Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. WAKAF

1. Pengertian Wakaf

Kata “wakaf” berasal dari kata “waqafa” yang berarti “menahan”

atau “berhenti” atau “diam di tempat” atau “tetap berdiri”. Sedangkan

menurut istilah, para ahli fiqih berbeda-beda dalam mendefinisikan wakaf,

diantaranya sebagai berikut :9

a. Mazhab Hanafi, mendefinisikan wakaf adalah tidak melakukan suatu

tindakan atas suatu benda yang berstatus tetap sebagai hak milik

dengan menyedekahkan manfaatnya untuk kebaikan baik sekarang

maupun yang akan datang.

b. Mazhab Maliki, berpendapat bahwa wakaf merupakan perbuatan

tidak melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif

namun wakaf mencegah wakif dalam melakukan tindakan yang dapat

melepaskan kepemilikannya atas harta tersebut kepada yang lain dan

wakif memiliki kewajiban menyedekahkan manfaatnya serta tidak

boleh menarik kembali wakafnya.

c. Mazhab Syafi’I dan Hambali, berpendapat bahwa wakaf adalah

melepaskan harta yang diwakafkan dari kepemilikan wakif setelah

menyelesaikan prosedur perwakafan. Wakif menyalurkan manfaat

Departemen Agama RI, “Fiqh Wakaf”, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf
9

Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), hal. 1-3
15
16

harta yang diwakafkan kepada mauquf ‘alaih sebagai sedekah yang

mengikat.

Wakaf adalah memberikan sebagian harta yang dimiliki untuk

digunakan bagi kepentingan umat/sosial dengan tujuan akhirnya ialah

mendekatkan diri kepada Allah SWT.10 Wakaf merupakan manisfestasi

dari kesalehan seseorang tanpa memperhitungkan keuntungan materi yang

ia dapat. Pengertian perwakafan di Indonesia dalam perundang-undangan

adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan

sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk

jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan

ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syari’ah.

2. Dasar Hukum Wakaf

Dalil yang mendasari disyariatkannya ibadah wakaf bersumber dari:

a. Al-Quran Surah Al-Hajj ayat 7711


۟ ۟ ۟ ۟ ۟
‫ٱَخْلَْٰٰرْي لٰ ٰعُلَّ ُُك ْْم تُ ْفُلِ ُحو ٰن‬
ْ ‫ٱْعُبُ ُدوا ٰرَّبَّ ُُك ْْم ٰوٱْفْ ٰعُلُوا‬
ْ ‫ٱس ُج ُدوا ٰو‬
ْ ٰ ُ ْ ‫ين ءٰ ٰامنُو‬
‫و‬ ‫ا‬ ‫و‬‫ع‬ ‫ك‬
‫ٱر‬
ٰ ‫ا‬ ِ َّ
ٰ ‫ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلذ‬
Artinya: “Perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat

kemenangan”.

b. Al-Quran Surah Ali Imran ayat 92 12


۟ ۟ ۟
َّ ‫لٰن تٰنٰالُوا ٱلِْ َِّب ٰح َّ ّٓت تُ ِنف ُقوا ِِمَّا ُُِتُبُّو ٰن ۚ ٰوٰما تُ ِنف ُقوا ِمن ٰش ْى ٍء ْفِٰإ َّن‬
‫ٱَّللٰ َّبِِهۦ ْٰعُلِيْم‬

10
Ibid, Hal.3.
11
Departemen Agama RI, Al-Quran Tajwid dan Terjemah, (Bandung: CV Penerbit
Diponegoro, 2010), hal. 341
12
Ibid, hal 62
17

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna), sbeelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu

cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah

mengetahuinya.”

c. Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 26113

‫ْت ٰسُْب َٰع ٰسنٰاَّبِ ٰل ِِف ُك ِل ُسن ُبُُلٰ ٍٍة‬ ٍ َِّ ‫َّمثل ٱلَّ ِذين ي ِنف ُقو ٰن أٰم ٓوَٰلْم ِِف سُبِ ِيل‬
ْ ٰ‫ٱَّلل ٰك َٰمثٰ ِل ٰحُبٍَّة أٰۢن ُبٰ َت‬ ٰ ُْ ٰ ْ ُ ٰ ُٰ
ِ۟
‫ٱَّللُ ٰٓو ِسَع ْٰعُلِيْم‬
َّ ‫ف لِ َٰمن يٰ ٰشاأءُ ۗ ٰو‬ ِ ٓ ‫ٱَّلل ي‬
ُ ‫ضع‬
ٍ
ٰ ُ َُّ ‫مائٍٰةُ ٰحُبٍَّة ۗ ٰو‬
Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang

yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan

sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir

seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia

kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha

Mengetahui.”

d. Hadits Riwayat Muslim14

Rasulullah bersabda, dari Abu Hurairah:

‫صالِ ٍح‬ ٍ ِ ِ ٍ ٍ ‫إِ ٰذا مات ِْاْلۢنْسا ُن اۢنْ ٰقطَٰع ْعَمُلُه إََِّّل ِمن ثٰٰلثٍٍٰة ِمن‬
ٰ ‫ص ٰدقٍٰة ٰجا ِريٍٰة ٰوْعُْلٍْم يُْنَٰت ٰف َُع َّبِه ٰوٰولٰد‬
ٰ ْ ْ ُ ٰٰ ٰ ٰ ٰ ٰ

ُ‫يٰ ْدْعُو لٰه‬


Artinya: “Apabila seseorang meninggal dunia, maka terputuslah

amalannya kecuali dari tiga perkara : shadaqah jariyah, ilmu yang

bermanfaat dan anak sholeh yang mendoakan orang tuanya”.

3. Rukun dan Syarat Wakaf

13
Ibid, hal. 44
14
Hadits Riwayat Muslim Nomor 1631
18

Perbuatan wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan

syaratnya. Adapun rukun wakaf ada empat (4), yaitu:15

a. Wakif (orang yang mewakafkan harta) Adapun syarat bagi wakif yaitu

merdeka, berakal sehat, dewasa (baligh), dan sedang tidak berada

dibawah pengampuan (boros/lalai).

b. Mauquf bih (barang atau harta yang diwakafkan) Harta yang

diwakafkan oleh wakif harus memenuhi syarat sebagai berikut, yaitu

harta yang diwakafkan harus mutaqawwam, diketahui dengan yakin

ketika diwakafkan, serta merupakan harta hak milik wakif. Adapun

batas kadar harta yang diwakafkan yaitu tidak melebihi sepertiga harta

wakif untuk kepentingan kesejahteraan anggota keluarganya.

c. Mauquf ‘alaih (pihak yang diberi wakaf) Pada dasarnya, wakaf

merupakan amal ibadah yang mendekatkan diri kepada Tuhan

sehingga mauquf ‘alaih haruslah berasal dari pihak kebajikan. Wakaf

dilihat dari tujuannya adalah yang tidak bertentangan dengan syariat,

tidak dibatasi waktu dan sesuatu yang tidak menimbulkan mudarat.

Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas yang sesuai dan

diperbolehkan syariat serta sasaran wakaf harus jelas, hendaklah

disebutkan secara terang kepada siapa wakif hendak berwakaf, secara

umum yang menjadi syarat sasaran wakaf itu adalah untuk

mendekatkan diri kepada Allah, serta cakap untuk memiliki dan

menguasai harta.

15
Departemen Agama RI, “Fiqh Wakaf”, (Jakarta: Proyek Peningkatan Zakat dan Wakaf
Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2003), hal. 1-3
19

d. Sighat (pernyataan atau ikrar wakaf) Syarat sahnya sighat, baik

berupa ucapan maupun tulisan yaitu sighat haruslah munjazah (terjadi

seketika/selesai), sighat tidak diikuti syarat batil (palsu), sighat tidak

diikuti pembatasan waktu tertentu, serta tidak mengandung suatu

pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang sudah dilakukan.

4. Objek dan Fungsi Wakaf

Objek wakaf adalah harta benda yang oleh undang-undang wakaf

disebut dengan harta benda wakaf yang didefinisikan sebagai harta benda

yang memiliki daya tahan lama dan manfaat jangka panjang serta

mempunyai nilai ekonomi menurut syariat (pasal 1 UU Nomor 41 Tahun

2004). Dalam undang-undang disebutkan bahwa objek harta benda dapat

berupa benda tidak bergerak dan benda bergerak (pasal 16 UU Nomor 41

Tahun 2004).16

Tujuan wakaf disebutkan dalam undang-undang adalah bertujuan

untuk memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya,

sedangkan fungsi wakaf bertujuan untuk mewujudkan potensi dan manfaat

ekonomis harta benda wakaf bagi kepentingan ibadah dan peningkatan

kesejahteraan umum. Fungsi dan tujuan di atas menunjukkan langkah

maju, fungsi wakaf tidak hanya menyediakan berbagai sarana ibadah dan

sosial tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

secara umum seperti memfasilitasi sarana dan prasarana ekonomi, sarana

dan prasarana pendidikan dan sebagainya.

16
Arif Rahman Hakim, Saeful Anwar, and Asep Iwan Setiawan, ‘Peran Badan Wakaf
Indonesia Dalam Pengorganisasian Wakaf Produktif’, Jurnal Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah,
1.2 (2016), 21–34.
20

B. Konsep Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf

1. Pengertian Percepatan Sertifikasi Tanah wakaf

Secara bahasa, kata sertifikasi berasal dari kata sertifikat. Kata

sertifikat berbentuk kata benda yang memiliki arti tanda surat keterangan

(pernyataan) tertulis atau tercetak dari orang berwenang yang dapat

digunakan sebagai bukti pemilikan atas suatu kejadian. Sementara kata

sertifikasi merupakan kata kerja yang berarti penyertifikatan atau proses

pemberian sertifikat dari orang yang berwenang kepada yang berhak

menerima sertifikat. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

1997, sertifikat merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat

di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan

data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan. Untuk

mendapatkan sertifikat tanah, maka seseorang perlu terlebih dahulu untuk

mendaftarkan tanahnya ke instansi yang berwenang, dalam hal ini adalah

Badan Pertanahan Nasional.

Dapat disimpulkan bahwa sertifikasi tanah adalah pendaftaran tanah

hak milik untuk ditindakjanjuti dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah secara terus-menerus, berkesinambungan dan teratur,

meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan dan penyajian serta

pemeliharaan data fisik dan data yuridis dalam bentuk peta dan daftar,

mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun, termasuk

pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
21

ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu

yang membebaninya.

Dasar hukum sertifikasi dalam islam, yaitu firman Allah dalam


surat Al-Baqarah ayat 282 yang berbunyi :17

۟ ِ َّ
‫ٰج ٍل ُّم ٰسَمى ْفٰٱ ْكَتُُبُوُهُ ۚ ٰولْيٰ ُْكَتُب َّبَّْي نٰ ُُك ْْم ٰكاتِب‬ ِ
ٰ ‫ين ءٰ ٰامنُأوا إِذٰا تٰ ٰدايٰنَتُْم َّب ٰديْ ٍن إِ ٰ ٰٓٓىَلأ أ‬ ٰ ‫ٰٓأَيٰيُّ ٰها ٱلذ‬
‫ب ٰولْيُ َْمُلِ ِل ٱلَّ ِذى ْٰعُلْٰي ِه ٱ ْلٰ ُّق ٰولْيٰ َت َِّق‬ ْ ُ‫ٱَّللُ ۚ ْفُٰلْيٰ ُْكَت‬َّ ُ‫ب ٰك َٰما ْٰعُلَّ َٰمه‬ ٰ ُ‫ب ٰكاتب أٰن يٰ ُْكَت‬
ِ ْ‫َّبِٱلْع ْد ِل ۚ وَّٰل َي‬
ٰ ٰ ٰ ٰ
‫يَع أٰن‬ ِ ِ ‫ٱَّلل رَّبَّهۥ وَّٰل ي ُبخس ِمْنه ٰشئًا ۚ ْفِٰإن ٰكا ٰن ٱلَّ ِذى ْعُلٰي ِه ٱ ْل ُّق س ِفيها أٰو‬
ُ ‫ضع ًٔيفا أْٰو َّٰل يٰ ْسَتٰط‬ ٰ ْ ًٔ ٰ ٰ ْ ٰ ْ ُ ْ ٰ ْٰ ٰ ُ ٰ َّٰ
ِ ْ ٰ‫وَن ر ُجُل‬ َّ ِ ِ ِ ِ ِ ۟ ِ ْ ‫ُُيِ َّل ُهو ْفُٰلْيُ َْمُلِل ولِيُّهُۥ َّبِٱلْ ٰع ْد ِل ۚ و‬
‫ْي ْفٰ ٰر ُجل‬ ٰ ٰ ‫ٱسَتٰ ْشه ُدوا ٰشه ٰيديْ ِن من ر ٰجال ُُك ْْم ۖ ْفٰإن َّلْ يٰ ُُك‬ ٰ ْٰ ٰ
ِ ِ ِ ‫وٱمرأَٰت ِن ِمَّن تٰرضو ٰن ِمن ٱلش‬ ِ
‫ب‬ ٰ ْ‫ُّه ٰداأء أٰن تٰض َّل إِ ْح ٰدٰىٓ ُه َٰما ْفَٰتُ ٰذكٰر إِ ْح ٰدٰىٓ ُه َٰما ْٱُأْلُ ْخٰر ٓى ۚ ٰوَّٰل َٰي‬ ٰ ٰ ْٰ ْ ٰ ْٰ ٰ
۟ ۟
‫ط ِْع ٰند‬ ُ ‫ٰجُلِ ِهۦ ۚ ٓذٰلِ ُُك ْْم أٰقْ ٰس‬ ‫صغِ ًَٔرْيا أ ْٰو ٰكُبِ ًَٔرْيا إِ ٰٓأ‬
ٰ ‫ٰٓىَل أ‬ ٰ ُ‫ُّه ٰداأءُ إِذٰا ٰما ُدْعُوا ۚ ٰوَّٰل تٰ ْسٰ َُمأوا أٰن تٰ ُْكَتُُبُوُه‬ ٰ ‫ٱلش‬
۟
‫س ْٰعُلْٰي ُُك ْْم‬ ٰ ٰ ‫اضٰرةًٔ تُ ِدي ُر‬
‫وَنٰا َّبْٰي نٰ ُُك ْْم ْفُٰلْٰي‬ ِ ‫ٱَّلل وأٰقْ وم لُِلش َّٓه ٰد ِة وأ ْٰد ٓنأ أََّّٰل تٰرَٰتَّب وا ۖ إََِّّلأ أٰن تٰ ُُكو ٰن ِ َٰٓجِترةًٔ ح‬
ٰ ٰٰ ‫ْ ُأ‬ ٰ ٰ ٰ ُ ٰ ٰ َّ
ِ
۟ ۟ ِ
‫ضاأَّر ٰكاتِب ٰوَّٰل ٰش ِهيد ۚ ٰوإِن تٰ ْف ٰعُلُوا ْفِٰإۢنَّهُۥ‬ ‫ي‬ ‫َّل‬
‫و‬
ٰ
ٰ ُ ٰ ْ ُ ْ ٰ ٰٰ ۚ ‫ْم‬ ‫َت‬ ‫ع‬ ‫اي‬‫ُب‬ ‫ت‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
ٰ ِ
‫إ‬ ‫ا‬ ‫وها ۗ ٰوأٰ ْشه ُدأو‬ ٰ ُ‫ُجنٰاح أََّّٰل تٰ ُْكَتُُب‬
۟
‫ٱَّللُ َّبِ ُُك ِل ٰش ْى ٍء ْٰعُلِيْم‬ َّ ‫ٱَّللُ ۗ ٰو‬ َّ ‫ٱَّللٰ ۖ ٰويُ ٰعُلِ َُم ُُك ُْم‬
َّ ‫ْفُ ُسوق َّبِ ُُك ْْم ۗ ٰوٱتَّ ُقوا‬
}٢۸٢{
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu

bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu

menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan

menuliskannya sebagaimana Allah mengajarkannya, meka hendaklah ia

menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa

yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya,

dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang

berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia

sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya

17
Qs: Al-Baqarah Ayat 282
22

mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki, maka

(boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang

kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang

mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)

apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu,

baik kecil maupun besar sampai batas waktu membayarnya. Yang

demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih menguatkan persaksian dan

lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu. (Tulislah

mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang

kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu

tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan

janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan

(yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada

dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah

Maha Mengetahui segala sesuatu.

Surat al-Baqarah ayat 282 itu memang bukan di khususkan terhadap

pencatatan tanah wakaf, namun dalam ayat tersebut tersirat bahwa Islam

juga menghendaki masalah wakaf dengan tertulis atau memakai

administrasi serta saksi karena masalah wakaf juga termasuk muamalah

yang sudah diatur Allah swt. Jadi lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor

42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 Tentang Wakaf ini dapat dikatakan sebagai implementasi terhadap

ayat-ayat Tuhan.
23

Adapun yang menjadi dasar hukum sertifikasi atau pendaftaran

tanah wakaf di Indonesia adalah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

(UUPA), yaitu terdapat dalam Pasal 19, 23, 32, dan 38; . Undang-Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf; dan Peraturan Pemerintah Nomor

42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun

2004 tentang Wakaf. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik; Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah; Peraturan Menteri Agama Nomor 1 Tahun

1978 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977 Tentang Tata Cara

Pendaftaran Tanah Mengenai Perwakafan Tanah Milik. Instruksi Bersama

Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1978 Tentang

Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik. Keputusan Bersama Menteri

Agama Republik Indonesia dan Kepala Badan Pertanahan Nasional

Nomor 422 Tahun 2004 dan Nomor 3/SKB/BPN/2004 tentang Sertifikat

Tanah Wakaf.18

Adapun Objek pendaftaran tanah sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 adalah : 19

18
Supraptiningsih. i Supraptiningsih, ‘Problematika Implementasi Sertifikasi Tanah
Wakaf Pada Masyarakat’, Jurnal Nuansa, 9.1 (2012), 75–96.
19
NM.Wahyu Kuncoro,”97 Risiko Transaksi Jual Beli Properti”,(Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2015) Hal.49-51
24

1. Bidang–bidang tanah yang dipunyai dengan hak milik, HGU

(Hak Guna Usaha), HGB (Hak Guna Bangunan), dan HP (Hak

Pakai)

2. Tanah Hak Pengelolaan

3. Tanah Wakaf

4. Hak Milik atas Satuan Rumah Susun

5. Hak tanggungan

6. Tanah Negara (khusus untuk tanah negara pendaftarannya

dilakukan dengan cara membukukan bidang tanah yang

bersangkutan dalam daftar tanah dan tidak diterbitkan sertifikat

atasnya). Sementara terhadap obyek pendaftaran tanah yang

lain, dibukukan dalam peta pendaftaran dan buku tanah serta

diterbitkan sertifikat sebagai surat tanda bukti haknya.

Terkait dengan sertifikat sebagai alat pembuktian hak, ada

bermacam-macam sertifikat berdasarkan objek pendaftaran tanah

dalam Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, yaitu : 20

1. Sertifikat Hak Milik

2. Sertifikat Hak Guna Usaha

3. Sertifikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Negara

4. Sertifikat Hak Guna Bangunan Atas Tanah Hak Pengelolaan

5. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Negara

Abdul Manan, “Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia”,(Jakarta : Bintang


20

Medika,2010), Hal.278-279
25

6. Sertifikat Hak Pakai Atas Tanah Hak Pengelolaan

7. Sertifikat Tanah Hak Pengelolaan

8. Sertifikat Tanah Wakaf

9. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun

10. Sertifikat Hak Milik Atas Satuan Non Rumah Susun

11. Sertifikat Hak Tanggungan

Berhubungan dengan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin

kepastian hukum tersebut, maka kepada pihak yang berhak akan

diterbitkan sertifikat sebagai bukti haknya. Dalam Pasal 32 ayat (1 dan

2) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran

Tanah menyatakan bahwa Sertifikat merupakan surat tanda bukti hak

yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik

dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan

data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan

buku tanah hak yang bersangkutan. Apabila suatu waktu terdapat

gugatan atau tuntutan hukum di pengadilan atas objek tanah yang telah

diterbitkan sertifikatnya tersebut, maka semua keterangan yang terdapat

dalam sertifikat tersebut mempunyai kekuatan pembuktian yang kuat

sepanjang tidak ada bukti lain yang mengingkarinya. Dalam

penyelesaian perkara di pengadilan, pembuktian merupakan tindakan

yang dilakukan oleh para pihak yang berperkara dalam suatu sengketa,
26

sehingga diperoleh kebenaran yang memiliki nilai kepastian dan

keadilan.21

2. Tujuan Sertifikasi Tanah Wakaf

Program percepatan sertifikasi tanah wakaf merupakan sebuah

program dalam rangka mewujudkan tata kelola perwakafan yang

transparan dan akuntabel. Program ini menjadi langkah nyata dari

LWPNU Tulungagung untuk menjaga danmemaksimalkan fungsi wakaf

di kabupaten Tulungagung dengan harapan aset- aset wakaf yang berada

dibawah naungan Nahdatul Ulama’ dapat terjaga legalitasnya dan

mempermudah dalam melakukan pengelolaan serta pengembangan guna

memberikan kemaslahatan bagi umat. Terdapat tiga (3) tujuan dari

program percepatan sertifikasi tanah wakaf di kabupaten Tulungagung,

diantaranya:

a. Untuk memisahkan hak kepemilikan dari wakif secara administratif

b. Menghindari adanya sengketa tanah antara takmir masjid/musholla

dengan para ahli waris; serta

c. menghindari penguasaan golongan yang berfaham diluaramanah dari

wakif.

Banyaknya pemanfaatan tanah wakaf sebagai sarana peribadatan

umat Islam di Tulungagung menjadikan sertifikasi tanah wakaf sebagai

suatu hal yang sangat penting. Program ini merupakan upaya dari

LWPNU Tulungagung dalam memperbaiki manajemen aset wakaf yang

Ahmad Mujahidin,”Hukum Wakaf di Indonesia Proses Penanganan Sengketanya”,


21

(Jakarta:Kencana, 2021) Hal 315


27

dimilikinya. Pada periode kepengurusan 2019-2024 LWPNU

Tulungagung menargetkan terbitnya seribu (1.000) sertifikat tanah wakaf

dengan nadzir Badan Hukum Perkumpulan NahdatulUlama’ (BHPNU).

3. Jenis-jenis Status Tanah dan Syarat Untuk Pengajuan Sertifikasi

Tanah Wakaf

Berikut ini adalah Jenis-jenis status tanah dan syarat yang diperlukan

untuk pengajuan sertifikat.

a) Tanah Letter C Desa

Buku C atau sering disebut sebagai Letter C adalah buku yang

disimpan aparatur desa biasanya sekretaris desa (Sekdes). Letter C

adalah buku yang digunakan oleh petugas pemungut pajak untuk

keperluan membayar pajak pada masa penjajahan kolonial Belanda.

Buku Letter C ini merupakan bukti kepemilikan tanah yang kuno,

sehingga tidak heran keterangan mengenai tanah yang ada

didalamnya sangatlah tidak lengkap dan cara pencatatannya tidak

teliti sehingga sangat mungkin akan terjadi banyak permasalahan

nantinya. Letter C ini terdiri dari tiga dokumen yaitu :22

a. Kutipan Letter C, terdapat pada kantor kelurahan yang dipegang

oleh lurah.

b. Induk Kutipan Letter C, terdapat di Kantor Pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan.

c. Girik, yang merupakan alat bukti pembayaran pajak atas tanah

yang dipegang oleh masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah.

22
Urip Santoso “Hukum Agraria Kajian Komprehensif”,(Jakarta:Kencana,2014),Hal 295
28

Dapat disimpulkan bahwa tanah masuk dalam kategori Letter C desa

apabila pemilih tanah hanya mempunyai bukti kepemilikan berupa

girik, ketitir, atau pethuk.23

Berikut ini persyaratan yang perlu dibawa untuk mendaftarkan tanah

yang masuk dalam kategori Letter C yaitu:

a. Fotocopy letter C, 5 Lembar (dilegalisir)

b. Fotocopy KTP dan KK wakif 5 lembar (dilegalisir)

c. Fotocopy KTP dan KK suami/istri wakif 5 lembar (dilegalisir)

d. Fotocopy SPPT lokasi tanah wakaf 5 lembar

e. Gambar dan luas tanah wakaf

f. Nama-nama pemilik tanah batas

g. Fotocopy KTP dan KK ketua dan anggota Nadhir masing-

masing 5 lembar (dilegalisir)

h. Fotocopy KTP dua orang saksi masing-masing 5 lembar

(dilegalisir)

i. Mengisi satu bendel blanko dari BPN

j. Surat Pernyataan Tidak Sengketa

k. Matrei 10.000 sesuai kebutuhan

b) Tanah yang Berupa Akta (Akta Jual Beli, APHB, Akta Hibah)

a. Akta Jual Beli Tanah merupakan dokumen akta yang memuat

beberapa ketentuan dan pasal-pasal yang berkaitan dengan jual

23
NM.Wahyu Kuncoro,”97 Risiko Transaksi Jual Beli Properti”,(Jakarta: Raih Asa
Sukses, 2015) Hal.49-51
29

beli tanah atau bangunan. Akta ini dibuat oleh Pejabat Pembuat

Akta Tanah (PPAT) .24

b. Akta Pembagian Hak Bersama (APHB) adalah suatu akta yang

dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah untuk membuktikan

kesepakatan antara pemegang hak bersama. Untuk mengakhiri

hak bersama tersebur dilakukan dengan pembagian hak atas tanah

atau hak milik atas satua rumah susun sesuai dengan kesepakatan

masing-masing pemegang hak bersama. APHB biasanya

diterbitknn karena terjadinya peristiwa hukum dari pemilik

tunggal tanah yang memicu pembagian hak bersama atas suatu

tanah. APHB harus dibuat berdasarkan kesepakatan para pihak

yang memiliki hak atas tanah atau hak milik atas satuan rumah

susun tersebut.25

c. Akta Hibah adalah surat tanda bukti yang dibuat dimuka dan

dihadapan PPAT, yang memuat klausula atau aturan-aturan yang

berkaitan dengan penyerahan dari pemberi hibah kepada

penerima hibah. Dimana pemberi hibah menyerahkan hak atas

tanah dan/atau hak milik satuan rumah susun secara cuma-Cuma

serta tidak dapat ditarik kembali. Ada empat unsur yang

terkandung dalam akta hibah yang meliputi; adanya bukti tertulis,

24
Eko Yulian Isnur,”Tata Cara Mengurus Surat-surat Rumah dan Tanah”
(Jakarta:Pustaka Yustisia,2009), Hal.70
25
Verylta Swislyn,”Kemana Larinya Harta Bersama Setelah Bercerai?).” (Jakarta:
PT.Elex Medis Komputindo,2021) Hal.271
30

adanya subjek hibah, adanya objek hibah, dan syarat hibah

(diberikan secara cuma-cuma).26

Berikut ini persyaratan yang perlu dibawa untuk mendaftarkan tanah

yang masuk dalam kategori Akta Jual-Beli, APHB,Akta Hibah yaitu:

1) Akta Asli

2) Letter C

3) BPHTB dan BAPENDA

4) PPh dari Kantor Pajak (Akta Jual Beli)

5) Fotocopy KTP dan KK Wakif 5 Lembar (dilegalisir)

6) Fotocopy KTP suami/istri 5 Lembar (dilegalisir)

7) Fotocopy SPPT Lokasi Tanah Wakaf 5 Lembar

8) Gambar dan Luas Tanah Wakaf

c) Tanah yang sudah bersertifikat (SHM) persyaratannya yaitu:

1) Sertifikat Asli

2) Fotocopy KTP dan KK Wakif (dilegalisir)

3) Fotocopy KTP suami/istri 5 Lembar (dilegalisir)

4) Fotocopy SPPT Lokasi Tanah

C. Konsep Manajemen Aset Wakaf

Manajemen aset bertujuan untuk memberikan manfaat dengan

mengoptimalkan aset yang dimiliki agar menjadi lebih efektif dan efisien

sebagai poin utamanya. Menurut Sutaryo (2015) manajemen aset

merupakan perpaduan antara ilmu manajemen, ekonomi, keuangan,dan

Salim HS, “Uji Kompetensi Profesi Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT”, (Jakarta
26

Timur: Sinar Grafika, 2019) Hal.153


31

teknik yang terfokus pada prinsip pengeluaran dan pendapatan efektif.

Sedangkan menurut Siregar (2004) menjelaskan varian efisiensi dalam

manajemen aset, yaitu 1) efisiensi yang bersifat kepemilikan dan

pemanfaatan; 2) nilai ekonomis terjaga; dan 3) adanya objektivitas dalam

pengawasan, pengendalian, dan pengalihan kekuasaan.

Selanjutnya, dalam pengelolaan aset wakaf diperlukan pola

manajemen yang mana bisa terdiri dari penghimpunan aset wakaf,

sertifikasi, pengembangan,pengelolaan, menjaga hubungan baik dengan

wakif, serta memproduktifkan aset wakaf. Dengan demikian, manajemen

aset wakaf merupakan upaya melakukan proses perencanaan,

pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian aset wakaf dengan

memberdayakan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan.

Manajemen setidaknya digunakan untuk mencapai tujuan,

menyeimbangkan kelemahan-kelemahan serta mencapai efisiensi dan

efektivitas.

a. Planning

Pertama, perencanaan (planning) wakaf. Dalam hal wakaf,

posisi planning berada pada beberapa hal, yaitu

1) apa tujuan dilakukannya manajemen aset wakaf tersebut;

2) menentukan program pengembangan aset wakaf

3) melihat risiko kerugian dan keuntungan dari aspek efektivitas

aset wakaf

4) melakukan identifikasi potensi aset wakaf; serta 5) menyiapkan

alternatif apabila terdapat kegagalan dalam pelaksanaan


32

program manajemen aset wakaf.

b. Organizing

Kedua, pengorganisasian (organizing) lembaga wakaf.

Organizing memiliki beberapa komponen yaitu

1) work, berupa pelaksanaan manajemen aset yang telah disusun

berdasarkan sasaran;

2) employess, yakni pengurus lembaga wakaf yang ditugaskan

untuk melaksanakan program;

3) relationship, berupa harmonisasi hubungan antar pengurus

maupun antar wakif dengan muwakkif;

4) environment, yaitu sarana fisik di lingkungan proses

manajemen.

c. Actuating

Ketiga, pelaksanaan (actuating) program aset wakaf. Unsur

actuating telah sampai pada tahap pelaksanaan semua program

manajemen aset dari masing- masing tugas oleh nadzir sesuai

bidangnya masing-masing. Dalam pelaksanaan program selama

jangka waktu tertentu, haruslah bersandar pada tujuan manajemen

aset wakafnya sebab apabila menyimpang maka program tersebut

dapat dikatakan gagal.

d. Controlling

Keempat, pengawasan (controlling). Dalam melakukan

pengawasan terhadap aset wakaf, beberapa langkah yang sering

dilakukan diantaranya
33

1) menentukan standarisasi minimal capaian dari setiap program

manajemen aset wakaf

2) menentukan pengukuran pelaksanan program manajemen aset

wakaf;

3) melakukan pembandingan dengan program lainnya;

4) apabila terdapat kesimpangsiuran maka diadakan

pengambilalihan koreksi guna melancarkan manajemen aset

wakaf

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu acuan penelitian untuk

memperkuat dan memperbanyak teori yang mendukung penelitianya.

Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji riset jurnal-jurnal nasional

maupun internasional, skripsi dengan tema yang sesuai dengan perang

kader penggerak wakaf. Dalam penelitain terdahulu penulis tidak

menemukan judul yang serupa namun menemukan beberapa jurnal yang

berkaitan dengan penelitianya. Terdapat beberapa penelitian terdahulu

yang ditemukan oleh peneliti dan dapat dijadikan perbandingan atau

literatur dan penyusunan proposal yang ditulis oleh peneliti. Adapun

penelitian terdahulu yaitu :

a. Hilma Widayani (2019)27 dengan judul “Optimalisasi Sertifikasi

Tanah Wakaf di Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor”. Pada

skripsi ini menjelaskan tentang mekanisme pelaksanaan program

sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Bojong gede Kabupaten Bogor.

27
H Wildayani, ‘Optimalisasi Sertifikasi Tanah Wakaf Di Kecamatan Bojonggede
Kabupaten Bogor’, 2019.
34

Kendala apa saja yang dihadapi, dan optimalisasi program sertifikasi

tanah wakaf. Persamaan : Adalah sama-sama meneliti program

sertifikasi tanah wakaf.

Perbedaanya : yaitu peneliti terdahulu berfokus pada optimalisasi

sertifikasi tanah wakaf di salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor.

Sedangkan penelitian yang sekarang berfokus pada peran kader

penggerak wakaf dalam mengsukseskan progan percepatan sertifikasi

tanah wakaf di LWPNU Kabupaten Tulungagung. Perbedaanya

terletak pada waktu dan lokasi dimana penelitian tersebut dilakukan.

b. Nazira (2017)28 dengan judul “Dampak Pengabaian Sertifikasi Tanah

Wakaf Terhadap Kepemilikan (Studi Kasus Kecamatan Meuraxa

Kota Banda Aceh)”. Pada skripsi ini menjelaskan tentang rosedur dan

proses sertifikasi tanah wakaf di Kecamatan Meuraxa Kota Banda

Aceh. Dan Untuk mengetahui keabsahan tanah wakaf yang tidak

bersertifikat. Dampak yang ditimbulkan akibat mengabaikan

sertifikasi tanah wakaf terhadap kepemilikan yaitu tanah wakaf tidak

memiliki kekuatan hukum dan dapat memicu permasalahan di masa

yang akan datang karena ada peluang yang bisa dijadikan dasar untuk

menarik tanah wakaf tersebut, bagi pihak ahli waris atau mereka yang

mengaku memiliki hubungan keluarga dengan waqif.

28
‘Nazira’.”Dampak Pengabaian Sertifikasi Tanah Wakaf terhadap kepemilikan tanah
Studi Kasus Kecamatan Meurexa Kota Banda Aceh” (Fakultas Syariah dan Hukum:Universitas
Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, 2017),Hal.38
35

Persamaan : Dari penelitian terdahulu yaitu sama-sama meneliti

tentang sertifikasi tanah wakaf, dari prosedur sampai jadi sebuah

sertifikat tanah wakaf..

Perbedaannya : Peneliti terdahulu hanya fokus pada dampak yang

akan terjadi apabila tanah wakaf tidak segera disertifikasi. Sedangkan

peneliti sekarang meneliti tentang peran kader penggerak wakaf

dalam mengsukseskan progan percepatan sertifikasi tanah wakaf di

LWPNU Kabupaten Tulungagung. Selain itu juga ditemukan

perbedaan lokasi dan waktu penelitian.

c. Loka Oktara (2019)29 dengan judul “Problematika Sertifikasi Tanah

Wakaf di Kelurahan Pematang Gubernur Kecamatan Muara

Bangkahulu Kota Bengkulu”. Pada skripsi tersebut mendeskripsikan

dan menganalisis sertifikat tanah wakaf di Kelurahan Pematang

Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu. Serta mengungkapkan

kendala dalam proses sertifikasi tanah wakaf di Kelurahan Pematang

Gubernur Kecamatan Muara Bangkahulu. Juga dijelaskan bahwa

nadzir berkewajiban mengurus pendaftaran atau sertifikasi tanah

wakaf di Kantor Pertanahan Kabupaten / Kota setempat. Hal ini

dikarenakan nadzir adalah pegelola/pengurus tanah wakaf, sementara

PPAIW adalah Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf.

Persamaan : Dari penelitian terdahulu yaitu sama-sama meneliti

tentang sertifikasi tanah wakaf dan juga peran KUA dalam proser

sertifikasi tanaha wakaf.

29
Loka Oktara,”Problematika Sertifikasi Tanah Wakaf di Kelurahan Pematang
Gubernur”,(Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam: IAIN Bengkulu,2019) Hal.52
36

Perbedaannya : peneliti terdahulu meneliti tentang problematika

yang terjadi serta kendala apa saja tentang sertifikasi tanah wakad di

daerah tersebut. Sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang peran

kader penggerak wakaf dalam mengsukseskan progan percepatan

sertifikasi tanah wakaf di LWPNU Kabupaten Tulungagung. Selain

itu juga ditemukan perbedaan lokasi dan waktu penelitian.

d. Hani Saidah (2019)30 Artikel Ilmiah dengan Judul “Program

Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf Untuk Pengamanan Aset Wakaf

Studi Kasus: Kantor Kementrian Agama Kota Batu”. Artikel ini

menjelaskan tentang pelaksanaan program percepatan sertifikasi

tanah wakaf. Hasil pembahasan artikel ini menunjukkan bahwa:

pertama yaitu tahapan dan prosedur pendaftaran tanah wakaf melalui

program percepatan sertifikasi sebenarnya sama dengan prosedur

pendaftara tanah wakaf seperti pada umumnya yang membedakan

adalah pendaftaran tanah wakaf dijadikan prioritas dan diuruskan

serta diproses oleh tim program percepatan sertifikasi tanah wakaf.

Persamaan : Dari penelitian terdahulu yaitu sama-sama meneliti

tentang program prcepatan sertifikasi tanah wakaf. Persamaan lainnya

adalah sama-sama meneliti disuatu lembaga.

Perbedaannya : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya

yaitu dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

30
Hany Saidah, ‘Program Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf Untuk Pengamanan Aset
Wakaf : Studi Di Kantor Kementerian Agam Kota Batu’, Jurnal Sakinah, 3.2 (2019), 1–12.
37

e. Miftahul Marzuki Arsjah Nasution (2019)31 Skripsi berjudul

“Sertifikasi Tanah Wakaf. Studi Kesadaran Hukum di Desa Pangktan

Kabupaten Labuhanbatu” menjelaskan tentang kepatuhan dan sikap

masyarakat terhadap sertifikasi tanah wakaf, masyarakat mengatakan

peraturan yang berada di dalam pensertifikatkan tanah wakaf sangat

memberatkan dan masyarakat yang kurang peduli akan pentingnya

pensertifikatkan tanah wakaf menganggap bahwasanya

pensertifikatkan tanah wakaf tidak penting, terutama masalah biaya

dalam pendaftaran yang menjadi kendala utama bagi masyarakat,

dikarenakan masih banyak kebutuhan yang belum tercukupi di dalam

kebutuhan sehari-hari.

Persamaan : Didalamnya juga membahas pentinya suatu tanah wakaf

disertifikat secara administrasi negara dan tidak hanya sebatas lisan.

Perbedaan : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu

dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

f. Ni’matul Fauziah (2021) 32


Artikel Ilmiah degan judul “Efektivitas

Tata Kelola Wakaf Nazir Organisasi (Pengalaman Majelis Wakil

Cabang Nahdatul Ulama Kecamatan Siman Ponorogo” Artikel ini

berisi tentang nadir organisasi di tingkat MWC NU Kecamatan

Simang Ponorogo sudah efektif dalam melaksanakan tugas

sebagaiman yang tercantum pada UU. 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

31
Nasution.

Ni’matul Fauziah,’Efektivitas Tata Kelola Wakaf Nadhir Organisasi : Studi di Kantor


32

MWC NU Kecamatan Siman Ponorogo’ ,Jurnal Antologi Hukum,1.1 2019


38

Persamaan : Pembahasanya melibatkan nadir Badan Hukum

Nahdatul Ulama yang mana Nadir Badan Hukum Nahdatul Ulama

juga menjadi pembahasan penelitian ini.

Perbedaan : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu

dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

g. Ali Masyar (2019) 33


Artikel Ilmiah dengan judul “Sertifikasi Ahli

Nadir Badan Hukum Wakaf Perorangan Kepada Nadir Badan Hukum

Bagi Masjid/Mushola di Kecamatan Gunungpati Kota Serang. Artikel

ini berisi tentang penerbitan sertifikasi peralihan nadir wakaf dari

nadhir perorangan menjadi nadhir badan hukum dalam hal ini NU.

Persamaan : Pembahasanya melibatkan nadir Badan Hukum

Nahdatul Ulama yang mana Nadir Badan Hukum Nahdatul Ulama

juga menjadi pembahasan penelitian ini.

Perbedaan : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu

dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

h. Nawawi (2012)34 Artikel Ilmiah dengan judul “Dinamika Pemikiran

NU Tentang Wakaf” Artikel ini berisi tentangDinamika pemikiran

NU tentang wakaf yang terjadi karena adanya kesenjangan antara

problem sosial dengan produk pemahaman ulama klasik yang digali

33
Ali Masyar,’Sertifikasi Alih Nadzir Badan Hukum Wakaf Perorangan Kepada Nadzir
Badan Hukum Bagi Masjid/Mushola di Kecamatan Gunungpati Kota Semarang’ : Studi di
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang, Jurnal Pengabdian Hukum, 2.1 2019
34
Nawawi,’Dinamika Pemikiran NU Tentang Wakaf’ : Studi Sosiologi Hasil Bahthul
Masa’il NU 1926-2006’, jurnal Lisan 2012
39

dari al-Qur’an dan Hadist dalam rangka penyesuaian diri dengan

kondisi sosial kultural.

Persamaan : Pembahsanya mengangkat tengkan problematika dalam

proses pensertifikatan tanah wakaf.

Perbedaan : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu

dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

i. Minhaju Abidah (2021)35 Artikel Ilmial dengan judul “Peran Nazir

Nahdatul Ulama Di Kabupaten Jember Dalam Pengelolaan Tanah

Wakaf Dan Implementasinya Bagi Pemberdayaan Umat. Artikel ini

berisi tentang Peran Nadir NU Jember dalam pengelolaan tanah wakaf

menjadi sertifikat.

Persamaan : Pembahasanyan masi seputar tanah wakaf.

Perbedaan : Dalam penelitian tersebut membahas pengelolaan tanah

wakaf sedangkan penelitian saya membahas tentang peran kader

penggerak wakaf dalam mengsukseskan progan percepatan sertifikasi

tanah wakaf di LWPNU Kabupaten Tulungagung dan juag terletak

pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu dalam artikel ini

Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama dengan lembaga lain.

Strategi yang diterapkan juga berbeda.

j. Umi Supratiningsih (2012)36Artikel Ilmiah dengan judul

“Problematika Implementasi Sertifikasi Tanah Wakaf Pada

35
Minhaju Abidah,’ Peran Nadhir Nahdatul Ulama Di Kantor Kabupaten Jember Dalam
Pengelolaan Tanah Wakaf Dan Implementasinya Bagi Pemberdayaan Umat’, 2021
36
Umi Supratiningsih,’ Problematika Implementasi Sertifikasi Tanah Wakaf Pada
Masyarakat’ : Studi Di Kecamata Pamekasan Kabupaten Pamekasan,’ Jurnal Nuansa 9.1 2012
40

Masyarakat” Artikel ini berisi tentang pemahaman masyarakat

tentang syariat wakaf tanah milik semata-mata untuk tempat ibadah

yeng penggunaanya diperuntukan sebagai masjid, mushola, dan

Lembaga Pendidikan.

Persamaan : Pembahasanya mengangkat tentang peruntukan tanah

wakaf untuk kemaslatan umat.

Perbedaan : Terletak pada lokasi penelitian. Perbedaan lainnya yaitu

dalam artikel ini Lembaga tempat penelitian tidak bekerja sama

dengan lembaga lain. Strategi yang diterapkan juga berbeda.

E. Kerangka Konseptual

Sertifikasi
Tanah wakaf

Kader
Penggerak
wakaf

Badan
LWPNU Kantor Urusan
Pertanahan
Tulungagung Agama/PPAIW
Nasional

Berdasarkan uraian tersebut maka penilis tertarik meneliti lebih

dalam lagi terkait Program Percepatan Sertifikasi Tanah Wakaf yang

dijalankan oleh kader penggerak wakaf dimasing-masing kecamatan di

Kabupaten Tulungagung di naungi oleh Lembaga Wakaf dan Pertanahan

Nahdatul Ulama dan juga terdapat 2 lembaga lain yaitu Kantor Pertanahan

Nasional Kabupaten Tulungaung dan Kantor Urusan Agama di tingkat

kecamata yang saling berkesinambunan satu sama lain

Anda mungkin juga menyukai