmund
Freud.
▪ Tidak mempertanyakan keyakinan diri dan
keyakinan orang lain serta asumsinya.
▪ Cenderung egosentris dan prejudice.
▪ Proses: Hasil pembentukan keluarga,
2. SUKA TANTANGAN
• Berani menghadapi tantangan
• Sadar akan kekurangan dan kelemahan,
maka ia ingin maju.
• Mencari jawaban yang ingin membuatnya
maju.
• Melakukan refleksi terhadap tindakannya.
3. ORIENTASI PENGEMBANGAN
• Mulai berpikir dengan serius.
• Kehendak untuk maju mulai muncul.
• Ciri-cirinya: menganalisa situasi,
menyatakan pertanyaan secara tepat dan
jelas, mencek akurasi dan relevansi,
membuat pembedaan, identifikasi
keyakinan dan kesimpulan.
• Struktur penalaran terbentuk.
a Menganalisa situasi dan masalah secara logis

Richard b Mengajukan pertanyaan jelas dan tepat.


c Mencek keakuratan informasi dan relevansinya
Paul dan d Membedakan informasi dari interpretasi

Linda e Mengakui asumsi di balik konklusi


f Mengidentifikasi keyakinan bias, kesimpulan yg
Elder tidak valid, kata yang salah.

g Memperhatikan kepentingan diri yang bias.


4. BERPIKIR AKTIF
• Memanfaatkan waktu sebesar-besarnya.
• Berani menangani masalah
• Menginternalisasikan standar intelektual.
• Membuat jurnal intelektual
• Praktik strategi intelektual
• Berkarakter rasional
• Berdamai dengan masa lalu
• Redefinisi cara melihat sesuatu.
5. ORIENTASI PADA KEMAJUAN
• Mempunyai komitmen utk berpikir
kritis.
• Sadar akan keterbatasan dan mau
membuka diri
• Berani melihat sisi positif dan negatif.
• Rendah hati dan peka.
6. BERPIKIR ULUNG- HABITUS
• Keutamaan intelektual
dan ketrampilan
intelektual bagian dari
hidup sehari-hari.
• Berpikir kritis sebagai
aktualisasi diri.
ELEMEN BERPIKIR KRITIS
TUJUAN INFORMASI

PENYIMPULAN
SUDUT
PANDANG
PERTANYAAN

KONSEP
ASUMSI
STANDAR BERPIKIR KRITIS
1 • Kejelasan ( Clarity)
2 • Ketepatan (Accuracy)

3 • Presisi (Precision)
4 • Relevansi (Relevance)
5 • Kedalaman (Depth)
6 • Keluasan (breadth)
7 • Kelogisan (Logicalness)
a) Ruangan ini bebas dari asap rokok = tidak boleh merokok.
Free from…
Free to…. Ruangan ini bebas untuk berbicara.
b) Karena tidak mengerjakan tugas, dosen itu menghukum mahasiswa.
Karena tidak mengerjakan tugas, mahasiswa itu dihukum oleh dosen.
c) Penjahat itu berhasil ditangkap oleh polisi pada hari Jumat yang lalu.
Pada hari Jumat yang lalu, polisi berhasil menangkap penjahat itu.
d) Antara mahasiswa STIK Sint Carolus dan Unika Atma Jaya memiliki
perbedaan yang sangat jelas.
- Mahasiswa STIK Sint Carolus dan Unika Atma Jaya memiliki perbedaan
yang sangat jelas.
- Ada perbedaan yang sangat jelas antara mahasiswa STIK Sint Carolus dan
Unika Atma Jaya.
• Para mahasiswa sering tidak mengerti materi
perkuliahan karena mereka tidak memiliki
buku.
A. KEJELASAN (CLARITY)
• Apa yang dapat
dilakukan untuk
- Kejelasan untuk mengukur ketepatan dan kebenaran. memperbaiki sistem
pendidikan di Indonesi?”
Bicara tentang apa?
Subjeknya siapa?
Pelakunya siapa?
B. KETEPATAN
• Pernyataan tidak hanya jelas, tetapi juga perlu tepat.
• Ketepatan lahir melalui sikap skeptis dan sikap hati-hati.
• Dua sasaran kaji:
1. Informasi yang diterima.
2. Informasi yang kita miliki.
C. PRESISI
• Disertai dengan data yang rinci
dan mendatail.
• Masalah dinyatakan secara
lengkap dan terinci.
D. RELEVANSI
• Data berkaitan dengan permasalahan yang • Untuk
dibahas. mendukung
• Data yang digunakan mendukung objek yang keberhasilan
diteliti. studi, apa
yang perlu
• Yang tidak diperlukan disingkirkan.
diperhatikan?
E. KEDALAMAN (DEPTH)
• Menjadi pembeda orang yang
berpikir kritis dengan yang tidak
berpikir kritis.
• Memiliki ketajaman analisa.
• Wawasan yang luas.
F. KELUASAN (Breadth)
• Meliputi sudut pandang
yang relevan.
• Berlawanan dengan
berpikir myopik.
G. LOGIKA
• Logika berkaitan dengan
penalaran.
• Penyimpulannya benar-
sahih.
• Premis dan kesimpulan.
Contoh: Penalaran Tidak Langsung
Penalaran langsung:
Semua guru dapat membaca.
P: Semua mahasiswa dapat membaca.
Rindi dapat membaca.
K: Semua yang dapat membaca adalah mahasiswa.
Jadi, Rindi adalah guru.
Kesimpulan: Sahih? Mengapa?
Kesimpulan: SAHIH? Mengapa?

Anda mungkin juga menyukai