Anda di halaman 1dari 20

TUJUAN KHUSUS :

Mahasiswa mampu:
• Memahami, menjelaskan dan mengaplikasikan
keterampilan dalam mengembangkan proses
berpikir kritis.
• Menganalisa hubungan antara peta konsep
dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif dalam
pembelajaran
SKENARIO 2 - CRITICAL THINKING
JUDUL SKENARIO : “Siklus Berpikir Kritis”

PHENOMENON

EXPLANATION QUESTION

CONCLUTION
SEARCH
EVIDENCE & INFORMATION
COLLECT

OTHER
ANALIZE
INTERPRETATION

BIAS AVOID
& OVERSIMPLIFICATION
ASUMPTION
SKENARIO 2 - CRITICAL THINKING
JUDUL SKENARIO : “Siklus Berpikir Kritis”

Dalam menghadapi Merupakan sebuah kejadian, peristiwa, sesuatu


sebuah yang tidak biasa terjadi, Misalnya : keajaiban,
timbulnya penyakit pada seseorang, bencana
PHENOMENON alam, dll

Jenis pertanyaan yang sebaiknya dibuat :


Seseorang harus 1. Apa – What... ?
membuat pertanyaan 2. Kenapa – Why...?
3. Dimana – Where...?
QUESTION 4. Siapa – Who...?
5. Bagaimana – How...?
SKENARIO 2 - CRITICAL THINKING
JUDUL SKENARIO : “Siklus Berpikir Kritis”

Dilanjutkan dengan Mencari & mengumpulkan INFORMATION


SEARCH & & data, bukti ( EVIDENCE ), yang akurat, logis
COLLECT relevan, dan sesuai penalaran yang berkaitan
berkaitan dengan phenomena tersebut.

• Data yang sudah diperoleh, dianalisa berulang


kali untuk menghindari penyederhanaan yang
Kemudian membuat
berlebihan  AVOID OVERSIMPLIFICATION
ANALIZE
data • Dalam menganalisa data dan informasi, kita
juga harus berhati – hati terhadap bias dan
asumsi  BIAS & ASUMPTION ,
SKENARIO 2 - CRITICAL THINKING
JUDUL SKENARIO : “Siklus Berpikir Kritis”

Membuat sebuah • Interpretasi baru ataupun pemahaman baru


dibuat berdasarkan hasil dari analisa data
OTHER
dan informasi  setelah menyingkirkan
INTERPRETATION bias, asumsi dan penyederhanaan yang
berlebihan.

Kemudian
• Berdasarkan hasil analisa data dan
membuat sebuah
informasi yang diperoleh,
CONCLUTION

Kemudian Mengenai PHENOMENON


memberikan sebuah
Atau peristiwa yang
EXPLANATION telah terjadi
KONSEP CRITICAL THINKING

(Kasalae et al, 2020)


CRITICAL BERPIKIR
THINGKING ATA KRITIS
U
Merupakan
bagian dari
PROSES
KOGNITIF
INTERPRETASI ANALISA
MENJELASKAN
MENYIMPULKAN
EVALUASI

MEMBUAT REGULASI Untu MENYELESAIKAN


SECARA MANDIRI k MASALAH
FUNGSI CRITICAL THINKING
• Kasalae et al, (2020)
• Melakukan interpretasi data dan informasi dengan tepat
• Menganalisa informasi
• Mengevaluasi informasi
• Menyimpulkan dan membuat hipotesa berdasarkan data yang
ada
• Menjelaskan hasil kesimpulan dan hipotesa yang sudah dibuat
• Merancang suatu aturan dan regulasi secara mandiri
• Dapat membantu dokter dalam membuat keputusan klinik yang
terbaik dan dapat memberikan pelayanan kesehatan terbaik bagi
pasien
FUNGSI CRITICAL THINKING
• Zayapragassarazan et al (2016)
1. Menghindari kesalahan dalam menentukan diagnose
2. Mengenali pilihan alternative dalam melakukan diagnose dan menentukan
perawatan kesehatan
3. Meningkatkan produktifitas dalam membuat keputusan klinis
4. Meningkatkan kemampuan untuk bekerja dalam kondisi lingkungan yang
terbatas
5. Meningkatkan kualitas kerja dan hasil kerja
6. Dapat meningkatkan inovasi lewat kreatifitas dan menghindari litigasi.
7. Mengembangkan dan meningkatkan kepercayaan diri pembelajar dan
membantu meningkatkan kemampuan dalam memimpin dan mendapatkan
nilai yang terbaik.
8. Membantu memahami pengetahuan dan keterampilan lebih baik.
9. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan untuk belajar seumur hidup.
KARAKTER DARI CRITICAL THINKING

1. Bertanya atau membuat pertanyaan


2. Menentukan permasalahan,
3. Memeriksa bukti
4. Menganalisa asumsi dan bias
5. Menghindari penalaran emosional
6. Menghindari penyederhanaan yang berlebihan
7. Mempertimbangkan interpretasi lain
8. Mentoleransi ambiguitas.
-(Zayapragassarazan et al, 2016)-
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Metakognisi :
 Pemikir yang tidak reflektif, tidak menunjukkan kemampuan
untuk memeriksa tindakan dan proses kognitifnya sendiri.
 Kurang pengetahuan tentang kognisi,
 Tidak menyadari pendekatan yang berbeda untuk berpikir
dan tidak dapat memeriksa proses kognitifnya sendiri atau
orang lain.
Fase 1 • Perilaku :
Unreflective  Kurangnya fleksibilitas  manifestasi  fiksasinya pada
keyakinan kerja saat ini.
Thinker
 Tidak dapat menerima ambiguitas atau menggabungkan atau
beradaptasi dengan pengetahuan baru.
 Umpan balik (feedback) yang menantang pendekatannya
sering bersinggungan dengan kurangnya wawasan orang
tersebut.
• Keterampilan :
 Hanya memiliki kemampuan untuk mencari informasi umum
dan kurang spesifik (contoh : hapalan).
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Metakognisi :
 Mulai menyadari pendekatan yang berbeda dalam proses berpikir.
 Mulai mengenali perbedaan kognitif pada orang lain.
 Pembelajar ini membutuhkan motivasi eksternal untuk mempertahankan
refleksi pada proses pemikirannya sendiri.
• Perilaku :
 Meskipun pembelajar ini mampu menerima umpan balik (feedback)
Fase 2 tentang pemikirannya, tetapi, pembelajar ini jarang meminta feedback
Beginning dari orang lain.
Critical • Keterampilan :
 Seorang pemikir kritis pemula secara sporadis menggunakan pendekatan
Thinker
berpikir yang berbeda dan mampu mengumpulkan informasi secara
terfokus.
 Penggunaan sejumlah pendekatan yang terbatas dapat menuntunnya
pada suatu kesimpulan yang salah atau hanya memasukkan penjelasan
yang paling mungkin, untuk menjelaskan fenomena yang sedang diamati.
 Pembelajar ini mengakui relevansi prinsip – prinsip dasar yang terkait
dengan pengambilan keputusan tetapi, tidak menghubungkan teori
dengan praktek dan tidak menerapkan informasi yang diperoleh dalam
tindakan.
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Metakognisi :
 Memahami dan terbiasa dengan teori metakognisi
dan secara sadar menerapkan teori tersebut dalam
usahanya untuk berpikir kritis.
• Perilaku :
 Menunjukkan kerendahan hati dalam mengakui
Fase 3 ketidakpastian,
Practicing  Terbuka terhadap tantangan terhadap
Critical pemikirannya sendiri, dan menerima pendekatan
Thinker baru.
• Keterampilan :
 Mengartikulasikan berbagai pendekatan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan.
 Dapat menggunakan prinsip – prinsip yang sudah
mapan untuk memahami hal – hal yang diamati dan
mengambil keputusan.
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Metakognisi :
 Memiliki pendekatan yang solid terhadap proses berpikir &
mampu mengidentifikasi perbedaan cara – cara pendekatan
kognitif dari orang lain.
 Secara sadar melakukan proses berpikir kritis dan mampu
menganggapnya penting dan memuaskan.
 Mahir mengatur dirinya sendiri dan biasanya berusaha mengatasi
Fase 4 kesenjangan dan kekurangannya.
Advanced • Perilaku :
 Pembelajar secara aktif meminta dan menerima umpan balik
Critical
(feedback) dan menunjukkan keingintahuan yang alami
Thinkier tentang pendekatan lainnya untuk berpikir.
• Keterampilan :
 Mampu menggunakan strategi intuitif dan analitis secara
bergantian untuk menyelesaikan masalah, menyesuaikan
pemikirannya sesuai konteks, dan menghindari bias kognitif.
 Pembelajar secara eksplisit membuat dasar pemikiran dan
pendekatannya untuk memecahkan permasalahan dan
membuatnya sejalan dengan konsep dan prinsip dasar.
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Metakognisi :
 Dapat menggunakan teori metakognisi dengan sangat baik
untuk meningkatkan pemahaman dan menyusun konsep –
konsep dari permasalahan yang ada.
 Mampu secara mandiri bertanggung jawab terhadap
pemikirannya sendiri, memantau, melakukan revisi, dan
mempertimbangkan kembali pendekatan yang telah dilakukan
melakukan perbaikan terhadap strategi kognif yang dimiliki
Fase 5  secara terus menerus.
Accompli • Perilaku :
 Pembelajar berusaha untuk meningkatkan, tidak hanya
shed pendekatan proses berpikirnya sendiri, tetapi juga proses
Critical berpikir orang lain, dan secara terbuka mengakui asumsi dan
bias yang dia miliki.
Thinking  Pembelajar mampu menerima dan merangkul ketidakpastian
dengan tujuan untuk membuat pemahaman lebih lanjut,
melampaui “praktik berpikir yang terbaik”, dan mampu berpikir
kreatif dan inovatif dalam pendekatan untuk memecahkan
masalah.
FASE CRITICAL THINKING (Papp et al, 2017)
• Keterampilan :
 Pembelajar mampu memberikan model atau
contoh cara berpikir kritis kepada orang lain dan
mempu mendemonstrasikan kemampuan untuk
“menukar/beralih” dengan mahir, antara
pendekatan pemikiran yang bersifat analitis dan
intuitif.
Fase 5   Pembelajar mampu menguraikan hubungan
Accomplished kompleks antara prinsip – prinsip dasar untuk
membuat hipotesa yang masuk akal untuk
Critical menjelaskan fenomena yang diamati.
Thinking  Pembelajar memiliki kemampuan untuk membuat
pengetahuan atau pemahaman baru dengan
proses penalaran secara induktif (bertolak
belakang).
.
SKENARIO 2 - CRITICAL THINKING
JUDUL SKENARIO : “Siklus Berpikir Kritis”

CREATIVE
THINKING

Mencari Solusi Berdasarkan


pilihan yang ada

Menyelesaikan
masalah
CONCEPT
MAPPING

Integrasi cabang – cabang


Ilmu Pengetahuan
REFRENSI
Harasym, P. H., Tsai, T. C., & Hemmati, P. (2008). Current trends in developing medical
students critical thinking abilities. The Kaohsiung Journal of Medical Sciences, Vol. 24,
No. 7, 341–355

Kasalae, A., Amini, M., Nabeiei, P., Bazrafkan, L., Mousavinezhad, H., (2020), Barriers of
Critical Thinking in Medical Students’ Curriculum from the Viewpoint of Medical
Education Experts : A Qualitative Study, Journal of Advances in Medical Education &
Professionalism, Vol. 8, No. 2, pp. 72 – 82

Mashaza, L. G. (2017), Theoretical Perspectives on Critical Thinking Teaching: Reflections


from Field Experiences from a Norwegian Lower Secondary School in Comparison to
Tanzanian Secondary School Teaching Practices, Journal of Education and Learning. Vol.
11 (3) pp. 312-318.
REFRENSI

Papp, K. K., Huang, G. C., Clabo, L. M. L, Delva, D., Fischer, M., Konopasek, L.,
Schwartzstein, R. M., Gusic, M., (2014), Milestones of Critical Thinking: A Developmental
Model for Medicine and Nursing, Academic Medicine, Vol. 89, No. 5, pp. 715 – 720

Royce, C. S., Hayes, M. M., Schwartzstein, R. M (2019), Teaching Critical Thinking: A Case
for Instruction in Cognitive Biases to Reduce Diagnostic Errors and Improve Patient
Safety, Academic Medicine, Vol. 94, No. 2, pp. 187 - 194

Standafor Encyclopedia of Philosophy, akses tanggal 9 Agustus 2021,


https://plato.stanford.edu/entries/critical-thinking/

Scriven, M., Paul, R., (1987), Defining Critical Thinking, diakses 13 Agustus 2021,
https://www.criticalthinking.org/pages/definingcriticalthinking/766#:~:text=Critical%20
thinking%20is%20the%20intellectually,guide%20to%20belief%20and%20action.

Zayapragassarazan, Z., Menon, V., Kar, S., Batmanabane, G. (2016), Understanding


Critical Thinking to Create Better Doctors, JOURNAL OF ADVANCES IN MEDICAL
EDUCATION AND RESEARCH, Volume 1, No.3, pp : 9 – 13

Anda mungkin juga menyukai