Anda di halaman 1dari 8

Isian Substansi Proposal

SKEMA PENELITIAN DASAR (PENELITIAN DOSEN PEMULA


AFFIRMASI, PENELITIAN DOSEN PEMULA, PENELITIAN
PASCASARJANA)
Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan
petunjuk pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

A. JUDUL
Tuliskan judul usulan penelitian maksimal 20 kata
Skrinning dan Penelusuran Mekanisme Aksi Senyawa Bioaktif Tumbuhan Hutan
Kalimantan sebagai Agen Antibiofilm untuk Infeksi Ulkus Diabetes
B. RINGKASAN
Isian ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, metode, dan
luaran yang ditargetkan
Ulkus diabetes adalah gejala komplikasi serius pada penderita diabetes melitus
berupa luka di daerah kaki yang sulit untuk disembuhkan dan seringkali berujung
pada tindakan amputasi. Salah satu hal yang dapat memperparah kondisi ulkus
diabetes adalah infeksi bakteri pembentuk biofilm seperti Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa. Tanaman hutan Kalimantan merupakan tanaman
dengan potensi aktivitas farmakologis yang tinggi sehingga menarik untuk ditelusuri
potensinya sebagai agen antibiofilm terhadap bakteri infeksi ulkus diabetes. Pada
penelitian ini akan dilakukan skrining dan penelusuran mekanisme aksi antibiofilm
senyawa bioaktif dari tiga bahan tanaman hutan Kalimantan yaitu daun bopot
(Tabernaemontana divaricata), daun kelubut (Passiflora foetida), dan daun lakum
(Causonis trifolia Linn.) terhadap bakteri pembentuk biofilm penyebab infeksi ulkus
diabetes. Ekstrak terpilih akan dianalisis kandungan senyawa fitokimianya
menggunakan High Resolution Mass Spectrometry (HRMS) dan diprediksi
mekanisme aksi antibiofilmnya dengan pendekatan Networking Pharmacology.
Setelah diketahui potensi dan prediksi mekanismenya sebagai antibiofilm, akan
dilakukan isolasi dan identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai agen
antibiofilm dalam tanaman tersebut dengan H-NMR dan C-NMR.
C. KATA KUNCI
Isian 5 kata kunci yang dipisahkan dengan tanda titik koma (;)
[antibiofilm; ulkus diabetes; mekanisme aksi; senyawa bioaktif; tumbuhan
Kalimantan]
D. PENDAHULUAN
Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1000 kata yang terdiri dari:
• Latar belakang dan rumusan permasalahan yang akan diteliti
• Pendekatan pemecahan masalah
• State of the art dan kebaruan
• Peta jalan (road map) penelitian 5 tahun
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
D.1. LATAR BELAKANG DAN RUMUSAN MASALAH
Tuliskan latar belakang penelitian dan rumusan permasalahan yang akan diteliti, serta
urgensi dari dilakukannya penelitian ini
Biofilm merupakan topik yang sangat popular untuk dibahas dewasa ini dalam
berbagai riset karena memiliki implikasi besar terhadap infeksi kronis sehingga
menjadi ancaman besar bagi kesehatan manusia dan menjadi beban bagi ekonomi
global (1). Pembentukan biofilm dimulai dengan adanya quorum sensing yaitu
kounikasi antar mikroba pathogen untuk membentuk suatu mekanisme resistensi
dengan menyediakan lingkungan yang mendukung untuk dapat mempertahankan
koloni (2). Sel-sel mikroba yang membentuk biofilm akan terbungkus oleh matriks
zat polimer ekstraseluler (EPS) yang tersusun dari eksopolisakarida, protein dan
DNA ekstraseluler (3). Matriks ini membuat sel-sel mikroba memiliki resistensi yang
kuat terhadap antibiotic yaitu 10-1000 kali lebih baik disbanding sel mikroba dalam
keadaan planktonik (4). Kegagalan dalam mengobati infeksi yang terkait dengan
biofilm dapat berujung kepada cacat bahkan kematian sehingga sangat diperlukan
pengembangan senyawa antibiofilm untuk menanganinya (5).
Salah satu penyakit yang dapat diperparah oleh infeksi bakteri pembentuk
biofilm adalah ulkus diabetes. Ulkus diabetes adalah gejala komplikasi serius pada
penderita diabetes melitus karena kadar glukosa darah yang tinggi menyebabkan
kerusakan pembuluh darah dan saraf yang menyebabkan luka di area kaki.
Rusaknya jaringan saraf akan mengganggu motorik penderita sehingga akan
memberikan tekanan yang besar pada kaki sehingga menimbulkan luka yang sulit
sembuh karena kerusakah pembuluh darah menyebabkan aliran darah menuju kaki
menjadi tidak lancar. Kondisi luka ulkus diabetes dapat diperparah oleh infeksi
bakteri hingga berujung pada keharusan untuk melakukan amputasi (6).
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri yang paling
dominan menginfeksi luka ulkus diabetes yang dapat membentuk lapisan biofilm (7).
Pulau Kalimantan atau yang lazim disebut dengan Borneo adalah pulau yang
memiliki kekayaan hayati yang bernilai tinggi. Beberapa tanaman dari pulau ini telah
banyak dilaporkan memiliki aktivitas farmakologis namun belum banyak penelitian
yang mengkaji tentang potensinya sebagai agen antibiofilm. Pada penelitian ini akan
dilakukan skrining dan penelusuran mekanisme aksi antibiofilm senyawa bioaktif dari
tiga bahan tanaman hutan Kalimantan yaitu daun bopot (Tabernaemontana
divaricata), daun kelubut (Passiflora foetida), dan daun lakum (Causonis trifolia
Linn.) terhadap bakteri pembentuk biofilm penyebab infeksi ulkus diabetes yaitu
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak terpilih dari proses
skrining aktivitas akan dianalisis kandungan senyawa fitokimianya menggunakan
High Resolution Mass Spectrometry (HRMS) dan diprediksi mekanisme aksi
antibiofilmnya dengan pendekatan Networking Pharmacology. Setelah diketahui
potensi dan prediksi mekanismenya sebagai antibiofilm, akan dilakukan isolasi dan
identifikasi senyawa aktif yang berperan sebagai agen antibiofilm dalam tanaman
tersebut.
D.2. PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
Tuliskan pendekatan dan strategi pemecahan masalah yang telah dirumuskan
Pendekatan pemecahan masalah dalam penelitian ini dilakukan mulai dengan
skrining aktivitas antibakteri, antiquorum sensing dan antibiofilm terhadap masing-
masing ekstrak karena data aktivitas farmakologisnya belum terlalu banyak
ditemukan. Selain itu, skrining dilakukan untuk memilih ekstrak yang memiliki potensi
aktivitas antibiofilm yang paling aktif. Kemudian dilakukan uji HRMS pada ekstrak
terpilih untuk mengetahui kandungan senyawa fitokimia dalam ekstrak. Data
senyawa metabolit ini dapat dilengkapi dengan data target gen dari database untuk
melakukan analisis Network Pharmacology terkait prediksi mekanisme aksi
antibiofilm. Prediksi ini dilakukan agar dapat menggambarkan jalur mekanisme aksi
dan memprediksi senyawa metabolit sekunder yang paling berpotensi sebagai agen
antibiofilm. Senyawa metabolit sekunder yang paling berperan aktif tersebut
kemudian diisolasi dan diidentifikasi struktur senyawanya dengan H-NMR dan C-
NMR.
D.3. STATE OF THE ART DAN KEBARUAN
Tuliskan keunggulan dari pemecahan masalah yang ditawarkan pengusul dibandingkan
dengan penelitian pengusul sebelumnya atau peneliti lainnya dalam konteks permasalahan
yang sama, serta kebaruan usulan dari aspek pendekatan, metode, dsb
1. Penelitian dilakukan menggunakan tanaman Hutan Kalimantan yang belum
banyak memilki data aktivitas farmakologis terutama sebagai antibiofilm pada
bakteri penyebab infeksi ulkus diabetes.
2. Belum terdapat penelitian terkait penelusuran mekanisme aksi antibiofilm melalui
pendekatan Network Pharmacology.
3. Belum terdapat penelitian yang mengisolasi senyawa aktif antibiofilm dari
tanaman Kalimantan yang digunakan.

D.4. PETA JALAN PENELITIAN


Tuliskan peta jalan penelitian dari tahapan yang telah dicapai, tahapan yang akan dilakukan
selama jangka waktu penelitian, dan tahapan yang direncanakan.

E. METODE
Isian metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak lebih dari 1000
kata. Pada bagian metoda wajib dilengkapi dengan:
 Diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan yang
akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat berupa file
JPG/PNG.
 Metode penelitian harus memuat, sekurang-kurangnya proses, luaran, indikator capaian
yang ditargetkan, serta anggota tim/mitra yang bertanggung jawab pada setiap tahapan
penelitian.
 Metode penelitian harus sejalan dengen Rencana Anggaran Biaya (RAB)
1. Ekstraksi bahan tanaman
Daun kulim (Scorodocarpus borneensis Becc.), daun kelubut (Passiflora
foetida), daun lakum (Causonis trifolia Linn.), daun bopot (Tabernaemontana
divaricata) maing-masing diekstraksi dengan metode maserasi dengan pelarut
etanol-air (1:1 v/v) selama 24 jam pada suhu ruang. Campuran difiltrasi
kemudian filtratnya dievaporasi hingga didapatkan ekstrak yang pekat. Residu
bahan tanaman yang tidak larut dimaserasi ulang dengan pelarut yang sama.
Filtrat dikumpulkan dan dievaporasi seperti tahap sebelumnya (8).
2. Skrining aktivitas antibakteri
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan pada masing-masing esktrak untuk
melihat ekstrak yang paling aktif. Uji aktivitas antibakteri dilakukan dengan
metode mikrodilusi sesuai dengan Clinical and Laboratory Standards Instutite
(CLSI) guidelines (9) dengan modifikasi. 100 µL media BHI dimasukkan ke tiap
sumuran microtiter plate 96 well kemudian ditambahi larutan ekstrak yang telah
disiapkan lalu diencerkan dengan teknik pengenceran bertingkat di dalam
microtiter plate 96 well hingga terbentuk 7 konsentrasi ekstrak dengan 5 replikasi
lalu ditambahi suspensi bakteri 10 µL. Antibiotik levofloxacin digunakan sebagai
kontrol positif, media cair BHI digunakan sebagai kontrol media, DMSO 1%
digunakan sebagai control pelarut dan campuran bakteri dan media dengan
perbandingan 1:10 digunakan sebagai kontrol negatif. Setelah diisikan sampel
uji dan kontrol, optical density (OD) tiap sumuran dibaca menggunakan ELISA
reader pada panjang gelombang 595 nm untuk medapatkan nilai OD sebelum
diinkubasi. microtiter plate 96 well diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam lalu
nilai OD tiap sumuran dibaca kembali. Perhitunga persentase inhibisi dilakukan
dari data OD yang telah didapatkan. Sampel uji yang memiliki persentase
inhibisi minima 50% dinyatakan sebagai MIC50.
𝑂𝐷𝑡24 − 𝑂𝐷𝑡0
%𝑖𝑛𝑕𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = (1 − ( )) × 100%
(𝑂𝐷𝑔𝑐24 − 𝑂𝐷𝑔𝑐0)
Keterangan:
ODt24 : Nilai OD sumuran uji setelah inkubasi
ODT0 : Nilai OD sumuran uji sebelum inkubasi
ODgc24 : Nilai OD kontrol pertumbuhan setelah inkubasi
ODgc0 : Nilai OD kontrol pertumbuhan sebelum inkubasi (10)
3. Skrining aktivitas antiquorum sensing
Media MHA agar steril 30 mL dituang ke dalam cawan petri dengan ukuran
diameter 14 cm dan dibiarkan memadat sebagai media overlay. Bakteri uji yang
kekeruhannya 1,5 × 108 CFU/mL sebanyak 100 µL dihomogenkan lalu dituang
ke dalam cawan peti steril secara aseptis dan dibiarkan hingga memadat. Media
yang mengandung bakteri yang telah memadat dibuat sumuran dengan
diameter 6 mm. Sampel ekstrak 20 µL diisinkan pada masing-masing sumuran
kemudian diinkubasi pada suhu 37˚C selama 24 jam. Aktivitas anti-quorum
sensing diamati berupa terbentuknya zona buram (11).
4. Skrining aktivitas antibiofilm
Skrining aktivitas antibiofilm dilakukan dengan dua taha yaitu uji inhibisi
pembentukan biofilm dan uji degradasi biofilm mengggunakan 7 konsentrasi dari
tiap ekstrak dengan konsentrasi yang sama dengan konsentrasi sampel pada uji
antibakteri. Uji inhibisi pembentukan biofilm dilakukan dengan metode yang
kurang lebih sama dengan uji antibakteri namun menggunakan bakteri yang
telah diinkubasi selama 24 jam untuk pembentukan biofilmnya. Setelah diisikan
sampel uji, kontrol dan suspensi bakteri, microtiter plate 96 well diinkubasi pada
suhu 37˚C selama 24 jam. Pewarnaan dilakukan setelah tahap inkubasi
menggunakan larutan kristal violet 0,1% b/v. OD tiap sumuran diukur pada
panjang gelombang 595 nm dan nilai Minimum Biofilm Inhibitory Concentration
(MBIC) ditentukan.
Uji degradasi biofilm dilakukan dengan menumbuhkan biofilm masing-
masing isolate pada microtiter plate 96 well dalam media BHI lalu diinkubasi
pada suhu 37˚C selama 24 jam. Kemudian microtiter plate 96 well dicuci dengan
PBS pH 7,4 sebanyak tiga kali lalu ditambahi dengan ekstrak uji dan antibiotic
sebagai kontrol positif. DMSO 1% digunakan sebagai kontrol pelarut. Microtiter
plate 96 well diinkubasi kembali pada suhu 37˚C selama 24 jam. Setelah
diinkubasi, OD tiap sumuran diukur pada panjang gelombang 595 nm dan
ditentukan nilai Minimum Biofilm Eradication Inhibitory (MBEC).
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑂𝐷 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑂𝐷 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑢𝑗𝑖
%𝑖𝑛𝑕𝑖𝑏𝑖𝑠𝑖 = × 100%
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑂𝐷 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 𝑛𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑂𝐷 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
5. Analisis profil fitokimia dengan ESI-LC-HRMS
Analisis profil senyawa fitokimia pada ekstrak aktif terpilih akan dilakukan
menggunakan Thermo Scientific TM DonexTM Ultimate 3000 RSLCnano
UHPLC dan HRMS yang dilengkapi dengan probe ionisasi elektrospray yang
dipanaskan (HESI-II). Fase gerak terdiri dari pelarut A (air dengan 0,1% asam
format) dan pelarut B (asetonotril dengan 0,1% asam format). H-ESI digunakan
dalam mode positif dan negatif. Tegangan semprot yang digunakan adalah 3,8
kV. Lju aliran untuk gas Sheath dan gas Aux adalah 15 dan 7. Suhu kapiler
250˚C. Rentang masa yang digunakan dalam kisaran 50-750 m/z. Identifikasi
senyawa akan dilakukan dengan Thermo Scientific Compound Discoverer (12).
6. Penelusuran prediksi mekanise aksi dengan pendekatan network
pharmacology
Senyawa-senyawa metabolit sekunder yang terdeteksi pada tahap
sebelumnya akan diseleksi dengan pengecekan nilai drug-likeness pada situs
SwissADME. Kemudian akan dilakukan target gen dari senyawa metabolit
sekunder yang terpilih begitu pula dengan target gen biofilm melalui penelusuran
pada berbagai database. Gen-gen target metabolit dan gen-gen target penyakit
dianalisis menggunakan diagran Venn untuk melihat daerah gen-gen yang
tumpang tindih. Gen-gen yang saling tumpang tindih dinyatakan sebagai target
gen senyawa aktif tanaman untuk pengobatan infeksi ulkus diabetes yang
disebabkan oleh infeksi biofilm bakteri. Jaringan metabolit tanaman dan target
gen penyakit akan dibangun dan dianalisis menggunakan Cytoscape dan
dihasilkan metabolit kunci dari tanaman. Kemudian jaringan protein-protein
interaction akan dibangun menggunakan data target gen senyawa aktif tanaman
untuk pengobatan infeksi ulkus diabetes yang disebabkan oleh infeksi biofilm
bakteri yang diinput ke situs STRING. Hasil dari database STRING dimasukkan
ke aplikasi Cytoscape untuk analisis skor interaksi tiap nodes jaringan. Target
gen kunci diseleksi denga parameter degree (K) (13) dan dihasilkan target gen
terpilih berupa target gen kunci senyawa aktif tanaman dalam pengobatan
penyakit. Analisis ontologi gen dan jalur metabolisme dilakukan menggunakan
database WebGesalt dan hasilnya divisualisasikan dengan imageGP sebagai
grafik. Hasil jalur metabolisme divisualisasikan dengan Wikipathway. Mekanisme
aksi senyawa aktif tanaman dalam pengobatan penyakit diprediksi
menggunakan data dari tahap jalur metabolisme dan divisualisasikan dengan
Bio Render.
7. Fraksinasi dan purifikasi
Ekstrak yang paling aktif akan difraksinasi menggunakan metode
kromatografi kolom untuk memisahkan biomolekul yang aktif. 10 mg ekstrak
akan difraksinasi dengan fase diam yang terkait dengan senyawa yang hadir
(gel silika, sephadex LH20, reversed-phase) menggunakan sistem pelarut
bertingkat. 5 µL dari setiap fraksi aktif akan diaplikasikan pada kromatografi lais
tipis yang dilakukan dengan kombinasi sistem pelarut untuk memilih fase gerak
yang terbaik untuk mengisolasi senyawa. Sstem pelarut yang paling
menguntungkan akan dipilih. Fraksi yang menunjukkan elusi senyawa serupa
akan digabungkan dan dipekatkan mengguanakan rotary evaporator selama 30
menit. Kemudian akan dilakukan HPLC pada fraksi aktif untuk mengisolasi
senyawa aktif di dalamnya (14).
8. Identifikasi struktur senyawa dengan Nuclear Magnetic Resonance (NMR)
Semua spektrum 1H (600 MHz) dan 13C (150,9 MHz) NMR dari senyawa
yang diisolasi akan dideteksi menggunakan spektrometer NMR 600 MHz (JEOL
USA). Dua larutan standar internal (ISS) akan digunakan yaitu ISS1 terdiri dari
2,5 mg asam trimetilsilil-3-propionat dalam 5 mL D2O dan ISS2 terdiri dari 2 mg
tetrametilsilan dalam 4 mL CDCl3. 128 pemindaian akan dilakukan selama 10
menit dengan parameter berikut 0,16 Hz/point, pulse width 30 (11,3 ms) dan
waktu akuisisi 26 detik dengan jeda relaksasi 1,5 detik. Mode pra-saturasi akan
diterapkan untuk mengurangi sinyal yang berlebihan. Kunci internal akan diatur
ke pelarut deuterium. Rentang spektrum akan direkam dari 0 sampai 15 ppm.
Spektrum H-NMR dan C-NMR akan dianalisis menggunakan MNOVA. Spektrum
akan diproses dengan fase manual, koreksi dasar dankalibrasi terhadap sinyal
larutan standar internal yang ditematkan pada pergeseran kimia 0,0 ppm (15).

Diagram Alir Penlitian

F. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian, harap disesuaikan
berdasarkan lama tahun pelaksanaan penelitian

[Tahun ke-1
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Ekstraksi tanaman 
2 Skrining aktivitas antibakteri   
3 Skrining aktivitas antibiofilm   
4 Skrining aktivitas antiquorum   
sensing
5 Penulisan artikel ilmah 1  
Tahun ke-2
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Analisis HRMS  
2 Analisis Networking    
pharmacology
3 Penulisan artikel ilmiah 2   
4 Fraksinasi kromatografi kolom   

Tahun ke-3
Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Purifikasi senyawa dengan  
HPLC
2 Identifikasi struktur senyawa     
dengan NMR
3 Penulisan artikel ilmiah 3   
]
G. DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar
Pustaka.
(1) Camara M, Green W, MacPhee C E, Rakowska, P D, Rayal R, Richardson
M C. Economic significance of biofilms: a multidisciplinary and crossector
challenge. NPJ Biofilms Microbiomes. 2022;8:1-8.
(2) Jamal M, Ahmad W, Andleeb S, Jalil F, Imran M, Nawaz M A, Hussain T, Ali
M, Rafiq M, Kamil M A. Bacterial biofilm and associated infections. J. Chin.
Med. Assoc. 2018;81:7-11.
(3) Ishida H, Ishida Y, Kurosaka Y, Otani T, Sato K, Kobayashi H. In vitro and in
vivo avtivities of levofloxacin against biofilm-producing Pseudomonas
aeruginosa. Antimicrob Agents Chemother. 1998;42:1641-1645.
(4) Khan M, Chattagul M, Tran S, Freiberg J A, Nita-Lazar A, Shirtlif M E.
Temporal proteomic profiling reveals changes that support Burkholderia
biofilms. Pathog Dis. 2019;77:ftz005
(5) Michael, Waturangi W E. Antibiofilm activity from endophyte bacteria, Vibrio
cholerae strains, and actinimycetes isolates in liquid and solid culture. BMC
Microbiology. 2023;23(83):2-11.
(6) Boulton A J M, Whitehouse R W. The Diabetic Foot. South Darmouth:
MDText.co Inc; 2000.
(7) Banu A, Hassan M M, Rajkumar J, Srinivasa S. Spectrum of bacteria
associated eith diabetic foot ulcer and biofilm formation: A prospective study.
Australian Medical Journal. 2015;8(9):280-285.
(8) Masyudi, Hanafiah M, Rinidar, Usman S, Marlina. Phytochemical screening
and GC-MS analysis of bioactive compounds of Blumea balsamifera leaf
extracts from South Aceh, Indonesia. Biodiversitas. 2022;23(3):1344-1352.
(9) CLSI. Performance Standards for Antimicrobial Susceptibility Testing. USA:
Clinical and Laboratory Standards Institute; 2020.
(10) Quave C L, Plano L R W, Pantuso T, Benett B C. Effects of extracts from
Italian medicinal plants on planktonic growth, biofilm formation and
andherence of methicillin-resistant Staphylococcus aureus. J
Ethnopharmacol. 2008;118:418-428.
(11) Pellegrini M C, Alvarez M V, Ponce A G, Cugnata N M, De Piano F G,
Fuselli S R. Anti-quorum sensing and antimicrobial activity of aromatic
species from South America. Journal of Essential Oil Research.
2014;26(6):458-465.
(12) Desrini S, Girardot M, Imbert C, Mustofa M, Nuryastuti. Screening antibiofilm
activity of invasive plants growing at the slope merapi mountain, Central
Java, against Candida albicans. BMC Complement Med Ther.
2021;23(1):232.
(13) Xiao G, Zeng Z, Jiang J, Xu A, Li S, Li Y. Network pharmacology analysis
and experimental validation to explore the mechanism of Bushao Tiaozi
capsule (BSTZC) on hyperlididemia. Scientific Reports. 2022;12:6992.
(14) Girija S, Duraipandiyan V, Kuppusamy P S, Gajendran H, Rajagopal R.
Chromatographic characterization and GC-MS evaluation of the bioactive
constituents with antimicrobial potential from the pigmented ink of loligo
duvauceli. Hindawi Journal. 2014;1-7.
(15) Basundari F R A, Sulistyaningsih E, Murti R H, Nuringtyas T R. Metabolit
profile of two Allium cepa L. aggregatum group cultivars by Nuclear Magnetic
Resonance. Biodiversitas. 2021;22(8):3127-3135.

Anda mungkin juga menyukai