Anda di halaman 1dari 18

IR EXHIBITION PAPER COMPETITION 2023

Resesi Ekonomi 2023 : Green Economy Sebagai Solusi dari


Ancaman Resesi Global 2023

Diusulkan Oleh :
Ananda Triaji Pamungkas 2210412078
Khayru Maulana Ahsan 2210412069

Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta


DKI Jakarta
2023
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS

1
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS.......................................................i


DAFTAR ISI........................................................................................................... ii
Abstrak.................................................................................................................... 4
Pendahuluan........................................................................................................... 6
Latar Belakang................................................................................................. 6
Rumusan Masalah............................................................................................8
Tujuan................................................................................................................8
Manfaat............................................................................................................. 8
Tinjauan Pustaka................................................................................................... 8
Mtode Penelitian................................................................................................... 11
Pembahasan.......................................................................................................... 12
Penutup................................................................................................................. 16
Daftar Pustaka......................................................................................................16

2
Abstrak

Pandemi Covid-19 memberikan efek bagi penurunan perekonomian dunia


ditambah lagi dengan konflik yang terjadi di Eropa antara Russia dan Ukraina hal
tersebut memberikan dampak yakni penurunan pertumbuhan ekonomi dunia yang
berakibat pada terjadinya resesi global. Tujuan penulisan penelitian ini adalah
untuk mencari tahu bagaimana keefektifitasan green economy dalam aspek
digitalisasi UMKM dan green tourism sebagai solusi dari ancaman resesi global
yang akan datang pada tahun 2023. Penelitian ini menggunakan Online Research
Method sebagai sarana untuk memperoleh data-data yang diperlukan dan studi
literatur sebagai rujukan penulisan penelitian ini, serta menggunakan metode
penelitian kualitatif untuk menganalisis data-data yang sudah diperoleh. Penelitian
ini menemukan bahwa UMKM yang telah menjadi salah satu basis utama dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia dengan kontribusi sebesar 60%
bagi PDB Indonesia dan 97% untuk penyerapan tenaga kerja. Penerapan
kebijakan green economy dalam bentuk digitalisasi UMKM memiliki efektifitas
yang signifikan untuk menghadapi ancaman resesi global. 80% UMKM merasa
bahwa internet memiliki pengaruh positif bagi perkembangan bisnisnya. Selain
digitalisasi UMKM, green tourism memiliki dampak positif bagi pembukaan
lapangan pekerjaan yang lebih efektif dibandingkan pekerjaaan dari industri yang
berbasis bahan bakar fosil.
Kata Kunci : Resesi Global, Green Economy, Gren Tourism, Digitalisasi
UMKM

3
Pendahuluan
Latar Belakang
Kondisi global saat ini menunjukan peningkatan eskalasi gejolak ekonomi
politik yang cukup tinggi. Setelah sebelumnya dunia dilanda pandemi Covid-19
yang menyebabkan segala aktivitas manusia mengalami penurunan secara
signifikan dikarenakan perubahan pola aktivitas yang sebelumnya segala kegiatan
dilakukan secara tatap muka, namun setelah datangnya pandemi covid-19 pada
awal 2020 membuat seluruh aktivitas dilakukan secara online. Hal tersebut tentu
saja menurunkan efektifitas kerja karena perubahan drastis secara mendadak
tersebut memerlukan proses adaptasi dengan waktu yang tidak sebentar. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan pertumbuhan ekonomi dan juga
membuat dinamika ekonomi seluruh negara di dunia mengalami penurunan secara
dramatis.
Belum sepenuhnya selesai dengan efek dari pandemi covid-19, dunia
dihantui dengan berbagai fenomenan yang memberikan ancaman dan juga
gangguan bagi proses pemulihan ekonomi global yang mulai menemui titik
terang. Kenaikan suku bunga Amerika Serikat (The Fed) yang menyebabkan
sulitnya perputaran uang sehingga membuat biaya untuk pinjaman meningkat
serta mengakibatkan pengurangan insentif investasi. Selain itu, dunia juga tengah
dibayang-bayangi dengan konflik geopolitik antara rusia dan ukraina yang
menimbulkan pro dan kontra antar negara di dunia. Konflik tersebut
mengakibatkan guncangan bagi perekonomian dunia yang ditandai dengan
naiknya harga energi seperti gas alam dan minyak mentah yang disebabkan oleh
ditutupnya alur distribusi sumber daya dari Rusia dan Ukraina keluar. Konflik
tersebut juga mengakibatkan krisis pangan pasca terhambatnya distribusi gandum
dari Ukraina ke berbagai negara yang bergantung pada pasokan negara tersebut.
Berbagai fenomenan tersebut memebrikan dampak bagi menurunnya
pertumbuhan ekonomi dunia. Berdasarkan proyeksi International Monetary Fund
(IMF) pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2022 mencapai 3,2%. Proyeksi
tersebut dari proyeksi pada bulan Januaari 2022 lalu yang menunjukan angka
sebesar 4,1%. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2021
yang menunjukan angka 6% jauh lebih besar daripada pryeksi tahun 2022
(International Monetery Fund, 2022). Secara mengejutkan, pada tahun 2023 IMF
mempublikasikan berita buruk bagi perekonomian global. IMF memotong pryeksi
pertumbuhan ekonomi global menjadi sebesar 2,9% pada tahun 2023 mendatang
(International Monetery Fund, 2023). Akibat proyeksi ini akan banyak negara
yang mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana belanja negara dan kesulitan
dalam mengelola pembiayan. Akibat daripada itu, banyak negara-negara di dunia
yang akan masuk ke dalam jurang inflasi dan berakhir dengan terjadinya resesi
ekonomi.
Berkenaan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi yang dipublikasikan
IMF tersebut maka pemerintah negara-negara di dunia perlu menyusun kebijakan

4
untuk mencegah ancaman resesi global dan meminimalisir dampak yang
diberikan. Dampak yang dihasilkannya tentu saja merugikan pertumbuhan negara
terutama negara berkembang. Dampak dampak yang ditimbulkan tersebut yang
akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah negara-negara di dunia dengan
memilih instrumen yang tepat untuk menangkal ancaman tersebut.
Diantara pilihan kebijakan yang dapat dipilih oleh pemerintah sebagai
instrumen penangkal ancaman resesi ekonomi tersebut adalah ekonomi hijau atau
green economy. Green economy merupakan suatu pandangan ekonomi yang
ditemukan sekitar tahun 1989 oleh sekumpulan ekonom di Inggris, dimana green
economy menjelaskan bahwa orientasi dari kegiatan ekonomi tidak hanya fokus
terhadap pencarian keuntungan namun juga fokus terhadap proses peningkatan
kesejahteraan, green economy ini juga berfokus untuk meminimalisir dampak
negatif yang ditimbulkan dari kegiatan ekonomi terhadap ekosistem yang terkait
secara signifikan. Menurut Karl Burkart, green economy memfokuskan segala
aspek kegiatan nya dalam 6 sektor dasar, yakni sumber energi yang terbarukan,
infrastruktur yang ramah lingkungan, transportasi berkelanjutan, pengelolaan air
serta pengelolaan limbah (Burkart, 2012). Singkatnya green economy merupakan
kegiatan ekonomi yang juga turut memberikan perlindungan terhadap keselamatan
lingkungan alam sekitar.
Resesi global memiliki dampak yang beragam terhadap negara negara
yang terkait, namun seecara garis besar resesi akan berdampak terhadap
penurunan kesejahteraan masyarakat serta kerugian bagi setiap perusahaan di
negara tersebut, dimana saat adanya resesi maka sudah pasti akan ada peningkatan
terhadap PHK, namun dengan adanya green economy, yang dimana memiliki
tujun untuk menyejahterakan rakyat, peningkatan angka PHK tersebut dapat
diatasi, karena salah satu manfaat dari penerapan kebijakan green economy adalah
meningkatkan lapangan pekerjaan
Sebagai mahasiswa Hubungan Internasional, penulis merasa pemilihan
topik penelitian ini merupakan hal yang relevan dengan bidang yang didalami
penulis. Ketertarikan penulis terhadap isu yang berhubungan dengan
pembangunan yang berkelanjutan yang dikaitkan dengan isu terkini berupa resesi
global merupakan alasan dibalik pemilih isu ini sebagai topik penelitian.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektifitas green economy sebagai solusi dari ancaman resesi
global 2023?
2. Bagaimana bentuk kebijakan green economy untuk menghadapi ancaman
resesi global 2023?
3. Mengapa green economy dapat menjadi alternatif pilihan kebijakan dalam
menangani resesi global 2023?

5
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendalami sejauh mana keefektifitasan
green economy dalam aspek digitalisasi UMKM dan green tourism sebagai solusi
dalam menangkal ancaman resesi global 2023.
Manfaat
1. Memberikan informasi kepada pembaca terkait efektifitas green economy
sebagai solusi dari ancaman resesi global 2023
2. Menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya terkait efektifitas green
economy dalam menghadapi resesi global
3. Menjadi rujukan bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan untuk
menghadapi resesi global 2023
Tinjauan Pustaka
Resesi Global adalah kondisi dimana terjadi penurunan ekonomi yang
berkepanjangan di seluruh dunia yang meliputi penurunan produk domestik bruto
(PDB) per kapita di seluruh dunia (Halton, 2021). Penurunan output global ini
bertepatan dengan melemahnya indikator ekonomi makro lainnya, seperti
perdagangan, arus modal dan lapangan kerja (International Monetery Fund, 2021).
Resesi adalah keadaan ketika produk domestik bruto mengalami penurunan
selama dua kuartal secara berturut-turut yang membuat ototritas nasional berhak
mengambil tindakan untuk mejaga siklus bisnis (National Bureau of Economic
Research, 2021)
Green economy adalah konsep ekonomi yang harus membantu realisasi
dari kebijakan lingkungan (Ospanova et al., 2022). Menurut United Nations
Environment Programme (UNEP) green economy adalah segala kegiatan
ekonomi berupa produksi, distribusi dan konsumsi terhadap barang dan jasa yang
mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat secara jangka panjang tanpa
membebani generasi di masa yang akan datang dengan beban lingkungan yang
mengharuskan mereka mengurangi penggunaan sumber daya alam atau membuat
mereka kekurangan sumber daya alam (United Nations Environment Programme).
UNEP menyebut bahwa green economy sebagai kegiatan ekonomi rendah karbon,
sumber daya yang effifien dan inklusif sosial (Pan et al., 2019). Green economy
merupakan usaha ekonomi dalam mencari manfaat jangka panjang yang mengarah
pada peningkatan taraf hidup manusia dan penguranagn jurang ketimpangan,
tanpa membebani generasi berikutnya dengan beban lingkungan yang signifikan
dan degradasi lingkungan (United Nations Conference for Trading and
Development). Menurut Organisations for Economic Co-operation and
Development (OECD) green economy adalah pertumbuhan ekonomi global yang
memiliki misi untuk bermanfaat secara berkelanjutan (Unay-Gailhard & Bojnec,
2019).
Dengan pengertian menurut para ahli yang telah dijelaskan, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa green economy adalah pembangunan ekonomi yang
mengedepankan keamanan lingkungan dengan manfaat yang dapat dinikmati

6
dalam jangka panjang, sehingga mengurangi beban lingkungan dan kelangkaan
sumber daya alam bagi generasi yang akan datang
Environmentalisme adalah suatu pandangan yang mengedepankan
perbaikan lingkungan demi penyelesaian masalah lingkungan yang telah terjadi.
Environmentalisme merasa bahwa kerjasama antar negara sangat dibutuhkan guna
menangani permasalahan tersebut. Environmentalisme juga memandang bahwa
kerjasama suatu institusi dapat memberikan alternatif solusi terhadap permaslahan
lingkungan yang ada (Martha, 2018).
Dalam menangkal ancaman resesi global, green economy
merupaka salah satu bentuk kebijakan yang dapat dipilih oleh pemerintah. Bentuk
kebijakan green economy mencakup kebijakan digitalisasi UMKM, ketahanan
pangan, penguatan arsitektur kesehatan global dan juga transisi energi
berkelanjutan. UMKM merupakan sektor yang memberikan sumbangan paling
besar bagi produk domestik bruto Indonesia dengan presentase sebesar 60% dari
total jumlah PDB Indonesia. Selain itu UMKM juga menjadi sektor yang
menyerap tenaga kerja hingga 95%. Pemberian insentif lebih guna mendukung
insfrastruktur digitalisasi UMKM dapat membantu indonesia keluar dari zona
resesi global karena perputaran ekonomi terus berjalan sehingga menurunkan
jumlah pengangguran yang dapat memperburuk keadaan Indonesia terutama
setelah resesi ekonomi 2023 benar terjadi (Hutagaol dkk., 2022). Digitalisasi
UMKM tersebut dapat dilakukan dalam bentuk teknologi fintech yang didasarkan
pada digital marketing dan payment gateway.
Dalam artikel yang ditulis oleh Nada Denona Bogovic dan Zvonimira
Sverko Grdic yang berjudul “Transitioning to a Green Economy—Possible Effects
on the Croatian Economy”, dimana penelitian ini berfokus pada kemungkinan
dampak yang diberikan pada kroasia jika mengubah sistem ekonominya menjadi
green economy, disebutkan bahwa Kroasia merupakan negara yang mengandalkan
sumber pendapatannya di sektor trade dan sektor pariwisata, pada saat kroasia
mengalami resesi yang terjadi selama 6 tahun pada tahun 2008-2009, banyak
aspek perekonomian kroasia yang terkena dampaknya, namun tidak bagi sektor
pariwisata (Sverko Grdic, 2019), padahal jika dilihat, sektor pariwisata merupakan
sektor penghasil emisi karbon terbesar, sektor pariwisata juga tercatat sebagai
sektor yang memiliki intensitas tenaga kerja yang tinggi namun dengan rata rata
gaji yang terhitung rendah.
Kroasia sendiri memiliki beberapa kekurangan dalam aspek ekonomi,
seperti fitur struktural, ketimpangan regional, daya saing rendah dan masalah
demografi jangka panjang, namun kroasia memiliki kelebihan berupa potensi
dalam bidang transisi energi, dimana tingkat penggunaan sumber daya energi
terbarukan kroasia mencapai 27.3% yang dimana negara uni eropa lain rata rata
hanya mencapai angka 17.5% pada tahun 2017, serta sektor agrikultur kroasia
yang sudah memenuhi standart uni eropa. Hal ini menjadikan sebuah kelebihan
untuk kroasia agar mengganti sistem ekonomi nya menjadi green economy.

7
Transisi green economy ini dapat diaplikasikan melalui green tourism,
dimana green tourism menyediakan jasa pariwisata yang ramah lingkungan
dimana hal tersebut dapat membuka pasar baru bagi penyedia jasa dan teknologi
terkait green tourism, serta memberikan pembangunan berkelanjutan dalam sektor
pariwisata itu sendiri, sehingga dapat disimpulkan bahwa green tourism dapat
menjadi solusi bagi kroasia dalam mengatasi ancaman resesi global 2023.
Dalam artikel yang ditulis oleh Jacqueline M. Borel-Saladin dan Ivan N.
Turok mengenai The impact of the green economy on jobs in South Africa,
dikatakan bahwa green economy dapat memberikan dampak berupa pertumbuhan
ekonomi dan lapangan pekerjaan yang ramah lingkungan, hal ini sangat krusial
bagi kondisi perekonomian dan lingkungan negara Afrika Selatan, karena disana
sudah ada dua alasan yang mendasar terkait urgensi penetapan kebijakan green
economy melalui green jobs, yakni tingkat pengangguran yang tinggi di Afrika
Selatan dan banyaknya emisi karbon yang dihasilkan dari kegiatan ekonomi di
Afrika Selatan.
Pada saat resesi global yang terjadi pada tahun 2008, Afrika selatan
mengalami peningkatan terhadap angka pengangguran, tidak hanya itu, Afrika
Selatan sendiri sudah memiliki reputasi yang buruk terkait rendahnya angka
pertumbuhan lapangan pekerjaan yang terjadi sepanjang tahun 2000an (The
Government of the Republic of South Africa, 2010). Afrika Selatan juga memiliki
reputasi dalam pekerjaan yang bersifat kotor bagi lingkungan, yakni
ketergantungan Afrika Selatan terhadap pembangkit energi tenaga batubara
(Laburn P, 2011). Data dari The World Bank menunjukkan bahwa Afrika Selatan
berada di urutan 27 dalam pendapatan perkapita, namun berada di urutan 14
sebagai negara dengan penghasil emisi karbon terbanyak.
Penerapan kebijakan Green economy dalam bentuk green jobs dapat
menjadi solusi dari tingginya tingkat pengangguran dan banyaknya emisi yang
dihasilkan oleh Afrika Selatan. Pasalnya International Development Corporation
(IDC) mengeluarkan data estimasi terkait jumlah lapangan pekerjaan jangka
pendek dan jangka panjang yang disesuaikan dengan kategori dan segmen
berdasarkan green economy, dimana estimasi tersebut mengatakan bahwa total
lapangan pekerjaan pada jangka pendek (2 tahun) akan meningkat menjadi 98.000
sedangkan lapangan pekerjaan jangka panjang (8 tahun) akan meningkat menjadi
462.567 ( Maia J, 2011). Estimasi data tersebut dibuktikan pada kuartal pertama
tahun 2011 dan 2012, dimana terjadi peningkatan jumlah lapangan pekerjaan,
yakni 23000 pekerjaan dalam sektor pertambangan, 56000 dalam sektor
transportasi dan 53000 dalam sektor agrikultur (Statistics South Africa, 2012),
peningkatan dalam jumlah lapangan pekerjaan tersebut juga diiringi dengan
penurunan jumlah pekerjaan pada beberapa sektor, yakni sektor manufacturing
sebanyak 81000 pekerjaan dan sektor konstruksi sebesar 45000 pekerjaan.
Dalam penelitian berjudul “The Impact of Economic Recession on Climate
Change : eight trends” dilakukan oleh Pedi Chiemena Obani dan Joyeeta Gupta

8
pada tahun 2015 yang berfokus dalam meneliti bagaimana dampak dari resesi
global terhadap perubahan iklim. Artikel ini menjelaskan dalam ekonomi modern
terdapat penggunaan energi yang tidak ramah lingkungan dengan skala yang
sangat besar dengan presentase sebesar 81% (International Energi Agency, 2011).
Resesi global menurunkan jumlah emisi karbon sebesar 175 ton dan lebih besar
dibandingkan dengan skenarion bisnis yang biasa diproyeksikan. Namun,
penurunan emisi karbon ini menghasilkan efek berlawanan dengan peningkatan
gas rumah kaca sebesar 30 juta ton dibandingkan dengan skema biasanya.
Sehingga dalam hal ini green economy hadir sebagai alternatif pilihan untuk
menurunkan jumlah emisi karbon tanpa menurunkan pertumbuhan ekonomi suatu
negara.
Green economy masuk sebagai jalan tengah yang dapat dilakukan dengan
internalisasi dan eksternalisasi lingkungan melalui penggabungan sistemik
tantangan lingkungan dalam tatanan ekonomi, menghubungkan sosial dengan
tujuan ekonomi, dan juga membangun kerangka ekonomi makro yang dirancang
menuju pembangunan berkelanjutan. Selain itu, green economy yang berfokus
dalam investasi dalam teknologi hijau, kemudian mempromosikan pola konsumsi
hijau yang mendorong penurunan tingkat konsumsi yang tidak efektif sehingga
dapat menurunkan dampak negatif dari resesi global yang menghantui dunia
(Obani & Gupta, 2016).

Metode Penelitian
Peneliti memilih menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menyusun
artikel ini. Metode penelitian ini mengijinkan peneliti untuk memperoleh suatu
pemahaman dan penggambaran secara lebih mendalam mengenai suatu isu
budaya yang sedang dibahas. Metode kualitatif dipilih dengan tujuan untuk
menjabarkan sebuah isu dengan ide dan gagasan yang sudah tersedia maupun
yang sedang muncul (Yin, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif
guna mendeskripsikan secara mendalam mengenai potensi Green Economy dalam
aspek digitalisasi UMKM dan Green tourism sebagai alternatif solusi dalam
menghadapi ancaman resesi global 2023. Selain itu, dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan Online Research Method (ORM) ,karena peneliti
mengumpulkan data untuk mendukung penelitian ini berdasarkan temuan di
Internet.

Pembahasan
Ancaman Resesi Global
Resesi global 2023 bukanlah resesi pertama yang dihadapi dunia pada
abad ini. Beberapa resesi telah terjadi diantaranya adalah pada tahun 2008 dan
juga resesi yang diakibatkan oleh pandemi covid 19. Pada tahun 2020 pandemi
covid telah mempengaruhi kondisi pertumbuhan perekonomian banyak negara di

9
dunia. Besarnya dampak dari pandemi ini hingga menyebabkan banyak negara
masuk ke jurang resesi ekonomi.
Sejumlah negara yang mengalami resesi pada tahun 2020 diantaranya
adalah Korea Selatan, Jerman, Singapura, Perancis, Italia, bahkan hingga Amerika
(Fitra, 2021). Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh katadata.co.id pada
tahun 2020 Korea selatan mengalami kontraksi pada kuartal II hingga
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 mencapai -2,9%. Jerman juga mengalami
penurunan yang sangat dramatis, sebelumnya pertumbuhan ekonomi di kuartal-I
2020 berada di angka -1,8% akibat pandemi covid-19 pertumbuhan ekonomi
Jerman menyentuh angka -11,7%. Penurunan tersebut juga dirasakan
negara-negara eropa lainnya. Perancis yang pada kuartal-I berada di angka -5,7%
setelah covid-19 melanda, presentase pertumbuhan ekonomi Perancis jatuh hingga
ke angka -19%. Selain itu, Italia yang pariwisatanya terganggu akibat pandemi
covid-19 mengalami pertumbuhan ekonomi hingga -17,3% pada kuartal-II tahun
2020. Spanyol juga mengalami hal serupa bahkan di kuartal-II 2020 pertumbuhan
ekonomi Spanyol berada di angka -22,1%. Indonesia juga tak terlepas dari
dekapan resesi akibat Covid-19. Berdasarkan pernyataan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto dalam Economic Outlook 2021 yang
menyebutkan bahwa perekonomian Indonesia terkontraksi -2,19% pada kuartal-IV
2020, dan terkontraksi -2,07% sepanjang tahun 2020. Meskipun ini masih lebih
rendah dibandingkan negara lainnya, ekonomi sejak kuartal-III-2020 ekonomi
Indonesia telah masuk ke dalam perangkap resesi. Ditambah lagi dengan realisasi
perekonomian yang berada dalam area negatif, hingga menyentuh -3,49%, setelah
sebelumnya berada di angka -5,32% (Fitra, 2021)
Menteri Ekonomi Indonesia Sri Mulyani memaparkan bahwa resesi yang
diakibatkan oleh covid-19 ini lebih rumit dibandingkan dengan resesi pada tahun
2008-2009. Resesi covi-19 perlu melakukan pendekatan psikologis guna
memberikan ketenangan bagi masyarakat agar mereka berada keselamatan dan
keamanan dari pandemi covid-19 yang dapat membawa resiko kehilangan nyawa
(CNBC Indonesia, 2020). Inflasi yang ditimbulkan oleh pandemi covid-19
terbilang masih rendah, jika dibandingkan dengan resesi pada tahun 2008. Pada
tahun 2020 Inflasi indonesia berada di angka 3,02%, angka yang masih jauh jika
dibandingkan dengan inflasi pada tahun 2008 yang mencapai 12,14%.
Pelemahan rupiah terhadap dollar Amerika Serikat juga dirasakan akibat
dari resesi pandemi covid-19. Nilai rupiah terhadap dollar mencapai Rp. 14.818
per US$ pada pertengahan 2020. Namuan, jika dibandingkan dengan resesi 2008
depresiasi rupiah tahun 2020 baru mencapai 6. Angka yang jauh dibandingkan
dengan depresiasi pada tahun 2008 akibat resesi global yang membuat rupiah
terdepresiasi mencapai angka 34,86% jika dilihat secara year to date (Sejak awal
tahun) (Bareksa, 2020).
Adanya pandemi covid 19 di Indonesia memberikan dampak yang
signifikan terhadap perusahaan perusahan di Indonesia Tingginya angka

10
penyebaran kasus covid-19 di Indonesia tidak memberikan pilihan lain bagi
pemerintah selain melakukan kebijakan lockdown, kebijakan tersebut memaksa
perusahaan perusahaan untuk menghentikan kegiatan ekonomi dan proses
produksi, sehingga menyebabkan perusahaan mengalami kerugian yang terhitung
cukup parah, tercatat pada tahun 2020, sekitar 65% usaha di Indonesia terkena
dampak yang mengakibatkan perusahaan untuk berhenti beroprasi, dimana dari
total 65% tersebut, sebanyak 2.6% perusahaan mengalami pemberhentian oprasi
secara permanen (Andrea Lidwina,2020).
Pemberhentian oprasi perusahaan secara permanen tentu memainkan peran
penting dalam meningkatnya angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2020,
pasalnya pada tahun 2020 terdapat 29.12 juta masyarakat usia kerja yang terkena
dampak dari pandemi, dimana sebanyak 2,56 juta orang merupakan
pengangguran, selain itu pada tahun yang sama terjadi peningkatan jumlah angka
pengangguran pada bulan Agustus dimana jika dibandingkan dengan angka
pengangguran pada Agustus tahun 2019, naik sebanyak 1,84%, sehingga total
pengangguran pada Agustus 2020 mencapai 7.07% (Badan Pusat Statistik, 2020).
Untuk menangani permasalahan-permasalahan tersebut, tidak bisa
dilakukan dengan bentuk kebijakan normatif yang dapat mengancam ketersediaan
sumber daya alam. Krisis cadangan energi dan pangan dapat terjadi apabila
cara-cara tradisional terus dilakukan dan hanya akan menghasilkan maslah baru
berupa kelangkaan yang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Green
economy muncul sebagai alternatif pilihan yang dapat diterapkan pemerintah
dunia guna menjaga stabilitas dari ketersediaan sumber energi dan pangan juga
stabilitas pertumbuhan ekonomi (Hutagaol dkk, 2022).
Green Economy Melalui Digitalisasi UMKM
Sebagai usaha dalam menstabilkan pertumbuhan ekonomi tanpa harus
mengorbankan generasi yang akan datang dengan eksploitasi sumber daya alam
tanpa memandang aspek ekologis, green economy dapat menjadi alternatif jalan
tengah kedua permasalahan tersebut. Green economy adalah konsep kebijakan
ekonomi yang mengedepankan kesejahteraan masyarakat melalui jalan yang
ramah ekologis tanpa mengancam keberlanjutan generasi penerus (Sinurat dkk,
2022). Green economy meminimalisir penggunaan carbon, pembangunan inklusif
yang berkelanjutan serta penghematan sumber daya.Salah satu kebijakan yang
dapat diterapkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi melalui cara green
economy adalah melalui digitalisasi UMKM. Green economy dan ekonomi digital
adalah dua bentuk kebijakan ekonomi yang tengah digencarkan secara global
sebagai dampak dari modernisasi. Indonesia sebagai salah satu negara anggota
G20 dan juga sebagai negara berkembang perlu menyelaraskan kebijakan
perekonomiannya agar dapat berkembang secara signifikan.
Hal tersebut didasarkan pada data pengguna internet Indonesia pada bulan
Februari 2022 yang mencapai 204,7 juta pengguna atau setara dengan 73,7% dari
populasi. Jumlah telepon selular yang terkoneksi dengan jaringan internet di

11
seluruh Indonesia mencapai 370,1 Juta atau setara dengan 133,3% dari populasi
yang ada (Kementiran Koordinator Bidang Perekonomian, 2022). Indonesia juga
menjadi salah satu negara dengan pengguna internet harian mencapai 8 jam 36
menit yang menjadi keunggulan bagi Indonesia dalam persaingan ekonomi digital
global (Kementrian Koordinator Bidan Perekonomian, 2022).
Selain itu, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki
jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah terbanyak berdasarkan laporan dari
ASEAN Investment Report yang dipublikasikan pada September 2022. Tercatat
dalam laporan tersebut bahwa jumlah UMKM Indonesia pada tahun 2021
mencapai lebih dari 65 juta unit (Ahdiat, 2022). Jumlah ini jauh lebih tinggi
dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. UMKM Indonesia juga banyak
dihuni oleh pelaku usaha mikro sebanyak 98,68% yang memberikan kontribusi
sebesar sepertiga dari total pendapatan nasional Indonesia (Kementrian Keuangan,
2020). Meskipun kinerjanya masih kalah jika dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN lainnya, UMKM Indoensia memiliki potensi yang besar untuk
dikembangkan menjadi sekotr utama yang memebrikan kontribusi besar bagi
pertumbuhan ekonomi. Selain itu, keberadaan UMKM juga terbukti berhasil
dalam menangkal krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia. UMKM juga memiliki
keuntungan perputaran transaksi yang cepay, menggunakan produk domestik yang
mendorong peningkatan produk domestik bruto Indonesia, dan dekat dengan
kebutuhan primer masyarakat (Kementrian Keuangan, 2020).
UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi yang memberikan
kontribusi besar bagi produk domestik bruto (PDB) Indonesia dan berimplikasi
pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. UMKM berkontribusi sebesar Rp.
5.721,14 triliun atau setara dengan 57,24% dari total PDB Indonesia. (Hermawan,
2022). UMKM juga secara signifikan berperan terhadap pembukaan lapangan
pekerjaan yang menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 97,05% atau setara
dengan 116,97 juta tenaga kerja. Selain itu, UMKM menjadi salah satu
penyumbang ekspor terbanyak Indonesia dengan angka Rp. 293,84 triliun atau
setara dengan 14,37% dari total ekspor Indonesia (Hermawan, 2022).
Dalam menangani krisis akibat pandemi covid-19, banyak sekali UMKM
yang mencoba konsep digital sebagai. Sebanyak 80,6% UMKM merasa internet
menjadi jawaban akan krisis yang melanda bisnis mereka. Hal ini sekaligus
menjadi bukti bahwa digitalisasi UMKM dapat menahan tekanan yang diberikan
krisis ekonomi. UMKM yang mengandalkan Internet terbukti lebih mampu
bertahan dari terjangan krisis yang terjadi. UMKM yang melakukan transaksi
secara digital, lebih sedikit terkena dampak negatif dari krisis pandemi
dibadningkan dengan UMKM yang masih menggunakan transaksi secara
langsung (Yusuf, 2023). Pelaku UMKM Mengandalkan Internet untuk berbagai
keperluan bisnisnya. Sebagai besar menjadikan platform digital sebagai media
mereka dalam memasarkan produknya. Internet juga memudahkan pertemuan
antara enjual dan pembbeli sehingga proses transaksi dapat berjalan dengan

12
effisien (Katadata Insight Center, 2020). Melihat potensi yang ada, pemerintah
perlu memberikan perhatiannya bagi percepatan transformasi UMKM dalam
bentuk digital. Selain memberikan dampak ekonomi yang besar, digitalisasi
UMKM juga dapat meminimalisir penggunaan sumber energi yang tak
terbarukan, hal ini tentu sesuai dengan ide sustainable development atau
pembangunan berkelanjutan yang direncanakan pemerintah.
Pengimplementasian Green Economy melalui Green Tourism
Penetapan ekonomi hijau sebagai salah satu strategi transformasi memiliki
dampak yang bersifat positif bagi perekonomian Indonesia, ekonomi hijau juga
menjadi salah satu alternatif yang cocok untuk mempercepat pemulihan
perekonomian Indonesia yang terdampak oleh pandemi Covid-19 karena sistem
ekonomi hijau itu sendiri dinilai dapat menciptakan pembangunan yang lebih
inklusif dan berkelanjutan, tercatat bahwa ekonomi hijau dapat memberikan
dampak terhadap perekonomian Indonesia berupa pertumbuhan PDB yang
mencapai 6.1-6.5% (Kementrian BAPPENAS,2022), implementasi dari ekonomi
hijau dapat dilakukan dalam penerapan sistem green tourism pada sektor
pariwisata yang tersebar luas di Indonesia.
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keindahan dan kekayaan
alam yang tersebar disetiap penjurunya, dari daratan hingga ke lautan, hal terebut
menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan di indonesia
yang strategis, hal tersebut dapat dibuktikan melalui data penerimaan devisa pada
tahun 2016, dimana sektor pariwisata menjadi penghasil devisa negara terbesar
kedua setelah Minyak Sawit dengan penghasilan sebesar 13.570 juta USD (Helmi
Aliansyah, 2018), sektor pariwisata juga telah berperan besar dalam memberikan
masyarakat yang tinggal di sekitar daerah lokasi tujuan wisata sebuah lapangan
pekerjaan dengan penghasilan yang menjanjikan. Namun pada tahun 2020 hingga
2021, sektor pariwisata mengalami penurunan pendapatan yang diakibatkan oleh
pandemi Covid-19, dimana penurunan pendapatan yang tercatat terhitung sangat
besar, dimana pada daerah desa wisata penurunan pendapatan masyarakat
mencapai sekitar 50%-75% dan penurunan pendapatan paling tinggi terjadi ketika
awal mula pemberlakuan kebijakan PSBB dimana penurunan pendapatan
mencapai di angka 90% (Heni Noviarita, 2023).
Dari keterpurukan tersebut, program green tourism dapat menjadi salah
satu alternatif untuk membangun kembali perekonomian yang runtuh akbat
pandemi covid-19 , karena tren green tourism sendiri telah berkembang seiring
meningkatnya kesadaran masyarakat atas pentingnya menjaga lingkungan (I Made
Adnyana, 2020), dengan menerapkan sistem green tourism, maka suatu daerah
yang memiliki tempat wisata akan mendapatkan kesempatan untuk
mempromosikan keunikan serta keunggulan dari daerah tersebut (Ali Hasan,
2014), oleh karena itu peran serta kontribusi masyarakat dan komunitas lokal yang
terkait sebagai promotor aktif sangat diperlukan agar dapat mendorong
kesuksesan daerah wisata yang tersebut.

13
Program green tourism sendiri memiliki potensi yang tinggi untuk ramai
dikunjungi terutama oleh turis yang berasal dari mancanegara, sebab program
green tourism sendiri memiliki beberapa elemen yang membedakan tempat wisata
pada umumnya, yakni orientasi daerah wisata green tourism yang mementingkan
kondisi lingkungan sekitar.
berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap total 16 negara, 50%
warga Singapura memiliki perhatian lebih terhadap kondisi lingkungan, lalu
penelitian tersebut menemukan bahwa 84,6% warga Australia memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi terkait kondisi lingkungan sekitar, rasa tanggung
jawab tersebut mempengaruhi pola perilaku, termasuk pola perilaku pembelian
yang mengatasnamakan lingkungan (Grundey and Zaharia, 2011). Penelitian lebih
lanjut menunjukkan bahwa turis yang berasal dari AS dan Inggris memiliki
ketertarikan atas pengalaman baru yang beragam, dimana 61% wisatawan AS
tertarik untuk datang ke tempat wisata yang menyajikan lingkungan alam serta
situs budaya dan sejarah yang terjaga dengan baik, sedangkan wisatawan inggris
lebih memilih untuk pergi ke tempat wisata yang menyajikan pengalaman
terhadap budaya serta kuliner lokal.

Penutup
Kesimpulan
Resesi global memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan
perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan sebuah strategi untuk
menangkal dampak dari resesi ekonomi tersebut, serta mendorong percepatan
proses pemulihan dari resesi global yang menghantui Indonesia. Diantara
banyaknya alternatif pilihan kebijakan yang ada, kebijakan green economy
menjadi pilihan yang efektif untuk menghadapi ancaman dari resesi global yang
akan datang tahun ini.
UMKM sebagai salah satu basis yang memberikan kontribusi besar pada
pertumbuhan ekonomi dan produk domestik bruto (PDB) Indonesia memiliki
potensi untuk menjaga pertumbuhan perekonomian Indonesia agar berada di jalur
positif melalui program digitalisasi yang dampaknya sudah dirasakan secara
efektif untuk melalui tantangan resesi yang diakibatkan oleh pandemi Covid-19.
Selain itu, Indonesia menjadikan sektor pariwisata sebagai salah satu
kontributor terbesar dalam pertumbuhan perekomian. Melihat potensi tersebut,
maka perlu kebijakan baru yang dapat mengembangkan serta menstabilkan antara
pembangunan berkelanjutan dan juga kesejahteraaan masyarakat melalui green
tourism sebagai salah satu strategi untuk menghadapi ancaman resesi global yang
akan datang.
Kritik dan saran
Diharapkan bagi peneliti berikutnya untuk mendalami lebih jauh terkait
pengimplementasian green economy dalam bidang bidang lainya, seperti
pengembangan dalam green investment, green finance serta bidang bidang lainya

14
yang memiliki potensi untuk menyelamatkan Indonesia dari ancaman resesi global
2023 tanpa mengenyampingkan asas-asas lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Ahdiat, A. (2022). Indonesia Punya UMKM Terbanyak di ASEAN, Bagaimana
Daya Saingnya?.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/10/11/indonesia-punya-u
mkm-terbanyak-di-asean-bagaimana-daya-saingnya. Diakses pada 21
April 2023.
Aliansyah, H., & Hermawan, W. (2021). Peran Sektor Pariwisata Pada
pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/kota di jawa Barat. Bina Ekonomi,
23(1), 39–55. https://doi.org/10.26593/be.v23i1.4654.39-55
Bareksa. (2020). Benarkah Dampak Corona di Pasar Keuangan Mirip Krisis
2008? Ini Data Ekonominya.
https://www.bareksa.com/berita/berita-ekonomi-terkini/2020-02-17/benark
ah-dampak-corona-di-pasar-keuangan-mirip-krisis-2008-ini-data-ekonomi
nya. Diakses pada 21 April 2023.
B. P. S. (2020). Agustus 2020: Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 7,07
persen. Badan Pusat Statistik. Retrieved April 21, 2023, from
https://www.bps.go.id/pressrelease/2020/11/05/1673/agustus-2020--tingkat
-pengangguran-terbuka--tpt--sebesar-7-07-persen.html
Clay, H. (2021). Global Recession: Meaning, History Examples. Investopedia
https://www.investopedia.com/terms/g/global-recession.asp. Diakses pada
20 April 2023.
Denona Bogovic, N., & Grdic, Z. S. (2020). Transitioning to a green
economy—possible effects on the croatian economy. Sustainability,
12(22), 9342.
Fitra, S. (2021). Penyebab, Dampak dan Bahaya Resesi Ekonomi.
https://katadata.co.id/safrezifitra/berita/607719d65bbdc/penyebab-dampak
-dan-bahaya-resesi-ekonomi. Diakses pada 21 April 2023.
Hasan, A. (2021). Green tourism. Media Wisata, 12(1).
https://doi.org/10.36276/mws.v12i1.195
Hutagaol, Y. R. T., Sinurat, R. P. P., & Shalahuddin, S. M. (2022). Strategi
Penguatan Keuangan Negara Dalam Menghadapi Ancaman Resesi Global
2023 Melalui Green Economy. Jurnal Pajak dan Keuangan Negara (PKN),
4(1S), 378-385.
Hermawan, D. (2022). Tantangan Digitalisasi UMKM Berbasis Budaya. Bank
Indonesia Institute.
https://www.bi.go.id/id/bi-institute/BI-Epsilon/Pages/Tantangan-Digitalisa
si-UMKM-Berbasis-Budaya.aspx. Diakses pada 21 April 2023.
International Monetery Fund (2023). Inflation Peaking amid Low Growth.
https://www.imf.org/en/Publications/WEO#:~:text=Global%20growth%20
is%20forecast%20to,of%20the%20COVID%2D19%20pandemic. Diakses
pada 20 April 2023.
International Monetary Fund (2022). World Economic Outlook, October 2022:
Countering the Cost-of-Living Crisis.
https://www.imf.org/en/Publications/WEO#:~:text=Global%20growth%20

15
is%20forecast%20to,of%20the%20COVID%2D19%20pandemic. Diakses
pada 20 April 2023.
Kaushik, V. (2021, September 1). What is green economy? Analytics Steps.
Retrieved April 21, 2023, from
https://www.analyticssteps.com/blogs/what-green-economy
Kementrian ESDM Indonesia. (2021, September 20). Mengenal Lebih Dalam
Langkah Aplikasi Ekonomi Hijau di Indonesia. Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia Aparatur. Retrieved April 21, 2023, from
https://ppsdmaparatur.esdm.go.id/berita/mengenal-lebih-dalam-langkah-ap
likasi-ekonomi-hijau-di-indonesia
Kementrian Keuangan. (2020). UMKM Bangkit, Ekonomi Indonesia Terungkit.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13317/UMKM-Bangkit-Ek
onomi-Indonesia-Terungkit.html. Diakses pada 21 April 2023.
Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian. (2022). Dancing in the Storm,
Pemerintah Jaga Resiiensi Perekonomian Hadapi Ancaman Resesi Global
2023.
https://ekon.go.id/publikasi/detail/4801/dancing-in-the-storm-pemerintah-j
aga-resiliensi-perekonomian-hadapi-ancaman-resesi-global-2023. Diakses
pada 21 April 2023.
Kose & Claesssens. (2021). Recession: When Bad Times Prevail. International
Monetary Fund.
https://www.imf.org/external/pubs/ft/fandd/basics/recess.htm. Diakses
pada 20 April 2023
Lidwina, A. (2020, June 4). Terimbas Corona, 65% Dunia Usaha di Indonesia
Setop Beroperasi: Databoks. Pusat Data Ekonomi dan Bisnis Indonesia.
Retrieved April 21, 2023, from
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2020/06/04/terimbas-corona-65
-dunia-usaha-di-indonesia-setop-beroperasi
Martha, M. K. (2018). Kerjasama Indonesia–Belanda Dalam Program Quick
Assesment and Nation Wide Screening (QANS) di Kalimantan Barat.
National Bureau of Economic Research. (2021). Business Cycle Dating Procedure
: Frequently Asked Questions.
https://www.nber.org/research/business-cycle-dating/business-cycle-dating
-procedure-frequently-asked-questions. Diakses pada 20 April 2023.
Obani, P. C., & Gupta, J. (2016). The impact of economic recession on climate
change: eight trends. Climate and Development, 8(3), 211-223.
Ospanova, A., Popovychenko, I., & Chuprina, E. (2022). Green
economy–Vector of sustainable development. Problemy Ekorozwoju,
17(1), 171–181.
Pan, W., Pan, W., Hu, C., Tu, H., Zhao, C., Yu, D., Xiong, J., & Zheng, G. (2019).
Assessing the Green Economy in China: An improved framework. Journal
of Cleaner Production, 209, 680–691.
Prahara, N. P. (2018). Upaya dan Hambatan Indonesia Dalam Mengurangi Emisi
Gas Rumah Kaca pada Sektor Kehutanan dan Lahan Gambut Tahun
2011-2015.
Turok, I. N., & Borel-Saladin, J. M. (2015). The impact of the green economy on
jobs in South Africa.

16
Tusin, U. (2022, November 15). Investasi Dan Miliki Bisnis menguntungkan
Mulai Dari 1 jutaan di landx. LandX. Retrieved April 21, 2023, from
https://landx.id/blog/penerapan-green-economy-di-indonesia-tantangan-da
n-perkembangan/#:~:text=Istilah%20ekonomi%20hijau%20pertama%20k
ali,dan%20dampak%20dari%20pembangunan%20berkelanjutan
Unay-Gailhard, İ., & Bojnec, Š. (2019b). The impact of Green economy measures
on rural employment: Green jobs in farms. Journal of Cleaner Production,
208, 541–551.
United Nations Environment Programme. Green Economy Definition.
https://www.unep.org/pt-br/node/23750#:~:text=The%20UN%20Environ
ment%20Programme%20has,in%20carbon%2C%20resource%20efficient
%20and. Diakses pada 20 April 2023.
Yusuf, F. (2020). Digitalisasi, Strategi UMKM Selamat dari Krisi.
https://katadata.co.id/katadatainsightscenter/analisisdata/5f03cf11e0198/di
gitalisasi-strategi-umkm-selamat-dari-krisis. Diakses pada 21 April 2023.
Yusuf. (2022). Kenaikan Jumlah UMKM Go Online Jadi Hasil Konkret
Pembahasan Transformasi Digital di KTT G20. Kementrian Komunikasi
dan Informatika Republik Indonesia.
https://www.kominfo.go.id/content/detail/45636/kenaikan-jumlah-umkm-g
o-online-jadi-hasil-konkret-pembahasan-transformasi-digital-di-ktt-g20/0/
berita_satker. Diakses pada 21 April 2023.

17

Anda mungkin juga menyukai