Memang sebenarnya kerja agama dengan cara yang benar
adalah sebagaimana yang ada di kurun pertama umat ini.
Pasukan Islam mereka menyiapkan sendiri senjata untuk berperang peralatan atau perabotan untuk logistik mereka bawa dari rumah masing-masing. Dan mereka berjihad karena kerinduan pada mati syahid dan untuk mendapatkan ridho Allah ta'ala. dalam usaha yang penuh keberkahan ini lewat mulai terbawa dalam gerak. Kalaulah ada yang melihat rombongan-rombongan mereka lewat maka akan nampak pemandangan bahwa selimut digulung di panggul di atas pundak mereka. Ada mushaf mushaf Alquran ditenteng di bawah pundak mereka. Selimut tidak lupa membeli tubuh mereka dan tidak ketinggalan roti kering yang dibungkus dalam kain dalam tantangan mereka. Lidah sibuk dalam dzikir dan tasbih tasbih. Nampak dari sinar mata mereka bahwa mereka kurang tidur malam. Nampak guratan guratan pada dahi mereka karena lamanya bersujud. Tangan dan kaki mereka menceritakan kerasnya perjuangan. Terbayang rombongan sahabat radhiyallahu anhum yang dikirim hingga syahid di biar maunah yang diberangkatkan untuk mengajar Quran dan hukum-hukum agama atas perintah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mereka dibunuh sebagai syuhada.
Maulana Mansur Rahmatullah alay di satu tempat
menuliskan bahwa sebagaimana sering menyebut tentang usaha dakwah ini adalah permata gurun pertama umat ini. Dan saya merasa bahwa tidak berlebihan kalau saya mengatakan bahwa malam ini ia sendiri pada abad ke-14 Hijriyah ini adalah seperti mutiara yang berasal dari khazanah kurun awal tersebut. Pribadi beliau sangat layak untuk mendapatkan ucapan jutaan terima kasih. Dalam kondisi fitnah kerusakan kemerosotan iman dan makin jauhnya agama umat Islam diberi permata gurun pertama. Yang dengan usaha itulah jutaan umat Islam sibuk untuk membuat iman mereka bercahaya dan hidup sesuai dengan cara Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Di masa hidup Maulana Ilyas Rahmatullah alaih kerja
dakwah ini sudah menyentuh ujung-ujung anak benua India bahkan sampai ke tanah Hijaz. Hingga pada akhirnya di pagi hari tanggal 21 Rajab 1363 Hijriyah bertepatan dengan 13 Juli 1944 beliau yang telah menghabiskan semua potensi pemikirannya untuk gerak usaha dakwah ini dan tanpa berhenti memikirkan dan berharap tersebarnya usaha dakwah ini ke seluruh dunia kembali pulang ke hadirat ilahi dan menyerahkan tongkat estafet dakwah ini kepada umat.
ﻓﺒﻠﻎ ﺍﺣﺴﻦ ﺍﻟﺒﻼﻍ ﺭﺣﻤﻪ ﷲ ﺭﺣﻤﺔ ﻭﺍﺳﻌﺔ
Sehari sebelum beli wafat dengan isyarat dan musyawarah
para ulama dan masayif beliau menetapkan putra beliau Maulana Yusuf Rahmatullah alaihi sebagai pengganti dan penerus beliau dan nampak beliau merasakan ketenangan setelah menyerahkan tanggung jawab kepemimpinan itu pada putranya beliau memberikan beberapa nasehat kepada sang putra sekaligus membacakan syair ini
Yang artinya pemberian dan karunia Allah ta'ala tidak
bersyaratkan pada potensi yang dimiliki namun syarat potensi adalah harus disertai pemberian dan karunia Allah ta'ala. Takkan hampir wafat beliau memanggil malam Yusuf putranya dengan penuh cinta beliau pandang dan berkata datanglah ke sini bertemu sebentar lagi kami akan berangkat
Hanya Allah ta'ala yang tahu kekuatan pengaruh pandangan
yang penuh cinta ini. Sehingga beriman dan yakin serta ke risaan dan kegelisahan terus berpindah dari satu pada yang lain. Dan berangkatnya satu orang dai ilallah ini menumbuhkan dai dai baru yang mengisi kekosongan berkah karena Allah ta'ala dan berpindahnya nisbah ini.
Sifat dan kesempurnaan khusus yang diberikan Allah kepada
Maulana Ilyas, setelah wafatnya dipindahkan ke Maulana Yusuf. Berkomentar tentang hal ini, Maulana Manzhur Numani Rahmatullah alaih mengatakan, hamba yang lemah ini, dan kebanyakan orang yang melihat, telah melihat tiga hal dalam kehidupan Maulana Ilyas pada tingkat yang sangat luar biasa: 1. keprihatinan dan kerisauan agama, 2. ketergantungan pada Allah Ta'ala dan iman, 3.berlimpahnya hakikat dan makrifat. Kemudian setelah kepergian Maulana Ilyas, setiap pemerhati melihat dengan mata terbuka bahwa Maulana Muhammad Yusuf telah mendapatkan tiga hal tersebut. Tiga hal ini terus tumbuh dengan kecepatan yang sangat cepat, bahkan dengan kecepatan kilat.
Bagi molen Yusuf Rahmatullah alaih bahwa kerangka dan
tahapan-tahapan Hidayah dan dakwah dibangun di atas ketentuan yang paten dan Sunnah yang tidak berubah. Keyakinan beliau atas hal itu sedemikian kokohnya sebagaimana keyakinan atas perkara yang sangat mudah dipahami dengan kasat mata. Keseluruhan detail kerangka dan tahapan-tahapan tersebut adalah kisah-kisah Ambiya almussalam petunjuk Alquran sunnah Nabawiyah dan seluruh kehidupan sahabat. Dan Taufik dari Allah subhanahu wa ta'ala beliau selalu mengarahkan pandangan ke sana dalam setiap langkah. Lo katakan bahwa dakwah ini bukan beberapa amalan dakwah saja akan tetapi usaha untuk menghidupkan keseluruhan agama di seluruh dunia . Sebagian orang yang tidak memahami yang melihat kondisi tidak utuh menganggap bahwa dakwah ini hanyalah amalan dasar seperti itu. Padahal hal itu membuktikan tentang kedangkalan dan sempitnya pandangannya. Alangkah indahnya andaikan mereka yang ya Allah berikan karunia berupa kelebihan ilmu amal dan kesholehan bisa memahami kerja ini dan mengambilnya sepenuh hati. Ini bukan permasalahan menghidupkan satu amal saja akan tetapi menumbuhkan satu generasi baru yang menjadikan para sahabat sebagai teladan dalam iman dan aqidah awal dan amal ibadah dan keikhlasan pikiran dan perasaan akhlak dan muasyar mereka. Harapan pada rahmat dan takdir Allah subhanahu wa ta'ala bahwa sebagaimana Dia telah mengangkat mereka dari keterpurukan yang paling dalam dinaikkan ditingkatkan dicerahkan dan menyampaikan menyampaikannya pada level yang sangat tinggi semoga Allah subhanahu wa ta'ala mewujudkannya kembali pada waktu yang akan datang.
ﻭﻣﺎ ﺫﻟﻚ ﻋﻠﻰ ﷲ ﺑﻌﺰﻳﺰ
Pengaruh dari akhlak amal mujahadah yang terus-menerus
cara dakwah kejujuran dan doa Maulana Yusuf rahmat Allah adalah bahwa kerja dakwah yang pada saat wafatnya Rahmatullah Ali baru sampai di beberapa tempat di India, menjadi lebih besar dan berkembang dan sedemikian berkembang hingga sampai ke Eropa Amerika Jepang Afrika Timur jauh dan bagian barat bumi ini. Ratusan ribu kafilah dan jamaah dari India Pakistan Bangladesh serta negeri- negeri lain telah menyebar ke berbagai penjuru. Tidak terhitung jumlahnya umat yang bertobat umat yang memilih jalan ketakwaan menanamkan rasa thalab (kemauan) di dalam hati orang-orang yang pada awalnya tidak peduli. Mereka yang asalnya jauh dari agama mulai merasakan benih agama masjid yang asalnya kosong tanpa kehidupan menjadi makmur. Suara panggilan pada agama Allah ta'ala masuk hingga ke lorong-lorong jalan-jalan kampung- kampung hingga dari negara ke negara lain. Hanya Allah taala sajalah yang tahu berapa banyak umat ini yang telah mendapatkan kebaikan dari dakwah ini. Dan berapa banyak manusia yang telah jauh melenceng kembali ke jalan yang benar. Berapa banyak sunnah yang kembali dihidupkan berapa banyak amalan fardhu yang wujud kembali dalam kehidupan berapa banyak masjid menjadi makmur berapa banyak orang yang dulunya lalai dan seolah tutup telinga dari ilmu agama justru menjadi pelajar agama berapa banyak yang kemudian menjadi ahli dzikir dan sibuk di dalamnya berapa banyak orang yang merasakan keprihatinan dan kerisauan pada agama berapa banyak orang yang kemudian merasakan kenikmatan dan kelezatan doa hasil usaha yang dalam waktu singkat Allah telah menampakkan pun sulit untuk dihitung. Baru di akhirat nanti akan diketahui bahwa betapa banyaknya kebaikan tersebar sebab dijalankannya kembali usaha yang mulia ini