Anda di halaman 1dari 4

JAWABAN TUGAS

HUKUM PERDATA

MOEKTI PRASTOWO
NIM:_________________
KELAS:_________________

1. A. Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan pada kepentingan perorangan.
Sedangkan Hukum Publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara negara
dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan warga negaranya.
Perbedaannya adalah hukum privat para pihaknya adalah perorangan, sedangkan dalam
hukum publik, salah satu pihak adalah penguasa. Namun tidak menutup kemungkinan,
penguasa bisa menjadi pihak dalam hukum privat.

B. Hukum Perdata Materil lazim disebut Hukum Perdata (peraturan yang mengatur
tentang perbuatan perdata), sedangkan Hukum Perdata Formil disebut Hukum Acara
Perdata, yaitu yang mengatur bagaimana cara seseorang mempertahankan haknya apabila
dilanggar oleh orang lain.

2. Terdapat 2 (dua) sistematika Hukum Perdata, yakni sistematika menurut ilmu


pengetahuan (doktrin) dan sistematika menurut KUHPerdata.
Ilmu pengetahuan membagi Hukum Perdata menjadi 4 (empat) bidang, yaitu :
 Hukum Orang
 Hukum Keluarga
 Hukum Harta Kekayaan; dan
 Hukum Waris
Sedangkan pembentukan undang-undang membagi Hukum Perdata menjadi 4 (empat)
buku, yaitu :
 Buku Kesatu : Tentang Orang
 Buku Kedua : Tentang Kebendaan
 Buku Ketiga : Tentang Perikatan
Buku Keempat : Tentang Pembuktian dan Kadaluwarsa

3. Subjek Hukum adalah suatu pendukung hak, yaitu manusia atau badan yang menurut
hukum berkuasa menjadi pendukung hak. Seseorang bertindak sebagai subjek hukum
sejak ia dilahirkan dan berakhir saat meninggal dunia.

4. Penting domisili atau tempat tinggal bagi subjek hukum (seseorang atau badan hukum)
ialah dalam hal pemenuhan hak dan kewajiban, penentuan status hukum seseorang dalam
lalu lintas hukum, dan apabila ber-urusan dengan pengadilan.

5. A. Berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, benda dibedakan


menjadi 2 (dua) yaitu benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Benda bergerak antara lain : ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan lain- lain.
sedangakan benda tidak bergerak antara lain : tanah dan segala sesuatu yang melekat
dan didirikan di atasnya.
B. Pembedaan benda yang demikian kiranya patut diperhatikan dalam rangka pembinaan
Hukum Nasional kita sekarang ini demi kepastian hukum dan kepastian hak. Pembedaan
antara benda bergerak dan benda tidak bergerak ini penting artinya. Pentingnya itu
berhubungan dengan 4 (empat) hal:
1. bezit, Mengenai bezit misalnya – terhadap barang bergerak berlaku azas seperti yang
tercantum dalam pasal 1977 KUHPerdata – yaitu bezitter dari barang bergerak
adalah sebagai eigenaar dari barang tersebut. Sedangkan kalau mengenai barang tak
bergerak tidak demikian halnya.
2. levering (penyerahan); Mengenai levering terhadap benda bergerak itu dapat
dilakukan dengan penyerahan nyata, sedangkan terhadap benda tak bergerak
dilakukan dengan balik nama. Mengenai levering dari benda tak bergerak ini praktek
di Indonesia lain daripada di Nederland. Di Indonesia mengenai levering terhadap
barang-barang tak bergerak itu berdasarkan pasal 24 OV (Bepalingen onitrent de
invoering van en de overgang tot de nieuwewetgeving) – masih mendasarkan pada
peraturan atau cara, yang lama yaitu berdasarkan Overschrijivings Ordonnantie S-
1834 No. 27). Pasal 24 OV pokoknya berbunyi: Aturan-aturan mengenai
cara levering dari barang-barang tak bergerak dengan pengumuman akta-akta
sebagaimana dimuat dalam pasal 616-620 KUH Perdata untuk sementara tetap tidak
berlaku yang berlaku ialah peraturan-peraturan yang sekarang ada
(yaitu overschrijvinp- Ordonnantie) sampai ditentukan yang lain. Mengenai hal ini
akan kita bicarakan secara mendalam dalam bagian khusus mengenai levering.
3. verjaring (kadaluwarsa); Mengenai verjaring – ini juga berlainan. Terhadap benda-
benda bergerak itu tidak dikenal verjaring sebab bezit di sini sama
dengan eigendom atas benda bergerak itu, sedang untuk benda-benda tak bergerak
mengenal adanya verjaring.
4. bezwaring (pembebanan); Mengenai bezwaring (pembebanan) terhadap benda
bergerak harus dilakukan dengan pand sedang terhadap benda tak bergerak harus
dilakukan dengan hipotik. Pemahaman terhadap pembebanan ini bergeser dan
sebagaimana salah satunya dengan diintrodusirnya lembaga jaminan fidusia.

6. Hak-hak atas tanah yang dengan Undang-undang ini ditunjuk sebagai obyek Hak
Tanggungan adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai
atas tanah Negara yang menurut sifatnya dapat dipindahtangankan.

7. Dalam KUHPerdata dapat dilihat bahwa keadaan memaksa (force majeure atau
overmacht) adalah suatu kejadian yang tidak terduga, tidak disengaja, dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur serta memaksa, dalam arti debitur terpaksa tidak
menepati janjinya. Faktor yang mempengaruhi keadaan memaksa (force majeure),
menurut KUHPerdata ada 3 (tiga) unsur yang harus dipenuhi untuk keadaan memaksa,
yaitu : a. Tidak memenuhi prestasi; b. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur;
c. Faktor penyebab itu tidak dapat di duga sebelumnya dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan kepada debitur.

8. Menurut Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sahnya suatu perjanjian yaitu :
a. Kesepakatan
b. Kecakapan
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
Terdapat 5 asas perjanjian yang dikenal menurut ilmu hukum perdata yaitu asas
kebebasan berkontrak (Freedom Of Contract). Asas Konsensualisme
(Consensualism), Asas Kepastian hukum ( pacta sunt servanda), Asas itikad baik (good
faith) dan asas kepribadian (personality).
9. Wanprestasi adalah kondisi saat satu pihak lalai dalam memenuhi perjanjiannya. Adapun
bentuk-bentuk wanprestasi antara lain :
- Wanprestasi berupa tidak memenuhi prestasi;
- Wanprestasi berupa terlambat memenuhi prestasi;
- Wanprestasi berupa tidak sempurna memenuhi prestasi.

10. Actio Pauliana adalah suatu upaya hukum untuk menuntut pembatalan perbuatan-
perbuatan hukum debitor yang merugikan kreditornya atau hak yang diberikan oleh
undang-undang kepada setiap kreditur untuk menuntut kebatalan dari segala tindakan
debitur yang tidak diwajibkan. Syarat-syarat Actio Pauliana : Dilakukan untuk
kepentingan harta pailit; Debitur yang sudah dinyatakan pailit telah melakukan perbuatan
hukum sebelum dinyatakan pailit yang merugikan para kreditur; dan Perbuatan hukum
tersebut bukan yang diwajibkan oleh perjanjian atau undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai