Jawaban Ujian Akhir Semester-Take Home Exam (The) : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Terbuka
Jawaban Ujian Akhir Semester-Take Home Exam (The) : Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Universitas Terbuka
Menurut saya administrasi pertanahan dapat dinyatakan sebagai usaha dan kegiatan yang
dengan tanah dan hak-hak atas tanah dengan tujuan untuk menjamin kepastian hukum dan
tertib pertanahan. Hukum agraria apabila dilihat dari isi aturan hukum adalah hukum yang
mengatur hal yang bertalian dengan tanah. Ini berarti bukan saja menyangkut pengaturan
tentang hubungan hukum antara manusia dengan tanah saja tetapi juga mengatur
badan atau pejabat negara dalam mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
pertanahan. Bila agraria dan hukum agraria tidak dikaitkan dengan administrasi pertanahan,
maka dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembangunan yang diinginkan, karena tidak
adanya pengaturan yang jelas mengenai pemanfaatan tanah dan sumber daya alam yang ada.
Selain itu, tidak adanya pengaturan yang jelas mengenai administrasi pertanahan dapat
menyebabkan terjadinya konflik kepemilikan tanah dan sumber daya alam, sehingga dapat
Pertanahan harus bisa menjadi alat bagi pemerintah untuk melaksanakan program-program
pembangunan di satu sisi dan memberikan jaminan kepastian hukum serta memberikan
sekarang ini pertanahan menjadi masalah lintas sektoral seperti pengaturan penguasaan tanah,
penatagunaan tanah , pengurusanb hak-hak tanah itu semuanya perlu diatur dan
3. Meningkatkan daya hasil guna tanah lebih bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
1b. Menurut analisis Saudara, apakah tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan
Menurut analisis saya, tata ruang dan pemanfaatan sumber daya alam merupakan bagian dari
hukum agrarian. Tata ruang merupakan perencanaan yang mengatur penggunaan lahan sesuai
prinsip kelestarian lingkungan. Pemanfaatan sumber daya alam merupakan penggunaan sumber
daya alam yang dilakukan secara bijaksana sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian lingkungan,
berkesinambungan. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari hukum agrarian karena
merupakan bagian dari pengaturan yang mengatur pemanfaatan tanah dan sumber daya alam
Alat bukti yang dapat dipakai oleh pemegang hak milik atas tanah yang belum bersertifikat yang
berkaitan dengan pendaftaran hak pada PP 24/1997 tentang Pendaftaran Tanah, dapat
menggunakan alat bukti kepemilikan sebelum lahirnya UUPA sebagaimana diatu pada Pasal 24
ayat (1) PP 24/1997, berupa: Grosse akta hak eigendom, Petuk pajak Bumi/Landrete, girik, pipil,
ketitir, dan Verponding Indonesia sebelum berlakunya PP 10/1961, Surat keterangan riwayat
tanah yang pernah dibuat oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan, atau lain-lain bentuk
alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga sebagaimana dimaksud Pasal II, Pasal VI, dan
Pasal VII ketentuan-ketentuan Konversi UUPA, dan alat bukti kepemilikan hak atas tanah setelah
berlakunya UUPA adalah sertifikat, tetapi terhadap pemegang hak milik atas tanah yang belum
bersertifikat dapat dibuktikan dengan alat bukti kepemilikan hak atas tanah yang berkaitan
dengan pendaftaran hak sebagaimana diatur pada Pasal 23 PP 24/1997 tentang Pendaftaran
Tanah, berupa Asli Akta PPAT. Kedua, bentuk perlindungan hukum xiv terhadap pemegang hak
atas tanah yang belum bersertifikat ada dua, yaitu pertama perlindungan hukum preventif adalah
perlindungan hukum yang lebih mengarah untuk mencegah terjadinya sengketa. Perlindungan
hukum preventif terhadap pemegang hak milik atas tanah yang belum bersertifikat adalah
dengan melakukan pendaftaran tanah. Seseorang yang pendaftaran tanahnya akan menerbitkan
surat tanda bukti hak berupa sertifikat yang diterbitkan oleh BPN.
Kajian Hukum Hak Atas Tanah Tanpa Sertifikat Yang Diduduki Seseorang Menurut Pasal 1963
Kuhperdata
1. Peralihan hak atas tanah tanpa sertifikat dapat melalui daluwarsa, dimana cara tersebut tidak
membutuhkan sertifikat sebagai alat bukti yang kuat, namun pihak tergugat dalam suatu
sengketa tanah dapat menunjukkan bahwa dirinya telah mengusahakan dan mengelolah tanah
tersebut dengan baik selama dua puluh sampai tiga puluh tahun.
2. Hak atas tanah tanpa sertifikat menurut daluwarsa dalam pasal 1963 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata, menyebut bahwa suatu tanah yang telah diduduki oleh seseorang tanpa adanya
sertifikat sebagai alat bukti yang kuat, dapat memperoleh hak miliknya atas tanah tersebut
dikarenakan daluwarsa atau lampaunya waktu. Dimana orang tersebut telah mengusahakan,
mengelolah, dan memanfaatkan tanah tersebut dengan baik dalam kurun waktu dua puluh
sampai tiga puluh tahun. Dan jika orang tersebut dengan itikad baik telah memanfaatkan tanah
tersebut selama lebih dari tiga puluh tahun, maka orang tersebut dapat dinyatakan sebagai
pemilik hak atas tanah tanpa harus menunjukkan alas bukti yang sah. Sehingga jika sewaktu-
waktu hak atas tanahnya diklaim oleh pihak lain, maka ia dapat menunjukkan kepada hakim
bahwa dirinyalah yang telah mengusahakan, mengelolah, dan memanfaatkan tanah tersebut
selama kurun waktu tiga puluh tahun. Dan oleh karena itu, ia dapat meminta kepada Pengadilan
Negeri yang mana tanah tersebut merupakan miliknya dan tanah itu berada dalam letak daerah
hukumnya, agar supaya dinyatakan sebagai pemilik sah dari tanah tersebut.
Maka berdasarkan hukum yang berlaku, tanah tersebut dapat dinyatakan tidak sah sebagai hak
milik pribadi atau hak pengelolaan oleh pemerintah. Selain itu, masyarakat yang tersebut juga
tidak memiliki hak untuk menjual, mengambil jaminan, atau memberikan hak atas tanah tersebut
kepada pihak lain. Oleh karena itu, sangat penting bagi masyarakat yang memiliki tanah untuk
membuktikan kepemilikan tanahnya dengan cara membuat sertifikat tanah yang sah sebelum
berlakunya UUPA.
2b. Silahkan Saudara analisis, bagaimanakah klasifikasi hak atas tanah bekas hak barat setelah
dilakukan konversi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Khusus konversi hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat terdapat 3 (tiga )
hak yang dikonversi ke dalam UUPA, yaitu; Hak Eigendom, Hak Erfpacht, Hak Opstall.
Apabila kita cermati arti konversi diatas, bahwa ada suatu peralihan atau perubahan dari hak
tanah tertentu kepada hak tanah yang lain, yaitu perubahan hak lama yang secara yuridis adalah
hak-hak sebelum adanya UUPA menjadi hak-hak baru atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
rumusan UUPA, khususnya sebagaimana diatur dalam pasal 16 ayat (1) antara lain hak milik, hak
guna usaha, hak guna bangunan, dan hak pakai. Berikut ini akan diuraiakan landasan hukum
konversi terhadap hak atas tanah yang berasal dari tanah hak barat, sebagaimana diuraikan
(1) Hak Eigendom atas tanah yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini sejak saat
tersebut menjadi hak milik, kecuali jika yang mempunyainya tidak memenuhi syarat sebagai yang
(2) Hak Eigendom kepunyaan pemerintah asing yang dipergunakan untuk keperluan rumah
kediaman Kepala Perwakilan dan gedung kedutaan, sejak mulai berlakunya Undang-undang ini
menjadi hak pakai tersebut dalam Pasal 41 ayat 1, yang akan berlangsung selama tanahnya
(3) Hak Eigendom kepunyaan orang asing, seorang warga negara yang disamping
yang tidak ditunjuk oleh Pemerintah sebagai dimaksud dalam Pasal 21 ayat 2 sejak mulai
berlakunya Undang-undang ini menjadi hak-guna-bangunan tersebut dalam Pasal 35 ayat (1)
(4) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibebani dengan hak opstal atau hak
erfpacht, maka hak opstal dan hak erfpacht itu sejak mulai berlakunya Undang-undang ini
menjadi hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 35 ayat (1), yang membebani hak milik yang
bersangkutan selama sisa waktu hak opstal atau hak erfacht tersebut diatas, tetapi selama-
lamanya 20 Tahun.
(5) Jika hak eigendom tersebut dalam ayat 3 Pasal ini dibebani dengan hak opstal atau hak
erfpacht, maka hubungan antara yang mempunyai hak eigendom tersebut dan pemegang hak
opstal atau hak erfpacht selanjutnya diselesaikan menurut pedoman yang ditetapkan oleh
Menteri Agraria.
(6) Hak-hak Hypotheek, Servituut, Vruchtgebruik dan hak-hak lain yang membebani hak
eigendom tetap membebani hak milik dan hak guna bangunan tersebut dalam ayat (1) dan ayat
(3) pasal ini, sedang hak-hak tersebut menjadi suatu hak menurut Undang-Undang ini.
PASAL III:
(1) Hak Erfpacht untuk perusahaan perkebunan besar, yang ada pada mulai berlakunya Undang-
undang ini, sejak saat tersebut menjadi hak guna usaha tersebut dalam Pasal 28 ayat 1 yang akan
berlangsung selama sisa waktu hak erfpacht tersebut, tetapi selama-lamanya 20 Tahun
(2) Hak Erfpacht untuk pertanian kecil yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, sejak
saat tersebut hapus dan selanjutnya diselesaikan menurut ketentuan-ketentuan yang diadakan
PASAL V:
Hak Opstall dan hak Erfpacht untuk perumahan, yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang
ini, sejak saat tersebut menjadi hak guna bangunan tersebut dalam Pasal 35 ayat (1) yang
berlangsung selama sisa waktu hak opstall dan erfpacht tersebut, tetapi selama-lamanya.
PASAL VIII:
(1) Terhadap hak-guna-bangunan tersebut dalam Pasal I ayat 3 dan 4, Pasal II ayat 2 dan Pasal V
(2) Terhadap Hak-guna-usaha tersebut Pasal II ayat 2, Pasal III ayat 1 dan 2 dan Pasal IV Ayat 1
1) Hak-hak yang dikonversi menjadi hak milik meliputi: hak eigendom atas tanah (Pasal I ayat 1 ).
b. Pemegang concessie dan sewa untuk perusahaan kebun besar (Pasal IV ayat 1)
b. Hak opstall atau hak erfpacht yang membebani hak eigendom ( Pasal I ayat 4).
negara asing yang dipergunakan untuk keperluan rumah kediaman kepala perwakilan dan
5) Hak-hak yang setelah dikonversi menjadi hapus meliputi: hak erfpacht untuk pertanian kecil (
3a. Silakan saudara analisis apakah tanah yang sudah didaftarkan dan bersertipikat dapat
dibatalkan kepemilikannya!
Pembatalan Sertifikat Hak atas Tanah Pasal 1 angka 14 tentang Peraturan Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun1999 tentang Tata Cara Pemberian
mendefinisikan pembatalan hak atas tanah sebagai pembatalan keputusan pemberian suatu hak
atas tanah atau sertifikat hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum
telah inkracht.
Selain karena alasan administratif, pembatalan sertifikat hak atas tanah juga dapat terjadi dalam
hal ada pihak lain yang dapat membuktikan bahwa suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan
sertifikat itu adalah secara sah dan nyata miliknya dan hal tersebut didukung dengan adanya
Pendaftaran tanah yang diadakan oleh pemerintah dalam rangka penerbitan sertifikat
sebagai tanda kepemilikan hak milik (tanah milik), karena sertifikat tanah milik
pemegangnya, dengan mudah dapat membuktikan bahwa dirinya sebagai pemegang hak
milik secara otentik dibuktikan dengan data fisik dan data yuridis yang telah didaftarkan
dalam buku tanah. Sertifikat sebagai surat tanda bukti hak milik dapat sebagai jaminan
hak milik atas rumah susun, hak tanggungan, dan macam-macam sertifikat menurut objek
Ketentuan mengenai hapusnya hak atas tanah di atur dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 5
Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA) yang menyebutkan bahwa, hak kepemilikan
Menurut ketentuan Pasal 18 UUPA bahwa untuk kepentingan umum termasuk kepentingan
bangsa dan negara serta kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut,
dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan undang-
undang. Ketentuan Pasal 18 UUPA ini selanjutnya dilaksanakan dengan Undang-undang Nomor
20 Tahun 1961 tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.
dengan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Kepres No. 55/1993), yang dilaksanakan lebih lanjut
dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun
1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Permen No.
1/1994), penyerahan sukarela ini menurut Kepres No. 55/1993 sengaja dibuat untuk kepentingan
3. Karena ditelantarkan
Pengaturan mengenai tanah yang terlantar diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun
1998 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (PP No. 36/1998). Pasal 3 dan 4
PP No. 36/1998 mengatur mengenai kriteria tanah terlantar yaitu; (i) tanah yang tidak
dimanfaatkan dan/atau dipelihara dengan baik. (ii) tanah yang tidak dipergunakan sesuai dengan
4. Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2) UUPA
Pasal 21 ayat (3) UUPA mengatur bahwa orang asing yang memperoleh hak milik karena
pewarisan tanpa wasiat atau pencampuran harta perkawinan, demikian pula warganegara
Indonesia yang mempunyai hak milik dan setelah berlakunya UUPA ini kehilangan
kewarganegaraannya, wajib melepaskan hak itu dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak
diperolehnya hak tersebut atau hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu
tersebut lampau hak milik itu tidak dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan
tanahnya jatuh kepada negara, dengan ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya
tetap berlangsung.
Kemudian Pasal 26 ayat (2) UUPA menyatakan bahwa setiap jual-beli, penukaran, penghibahan,
pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau
tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada seorang warga negara yang
suatu badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu badan-badan hukum yang
dapat mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh
kepada Negara, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap
berlangsung serta semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut
kembali.
B. Tanahnya musnah
Sebagaimana pemberian, peralihan dan pembebanan Hak Milik yang wajib di daftar dalam buku
tanah, pendaftaran hapusnya hak kepemilikan atas tanah juga wajib untuk dilakukan. Hal ini
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.
4a. Silakan Saudara analisis apakah tanah waqaf dapat diubah statusnya demi pengadaan tanah
Keberadaan wakaf telah mendapat pengakuan dalam Undang-Undang Pokok Agraria No.5 Tahun
untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial diakui dan dilindungi Badan-
Badan tersebut dijamin pula akan memperoleh tanah yang cukup untuk bangunan
2. Untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya sebagai dimaksud dalam
Pasal 14 dapat diberikan tanah yang d. Wakaikuasai langsung oelh Negara dengan
hak pakai
Dari ketentuan tersebut terkandung makna bahwa pertanahan yang erat hubungannya dengan
keagamaan dan sosial salah satunya wakaf dilindungi oleh negara yang selanjutnya diatur dalam
PP no 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah
dana atau kesejahteraan umum menurut Syariah. Perubahan harta benda wakaf adalah
perubahan bentuk harta benda wakaf dari bentuk semula ke bentuk yang lainnya, perubahan
tersebut dapat dengan jalan ditukar, dijual atau dilelang. Berdasarkan UU Nomor: 41 tahun 2004
dan PP Nomor: 42 tahun 2006 perubahan status harta benda wakaf dengan jalan penukaran
dilarang, kecuali dalam kondisi tertentu perubahan atau penukaran harta benda wakaf tersebut
dapat diperbolehkan.
Penukaran harta benda wakaf itu hanya dapat dilakukan dengan izin tertulis dari Menteri, dalam
hal ini Kementerian Agama berdasarkan pertimbangan BWI (Badan Wakaf Indonesia).
4b. Silakan Saudara analisis apakah pembangunan tempat ibadah bagian dari kepentingan umum
yang diatur dalam Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.
Dalam Undang-Undang tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
menerangkan bahwa :
Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk
pembangunan:
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi
kereta api;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi,
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/atau konsolidasi tanah, serta perumahan untuk
Yang dimaksud dengan “fasilitas sosial “digunakan antara lain untuk kepentingan keagamaan
tempat ibadah bagian dari kepentingan umum yang diatur dalam Undang-Undang tentang