Dosen Penanggungjawab:
Dr. Ria Fitri, S.H., M.Hum.
Oleh:
Anggreiny Amanda S. (2203101010046 )
Aprilia Syafitri (2203101010142)
Dava Alghifari ( 2203101010232 )
Dzaky Linfi Naufal Harahap (2203101010136)
Jhulio Aryo Wicaksono (2203101010305)
Muhammad Hafiz Fadhilah (2203101010135)
Muhammad Ikhsan Maulana Putra (2203101010181)
Mulia Akbar (2203101010176)
Nova Valentina Sihombing (2203101010252)
Putri Aisyah Alfaiza (2203101010149)
Putri Gysta Friliza (2203101010256)
Sekar Wangi (2203101010116)
Rio Alfajir (2203101010218)
Abstrak
Seiring berkembangnya zaman, identitas nasional dihadapkan dengan banyaknya masalah
yang kian semakin kompleks dan rumit tiap harinya. Salah stau dari banyaknya persoalan dari
identitas nasional adalah dari segi politik, ekonomi, agama. Perbedaan ras dan etnik, namun
pada kesempatan kali ini kami hanya membahas masalah identitas nasional dari segi moral
dan budaya masyarakat Indonesia
Pendahuluan
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan etika sebagai ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan
keburukan di dalam hidup manusia. Ini mencakup semua hal, terutama tentang gerak-gerik
pikiran dan rasa yang kemudian memunculkan pertimbangan sikap.
Berbeda dengan etika, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan batas-
batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak dikatakan
benar, salah, baik dan buruk.
Moral merupakan perilaku yang baik yang menjadi karakter dari individu atau kelompok
yang bisa dilihat dari cara berfikir bertindak dan merespon suatu keadaan. Dalam hal ini
pancasila sebagai moral dari bangsa Indonesia yang menjadi dasar perilaku dan acuan bangsa
dan negara dalam mengambil sikap dan kebijakan. Moral bangsa saat ini tidak lagi sesuai
dengan kepribadian bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila. Moral mencerminkan
karakteristik dari bangsa Indonesia itu sendiri. Indonesia terkenal dengan pluralisme yang
dapat mempengaruhi etika dalam suatu masyarakat yang dikenal dengan aturan adat istiadat.
Hakikatnya manusia adalah makhluk bermoral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki
kepribadian baik serta bermoral tidak berjalan secara otomatis, perlu suatu usaha yang
disebut pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan,
mengatur, dan mengontrol dirinya. Sebenarnya etika dan moral berhubungan dengan perilaku
yang benar dan salah. Ketika kita telaah kedua kata tersebut memiliki makna dan tujuan yang
berbeda. Etika mengacu kepada aturan pada aturan yang diberikan dari faktor eksternal,
misalkan kode-kode etik dan prinsip keagamaan. Sementara moral mengacu kepada prinsip-
prinsip pada masing-masing individu yang bernilai benar atau salah.
Etika dan kebudayaan juga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sehari-hari. Karena manusia yang beretika akan menghasilkan budaya
yang beretika . Kata Etika sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti Ethios. Sedangkan
secara istilah Etika dapat diartikan sebagai nilai atau norman yang dapat dijadikan contoh
atau pegangan dalam bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat. Sedangkan budaya
secara bahasa berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Budhayah yang berarti hal hal yang
berkaitan dengan akal budi manusia, adapun secara istilah budaya dapat diartikan sebagai
cara, kebiasaan, dan segala hasil upaya manusia dalam mengolah pola pikir serta akal
budinya. Upaya upaya tersebut tidak dilakukan secara individu namun diimplementasikan
dalam skala besar dan luas, maka dari itu dibutuhkan sebuah komunitas salah satu contohnya
yaitu di lingkungan masyarakat. Etika selalu berhubungan dengan budaya karena etika
merupakan bentuk tafsiran atau penilaian terhadap budaya itu sendiri. Etika mempunyai nilai
kebenaran yang harus selalu disesuaikan dengan kebudayaan karena sifatnya yang tidak
absolut dan mempunyai standar moral yang disesuaikan dengan standar yang berbeda beda
sesuai dengan budaya yang berlaku di daerah yang kita tinggali serta kehidupan sosial yang
kita jalani.
Kehidupan masyarakat Indonesia terdapat berbagai agama, budaya, suku dan Bahasa.
Masing-masing mempunyai etika kebiasaan yang berbeda, tetapi mengedepankan nilai
integritas. Indonesia yang merupakan negara majemuk dengan segala macam
keanekaragamannya tentu saja budaya dan etika di masing masing daerah memiliki
perbedaan bahkan seringkali bertolak belakang, namun tujuannya tetap sama yaitu
mewujudkan lingkungan masyarakat yang aman dan nyaman. Di suatu lingkungan
masyarakat suatu sikap & etika bisa saja diterima tetapi dalam budaya lain bisa saja ditolak.
Namun kriteria penilaian terhadap budaya & etika yang berlaku dimasyarakat selalu diukur
berdasarkan baik atau tidaknya perilaku masyarakat di daerah tersebut. Maka dari itu etika
masyarakat dan budaya masyarakat akan selalu berkaitan satu sama lain.
Masalah moral dan etika bisa menjadi perhatian orang di mana saja, baik dalam masyarakat
yang belum maju maupun masyarakat yang telah maju. Hal ini disebabkan karena kerusakan
moral dan etika seseorang yang akan mengganggu keamanan dan ketentraman orang lain.
Pembahasan
2. Kasus internal
Hukum cambuk pasangan gay aceh Terdakwa pasangan gay (liwath) berinisial mh
(20) dan pasangannya, mt (24), menjalani 80 kali hukuman cambuk di depan umum.
Eksekusi hukuman cambuk itu dilaksanakan pada selasa (23/5/2017) di halaman masjid
syuhada, lamgugob, kota banda aceh, provinsi aceh.pasangan sejenis itu didakwa melanggar
pasal 63 ayat 1 juncto pasal 1 angka 28 qanun nomor 6 tahun 2014 mengenai hukum jinayah.
Pasal itu berbunyi, "setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan liwath diancam
hukuman paling banyak 100 kali cambuk atau denda paling banyak 1.000 gram emas murni
atau penjara paling lama 100 bulan."
Kasat pol pp dan wh kota banda aceh, yusnardi, menyatakan kasus liwath atau hubungan
sesama jenis itu baru pertama kali ditemukan setelah qanun (peraturan daerah di aceh) nomor
6 tahun 2014 tentang hukum jinayah mulai berlaku. "ya, mungkin masyarakat di luar (aceh)
merasa asing (dengan peraturan qanun jinayah di aceh), karena memang perbuatan liwath ini
di luar tidak terlalu diatur ya. Namun karena kekhususan aceh, dengan undang-undang nomor
11 tahun 2006 tentang syariat islam yang dengan rinci mengatur soal ini," ujar yusnardi.
Kejadian ini disorot media asal inggris bbc. Mereka menulis artikel berjudul 'no place to hide
for lgbt people in indonesia's aceh province' untuk membahas kejadian tersebut.
F. Perbedaan sudut pandang masyarakat dalam melihat gejala sosial di zaman sekarang
1. Terjadi kerusakan alam diberbagai wilayah, yang mengakibatkan banyak warga yang
mengambil sda secara berlebihan atau bahkan dengan sengaja merusak alam. Cth,
banyak kebun pohon pisang yang rusak dibeberapa wilayah yang mengikuti video
viral memukul pohon pisang sampai tumbang.
G. Upaya masyarakat dan pemerintah dalam menangani krisis moral dan pudarnya
identitas nasional
Krisis moral adalah ketika seseorang mulai kehilangan karakter positif dalam diri
mereka yang dapat berpengaruh dalam kehidupan sehari hari, karena pada dasarnya
karakter itu membuat seseorang menjadi dirinya, baik itu perilaku dan sikap mereka
contoh hilangnya krisis moral pada seseorang itu seperti lunturnya kata “maaf, tolong dan
terimakasih”. Adaa dua penyebab terjadinya krisis moral yaitu faktor internal dan
eksternal
D. Lupa sejarah
Faktor integrasi bangsa indonesia salah satunya rasa senasib dan
sepenanggunganrasa seperjuangan di masa lalu ketika mengalami penjajahan.
Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut -
larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan. Sehingga muncul kesadaran ingin
memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran ini, maka keberagaman suku atau
golongan yang ada di indonesia tidak dipermasalahkan semuanya bersatu, berjuang
untuk merdeka. Sehingga terbentuklah negara kesatuan republik indonesia dengan
semboyannya bhineka lunggal ika. Tetapi seirring berlalunya waktu, hal tersebul
mulai dilupakan. Masyarakat indonesia kebanyakan sekarang tidak menganggap
penting nilai sejarah masa lalu tersebut seakan-akan terlena dengan kenikmatan yang
dirasakan. Padahal terbentuknya negara indonesia melalui perjuangan era para
pahlawan dan seharusnya identitas negara ini juga dijaga dan dipertanankan.
Lalu model pendidikan yang bagaimana untuk membenahi moral anak muda zaman
sekarang?
Pendidikan yang paling utama, memang benar harus dari keluarga.
Sebuah sekolah pasti didasari dengan niat baik mendidik murid tidak hanya dari segi
pengetahuan tapi juga agama dan norma. Di suatu sekolah misalnya, setiap pagi guru sudah
menanti siswa di depan gerbang untuk menyalami siswa, memberikan semangat belajar.
Siswa mencium tangan guru yang dimaksudkan untuk menanamkan rasa menghormati yang
lebih tua. Di negara barat, ada yang masuk kelas dengan high five atau memeluk, atau
berjoget dengan gurunya, di Indonesia bersalaman mencium tangan guru adalah contoh
bentuk hormat yang diharapkan dilaksanakan juga di rumah.
Di sekolah, siswa diwajibkan sholat dhuha satu minggu sekali. Sholat berjamaah
setiap hari, dan mendengarkan kultum yang berupa nasihat-nasihat baik sebelum pelajaran
dimulai. Tidak lupa juga di sekolah diajarkan menjaga kebersihan, mengolah sampah,
diberikan keterampilan dasar di bidang crafting dan seni. Dari sini, ilmu-ilmu di sekolah
sudah bisa menjadi landasan hidup siswa di masyarakat.
Tapi kenyataannya, mengapa siswa tidak sebaik itu di rumah? Bisa jadi karena sistem
di sekolah sangat holistik, semua terlibat dalam pengawasan. Kelemahan sistem ini adalah
anak cenderung disiplin dan penurut tapi bukan karena kemauan dan kesadaran melainkan
karena takut
Berbeda dengan pendidikan di dunia barat, di sekolah ketika TK anak-anak fokusnya
adalah pada sopan santun. Mereka diajarkan duduk diam-mendengarkan, menghargai dan
bertanggungjawab pada properti mereka. Mereka diajarkan kerjasama dan menyelesaikan
masalah sendiri. Mereka bilang kadang bersekolah di TK itu membosankan.
Sekilas, pendidikan dasar di negara barat justru lebih monoton dan konvensional. Tapi
hasilnya, di luar sex bebas dan alkohol yang memang bagian dari budaya, mereka kadang
jauh lebih beradab dari kita yang membanggakan diri sebagai orang timur dengan budaya
timur.
Kesimpulannya di sini, diperlukan kerjasama sekolah dan orang tua dalam mendidik
anak. Sekolah sudah sedemikian rupa mendidik, di rumah bagaimana?
Setelah itu, diperlukan lingkungan masyarakat yang sehat. Di sekolah dan di rumah
diajarkan sholat berjamaah di masjid misalnya. Tapi dalam perjalanan ke masjid, ada
segerombolan bapak-bapak nongkrong di warung. Di waktu subuh mereka masih ada di
tempat bilyard. Warung internet dan ps buka 24 jam. Memang hak warga negara mencari
rezeki tetapi anda berada di sebuah lingkungan masyarakat. Ada generasi penerus bangsa
yang merekam jejak nongkrong dari magrib sampai pagi dalam lingkungan tersebut. Bila
bisnis hiburan berada di dalam desa tidak terpisah dengan pemukiman penduduk, batasilah
berbisnis.
Bila banyak yang menyalahkan budaya barat, ketahuilah di Inggris, di hari minggu
toko buka agak siang dan tutup agak sore misal jam 10 pagi sampai 4 sore untuk memberikan
waktu masyarakat ke gereja ataupun memberikan waktu bersama keluarga. Selain itu, rokok
tidak dijual bebas hanya bagi 18 tahun ke atas. Tidak ada pajangan rokok di toko. Pembeli
harus menunjukkan identitas.
Tentu saja pendidikan agama sangatlah penting tapi yang terpenting adalah
pengaplikasian dari ilmu agama tersebut serta kerjasama antara sekolah, orangtua, dan
lingkungan dalam menjalankan ilmu sopan santun tersebut.
Jangan lupa, budaya bersih dan disiplin negara barat tumbuh karena awalnya dipaksa
dengan aturan sedemikian rupa. Perlu waktu ratusan tahun hingga mereka terlihat seperti
sekarang. Jadi metode "stick and carrot" atau hadiah dan hukuman di manapun pendidikan itu
diterapkan, adalah sebagai awal mendidik. Bila tanpa metode itu hal yang kita harapkan
sudah terlaksana, tentu tidak perlu diterapkan.
Nakalnya anak zaman sekarang karena memang kita memberikan peluang bagi mereka
untuk nakal. Bila semua pihak sudah bekerjasama, maka akan semakin kecil peluang mereka
untuk "nakal"
H. Pengamalan Pancasila dalam memperbaiki moral Indonesia
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat 5 norma yang berlaku yaitu: agama, kesusilaan,
kesopanan, kebiasaan, dan hukum.Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama mempunyai dua nilai, yaitu nilai kepercayaan dan nilai ketakwaan. Nilai
kepercayaan merupakan suatu nilai yang bermakna sebagai suatu keyakin seorang manusia
terhadap adanya tuhan yang maha esa. Keyakinan ini dapat kita tinjau dalam sebuah agama,
semua masyarakat memiliki keyakinan agama sesuai yang di anutnya. Di negara Indonesia
terdapat enam agama yang di anut oleh masyarakat, yaitu agama islam, katolik, hindu, budha,
protestan dan konghucu. Meskipun adanya perbedaan dalam agama, masyarakat Indonesia
harus tetap saling menghargai dan hidup dengan damai. Sila ini adalah sila yg paling penting
dalan memperbaiki moral, Karna di agama semua perilaku manusia diatur dalam kitab
sucinya.
Sila kedua (kemanusiaan yang adil dan beradab) yaitu: mengandung tentang
pemberdayaan manusia agar tidak semena-mena terhadap alam dan makhluk hidup lainnya.
Dalam hal ini berarti setiap manusia harus memiliki keadaban dalam setiap bertingkah laku
didalam kehidupan sosial yang didalamnya terdapat manusia dan makhluk hidup lain. Nilai
kemanusiaan didalam sila ini menunjukan kesadaran sikap penghargaan atas nilai-nilai
kemanusiaan tanpa memandang suku, agama, ras. Nilai ini diterapkan dalam bentuk
meningkatkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi. Dengan menerapkan sila ini,
generasi zaman sekarang diharapkan untuk saling menghargai dan mempunyai adaba yg baik.
Sila ketiga (Persatuan Indonesia) yaitu mengandung makna persatuan yang bertujuan
mempersatukan suku, agama, ras, dan adat istiadat yang beragam di Indonesia. Yang
dimaksud dalam sila ini yaitu kita sebagai bangsa yang majemuk harus mengedepankan rasa
toleransi yang didasarkan persatuan/ wujud Bhinneka Tunggal Ika. Jika toleransi Dan rasa
oerdtuan di tanamkan lebih lagi kepada generasi sekarang diharapkan mereka dapat menjadi
pribadi yang saling bersatu dan saling toleransi dengan orang lain
Sila keempat (Kerakyatan Yang Dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/ perwakilan) yaitu mengandung makna untuk mencegah adanya kesalah
pahaman dan kecenderungan individualis Dalam sila ini kita dapat membina diri kita dan
orang lain dengan bergotong- royong agar mampu mewujudkan suatu ketentraman dan
kesejahteraan bangsa. Selain itu Indonesia menganut sistem demokrasi yang berrti proses
musyawarah yang demokrasi tidak sekedar mengutamakan suarah rakyat tetapi juga
mengedepankan aturan hukum. Jadi segala sesuatu yang dianggap dapat merugikan orang
lain akan diproses pihak hukum
Sila kelima yaitu: mengandung makna tentang mengupayakan suatu kebijakan yang dapat
dinikmati dan dihargai oleh semua masyarakat Indonesia. Dalam hal ini diupayakan agar
setiap manusia mampu membuat keputusan yang seadil-adilnya bagi setiap warga negara
tanpa adanya diskriminasi.
Persamaan dan Perbedaan Antara Etika dan Moral dalam Kehidupan Sehari-Hari.
https://dsmlmdblog.blogspot.com/2015/03/persamaan-dan-perbedaan-antara-etika.html?m=1.
Diakses tanggal 25 Februari 2023
Ahmad Fauzan. 2021. Budaya & Etika, Beda tapi tak terpisahkan.
http://himatepfip.mhs.unm.ac.id/2021/09/13/budaya-etika-beda-tapi-tak-terpisahkan-oleh-
ahmad-fauzan/. Diakses tanggal 25 Februari 2023
Taher H. 2023. Perbedaan Budaya Anak Zaman Dulu dan Anak Zaman Sekarang.
https://www.kompasiana.com/hanifahtaher7834/63b6be4f61072725bd2861b4/perbedaan-
budaya-anak-zaman-dulu-dan-anak-zaman-sekarang. Diakses tanggal 25 Februari 2023
Bp. Ngadimin. 2023. Cara mengatasi krisis moral generasi muda denga Pendidikan
karakter. https://smp1lada.sch.id/berita/detail/cara-mengatasi-krisis-moral-generasi-muda-
dengan-pendidikan-karakter. Diakses tanggal 25 Februari
Swawikanti K. 2022. Dampak Positif dan Negatif Gejala Sosial dalam Masyarakat.
https://www.ruangguru.com/blog/dampak-positif-dan-negatif-gejala-sosial. Diakses tanggal
25 Februari 2023