Anda di halaman 1dari 6

1..

Persoalan-persoalan filsafati yang disebutkan dapat dibedakan berdasarkan bidang fokus dan
pertanyaan pokok yang mereka tangani. Mari kita analisis perbedaan serta uraikan secara historis
masing-masing jenis persoalan filsafati:
1. Metafisis: yang paling pokok menyangkut keberadaan dari segala sesuatu di alam
semesta ini. Pokok pertikaian yang di perbincangkan oleh filsuf misalnya apakah alam
semesta ini suatu hal yang nyata ataukah hanya ide saja? (ADPU4533 modul 1 kb 1 hal
1.5)
o Perbedaan: Persoalan metafisis membahas hakikat realitas, eksistensi, substansi,
dan hubungan antara yang nyata dan yang tidak nyata.
o Sejarah: Metafisika telah menjadi fokus utama filsafat sejak zaman kuno. Di
zaman Yunani kuno, filsuf seperti Plato dan Aristoteles membahas konsep-konsep
metafisis seperti ide-ide abstrak dan substansi.
2. Epistemologi: yang paling pokok menyangkut asal mula pengetahuan. Pokok pertikaian
di kalangan filsuf misalnya , apakah asal mula pengetahuan itu akal ataukah indera
manusia ?(ADPU4533 modul 1 kb 1 hal 1.5)
o Perbedaan: Persoalan epistemologis mempertanyakan asal usul pengetahuan,
batasan-batasan pengetahuan manusia, serta cara manusia memperoleh
pengetahuan yang valid.
o Sejarah: René Descartes dan John Locke adalah tokoh-tokoh yang berkontribusi
besar dalam epistemologi. Mereka memulai perdebatan tentang asal usul
pengetahuan, keberadaan ide-ide bawaan, dan pengaruh pengalaman terhadap
pemahaman manusia.
3. Metodologi: berpusat pada metode memperoleh pengetahuan. Salah satu pokok
pertikaiannya adalah metode manakah yang paling tepat untuk mencapai pengetahuan
yang benar?(ADPU4533 modul 1 kb 1 hal 1.6)
o Perbedaan: Persoalan metodologis mengkaji metode-metode yang digunakan
untuk mencapai pengetahuan yang benar dan valid.
o Sejarah: Filosof ilmu seperti Francis Bacon dan Karl Popper telah memberikan
kontribusi penting dalam persoalan ini. Bacon mengusulkan metode ilmiah
induktif sementara Popper menyatakan pentingnya falsifikasi dalam pengujian
teori ilmiah.
4. Logika:bertalian dengan penalaran yang betul. Pokok pertikaian yang ingin diselesaikan
misalnya asas atau aturan apakah yang menjamin bahwa suatu penyimpulan yang di buat
manusia sudah tepat?(ADPU4533 modul 1 kb 1 hal 1.6)
o Perbedaan: Persoalan logis membicarakan struktur dan validitas dari penalaran
serta kesesuaian antara pemikiran dengan kenyataan.
o Sejarah: Logika telah menjadi perhatian utama sejak zaman klasik. Filsuf-filsuf
seperti Aristoteles berkontribusi besar dalam pengembangan logika, sementara
filsuf-filsuf modern seperti Bertrand Russell dan Alfred North Whitehead
memperkenalkan logika matematika.
5. Etika: Menyangkut moralitas manusia. Moralitas adalah suatu himpunan ide mengenai
apa yang baik atau buruk pada perilaku dan apa yang benar dan salah pada tindakan
manusia. (ADPU4533 modul 1 kb 1 hal 1.6
o Perbedaan: Persoalan etis mempertanyakan tentang kebenaran, keadilan,
moralitas, nilai-nilai, dan tindakan manusia.
o Sejarah: Filsafat etika telah menjadi perhatian sejak zaman kuno, di mana Plato,
Aristoteles, Kant, dan Nietzsche adalah beberapa tokoh yang mempengaruhi
perkembangan etika dalam filsafat.
6. Estetika: berpusat pada keindahan dan hal-hal lainnya yang bertalian dengan itu. Suatu
pokok pertikaian yang sampai sekarang masih di perbincangkan, misalnya apakah
keindahan itu bersifat objektif ataukah bersifat subjektif? (ADPU4533 modul 1 kb 1 hal
1.6)
o Perbedaan: Persoalan estetis membahas tentang keindahan, seni, rasa estetika,
dan nilai-nilai artistik.
o Sejarah: Perhatian terhadap estetika juga dapat ditelusuri ke zaman kuno. Plato
dan Aristoteles memberikan pandangan awal tentang keindahan dan seni,
sementara tokoh-tokoh seperti Immanuel Kant dan Hegel menyumbangkan
pandangan-pandangan penting dalam estetika.
Setiap persoalan filsafati memiliki perkembangan historis yang panjang, dimulai dari kontribusi-
kontribusi para filsuf terkemuka dalam sejarah manusia. Pengembangan pemikiran dalam
masing-masing bidang ini terus berlanjut seiring dengan perkembangan pemikiran manusia dan
perubahan zaman.
Referensi : BMP ADPU4533 modul 1

2. Dalam konteks kasus pembebasan lahan untuk pembangunan Bandara Sukadana, penting
untuk menganalisis konsep keadilan dan nilai-nilai yang terlibat dalam proses tersebut.
Definisi Keadilan: keadilan tertua yang dirumuskan oleh para hali hukum pada zaman romawi
dalam bahasa latinnya” justitia est constans et perpetua voluntas jus suum cuique tribuendi”
yang dalam bahasa inggrisnya Justice is the constan and perpetual will to render to each man
what is his due yang artinya keadilan adalah kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan
kepada setiap orang apa yang semestinya.(ADPU4533 modul 2 kb 2 hal.2.23).atau dengan kata
lain Keadilan adalah prinsip atau konsep yang berkaitan dengan pemberian hak dan perlakuan
yang adil kepada semua pihak tanpa adanya diskriminasi atau penindasan. Keadilan juga terkait
dengan kesetaraan, keseimbangan, dan kesesuaian antara tindakan atau keputusan yang diambil
dengan norma-norma moral atau hukum yang berlaku.
Nilai: Nilai merupakan suatu kenyataan objektif dari hal-hal di luar diri manusia maupun suatu
kesadaran subjektif berupa sikap dalam diri manusia. Nilai adalah semua ide sebagai objek
pemikiran, kemudian diterima pula sebagai suatu objek keinginan yang diusahan agar terwujud.
Secara singkat Nilai adalah objek dari keinginan manusia yang terdiri dari unsur-unsur
kebutuhan, minat, dan keterikatan emosional (ADPU4533 modul 3 kb 1 hal. 3.6 - 3.7). Nilai-
nilai dalam konteks ini mencakup evaluasi atau penilaian terhadap keberhasilan sebuah tindakan
atau keputusan dalam mencapai suatu tujuan atau prinsip tertentu. Nilai-nilai ini tidak hanya
berkaitan dengan aspek moneter, tetapi juga mengenai aspek keadilan, kesejahteraan, dan
kebermanfaatan bagi masyarakat yang terkena dampak.
Keterkaitan kasus ini dengan konsep keadilan sebagai nilai dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang:
1. Keadilan dalam Proses Pembebasan Tanah:
o Keadilan memerlukan proses yang transparan, inklusif, dan adil. Proses
musyawarah dan penetapan nilai ganti rugi adalah langkah-langkah yang penting
untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan mewakili kepentingan bersama antara pemerintah dan masyarakat
yang terkena dampak.
2. Keadilan dalam Penetapan Nilai Tanah:
o Penetapan nilai tanah yang dilakukan oleh Tim Penilai Independen haruslah adil
dan mempertimbangkan nilai sebenarnya dari properti yang dibebaskan. Hal ini
penting agar pemilik lahan mendapatkan ganti rugi yang setimpal dengan nilai
sebenarnya dari tanah mereka.
3. Pemerataan dan Kesejahteraan Masyarakat:
o Aspek keadilan sosial juga perlu dipertimbangkan. Penting untuk memastikan
bahwa ganti rugi yang diterima oleh pemilik lahan tidak hanya berfokus pada
aspek finansial, tetapi juga pada dampak sosial yang mungkin terjadi terhadap
masyarakat yang terkena dampak.
4. Penegakan Nilai-Nilai Moral dan Hukum:
o Konsep keadilan memerlukan kepatuhan terhadap nilai-nilai moral dan hukum
yang berlaku. Proses pembebasan lahan harus menghormati hak-hak properti
individu sesuai dengan hukum yang berlaku.
Dengan demikian, pentingnya keadilan dalam kasus ini terletak pada upaya untuk mencapai
kesetaraan, keseimbangan, dan kesesuaian antara keputusan yang diambil dengan nilai-nilai
moral, hukum, serta kesejahteraan masyarakat yang terlibat. Penetapan nilai ganti rugi yang adil
dan proses yang transparan adalah langkah-langkah penting dalam menjaga keadilan dalam
konteks pembebasan lahan untuk pembangunan infrastruktur. Keadilan menjadi objek dari
keinginan yang didambakan dalam kehidupan masyarakat dan diusahakan terwujud pada
perilaku para anggota masyarakat itu.dengan demikian keadilan merupakan sebuah nilai.
Keadilan penting bagi kehidupan suatu negara karena merupakan suatu nilai sangat luhur bagi
terwujudnya perserikatan yang tertib, bangsa yang bersatu, serta kehidupan yang aman, damai,
dan tentram, keadilan ini dianggap sebagai suatu tujuan yang tertinggi dan tujuan akhir suatu
negara.(ADPU4533 modul 4 kb 1 hal. 4.8 -4.9)
Refrensi : BMP ADPU4533 Modul 2 kb 2 dan modul 3 kb 1 dan modul 4 kb 1
3. Salah satu asas yang dimaksud American Society for Public Administration dalam adalah ”
Efficient and effective management is basic to public administration. Subversion through misuse
of influence, fraund, waste, or abuse is intolerable. Employess who responsibly call attention to
wrong doing will be encouraged”. Asas yang menyatakan bahwa "Manajemen yang efisien dan
efektif adalah dasar dari administrasi publik. Penggulingan melalui penyalahgunaan pengaruh,
penipuan, pemborosan, atau penyalahgunaan adalah tidak dapat ditoleransi. Karyawan yang
bertanggung jawab dalam menyoroti perbuatan yang salah akan didorong" sangatlah penting
dalam pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah.(ADPU4533 modul 6 kb 2 hal. 6.11)
Maksud dari asas ini adalah:
1. Manajemen Efisien dan Efektif: Menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya
secara efisien untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintahan dengan cara yang efektif,
tanpa pemborosan atau penyalahgunaan.
2. Penolakan Terhadap Penyalahgunaan dan Penipuan: Menggarisbawahi pentingnya
menolak segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan, penipuan, pemborosan, atau
penyalahgunaan lainnya dalam pengelolaan administrasi publik.
3. Pendorongan terhadap Karyawan yang Bertanggung Jawab: Mendorong karyawan
untuk melaporkan tindakan yang salah secara bertanggung jawab dan menjamin
perlindungan terhadap mereka yang melaporkan tindakan-tindakan tersebut.
Pentingnya asas ini dalam pemerintahan baik pusat maupun daerah adalah:
1. Mencegah Penyalahgunaan Kekuasaan: Menekankan pada pencegahan
penyalahgunaan kekuasaan dan sumber daya publik, sehingga administrasi publik dapat
dijalankan dengan integritas dan efisiensi.
2. Mendorong Transparansi dan Akuntabilitas: Memastikan bahwa tindakan-tindakan
yang dilakukan dalam administrasi publik transparan dan akuntabel, dengan adanya
pertanggungjawaban terhadap penggunaan sumber daya publik.
3. Memberdayakan Karyawan untuk Melaporkan Pelanggaran Etika: Memberikan
perlindungan dan dorongan kepada karyawan untuk melaporkan pelanggaran etika atau
perilaku yang tidak etis, sehingga dapat diambil tindakan korektif.
Contoh kasus yang melanggar asas tersebut bisa terjadi ketika terdapat korupsi di lingkungan
pemerintahan, misalnya:
Kasus Penyalahgunaan Dana Pemerintah: Sebuah pemerintah daerah menggunakan dana
publik untuk proyek-proyek pembangunan, namun sebagian dari dana tersebut disalahgunakan
oleh sekelompok pejabat untuk kepentingan pribadi mereka tanpa pertanggungjawaban yang
jelas. Hal ini melanggar asas efisiensi dan efektivitas dalam pengelolaan administrasi publik
serta merupakan contoh pelanggaran etika dalam penyalahgunaan sumber daya publik. Atau
dengan kata lain jawaban sebagai berikut :
Asas yang menyatakan "Efficient and effective management is basic to public administration.
Subversion through misuse of influence, fraud, waste, or abuse is intolerable. Employees who
responsibly call attention to wrongdoing will be encouraged" memiliki kepentingan yang sangat
besar dalam konteks pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah. Berikut adalah beberapa
alasan mengapa asas ini sangat penting:
1. Efisiensi dan Efektivitas Manajemen:
o Asas ini menegaskan pentingnya manajemen yang efisien dan efektif dalam
mengelola urusan publik. Ini membantu mengoptimalkan penggunaan sumber
daya, termasuk dana publik, waktu, dan tenaga kerja, sehingga layanan yang
diberikan kepada masyarakat menjadi lebih baik.
2. Penolakan terhadap Penyalahgunaan Kekuasaan dan Penipuan:
o Asas ini menunjukkan penolakan yang tegas terhadap penyalahgunaan kekuasaan,
penipuan, pemborosan, atau penyalahgunaan dana publik. Ini adalah langkah
penting untuk menjaga integritas dan kepercayaan publik terhadap lembaga
pemerintah.
3. Mendorong Pelaporan Pelanggaran:
o Asas ini juga mendorong pegawai atau karyawan yang bertanggung jawab secara
etis untuk melaporkan tindakan yang salah atau melanggar aturan. Ini
menciptakan lingkungan di mana whistleblowers (orang yang melaporkan
kecurangan atau pelanggaran) merasa didukung dan aman untuk melaporkan
pelanggaran yang mereka saksikan.
Contoh kasus yang melanggar asas ini bisa berupa:
 Kasus Korupsi atau Penyalahgunaan Dana Publik:
o Misalnya, penggunaan dana publik untuk kepentingan pribadi atau
penyalahgunaan kekuasaan dalam pengadaan proyek pemerintah yang berujung
pada kerugian keuangan negara atau daerah.
 Penyalahgunaan Kekuasaan dalam Pengambilan Keputusan:
o Ketika ada pejabat yang menggunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi
atau golongan tertentu, yang merugikan pelayanan publik secara keseluruhan.
 Pemborosan dan Penyalahgunaan Sumber Daya:
o Contohnya, proyek-proyek yang dilakukan tanpa perencanaan yang matang dan
berujung pada pemborosan sumber daya tanpa memberikan manfaat yang
signifikan kepada masyarakat.
Asas ini penting karena menciptakan dasar yang kuat bagi integritas dan transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahan baik di tingkat pusat maupun daerah. Pengabaian terhadap asas
ini dapat menyebabkan pengelolaan yang buruk, penyalahgunaan kekuasaan, dan merosotnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintah. Oleh karena itu, penerapan asas ini
menjadi krusial untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab.
Referensi : BMP ADPU4533 modul 6 kb1 hal.6.11
4. Di Indonesia sumpah jabatan menjadi acara wajib dalam seremoni pelantikan para pejabat
negara, pejabat pemerintah (eksekutif, legislatif dan yudikatif), pegawai negeri sipil (PNS), para
profesional. analisa termasuk kedalam norma berakhlak mulia dan esensi sumpah jabatan ini
mengandung unsur yang sakral dan religius yang mana pelaku sumpah jabatan ini di
tuntuk untuk menjalankan jabatannya secara benar dan penuh tanggung jawab serta di
harapkan potensi penyimpangan dan penyelewengan jabatan dapat di kontrol bahkan di
tekan. Dan apabila sumpah jabatan ini di langgar maka ini merupakann sumpah palsu
menurut agama masing-masing, dan tidak hanya merupakan pelanggaran janji administratif,
tetapi sekaligus merupakan tindak pidana, yang bisa diambil berkaitan dengan etika
penyelenggara negara.(ADPU4533 modul 8 kb1 hal 8.9) dan jawaban lainnya Sumpah jabatan
yang diucapkan oleh pejabat negara, pejabat pemerintah, pegawai negeri sipil, dan para
profesional termasuk dalam norma etika penyelenggara negara. Sumpah ini merupakan norma
Berakhlak Mulia yang menandakan komitmen mereka untuk menjalankan tugas-tugasnya
dengan integritas, kejujuran, dan bertanggung jawab. Esensi dari sumpah jabatan ini berkaitan
erat dengan norma-norma etika penyelenggara negara yang menekankan pada beberapa hal,
antara lain:
1. Integritas dan Kepatuhan pada Hukum:
o Sumpah jabatan menegaskan komitmen untuk menjaga integritas, artinya
melaksanakan tugas dengan jujur, adil, dan berdasarkan pada prinsip-prinsip
hukum yang berlaku. Ini mencakup penegakan hukum dan aturan yang berlaku
tanpa pandang bulu.
2. Pelayanan Publik yang Berkualitas:
o Sumpah jabatan menekankan pada pelayanan publik yang berkualitas, artinya
para penyelenggara negara diwajibkan untuk melayani masyarakat dengan baik,
transparan, dan efisien.
3. Bertanggung Jawab dan Profesionalisme:
o Sumpah jabatan menuntut para pejabat dan PNS untuk bertanggung jawab atas
tindakan dan keputusan yang diambil dalam menjalankan tugasnya. Mereka juga
diharapkan menjalankan tugas dengan profesionalisme yang tinggi.
Proses sumpah jabatan biasanya dilakukan dalam suatu upacara pelantikan di mana para pejabat
atau PNS yang baru dilantik secara resmi menyatakan kesediaannya untuk menjalankan tugasnya
sesuai dengan norma-norma dan prinsip-prinsip yang telah disebutkan. Proses ini seringkali
dilakukan di hadapan pihak-pihak yang berwenang atau masyarakat sebagai bentuk kesaksian
atas kesungguhan mereka dalam melaksanakan tugas.
Secara umum, sumpah jabatan di Indonesia mengikat pelaksanaan tugas, komitmen pada
integritas, pelayanan publik yang baik, serta menekankan tanggung jawab dan profesionalisme
dalam menjalankan peran sebagai penyelenggara negara. Proses ini penting dalam membentuk
budaya kerja yang menjunjung tinggi etika dan moralitas dalam menjalankan tugas publik.
Referensi : ADPU4533 Modul 8 kb1 hal.8.9

Anda mungkin juga menyukai