Anda di halaman 1dari 184

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

Xx
DI PMB X KABUPATEN KARANGANYAR

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Program Studi D3 Kebidanan Stikes Mitra Husada Karanganyar

Oleh:

TASIA AIS RENATA


19.0.B.1359

PRODI D3 KEBIDANAN
STIKes MITRA HUSADA KARANGANYAR
PAPAHAN TASIKMADU KARANGAYAR
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
HALAMAN PERSETUJUAN
PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.X DI PMB X


KARANGANYAR

Oleh :
Tasia Ais Renata
19.0.B.1359

Telah Disetujui Oleh Pembimbing Untuk Diuji


Dihadapan Tim Penguji

Pada Tanggal

Pembimbing Utama Mutik Mahmudah, SST, M.Kes ……………


NIDN.0607027901

Pembimbing Pendamping Ana Wigunantiningsih, M.Kes ……………


NIDN.0622108201

ii
1

A. PROPOSAL LTA
1. Identitas Penulis
Nama : Tasia Ais Renata
NIM / Semester : 19.0.B.1359 / V
2. Judul LTA :
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.Xx
DI PMB X DI KABUPATEN KARANGANYAR
3. Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan salah satu indikator pembangunan kesehatan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 dan
Sustainable Development Goals (SDGs). AKI dan AKB didunia masih
terbilang tinggi (Profil Kesehatan Indonesia, 2017).
AKI di Indonesia tahun 2020 diperkirakan 305/100.000 KH.
Sedangkan AKB diperkirakan 24/1000 KH (Kemenkes RI, 2021)
AKI di provinsi Jawa Tengah tahun 2019 sebesar 76,93/100.000 KH
(416 kasus). Sedangkan AKI pada tahun 2020 meningkat menjadi
98,6/100.000 KH (416 kasus). Hal ini disebabkan karena adanya
pandemic covid 19 sehingga terjadi perubahan besar di pelayanan fasilitas
kesehatan dan masyarakat. Sedangkan AKB di provinsi Jawa Tengah
tahun 2019 sebesar 8,24/1000 KH (4.455 kasus) turun menjadi 7,79/1000
KH (4.189 kasus). (Dinkes Jawa Tengah, 2021)
AKI di Kabupaten Karanganyar tahun 2020 sebesar 65,9/100.000 KH,
meningkat dibanding tahun 2019 sebesar 49,2/100.000 KH. Sedangkan
AKB di Kabupaten Karanganyar tahun 2020 sebesar 8,4/1.000 KH sama
dengan AKB tahun 2019 (Dinkes Karanganyar, 2020)
Penyebab AKI dan AKB meningkat di karenakan komplikasi
kehamilan dan kelahiran anak, pada proses kelahiran dapat mengakibatkan

1
2

perdarahan dan akhirnya menyebabkan anemia. Hampir semua kematian


ini terjadi karena rendahnya pengaturan sumber daya, dan sebagian besar
dapat dicegah. Penyebab utama kematian ibu diantaranya yakni
perdarahan sehingga menyebabkan anemia, anemia disebabkan oleh
Kekurangan Energi Kronis (KEK) (WHO, 2014). Selain itu adanya covid-
19 juga menimbulkan masalah baru dengan tingginya kasus dan kematian
yang disebabkan pleh virus corona (Dinkes Jateng, 2020).
Dari berbagai penyebab kematian ibu maka tenaga kesehatan
khususnya bidan mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk
berperan aktif dalam menurunkan AKI dan AKB dengan melakukan
asuhan kebidanan secara komprehensif terhadap perempuan (Women
Center of Care). Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan model asuhan kebidanan yang berkelanjutan Continuity of
Care (CoC). Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika
terjalin hubungan yang terus menerus antara seorang wanita dan bidan.
Asuhan berkelanjutan yang berkaitan dengan tenaga profesional
kesehatan, pelayanan kebidanan dilakukan mulai prakonsepsi, awal
kehamilan, selama semua trimester, kelahiran, sampai 6 minggu pertama
postpartum. Tujuannya adalah untuk membantu upaya percepatan
penurunan AKI (Legawati, 2018).
CoCdapat dilakukanbidandengan caramemberi pelayanan bagi wanita
mulai dari hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir (BBL) sampai dengan
keluarga berencana (KB). Diharapkan dengan dilakukanpelayanan
kebidanan yang berkesinambungan, perkembangan kondisi pasien setiap
saat akan terpantau dengan baik dan pasien menjadi lebih percaya dan
terbuka. Bidan memberikan pelayanan kebidananan yang
3

berkesinambungan yang berkualitas dan profesional diharapkan dapat


menurukan AKI dan AKB (Diana, 2017).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan asuhan
kebidanan yang komprehensif pada “Ny.Xx” selama masa hamil, bersalin,
bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan pemilihan alat kontrasepsi dalam
laporan studi kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
“Ny.Xx” dari Hamil sampai Keluarga Berencana di PMB X terletak di
wilayah Kabupaten Karanganyar Tahun 2021”.
4. Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan Asuhan komprehensif pada Ny.Xx di PMB
X Kabupaten Karanganyar?”
5. Tujuan
a. Tujuan Umum
Melakukan asuhan kebidanan secara Continuity of care dari masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan neonatus sampai
dengan ibu dapat memilih alat kontrasepsi yang di dokumentasikan
melalui manajemen kebidanan dalam bentuk SOAP.
b. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
1) Membangun kemampuan dalam melakukan, merumuskan
diagnosa atau masalah kebidanan, menyusuan rencana asuhan,
melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan (implementasi),
melakukan evaluasi data pada ibu hamil pada Ny Xx di PMB X di
Kabupaten Karanganyar
2) Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnosa atau masalah kebidanan, menyusun rencana
4

asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan


(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu bersalin pada
Ny Xx di PMB X di Kabupaten Karanganyar
3) Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnose atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada BBL Ny Xx di
PMB X di Kabupaten Karanganyar
4) Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnose atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada ibu nifas pada Ny
Xx di PMB X di Kabupaten Karanganyar
5) Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnose atau masalah kebidanan, menyusun
rencana asuhan, melakukan penatalaksaan asuhan kebidanan
(implementasi), melakukan evaluasi data pada neonatus Ny Xx di
PMB X di Kabupaten Karanganyar
6) Membangun kemampuan dalam melakukan pengkajian,
merumuskan diagnose atau masalah kebidanan, menyusun rencana
asuhan, melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan
(impelemtasi), melakukan evaluasi data pada KB pada Ny Xx di
PMB X di Kabupaten Karanganyar
6. Manfaat
a. Bagi Klien
5

Klien mendapatkan asuhan komprehensif yang sesuai dengan standar


pelayanan kebidanan sehingga klien mendapatkan pelayanan yang
optimal dan menambah pengetahuan yang lebih tentang masa
kehamilan sampai ber-KB, serta untuk mendeteksi secara dini
terjadinya komplikasi
b. Bagi Lahan Praktik
Sebagai acuan untuk dapat mempertahankan mutu pelayanan terutama
dalam memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara komprehensif
c. Bagi Instansi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi dan masukan dan pengembangan
teori yang telah diberikan baik dalam perkuliahan maupun praktik
lapangan agar dapat menerapkan secara langsung dan
berkesinambungan dengan asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin,
BBL, nifas dan KB
d. Bagi Penulis
Dapat mengaplikasikan teori yang diperoleh selama perkuliahan dalam
rangka menambah wawasan asuhan kebidanan dan dapat mempelajari
asuhan komprehensif pada Ny. Xx di PMB X Kabupaten Karanganyar.
7. Kajian Teori
a. Teori Medis Kehamilan
1) Difinisi kehamilan
Kehamilan dapat didefinisikan sebagai fertilisasi atau
penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga
lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
6

minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kelender


internasional (Saifuddin, 2010).

2) Periode Kehamilan
a) Kehamilan Trimester I
Periode pertama diukur mulai dari konsepsi sampai
minggu ke 12 kehamilan trimester pertama disebut sebagai
periode pembentukan karena pada akhir periode ini semua
system organ janin sudah terbentuk dan berfungsi.
b) Kehamilan trimester II
Kehamilan dengan usia 12-28 minggu. Pada trimester
ini dianggap sebagai masa kehamilan terbaik sebab ibu akan
merasakan lebih nyaman.
c) Kehamilan trimester III
Kehamilan yang umur kehamilannya antara 25-40
minggu. Kehamilan ini merupakan waktu mempersiapkan
kelahiran dan kedudukan sebagai orang tua seperti terpusatnya
perhatian pada kehadiran bati sehingga disebut dengan periode
penantian
(Kusmitati, 2018).
3) Perubahan Fisiologis dan Anatomis pada Kehamilan
a) Vagina dan Vulva
Sampai minggu ke-8 terjadi peningkatan vaskularisasi
atau penumpukan pembuluh darah dan pengaruh hormone
7

esterogen yang menyebabkan warna kebiruan pada vagina


yang disebut dengan tanda Chadwick.
Perubahan pada dinding vagina meliputi peningkatan
ketebalan mukosa vagina, pelunakan jaringan penyambung,
dam hipertrofi (pertumbuhan abnormal jaringan) pada otot
polos yang merenggang, akibat perenggangan ini vagina
menjadi lebih lunak.
Respon lain pengaruh hormonal adalah sekresi sel-sel
vagina meningkat, sekresi tersebut berwarna putih dan bersifat
sangat asam karena adanya peningkatan PH asam sekitar 31
(5,2 – 6). Keasaman ini berguna untuk mengkontrol
pertumbuhan bakteri pathogen/bakteri penyebab penyakit
(Kumalasari, 2017)
b) Uterus/Rahim
Perubahan yang amat jelas terjadi pada uterus/ Rahim
sebagai ruang untuk menyimpan calon bayi yang sedang
tumbuh. Perubahan ini disebabkan antara lain karena
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah lalu
Hipertrofi dan hyperplasia (pertumbuhan dan perkembangan
jaringan abnormal) yang menyebabkan otot-otot rahim menjadi
lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran rahim
karena pertumbuhan janin (Kumalasari, 2017)
Pada 5 perubahan posisi uterus di bulan 32 pertama
berbentuk seperti alpukat, empat bulan berbentuk bulat, akhir
kehamilan berbentuk bujur telur. Pada rahim yang normal/
tidak hamil sebesar telur ayam, umur dua bulan kehamilan
8

sebesar telur bebek, dan umur tiga bulan kehamilan sebesar


telur angsa (Kumalasari, 2017)
Dinding-dinding Rahim yang dapat melunak dan elastis
menyebabkan fundus uteri dapat didefleksikan yang disebut
dengan Mc.Donald, serta bertambahnya lunak korpus uteri dan
serviks di minggu kedelapan usia kehamilan yang dikenal
dengan tanda Hegar.
Perhitungan lain berdasarkan perubahan tinggi fundus
menurut dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari
simfisis maka diperoleh, usia kehamilan 22-28 minggu : 24-26
cm, 28 minggu : 26,7 cm, 30 minggu : 29-30 cm, 32 minggu :
29,5-20 cm, 34 minggu ; 30 cm, 36 minggu : 32 cm, 38
minggu ; 33 cm, 40 minggu : 37,7 cm.
c) Serviks
Akibat pengaruh hormon esterogen menyebabkan
massa dalam kandungan air meningkat sehingga serviks
mengalami peningkatan vaskularisasi dan oedem karena
meningkatnya 33 suplai darah dan terjadi penumpukan pada
pembuluh darah menyebabkan serviks menjadi lunak tanda
(Goodell) dan berwarna kebiruan (Chadwik) perubahan ini
dapat terjadi pada tiga bulan pertama usia kehamilan
(Kumalasari, 2017).
d) Ovarium
Manuaba mengemukakan dengan adanya kehamilan,
indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum
akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta
9

yang sempurna pada usia 16 minggu. Pada kehamilan ovulasi


berhenti, corpus luteum terus tumbuh hingga terbentuk
plasenta yang mengambil alih pengeluaran hormone esterogen
dan progesteron (Kumalasari, 2017).

e) Kulit
Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan
hiperpigmentasi karena pengaruh melanocyte stimulsting
hormone atau hormone yang mempengaruhi warna kulit pada
lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis
(kelenjat pengatur hormone adrenalin). Hiperpigmentasi ini
terjadi pada daerah perut (striae gravidarum), garis gelap
mengikuti garis diperut (linia nigra), areola mamae, papilla
mamae, pipi (closma gravidarum) setelah persalinan
hiperpigmentasi ini akan berkurang dan hilang (Kumalasari,
2017).
f) Sistem Integumen
Trimester III Pada kulit dinding perut akan terjadi
perubahan warna menjadi kemerahan, kusam dan kadang-
kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha
perubahan ini dikenal dengan striae gravidarum.Pada mutipara
selain striae kemerahan itu sering kali di temukan garis
berwarna perak berkilau yangmerupakan sikatrik dari striae
sebelumnya. Pada kebanyakan perempuan kulit digaris
10

pertengahan perut akan berubah menjadi hitam kecoklatan


yang di sebut dengan linea nigra.
g) Sistem Endokrin
Perubahan fisiologis dalam kehamilan salah satunya
dipengaruhi oleh perubahan sekresi hormone. Adanya HCG
yang direproduksi oleh sel-sel trofoblas menyebabkan
peningkatan produksi “ovarian steroid hormone”. Pada saat
kehamilan, fungsi endokrin dari plasenta menjadi lebih luas
untuk menghasilkan hormone maupun “releasing factor”.
Efek dari produk yang dihasilkan plasenta ini tidak
hanya berpengaruh pada sirkulasi maternal, namun juga
berperan dalam sirkulasi janin. Kondisi ini merupakan bentuk
penyesuaian tubuh maternal akibat dari perubahan fisiologis
oleh adanya hormone kehamilan dan persiapan pertumbuhan
janin (Irianti, 2017).
h) Sistem Perkemihan
Selama kehamilan ginjal bekerja lebih berat karena
menyaring darah yang volumenya meningkat sampai 30% -
50% atau lebih, serta pembesaran uterus yang menekan
kandung kemih menyebabkan sering berkemih (Sunarti, 2018).
Pada akhir kehamilan kepala janin mulai turun ke pintu
atas panggul keluhan sering kencing akan timbul akan timbul
lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan kembali.
i) Kenaikan Berat Badan
11

Terjadi kenaikan berat badan pada trimester III sekitar


5,5 kg, penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai
akhir kehamilan adalah 11-12,5 kg.
j) Sistem Sirkulasi Darah (kardiovaskular)
Volume darah semakin meningkat karena jumlah serum
lebih besar dibanding pertumbuhan sel darah sehingga terjadi
hemodilusi atau pengenceran darah. Volumedarah ibu
meningkat sekitar 30%-50% pada kehamilan tunggal, dan 50%
pada kehamilan kembar, peningkatan ini dikarenakan adanya
retensi garam dan air yang disebabkan sekresi aldosterondari
hormon adrenal oleh estrogen. Cardiac outputatau curah
jantung meningkat sekitar 30%, pompa jantung meningkat
30% setelah kehamilan tiga bulan dan kemudian melambat
hingga umur 32 minggu.Setelah itu volume darah menjadi
relatif stabil (Kumalasari, 2017).
k) Sistem Respirasi
Kehamilan sangat sedikit mempengaruhi system
respirasi di bandingkan dengan system kardiovaskuler.Tetapi
mukosa system respirasi menjadi hiperemik dan oedema
dengan mukus yang hipersekresi mengarah pada sesak dan
epistaksis. Hasilnya banyak wanita hamil yang mengeluh pilek
kronis. Pemakaian spray nasal dekongestan yang lama harus di
hindari karena efeknya terhadap mukosa. Ada perubahan
dalam bentuk dada dan lengkungan bertambah besar pada awal
kehamilan.Saat uterus bertambah besar pada awal kehamilan,
diagfragma membesar 4cm dan kerangka tulang dada menjadi
12

lebih keatas. Tulang dada melebar dan tidak selalu kembali


seperti sediakanlah saat setalah kehamilan yang bias menjadi
suatu masalah pada bentuk badan seorang wanita (Kumalasari,
2017).
l) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Sistem gastrointestinal berpengaruh dalam beberapa hal
karena kehamilan. Tingginya kadar progesterone mengganggu
keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolesterol darah dan
menigkatkan kontraksi otot-otot polos. Sekresi saliva menjadi
lebih asam dan lebih banyak, dan asam lambung menurun.
Perbesaran uterus lebih menekan diafragma, lambung dan
intestine.
Sistem pencernaan dengan pengaruh hormone estrogen
asam lambung meningkat yang menyebabkan hipersalivasi,
darah lambung terasa panas, morning sickness dan terjadi
emesis gravidarum. Sedangkan pengaruh hormone
progesterone menyebabkan gerakan usus menurun dan terjadi
obstipasi.
4) Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
Tabel 1 Perubahan Psikologi pada Ibu Hamil
Trimester Perubahan Fisiologis Peribahan Psikologis
Trimester Pembesaran payudara Penolakan
I Perubahan berat badan Kecewa
(minggu 0–13) Peningkatan volume Merasa tidak sehat
darah Seringkali membenci
Perubahan sistem Kehamilannya
Pernapasan
Trimester Pembesaran abdomen, Berpikir positif
Kedua Hiperpigmentasi Sudah mulai merasakan
13

(minggu 14–26) Merasa sehat Kehadiran janinnya


Bisa menerima sebagai seseorang di
Kehamilannya luar daridirinya sendiri
Trimester Pembesaran abdomen Hiperlordosis
Ketiga Perubahan frekuensi Waspada
(minggu 27–40) berkemih Ibu merasa tidak sabar
Perubahan menunggu kelahiran
ketidaknyaman tulang bayinya.
dan otot Ibu merasa khawatir
Gangguan tidur atau takut apabila bayi
Perubahan sensasi yang dilahirkannya
terhadap nyeri tidak normal.

Sumber : Kepmenkes RI2017

5) Kebutuhan Dasar pada Ibu Hamil


a) Oksigen
Ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan
pendek nafas, hal ini disebabkan karena diafragma tertekan
akibat membesarnya rahim (Nugroho, 2016).
b) Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ibu meningkat hingga 300 kalori/hari
dari menu seimbang. Contoh: nasi tim dari empat sendok
makan beras, ½ hati ayam, satu potong tahu, wortel parut,
bayam, satu sendok teh minyak goring dan 400 ml air
(Nugroho, 2016).
c) Vitamin (B1,B2, dan B3)
Vitamin ini akan membantu enzim untuk mengatur
metabolism system pernafasan dan energy. Ibu hamil
dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin B1 sekitar 1,2 mg per
14

hari, vitamin B2 ½ mg per hari dan vitamin B3 11 per hari.


Sumber vitamin tersebut yaitu: krju, susu, kacang-kacangan,
hati, dan telur (Nugroho, 2016).
d) Personal hygiene
Kebersihan diri selama kehamilan penting untuk dijaga
oleh setiap ibu hamil. Kebersihan diri yang buruk dapat
berdampak pada kesehatan ibu dan janin. Sebaiknya ibu hamil
mandi, gosok gigi dan ganti pakaian dua kali sehari (Nugroho,
2016).

e) Pakaian
Ibu hamil sebaiknya menggunakan pakaian yang
longgar, mudah dikenakan dan nyaman. Gunakan kutang
dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu menyangga
seluruh payudara, tidak menggunakan sepatu tumit tinggi
(Nugroho, 2016).
f) Eliminasi
Ibu hamil sering buang air kecil terutama pada
kehamilan trimester III dengan frekuensi buang air besar
menurun akibat adanya konstipasi. Ibu hamil akan sering
kekamar mandi terutama saat malam sehingga menggangu
tidur sebaiknya intake cairan sebelum tidur dikurangi
(Nugroho, 2016).
g) Seksual
15

Ibu hamil tetap dapat melakukan hubungan seksual


dengan suaminya sepanjang hubungsn tersebut tidak
mengganggu kehamilan. Pilihlah posisi yang nyaman dan tidak
menyebabkan nyeri bagi wanita hamil dan usahakan gunakan
kondom karena prostaglandin yang terdapat pada semen dapat
menyebabkan kontraksi (Nugroho, 2016).
h) Senam Hamil
Suatu program latihan fisik yang sangat penting bagi calon ibu
untuk mempersiapkan persalinan baik secara fisik atau mental
(Nugroho, 2016).
i) Istirahat atau tidur
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat atau tidur
yang cukup. Kurang istirahat atau tidur dapat menyebabkan ibu
hamil terlihat pucat, lesu dan kurang gairah. Usahakan tidur
malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam
(Nugroho, 2016).
j) Traveling
Umunya perjalanan jauh pada enam bulan pertama
kehamilan dianggap cukup aman, bila ingin melakukan
perjalanan jauh pada tiga bulan terakhir kehamilan sebaiknya
di rundingkan dengan dokter (Nugroho, 2016).
k) Stimulasi pengungkit otak (brain boster)
Pemberian stimulasi di berikan dengan mengunakan
musik pada periode kehamilan yang bertujuan meningkatkan
intelegensia bayi yang dilahirkan (Kemenkes RI, 2017).
16

l) Mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan darurat trimester


III
6) Ketidaknyamanan pada kehamilan
Kehamilan merupakan pertemuan antara ovum dengan sperma
yang melibatkan perubahan fisik maupun psikologis. Selama hamil
tidak jarang ibu mengalami ketidaknyamanan seperti sering buang
air kecil 50%, keputihan 15%, konstipasi 40%, perut kembung
30%, bengkak pada kaki 20%, kram pada kaki 10%, sakit kepala
20%, striae gravidarum 50%, hemoroid 60%, sesak nafas 60%, dan
sakit punggung 70%. Upaya untuk mengatasi ketidaknyamanan
tersebut melalui relaksasi yang sesuai yaitu senam yoga (Nugroho,
2016).

7) Tanda Bahaya Ibu Hamil


Tanda yang muncul selama kehamilan mungkin terlihat ringan
dan wajar dialami oleh seorang ibu hamil. Padahal, tanda tersebut
bisa jadi gejala dari kondisi serius yang harus segera ditangani
Berikut ini beberapa tanda bahaya pada kehamilan:
a) Perdarahan dari vagina
Perdarahan dikatakan normal jika hanya sebatas bercak.
Namun, jika volume darah yang keluar cukup banyak dan
disertai adanya gumpalan jaringan, kondisi tersebut bisa
menjadi tanda bahwa ibu hamil mengalami keguguran,
17

kehamilan ektopik, atau hamil anggur. Perdarahan tersebut


perlu diwaspadai terutama jika disertai nyeri dan kram perut.
b) Kontraksi sebelum waktu bersalin
Kontraksi ringan normal dialami ibu hamil pada
trimester ke dua atau ke tiga, terutama saat ibu hamil merasa
lelah atau kekurangan cairan. Kontraksi bisa menjadi tanda
bahaya pada kehamilan apabila disertai dengan perdarahan atau
keluar cairan pada vagina, ketuban pecah dini, dirasakan
semakin kuat, dan terjadi sebelum perkiraan waktu kelahiran
bayi. Hal tersebut kemungkinan menandakan ibu hamil akan
melahirkan secara prematur.
Jika bumil mengalami gejala-gelaja tersebut, segeralah
pergi ke rumah sakit terdekat agar penanganan darurat segera
dilakukan.
c) Mual dan muntah
Kedua kondisi ini wajar dialami oleh ibu hamil,
khususnya pada trimester pertama kehamilan. Namun, jika
mual dan muntah terjadi secara berlebihan, dapat terjadi
dehidrasi, kekurangan elektrolit, kurang gizi, dan penurunan
berat badan. Kondisi ini disebut juga hyperemesis gravidarum
dan perlu segera ditangani oleh dokter.
d) Janin kurang aktif bergerak
Janin kurang aktif bergerak bisa menjadi tanda bahwa
dia sedang tidur atau Bumil tidak menyadari gerakannya.
Namun, janin yang kurang aktif atau bahkan berhenti bergerak
dan tidak kembali aktif seperti biasanya juga bisa menjadi
18

tanda dia kekurangan nutrisi atau oksigen. Jika gerakan janin


kurang dari 10 kali dalam jangka waktu dua jam, sebaiknya
segera konsultasikan ke dokter kandungan.
e) Sakit saat buang air kecil
Jika muncul rasa sakit atau nyeri saat buang air kecil,
bisa jadi Bumil menderita infeksi saluran kemih, vaginosis
bakterialis, chlamydia, endometriosis, herpes genital, gonore,
atau trikomoniasi. Segera temui dokter saat pertama kali ibu
hamil merasakan sakit ketika buang air kecil.
f) Sakit kepala, bengkak-bengkak, dan gangguan penglihatan
Sakit kepala normal terjadi saat hamil, karena tubuh
akan mengalami lonjakan hormon dan darah. Sementara, nyeri
perut muncul akibat rahim yang terus bertambah besar serta
peregangan ligamen dan otot panggul dan sekitar rahim.
Akan tetapi, jika gejala-gejala tersebut disertai oleh gangguan
penglihatan, bengkak-bengkak, tekanan darah tinggi, dan
kencing berbusa (banyak protein pada urine), ibu hamil perlu
berhati-hati, karena bisa jadi hal tersebut
menandakan preeklamsia.
g) Demam
Demam saat hamil adalah salah satu keluhan yang
harus selalu diwaspadai oleh ibu hamil. Hal ini karena bisa
jadi demam ini disebabkan oleh adanya infeksi. Infeksi saat
hamil bisa terjadi akibat banyak penyakit, misalnya infeksi
saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, demam tifoid,
hingga infeksi pada ketuban.
19

h) Ketuban Pecah Sebelum Waktunya


Dinamakan ketuban pecah sebelum waktunya apabila
terjadi sebelum persalinan yang disebabkan karena
berkurangnya kekuatan membran/ peningkatan tekanan uteri
yang juga dapat disebabkan adanya infeksi yang dapat berasal
dari vagina dan servik yang dapat dinilai dari cairan ketuban di
vagina. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan
37 minggu preterm maupun kehamilan aterm (Walyani,2017).
8) Ante Natal Care (ANC)
Ante natal Care adalah merupakan pemeriksaan
kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan fisik dan
mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu menghadapi
masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI
secara eksklusif, serta kembalinya kesehatan alat reproduksi
dengan wajar.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 6 (enam) kali
selama masa kehamilan, yaitu 2 kali pemeriksaan pada trimester
pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 3 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga (Junita, 2020).
Menurut Padila (2017), informasi yang harus di dapatkan ibu
hamil saat kunjungan adalah :
Trimester pertama sebelum minggu ke-14 yaitumembangun
hubungan saling percaya antar petugas kesehatan dan ibu hamil,
mendeteksi masalah dan menanganinya, melakukan tindakan
pencegahan seperti tetanus neonaturum, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan, memulai
20

persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk komlikasi,


mendorong perilaku yang sehat.
Trimester kedua sebelum minggu ke-28 yaitusama pada
trimester satu, ditambah kewaspadaan khusus mengenai
preeclampsia (tanya ibu tentang gejala-gejala preeklamsia, pantau
tekanan darah, evaluasi oedema, periksa untuk apakah ada
kehamilan ganda).
Trimester ketiga antara minggu 28-36,sama seperti trimester I
dan II, ditambah palpasi abdomen untuk mengetahui apakah ada
kehamilan ganda. Trimester ketiga setelah 36 minggu ditambah
deteksi letak bayi yang tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran dirumah sakit.
Jadwal Pemeriksaan Antenatal
a. Pemeriksaan pertama
Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah
diketahui terlambat haid.

b. Pemeriksaan ulang
Setiap bulan sampai umur kehamilan 6 sampai 7 bulan,
setiap 2 minggu sampai kehamilan berumur 8 bulan, setiap 1
minggu sejak umur kehamilan 8 bulan sampai terjadi
persalinan.
Pada masa pandemic, pelayanan antenatal pada
kehamilan normal dapat dilakukan minimal 6 kali dengan
rician dua kali di trimester I, satu kali di trimester II, dan tiga
21

kali di trimester III. Jadwal kunjungan pemeriksaan kehamilan


trimester III yaitu setiap 2-1 minggu sampai tiba masa
kelahiran (Kemenkes RI, 2020).
Pelayanan asuhan standar Antenatal
Menurut Walyani (2017) pelayanan ANC 5T,
meningkat menjadi 7T dan sekarang menjadi 12T, sedangkan
untuk daerah gondok dan endemik malaria menjadi 14T, yakni
a. Timbang berat badan dan tinggi badan (T1)
Berat badan ditimbang setiap ibu datang atau
berkunjung untuk mrngetahui kenaikan BB dan penurunan
BB. Kenaikan BB ibu hamil normal rata-rata 6,5 kg sampai
16 kg (Suryono, 2016).
b. Tekanan darah (T2)
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung. Deteksi
tekanan darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala
preeklamsi. Apabila turun di bawah normal kita pikirkan ke
arah anemia. Tekanan darah normal berkisar systol/diastole:
110/70 mmHg – 120/80 mmHg (Walyani, 2017).

c. Pengukuran tinggi fundus uteri (T3)


Menggunakan pita sentimeter, letakkan titik nomer
pada tepi atas sympisis dan rentangkan sampai fundus
uteri(fundus tidak boleh ditekan).
Tabel 2 Tinggi fundus uteri sesuai umur kehamilan
Umur kehamilan
No Tinggi Fundus Uteri (cm)
dalam minggu
22

1 12 cm 12
2 16 cm 16
3 20 cm 20
4 24 cm 24
5 28 cm 28
6 32 cm 32
7 36 cm 36
8 40 cm 40
Sumber : Walyani, 2015
Tabel 3 Usia Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri
Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri

12 Minggu 1/3 diatas simfisis


16 Minggu ½ diatas simfisis dan pusat
20 Minggu 2/3 diatas simfisis
22 Minggu Setinggi pusat
28 Minggu 1/3 diatas pusat
34 Minggu ½ pusat-prosesus xifoideus
36 Minggu Setinggi prosesus xifoideus
40 Minggu Dua jari (4cm) dibawah prosesis
xifoideus
Sumber : Manuaba, 2012

d. Pemberian tablet tambah darah (T4)


Untuk memenuhi kebutuhan volume darah pada ibu
hamil dan nifas, karena masa kehamilan kebutuhan meningkat
seiring dengan pertumbuhan janin memerlukan 90 tablet
selama kehamilan.
e. Pemberian imunisasi TT (T5)
23

Untuk melindungi dari tetanus neonaturum. Efek


samping TT yaitu nyeri, kemerah-merahan dan bengkak
sekitar 1-2 hari pada tempat penyuntikan.
Tabel 4 Interval Imunisasi TT
% Masa
Imunisasi Interval
Perlindungan Perlindungan
Pada kunjungan
TT 1 0% Tidak ada
ANC pertama
4 minggu setelah
TT 2 80% 3 Tahun
TT 1
6 Bulan setelah
TT 3 95% 5 Tahun
TT 2
1 Tahun setelah
TT 4 99% 10 Tahun
TT 3
1 Tahun setelah 25 Tahun/
TT 5 99%
TT 4 seumur hidup
Sumber : Walyani, 2017
f. Pemeriksaan HB (T6)
Dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama
kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan Hb
adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu
hamil.
g. Pemeriksaan protein urine (T7)
Untuk mengetahui adanya protein dalam urin ibu hamil
yang bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.

h. Pengambilan darah untuk pemeriksaan Veneral Desease


Research Laboratory (T8)
VDRL untuk mengetahui adanya troponema
pallidum/penyakit menular seksual, antara lain syphilish.
24

i. Pemeriksaan urine reduksi (T9)


Dilakukan hanya pada ibu dengan indikasi penyakit
gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga ibu dan
suami.
j. Perawatan payudara (T10)
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat
tekan payudara yang ditunjukan kepada ibu hamil. Manfaat
perawatan payudara adalah menjaga kebersihan payudara
terutama puting susu, mengencangkan serta memperbaiki
bentuk puting susu (pada puting susu yang terbenam),
merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI
lancar dan mempersiapkan ibu dalam laktasi. Perawatan
payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan mulai
pada kehamilan 6 bulan.
k. Senam ibu hamil (T11)
Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan
mempercepat pemulihan setelah melahirkan serta mencegah
sembelit.
l. Pemberian obat malaria (T12)
Diberikan khusus untuk ibu hamil didaerah endemik
malaria atau kepada ibu dengan gejala khas malaria yaitu
panas tinggi disertai mengigil.

m. Pemberian kapsul minyak yodium (T13)


Dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan dimana
tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat
25

kekurangan yodium dapat mengakibatkan gondok dan kretien


yang ditandai dengan gangguan fungsi mental, pendengaran,
pertumbuhan, kadar hormon yang rendah.
n. Temu wicara (T14)
Prinsip-prinsip konseling ada 5 prinsip pendekatan
yaitu keterbukaan, empati, dukungan, sikap respon positif dan
setingkat atau sama derajat. Tujuan konseling pada antenatal
care adalah membantu ibu hamil memahami kehamilannya
dan sebagai upaya preventif terhadap hal-hal yang tidak
diingikan serta membantu ibu hamil untuk menemukan
kebutuhan asuhan kehamilan, penolong persalinan yang bersih
dan aman atau tindakan klinik yang mungkin diperlukan.
9) Cara mencegah infeksi Virus Corona pada Ibu Hamil
Sitem imun yang menurun selama kehamilan menyebabkan ibu
hamil harus lebih waspada terhadap virus corona. Berikut adalah
beberapa langkah yang bisa di lakukan untuk mencegah inveksi
virus corona pada ibu hamil yaitu membiasakan mencuci tangan
mengunakan air dan sabun, Jika tidak ada air dan sabun, bisa
gunakan hand sanitizer dengan kadar alkohol minimal 60% efektif
membunuh kuman. Kemudian menjaga daya tahan tubuh, bumil di
sarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, misalnya sayur,
buah, makanan tinggi protein, dan tetap mematuhi protokol
kesehatan (Kemenkes, 2020).
26

10) Asuhan kehamilan di pandemic Covid-19


Asuhan kehamilan pada kehamilan normal di masa pandemic
ini dapat dilakukan minimal enam kali dengan rincian 2 kali di TM
I, 1 kali di TM II, dan 3 kali di TM III.
ANC ke-1 di Trimester 1, skrining factor risiko dilakukan oleh
dokter dengan menerapkan protokol kesehatan. Jika ibu datang
pertama kali ke bidan, bidan tetap melakukan pelayanan antenatal
seperti biasa, kemudian ibu dirujuk ke dokter untuk dilakukan
skrining. Sebelum ibu melalukan kunjungan antenatal secara tatap
muka, dilakukan janji temu/teleregistrasi dengan skrining
anamnesa melui media komunikasi (telepon) secara daring untuk
mencari factor risiko dan gejala COVID-19.
ANC ke-2 di Trimester 1, ANC ke-3 di Trimester 2, ANC ke-
4 di Trimester 3, dan ANC ke-6 di Trimester 3, dilakukan tindak
lanjut sesuai hasil skrining. Tatap muka di dahului dengan janji
temu/teleregistrasi dengan skrining anamnesa melalui media
komunikasi secara daring untuk mencari factor risiko dan gejala
COVID-19.
ANC ke-5 di Trimester 3, skrining factor risiko persalinan
dilakukan oleh Dokter dengan menerapkan protocol kesehatan.
Skrining dilakukan untuk menetapkan:
a) Faktor risiko persalinan
b) Menentukan tempat persalinan, dan
c) Menentukan terencana atau tidak.
Tatap muka di dahului dengan janji temu dengan skrining
anamnesa melalui media komunikasi (telepon) secara daring untuk
27

mencari factor risiko dan gejala COVID-19, ibu dirujuk ke RS


untuk dilakukan swab atau jika sulit mengakses RS rujukan maka
dilakukan Rapid test.
b. Teori Manajemen Kehamilan
Menurut Kepmenkes No.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang
Standar Asuhan Kebidanan, untuk mewujudkan pelayanan kebidanan
yang berkualitas diperlukan adanya standar sebagai acuan bagi bidan
dalam memberikan asuhan kepada klien.
Standar I: Pengkajian
Pernyataan standar: pada tahap ini bidan mengumpulakan
semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua sumber
yang berkaitan dengan klien.
1) Data subjektif
Data subjektif, berupa data focus yang dibutuhkan untuk
menilai keadaan ibu sesuai dengan kondisi.
Jenis data yang dikumpulkan antara lain menurut Diana
(2017): data yang dikumpulkan menurut Romauli (2011) untuk
menilai klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan
suami, meliputi:
a) Identitas

Nama : Untuk dapat mengenai atau memanggil bila


ada nama nama ibu dan untuk mencegah
kekeliruan yang sama.
Umur : Dalam kurun waktu reproduksi sehat,
dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan
28

adalah 20-35 tahun. Hamil dengan resiko


tinggi yaitu hamil dengan umur < 20 tahun
(alat-alat reproduksi belum matang, mental
dan psikis belum siap) dan umur >35 tahun
(alat-alat reproduksi sudah mengalami
penurunan fungsi).
Suku/bangsa : Untuk rnengetahui kondisi sosial budaya ibu
yang memengaruhi perilaku kesehatan
Agama : Dalam hal ini berhubungan dengan
perawatan penderita yang berkaitan dengan
ketentuan agama. Antara lain dalam keadaan
yang gawat ketika memberi pertolongan dan
perawatan dapat diketahui dengan siapa
harus berhubungan.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat intelektual,
tingkat pendidikan memengaruhi sikap
perilaku kesehatan seseorang.
Pekerjaan : Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh
pekerjaan pasien terhadap permasalahan
keluarga atau untuk mengetahui social
ekonomi dan untuk menyesuaiakan asuhan
yang diberikan.
Alamat : Untuk mengetahui tempat tinggal serta
mempermudah pemantauan.
b) Keluhan Utama
29

Untuk mengetahui apakah alasan kunjungan ini karena


adakeluhan atau hanya untuk memeriksa kehamilannya. Kondisi
yang sering membuat ibu hamil tidak nyaman selama trimester III
diantaranya ; rasa lelah, nyeri pada punggung, sering buang air
kecil, kemudian otot yang berada dibawah paru-paru dapat
tergencet oleh rahim yang terus membesar sehingga membuat ibu
sesak nafas (Diana, 2017).
c) Riwayat Menstruasi
Dapat digunakan untuk mengetahui umur kehamilan dan
kondisi kehamilanpada ibu. Isi dari anamnesa riwayat haid
adalahmenarche (usia pertama mendapatkan haid), normalnya
seorang wanita pertama kali menarchepada usia 10 sampai 15
tahun, jika usia diatas 15 tahun belum juga menarche perlu dikaji
lagi, untuk mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT)
(Walyani, 2017).
d) Riwayat kehamilan sekarang
Hal-hal yang perlu dikaji di dalamnya antara lain berapa kali
ibu sudah melakukan ANC, dimana ibu memperoleh ANC, apakah
ibu sudah mendapatkan imunisasi TT dan berapa kali
mendapatkannya, apakah ibu teratur minum tablet tambah darah,
kalk dan vitamin yang ibu peroleh setiap kali kontrol, apakah ada
keluhan atau komplikasi selama ibu hamil dan apakah ibu
mempunyai kebiasaan-kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan,
merokok, minum jamu, alkohol dan sebagainya, sehingga bidan
dapat memantau perkembangan janin yang dikandung (Diana,
2017).
30

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu


Menurut Muslihatun (2009), meliputi Gravida (G)… Para (P)
… Abortus (A)… Anak Hidup (AH)…, perdarahan pada
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam
kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir bayi <2500
gram atau >4000 gram serta masalah selama kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu. Menurut Diana (2017), informasi
esensial tentang kehamilan terdahulu mencangkup bulan dan
tahun kehamilan tersebut berakhir, usia gestasi pada saat itu, tipe
persalinan (spontan, forsep, ekstraksi vakum, atau bedah sesar),
lama persalinan (lebih baik dihitung dari kontraksi pertama), berat
lahir, jenis kelamin, dam komplikasi lain, kesehatan fisik. Untuk
mengetahui adanya resiko pada kehamilan sekarang sehingga
sebagai acuan dalam pemberian asuhan.
f) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan dahulu, untuk mengetahui apakah dahulu
ibu mempunyai penyakit yang berbahaya bagi kehamilannya.
Selain itu untuk mengetahui apakah ibu pernah menjalani operasi
yang berhubungan dengan organ reproduksinya atau tidak, karena
akan berpengaruh pada kehamilanya.
g) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk mengetahui apakah pada saat sekarang ini ibu benar-
benar dalam keadaan sehat, tidak menderita suatu penyakit kronis
seperti asma, ginjal, jantung, Tuberkolosis (TBC), hipertensi,
Diabetus Melitus (DM) dan lainnya, karena apabila ada gangguan
kesehatan pada saat ibu hamil akan secara tidak langsung
31

berpengaruh pada kehamilannya baik itu pada diri ibu sendiri


maupun perkembangan dan pertumbuhan janin yang
dikandungnya.
Pada masa kehamilan, plasenta akan memproduksi lebih
banyak hormone seperti estrogen, HPL (Human Placental
Lactogen), termasuk hormone yang membuat tubuh kebal
terhadap insulin, yaitu hormone yang menurunkan kadar gula
darah. Akibatnya, kadar gula darah meningkat dan menyebabkan
diabetes militus.
h) Riwayat kesehatan keluarga
Hal penting yang perlu dikaji bila ada riwayat penyakit
menular dalam keluarga ibu maupun suami seperti : hepatitis,
TBC, HIV/AIDS, Penyakit Menular Seksual (PMS) yang dapat
menularkan kepada anggota keluarga yang lain. Juga perlu dikaji
bila ada riwayat penyakit keturunan dalam keluarga ibu maupun
suami seperti jantung, DM, asma, hipertensi, dan lainnya (Diana,
2017).
i) Riwayat perkawinan
Dikaji untuk mengetahui sudah berapa lama klien menikah,
sudah berapa kali klien menikah, berapa umur klien dan suami
pada saat menikah, sehingga dapat diketahui apakah klien masuk
dalam infertilitas sekunder atau bukan. Selain itu secara normal
juga untuk mengetahui apakah anak yang dikandungnya sah
secara hukum atau anak hasil hubungan di luar nikah karena dapat
berpengaruh terhadap penerimaan ibu terhadap kehamilannya
(Diana, 2017).
32

j) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui apakah sebelumnya ibu pernah ber-
KB, jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemasangan dan berhenti, keluhan/alasan berhenti, jarak
kehamilan dan persalinan, untuk mengetahui apakah ada
komplikasi selama memakai KB yang bisa mengakibatkan adanya
resiko pada kehamilan sekarang (Muslihatun, 2009).
k) Pola makan dan minum
Pola ini perlu dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah
menerapkan perilaku hidup sehat atau belum dalam keseharian.
Karena asupan nutrisi waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori perhari juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan janin yang dikandungnya. Selain makanan, berapa
kali minum dalam sehari juga perlu dipertanyakan, hal ini juga
dimaksudkan untuk mencegah keadaan kekurangan cairan (Diana,
2017).
Kebutuhan air juga sangat berpengaruh dalam, pertumbuhan
sel-sel baru, mengatur suhu tubuh, melarutkan dan mengatur
proses metabolisme zat-zat gizi, serta mempertahankan volume
darah yang meningkat selama masa kehamilan sehingga
dianjurkan memenuhi pola minum sehari minimal 8 gelas atau
sesuai berat badan klien.
l) Pola personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu sudah menerapkan
perilaku hidup sehat dalam kehidupannya. Kebersihan diri yang
paling dan harus diperhatikan oleh ibu hamil adalah kebersihan
33

alat kelamin (genetalia), apabila ibu tidak menjaga genetalia akan


memudahkan masuknya kuman ke dalam kandungan (Diana,
2017).
m) Pola seksual
Dikaji untuk mengetahui apakah selama hamil ibu melakukan
hubungan seksual atau tidak. Serta bidan menanyakan apakah ada
ganguan saat melakukan hubungan seksual saat hamil, misalkan
tidak puas, adanya rasa nyeri/cemas/takut/sakit saat melakukan
hubungan seksual.
n) Pola aktivitas dan istirahat
Ibu hamil setidaknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup.
Kurang istirahat/tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan
kurang gairah. Ibu hamil dianjurkan tidur malam kurang lebih 8
jam dan tidur siang kurang lebih 1 jam (Diana, 2017).
o) Pola eliminasi
BAB perlu dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu BABsetiap
harinya dan bagaimana konsistensi warna fecesnya, biasanya pada
ibu hamil kemungkinan besar terkena sembelit karena pengaruh
dari hormon progesterone dan juga warna dari fecesnya terkadang
hitam yang disebabkan oleh tablet Fe yang dikonsumsi selama
hamil (Diana, 2017).
BAK perlu dikaji frekuensinya (seberapa sering ia berkemih
dalam sehari. Saat trimester tiga terjadi peningkatan frekuensi
berkemih karena kandung kemih tertekan oleh kepala janin yang
mulai turun ke dalam panggul, warna urine (normalnya urine
berwarna bening, jika urine berwarna keruh dicurigai klien
34

menderita DM) warna urin keruh disebabkan adanya penumpukan


glukosa, bau urine (bau urine normalnya seperti bau Amonia
(NH3)(Walyani, 2017).
p) Data psikologi
Dikaji untuk mengetahui penerimaan ibu, suami dan keluarga
terhadap kehamilan; dukungan suami dan keluarga terhadap
kehamilan; harapan ibu pada kehamilan; serta apakah ada
kecemasan atau ketakutan yang dialami pada kehamilan, misalkan
apakah keadaan janinnya baik, apakah janinnya mengalami
kecacatan, apakah janin berkembang dengan baik.
q) Data spiritual dan ekonomi
Dikaji untuk mengetahui hubungan ibu dengan keluargandan
lingkungan tempat tinggal, besar penghasilan dan pendapatan
keluarga, akitivitas keyakinan ibu (ketekuanan beribadah), dan
pengambil keputusan utama dalam keluarga dan pengambil
keputusan alternatif jika pengambil keputusan utama tidak ada.
r) Kebiasaan buruk yang berkaitan dengan kesehatan
Dikaji untuk mengetahui kebiasaan buruk yang berkaitan
dengan kesehatan, misalnya apakah ibu merokok, apakah suami
merokok, karena merokok atau menghirup asap rokok selama
kehamilan dapat menyebabkan bayi terpapar bahan kimia
berbahaya dalam jumlah yang banyak diantara lain; masalah pada
plasenta, menurunkan berat badan bbayi saat lahir, ketuban pecah
dini, bayi lahir prematur, kematian pada janin. Kemudian apakah
ibu mengkonsumsi minuman keras, apakah ibu mengkonsumsi
narkoba/zat adiktif lainnya, serta apakah mempunyai hewan
peliharaan seperti kucing & anjing yang tinggal dalam 1 rumah.
35

s) Data pengetahuan ibu


Dikaji dalam semua hal yang berkaitan dengan kehamilan dan
persalinan misalnya: apakah ibu sudah melakukan senam hamil,
apakah ibu sudah mengetahui apa saja tanda bahaya kehamilan,
apa saja yang perlu di persiapan menjelang persalinan, apakah ibu
sudah mengetahui tentang tanda-tanda persalinan.
2) Data objektif
Pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi yang dilakukan secaraberurutan. Data-data
yang perlu untuk dikaji adalah sebagai berikut (Romauli, 2011).
Kesadaran, saat menilai kesadarankita bisa menentukan
tindakan pertama yang harus kita lakukan, ada tidaknya tindakan
segera apabila kesadaran mulai menurun.
Tabel 6 Tingkat kesadaran
Kesadaran Keterangan
Komposmentis Sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan yang diajukan tentang keadaannya
Apatis Keadaan kesadaran yang segan untuk
berhubungan dengan kehidupan di sekitarnya,
acuh tak acuh
Somnolen Keadaan kesadaran yang hanya ingin tidur
saja. Hanya dapat dibangunkan dengan
rangsangan nyeri, tetapi jatuh tidur lagi
Delirium Keadaan kacau motorik yang sangat
memberoktak, berteriak-teriak dan tidak sadar
terhadap orang lain, tempat dan waktu
Sopor Keadaaan kesadran yang menyerupai koma,
reaksi hanya dapat ditimbulkan dengan
rangsangan nyeri.
Koma Keadaan kesadaran yang hilang sama sekali
dan tidak dapat dibangunkan dengan
rangsangan apapun.
36

Sumber : Diana, 2017


Pemeriksaan umum, keadaan umum data ini didapat dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Baik,jika pasien
memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami katergantungan
dalam berjalan.Lemah jika pasien dimasukkan dalam kriteria ini
jika ia kurang atau tidak memberikan respons yang baik terhadap
lingkungan dan orang lain, dan pasien sudah tidak mampu berjalan
sendiri (Romauli, 2017).
Mengukur tinggi badan, Ibu hamil dengan tinggi badan kurang
dari 145 cm tergolong faktor risiko. Faktor risiko terhadap
kehamilan yang sering berhubungan dengan tinggi ialah keadaan
rongga panggul. Pada ibu yang pendek, rongga panggulnya sempit.
Namun tidak semua pada ibu yang pendek rongga panggulnya
sempit (Romauli, 2011).
Memeriksa penambahan berat badan ibu hamil setiap
kunjungan untuk mengetahui adaptasi ibu terhadap pertumbuhan
janin yang dikandungnya. Normalnya penambahan berat badan
tiap minggu adalah 0,50 kg dan penambahan berat badan ibu dari
awal sampai akhir kehamilan adalah 6,50 sampai 16,50 kg
(Romauli, 2011).
Menurut Romauli (2011) pengukuran LILA pada bagian kiri
kurang dari 23,5 cm (normalnya 23,5 cm) merupakan indikator
kuat untuk status gizi ibu yang kurang/buruk, sehingga ia berisiko
untuk melahirkan BBLR dan untuk mengetahui resiko kekurangan
energi protein.
37

Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Romauli (2011), antara


lain :
Tekanan darah : Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada
orang dewasa adalah 100 sampai 140
mmHg, sedangkan rata-rata diastol adalah
60 sampai 90 mmHg.
Nadi : berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi
ibu hamil yang di atas 100 x/menit pada
masa hamil adalah mengindikasikan adanya
keluhan seperti tegang, ketakutan atau
cemas, perdarahan berat, anemia, dan
gangguan jantung.
Pernapasan : untuk rnengetahui fungsi sistem
pernapasan. Normalnya 16-24 x/menit
Suhu tubuh : Normal adalah 36-37,5°C. Suhu tubuh lebih
dari 37,5°C perlu diwaspadai karena
bersamaan dengan meningkatnya suhu,
tubuh akan mengeluarkan zat-zat
peradangan yang akan mengganggu
kehamilan yang bisa berakibat buruk bagi
kehamilan atau janin.
Pemeriksaan fisik, pemeriksan dilakukan secara Head to Toe
(menyeluruh dari ujung kepala sampai ujung kaki)
Rambut : Rambut bersih, tidak ada ketombe, kepala
teraba tidak ada benjolan (oedema), tidak ada
kelainan pada kepala
38

Muka : Muncul bintik-bintik dengan ukuran yang


bervariasi pada wajah dan leher (Chloasma
Gravidarum) akibat Melanocyte
StimulatingHormone. Perubahan hormon ini
akan menstimulasi perubahan peningkatan
melanin (hiperpigmentasi) secara sementara,
melanin ini merupakan substansi alami yang
memberikan warna pada kulit. Selain itu,
penilaian pada muka juga ditujukan untuk
melihat ada tidaknya pembengkakan pada
daerah wajah serta mengkaji kesimetrisan
bentuk wajah. Apabila terjadi pembengkakan
pada wajah dan terasa sakit bisa menjadi tanda
preeklampsia pada ibu hamil
Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai
warna, yang dalam keadaan normal berwarna
putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva
dilakuan untuk mengkaji munculnya anemia.
perlu dilakukan pengkajian terhadap pandangan
mata yang kabur terhadap suatu benda untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya pre-
eklampsia.
Hidung : Apakah ada secret atau tidak, ada polip atau
tidak,
Telinga : Untuk mengkaji keadan telinga (tulang rawan),
pendengaran dan kebersihan.
39

Mulut : untuk mengkaji kelembaban mulut dan


mengecek ada tidaknya stomatitis. Gigi/gusi ,
gigi merupakan bagian penting yang harus
diperhatikan kebersihannya sebab berbagai
kuman dapat masuk melalui organ ini ,karena
pengaruh hormon kehamilan, gusi menjadi
mudah berdarah pada awal kehamilan. Dampak
karies atau gigi keropos dan berlubang, ibu
tidak dapat menguyah makanan dengan baik
sehingga gizi janin kurang, dan bayi mengalami
gangguan pertumbuhan dalam kandungan.

Leher : dalam keadaan normal, kelenjar tyroid tidak


terlihat dan hampir tidak teraba sedangkan
kelenjar getah bening bisa teraba seperti kacang
kecil.
Payudara : payudara menjadi lunak, membesar, vena-vena
di bawah kulit lebih terlihat, puting susu
membesar, kehitaman dan tegak, areola meluas
dan kehitaman serta muncul strechmark pada
permukaan kulit payudara. Selain itu, menilai
kesimetrisan payudara, mendeteksi
kemungkinan adanya benjolan dan mengecek
pengeluaran ASI.
Perut : Inspeksi, muncul Striae Gravidarum dan Linea
Gravidarum pada permukaan kulit perut akibat
40

MelanocyteStimulating Hormon.
Palpasi : Palpasi pada perut bertujuan untuk mendeteksi
kehamilan gemeli dan mendeteksi kelainan
letak pada janin yang tidak normal.
Palpasi : Leopold 1 : pemeriksa menghadap ke arah
Leopold muka ibu hamil, menentukan tinggi fundus uteri
dan bagian janin yang terdapat pada fundus.
Normalnya TFU pada usia kehamilan 28
minggu TFU 1/3 diatas pusat, 34 minggu TFU
½ pusat-Prosesus Xifoideus (PX), 36 minggu
TFU setinggi PX, 40 minggu TFU 2 jari
dibawah PX (Walyani, 2015). Normalnya
difundus teraba bokong, jika teraba kepala
disebut presbo
Leopold 2 : menentukan batas samping rahim
kanan dan kiri, menentukan letak punggung
janin dan pada letak lintang untuk menentukan
letak kepala janin.
Leopold 3, menentukan bagian terbawah janin
dan menentukan apakah bagian terbawah
tersebut sudah masuk ke PAP atau masih dapat
digerakkan.
Leopold 4, pemeriksa menghadap ke arah kaki
ibu hamil dan menentukan konvergen (Kedua
jari-jari pemeriksa menyatu yang berarti bagian
terendah janin belum masuk panggul) atau
divergen (kedua jari-jari pemeriksa tidak
41

menyatu yang berarti bagian terendah janin


sudah masuk panggul) serta seberapa jauh
bagian terbawah janin masuk ke pintu atas
panggul.
Pada akhir trimester III menjelang persalinan,
presentasi normal janin adalah presentasi kepala
dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi.
denyut jantung janin normal adalah antara 120-
160x/menit.
Genetalia : pengaruh hormon estrogen dan progesteron
adalah pelebaran pembuluh darah sehingga
dapat terjadi varises pada sekitar genetalia.
Namun tidak semua ibu hamil mengalami
varises pada daerah tersebut.
Anus : Pada keadaan normal, tidak terdapat hemoroid
pada anus.
Ektremitas : tidak ada oedema, tidak ada varises dan refleks
patella menunjukkan respons positif.
Tafsiran Berat Janin, berat janin dapat ditentukan dengan
rumus Lohnson, yaitu : Jika kepala janin belum masuk ke pintu
atas panggul Berat janin = (TFU-12) x 155 gram. Jika kepala janin
telah masuk ke pintu atas panggul Berat janin = (TFU-11) x 155
gram.
Pemeriksaan penunjang antara lain, hemoglobin (Hb) wanita
hamil dikatakan anemia jika kadar hemoglobin nya <11 gram/dL.
42

Golongan darah, untuk mempersiapkan calon pendonor darah


jika sewaktu-waktu diperlukan karena adanya situasi
kegawatdaruratan.
Protein urine dan glukosa urine, urine negatif untuk protein
dan glukosa (Diana, 2017).
Standar II : Perumusan Diagnosa dan masalah Kebidanan
a. Pernyataan Standar Bidan
Menganalisis data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterpretasikan secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.
b. Kriteria Perumusan Diagnosa atau Masalah Kebidanan
Diagnosa sesuai dengan nomen klatur kebidanan. Masalah
dirumuskan sesuai dengan kondisi klien. Dapat diselesaikan
dengan asuhan kebidanan secara mandiri, kolaborasi, dan rujukan.
c. Diagnosa Kebidanan
Dalam menentukan diagnose kehamilan pastikan ibu dalam
kondisi hamil atau tidak. Indentifikasi tanda persumtive dan
mungkin dan tanda pasti kehamilan. Diagnosa bahwa ibu hamil
jika di dapatkan tanda pasti kehamilan.
Diagnosa kebidanan : “Ny. X umur … tahun G… P… A… UK ...
minggu dengan hamil normal”
Data Subjektif : Biasanya ibu hamil pada TM III akan sering
mudah lelah, pusing, sesak nafas, kram pinggang, sulit
tidur,konstipasi dan kram otot.
Data Objektif : KU baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
110/70 - 120/80mmHg, nadi 60-80 x/menit, respirasi16-24
x/menit, Suhu 36,5-37,5 ͦ C, DJJ 120-160x/menit, TBJ(TFU-11) x
43

155 (divergen), (TFU-12) x 155 (konvergen). Palpasi bagian batas


teraba bokong, pada bagian kiri terdapat kecil-kecil (ekstremitas),
pada bagian kanan teraba datar seperti papan (punggung), bagian
bawah janin belum masuk panggul,convergen/divergen.
d. Masalah
Keluhan yang dirasakan ibu seperti ; Sering buang air kecil, nyeri
punggung, kram otot
e. Kebutuhan
Asuhan yang dapat diberikan oleh bidan untuk mengatasi keluhan
dan masalah ibu ; informasi tentang tanda-tanda persalinan,
support mental pada ibu, tanda bahaya TM III
f. Diagnosa potensial
Tidak Ada
g. Antisipasi tindakan segera
Tidak Ada
(Diana, 2017)
Standar III: Perencanaan
Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi ibu, tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara
komprehensif.
a. Bidan memakai APD level 2 seperti (penutup kepala, masker N95,
handscoon dan sepatu boots anti air).
b. Jadwalkan janji temu tatap muka terhadap klien.
c. Lakukan screening untuk mencari factor resiko dan gejala covid-
19.
d. Beritahu tentang hasil pemeriksaan kepada ibu tentang bagaimana
kondisi ibu dan janin
44

e. Jelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus dibawa


f. Jelaskan tanda bahaya TM III
g. Anjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas dan istirahat yang cukup
h. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang beragam dan bergizi
seimbang
i. Anjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin (Diana, 2017)
Standar IV: Implementasi
Menurut Hartini (2018), pelaksanann asuhan kebidanan pada ibu
hamil disesuaikan dengan rencana asuhan yang telah disusun dan
dilakukan secara komprehensif, efektif, efesien dana man berdasarkan
eveidence based kepada ibu dalam bentuk upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitative
a. Menjelaskanpadaibubahwapadasaatpandemisemuapelayananharus
memakai APD terlebih dahulu.
b. Memberikanjanjitemu tatapmukapadaklien.
c. Menjelaskankepadaibu,jikaadagejalacovid-19ibudirujukke RS
untuk dilakukan swab/jika sulit mengakses RS
rujukanmakadilakukannrapidtest.Pemeriksaanscreeningfaktorresik
o, kehamilan dilkukan di RS rujukan. Jika tidak ada gejalacovid-
19,makadilakukanscreeningolehdokter oleh FTKP
d. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan kondisi ibu dan janin
e. Menjelaskan tanda-tanda persalinan dan persiapan yang harus
dibawa
f. Menjelaskan tentang tanda-tanda bahaya TM III
g. Menganjurkan ibu untuk mengurangi aktivitas dan istirahat yang
cukup
45

h. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang beragam dan


bergizi seimbang
i. Menganjurkan ibu untuk meminum tablet Fe secara rutin
(Diana, 2017)
Standar V: Evaluasi
Penilaian atau evaluasi dilakukan segera setelah selesai
melaksanakan asuhan sesuai dengan kondisi ibu kemudian dicatat,
dikomunikasikan dengan ibu dan atau keluarga serta ditindaklanjuti
sesuai dengan kondisi ibu.
a. Bidansudahmemakai APDtingkat2.

b. Ibusudahmenyetujuiuntuk temutatapmuka.
c. Ibusudahsudahdilakukanscreening.
d. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan hasil pada dirinya dan
bayinya
e. Ibu sudah mengetahui tanda-tanda persalinan dan persiapan yang
harus dibawa
f. Ibu sudah mengetahui tanda bahaya TM III
g. Ibu bersedia istirahat yang cukup
h. Ibu bersedia makan makanan yang bergizi seimbang
i. Ibu bersedia meminum Tablet Fe secara rutin
(Diana, 2017)
Standar VI: Pencatatan Asuahan Kebidanan
Pencatatan atau pendokumentasian dilakukan secara lengkap,
akurat, singkat dan jelas mengenai keadaan atau kejadian yang
ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan pada
formulir yang tersedia dan ditulis dalam bentuk SOAP(Hartini, 2018).
46

S: Subjektif
Subyektif, mencatat hasil anamnesa dan menggambarkan data yang
berhubungan dengan masalah yang biasa dikeluhkan pada kehamilan
>36 minggu seperti sesak, nyeri punggung, konstipasi dan sering BAK
(Manuaba, 2010).
O : Obyektif
a. K/U ibu : baik, kesadaran : composmentis, apatis
b. Tanda Vital : TD :120/80-140/90 mmHg, N : 80-90 x/menit,S :
36,5oC-37,5oC, R : 16-24 x/menit
c. Pemeriksaan fisik (head to toe)
d. Pemeriksaan palpasi
e. Leopold 1 : UK >36 minggu, fundus teraba bulat lunak tidak
melenting (bokong janin), TFU 3 jari dibwah prosesus xifoideus
Leopold 2 : sebelah kanan ibu teraba punggung/ekstremitas
sebelah kiri ibu teraba punggung/ekstremitas
Leopold 3 : bagian terbawah teraba bulat keras melenting (kepala
janin), masih bisa digoyangkan/tidak
Leopold 4 : kepalajanin sudah masuk panggul/belum
(konvergen/divergen)... bagian.
f. TBJ
Taksiran berat janin adalah salah satu cara untuk mengetahui
pertumbuhan janin ketika masih didalam uterus. Selain USG, cara
yang paling sederhana adalah dengan menggunakan rumus
Johnson. Taksiran ini hanya berlaku untuk presentasi kepala dan
mengukur terlebih dahulu TFU dengan tehnik Mc Donald (TFU
dalam cm – n) x 155 = berat (gram).
47

Keterangan:
1) Bila kepala janin belum masuk Pintu Atas Panggul (PAP) maka
n= 12
2) Bila kepala janin sudah masuk PAP maka n= 11
(Siswosudarmo, 2008)
g. Pemeriksaan auskultasi : DJJ (120-160 x/menit)
A: Analisis
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan. Sering menganalisa adalah sesuatu yang penting dalam
mengikuti perkembangan klien.
a. Diagnosa kebidanan :
Ny. Xx umur ... tahun ... G ... P... A ... UK .... minggu dalam
kehamilan normal.
b. Masalah: masalah yang sering ibu rasakan pada TM III seperti;
sakit punggung, bengkak dibagian tubuh tertentu, kontraksi palsu,
merasa kelelahan.
c. Kebutuhan : menganjurkan ibu banyak istirahat, jalan-jalan pagi,
istirahat yang cukup, asuhan sayang ibu, pemenuhan aspek fisik
dan psikologis, informasi tentang hasil pemeriksaan.
d. Diagnosa potensial : Tidak Ada
e. Antisipasi tindakan segera : Tidak Ada
P : Penatalaksanaan
merupakan pendokumentasian implementasi dan evaluasi, untuk
menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan atau
pelaksanaan ini harus disetujui oleh klien dan keluarga (Diana, 2017)
48

a. Memberitahu ibu bahwa setiap melakukan pelayanan bidan harus


memakai APD terlebih dahulu
Evaluasi : Ibu sudah mengerti
b. Memberitahu ibu untuk jadwal atau janji tatap muka.
Evaluasi : Ibu bersedia datang
c. Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan pada ibu dan bayinya
d. Menganjurkan ibu perilaku hidup bersih sehat (nutrisi, kebersihan,
olah raga, istirahat, seks).
Evaluasi :ibu bersedia berperilaku hidup bersih dan sehat.
e. Memberitahu ibu istirahat yang cukup dan mengurangi aktivitas
yang berat
Evaluasi : Ibu bersedia istirahat yang cukup.
f. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang beragam dan
bergizi seimbang
Evaluasi : Ibu bersedia makan makanan yang beragam dan bergizi
simbang
g. Memberikan informasi kepada ibu tanda-tanda sudah dimulainya
persalinan sehingga ibu dapat segera pergi ketenaga kesehatan
untuk melakukan persalinan.
Evaluasi : Ibu mengetahui dan mengerti tanda-tanda persalinan dan
persiapan kelahiran.
h. Menjelaskan tentang tanda bahaya TM III yaitu perdarahan dari
jalan lahir, keluarnya air ketuban sebelum ada tanda-tanda
persalinan, penglihatan mata kabur, terdpat oedema pada wajah
dan ekstremitas,nafsu makan berkurang
49

Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang tanda bahaya TM III


i. Melakukan pemeriksaan komplikasi akibat kehamilan dan
pengobatannya.
Evaluasi : Sudah dilakukan pemeriksaan koplikasi akibat
kehamilan.
j. Memberikan konseling mengenai P4K (program perencanaan
persalinan dan pencegahan komplikasi)
Evaluasi:Ibu sudahmengerti mengenaiP4K.
k. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke bidan apabila
mengalami tanda-tanda persalinan atau salah satu komplikasi
Evaluasi : Ibu bersedia segera datang ke bidan apabila mengalami
tanda-tanda persalinan dan mengalami salah satu tanda komplikasi
l. Menganjurkan ibu datang ke dokter untuk dilakukan skrining oleh
dokter dengan menerapkan protokol kesehatan
Evaluasi : Ibu bersedia datang ke dokter untuk dilakukan skrining
dengan menerapkan prokes
m. Mencatat dan mendokumentasikan semua yang dilakukan
Evaluasi : Sudah dilakukan pendokumentasian
(Diana, 2017)

c. Teori Medis Persalinan


1) Pengertian Persalinan
Menurut World Health Organization (WHO) persalinan normal
adalah persalinan yang dimulai secara spontan beresiko rendah
pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan,
bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada
50

usia kehamilan antara 37 minggu hingga 42 minggu lengkap.


Setelah persalinan ibu dan bayi dalam keadaan baik (Purwoastuti,
2016).
2) Cara Persalinan
Menurut Purwoastuti (2016), cara persalinan antara lain :
a) Partus biasa (normal), disebut juga partus spontan adalah
proses lahirnya bayi dengan Letak Belakang Kepala (LBK)
dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
b) Partus luar biasa (abnormal) adalah persalinan pervaginam
dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan
operasi caesar.
c) Persalinan Anjuran, persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
3) Persalinan menurut umur kehamilan
Menurut Purwoastuti (2016), persalinan menurut umur antara lain:
a) Abortus (keguguran) adalah berhentinya kehamilan sebelum
janin dapat hidup (viable), berat janin dibawah 1000 gram dan
usia kehamilan dibawah 28 minggu.
b) Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada
kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur
dan berat janin antara 1.000-2.500 gram.
51

c) Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada


kehamilan 37-40 minggu, janin matur dengan berat badan
diatas 2.500 gram.
d) Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2
minggu atau lebih dari waktu partus yang ditafsir, janin disebut
post matur.
e) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat.
4) Tanda-tanda Persalinan
a) Adanya kontraksi Rahim
Kontraksi yang sesungguhnya akan muncul dan hilang
secara teratur dengan intensitas makin lama makin meningkat.
Perut akan mengalami kontraksi dan telaksasi, diakhir
kehamilan proses kontraksi akan lebih sering terjadi. Kontraksi
pada persalinan aktif berlangsung dari 45-90 detik dengan
durasi rata-rata 60 detik. Pada persalinan awal, kontraksi
mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20 detik. Frekuensi
kontraksi ditentukan dengan mengukur waktu dari permulaan
satu kontraksi ke permulaan kontraksi selanjutnya.
b) Keluarnya lendir bercampur darah
Keluarnya lendir yang berwarna kemerahan bercampur
darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka
mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi
lunak dan membuka.
c) Keluarnya air ketuban
Jika ketuban yang menjadi tempat perlindungan bayi
sudah pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar.
52

Normalnya air ketuban ialah cairan yang bersih, jernih dan


tidak berbau.
d) Pembukaan serviks
Penipisan mendahului dilatasi servik, pertama-pertama
aktivitas uterus dimulai untuk mencapai penipisan, setelah
penipisan kemudian aktivitas uterus menghasilkan dilatasi servik
yang cepat membukanya leher rahim sebagai respon terhadap
kontraksi yang berkembang. Tanda ini tidak dirasakan pasien
tetapi dapat diketahui dengan pemeriksaan dalam oleh petugas.

5) Tahapan persalinan
Menurut Walyani (2018), tahapan persalinan antara lain :
a) Kala I: Kala Pembukaan
Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap (10 cm). dalam kala pembukaan dibagi
menjadi 2 fase yaitu fase laten dan fase aktif.
Fase laten: dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan
kurang dari 4 cm dan biasanya berlangsung kurang dari 8 jam.
Fase aktif : serviks membuka dari 4 ke 10, biasanya dengan
kecepatan 1cm/lebih perjam hingga pembukaan lengkap
(10cm), terjadi penurunan bagian bawah janin, berlangsung
53

selama 6 jam. Fase aktif di bagi atas 3 periode yaitu periode


akselerasi yang berlangsung selama 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4cm, periode dilatasi maksimal yang berlangsung
selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat dari 4cm menjadi
9cm dan periode diselerasi yang berlangsung lambat dalam
waktu 2 jam pembukaan 9cm menjadi 10cm/lengkap.
b) Kala II: Kala Pengeluaran Janin
Fase dari dilatasi serviks lengkap 10 cm hingga bayi
lahir. Pada kala ini pasien dapat mulai mengejan sesuai intruksi
penolong persalinan, yaitu mengejan bersamaan dengan
kontraksi uterus. Lama kala II padaprimipara berlangsung 1,5
jam-2 jam dan padamultipara 0,5 jam-1 jam.
c) Kala III: Kala Uri
Kala uri yaitu waktu pelepasan dan pengeluaran uri
(plasenta). Setelah bayi lahir kontraksi Rahim berhenti
sebentar, uterus teraba keras dengan fundur uteri setingi pusat
dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya.
Kemudian rimbul his pengeluaran dan pelepasan uri, dalam
waktu 1-5 menit plasenta terlepas terdorong biasanya
berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Biasanya disertai
dengan pengeluaran darah kira-kira 100cc-200cc.
d) Kala IV (Tahap Pengawasan)
Kala IV adalah fase setelah plasenta lahir hingga 2 jam
postpartum. Pada kala ini dilakukan penilaian perdarahan
pervaginan, vital sign, suhu, kontraksi uterus, TFU, kandung
kemih kurang lebih 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca
54

persalinan, setiap 15 menit pada 1 jam pasca persalinan, setiap


30 menit pada jam kedua pasca persalinan.
6) Kebutuhan Dasar Ibu bersalin
Menurut Walyani (2016), kebutuhan dasar ibu bersalin antara lain:
a) Kebutuhan Oksigen
Kebutuhan oksigen dalam proses persalinan perlu
diperhatikan, terutama pada kala I dan kala II dimana oksigen
yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigen janin
melalui plasenta. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen
adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.
b) Kebutuhan Cairan dan Nutrisi
Selama kala I anjurkan ibu untuk cukup makan dan
minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II,
ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi karena
peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses
mengejan. Disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi
kebutuhan cairannya. Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang
melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu
mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya untuk mencegah
hilangnya energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama
kelahiran bayi (pada kala II).
c) Kebutuhan eliminasi
Kandung kemih yang penuh dapat mengahambat proses
penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga panggul,
terutama apabila berada di atas spina ischiadika, menurunkan
efisiensi kontraksi uterus atau his, meneteskan urin selama
55

kontraksi yang kuat pada kala II, memperlambat kelahiran


plasenta pasca persalinan, karena kandung kemih yang penuh
menghambat kontraksi uterus.
d) Kebutuhan Hygiene
Personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa
aman dan relaks, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi,
mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan
integritas pada jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik
serta psikis.
e) Pengurangan Rasa Nyeri
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi rasa nyeri,
diantaranya jumlah kelahiran sebelumnya (pengalaman
persalinan), budaya melahirkan, emosi, dukungan keluarga,
persiapan persalinan, posisi saat melahirkan, presentasi janin,
kontraksi rahim yang intens selama persalinan dan ambang
nyeri alami.

7) Kebutuhan Psikologi Ibu Bersalin


a) Pemberian sugesti diperlukan untuk memberikan pengaruh
pada ibu dengan pemikiran yang dapat diterima oleh ibu
bersalin secara logis. Diantaranya yaitu dengan mengatakan
pada ibu bersalin bahwa proses persalinan yang dihadapi akan
berjalan dengan baik dan lancar.
b) Mengalihkan perhatian, upaya untuk mengalihkan perhatian ini
bisa dilakukan sengan cara mengajaknya berbicara, sedikit
bersendau gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau
56

menonton televisi atau film. Saat kontraksi berlangsung dan


ibu masih merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka
upaya untuk mengurangi rasa nyeri bisa dilakukan dengan
teknik relaksasi pengeluaran suara atau dengan pijatan yang
lembut.
c) Membangun kepercayaan, ibu bersalin yang memiliki
kepercayaan diri baik, dia dapat melahirkan secara normal dan
percaya bahwa proses persalinannya akan berjalan lancar,
maka secara psikologis alam bawah sadar ibu akan terpengaruh
untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses persalinan
berlangsung.
8) Asuhan Kebidanan pada persalinan
1) Asuhan kala I
Asuhan yang diberikan pada saat kala I antara lain : anamnesis
dan pemeriksaan fisik, memonitor kemajuan persalinan dengan
partograf, melakukan pemeriksaan dalam, memonitor keadaan
ibu dan bayi, menganjurkan posisi dan tindakan yang
menyenangkan ibu, menganjurkan keluarga untuk
mendampingi ibu, membuat rujukan jika terjadi keadaan yang
abnormal
2) Asuhan kala II
Asuhan yang diberikan pada saat kala II antara lain : tuntun ibu
untuk meneran, memenuhi kebutuhan nutrisi ibu seperti disela-
sela meneran memberikan ibu makan atau minum, kemudian
support dari keluarga, kebutuhan eliminasi ibu.
3) Asuhan kala III
57

Kebutuhan ibu pada kala III antara lain dukungan mental dari
bidan dan keluarga atau pendamping, penghargaan terhadap
proses kelahiran janin yang telah dilalui, informasi yang jelas
mengenai keadaan pasien sekarang dan tindakan apa yang akan
dilakukan, penjelasan mengenai apa yang harus ia lakukan
untuk membantu mempercepat kelahiran plasenta, kapan saat
meneran dan posisi apa yang mendukung untuk pelepasan dan
kelahiran plasenta, bebas dari rasa risih akibat bagian bawah
yang basah oleh darah dan air ketuban, hidrasi.
4) Asuhan kala IV
Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan
plasenta lahir. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini
dapat dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga
dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada
yang tersisa dalam uterus serta benar-benar dijamin tidak
terjadi perdarahan lanjut (Walyani, 2016).
9) Cara pencegahan umum Covid-19 yang dapat dilakukan oleh ibu
bersalin
Agar tidak terserang covid-19 yaitu mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan sehat beserta vitamin bagi ibu hamil hindari
keluar rumah apabila tidak diperlukan. Apabila harus keluar
rumah, kenakan pakaian tertutup rapat dan masker. Sekembalinya
dari rumah, bersihkan badan segera dengan mandi, dan jangan
dekati anak sebelum membersihkan badan.hindariberada di
58

keramaian. Upayakan menjaga jarak satu sama lain apabila


beraada di keramaian.
Ibu tetap bersalin di fasilitas pelayanan kesehatan. Segera ke
fasilitas kesehatan jika sudah ada tanda-tanda persalinan. Rujukan
terencana untuk ibu hamil berisiko. Tempat pertolongan persalinan
ditentukan berdasarkan: Kondisi ibu sesuai dengan level fasyankes
penyelenggara pertolongan persalinan. Status ibu ODP, PDP,
terkonfirmasi COVID-19 atau bukan ODP/PDP/COVID-19. Ibu
dengan status ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di
rumah sakit rujukan COVID-19, Ibu dengan status BUKAN ODP,
PDP atau terkonfirmasi COVID-19 bersalin di fasyankes sesuai
kondisi kebidanan (bisa di FKTP atau FKTRL). Saat merujuk
pasien ODP, PDP atau terkonfirmasi COVID-19 sesuai dengan
prosedur pencegahan COVID-19. 5. Pelayanan KB pasca
persalinan tetap dilakukan sesuai prosedur, diutamakan
menggunakan MKJP (Kemenkes RI, 2020)

d. Teori Manajemen Persalinan


1) Standar I: Pengkajian
a) Data Subjektif
Jenis data yang dikumpulkan antara lain :
Identitas, data yang dikumpulkan Menurut Romauli (2011) untuk
menilai klien secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan
suami, meliputi nama, umur,pengaruh umur terhadap proses
59

persalinanmisalnyapadaibuyangusianyalebihdari35tahunibuakanke
sulitan untuk mengejan/energinya berkurang, suku/bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Keluhan utama, ibu merasakan kenceng-kenceng semakin lama
semakin sering, keluar lendir darah, nyeri menjalar dari perut
hingga ke punggung (Diana, 2017)
Riwayat menstruasi, Isi dari anamnesa riwayat haid
adalahmenarche (usia pertama mendapatkan haid), lama haid yang
normal adalah kurang lebih 7 hari – 15 hari, jumlah darah haid,
HPHT untuk menentukan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.
Usia kehamilan persalinan aterm 37-42 minggu(Walyani, 2017).
Riwayat kehamilan sekarang, menurut Romauli (2011) hal-hal
yang perlu dikaji di dalamnya antara lain berapa kali ibu sudah
melakukan ANC, di mana ibu memperoleh ANC, apakah ibu
sudah mendapatkan imunisasi TT, apakah ibu teratur minum tablet
tambah darah, kalk dan vitamin yang ibu peroleh setiap kali
kontrol. (Diana, 2017).
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu, menurut
Muslihatun (2009), meliputi:Gravida (G)… Para(P)….
Abortus(A)…. Anak hidup (AH)…., perdarahan pada kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan,
persalinan dan nifas yang lalu, BB lahir bayi <2500 gram atau
>4000 gram serta masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu. Informasi esensial tentang kehamilan terdahulu
mencakup bulan dan tahun kehamilan tersebut berakhir, usia
gestasi pada saat itu, tipe persalinan, lama persalinan, berat lahir,
60

jenis kelamin, dan komplikasi lain, kesehatan fisik. Riwayat nifas,


untuk mengetahui apakah proses laktasi ibu lancar atau tidak,
apakah ada komplikasi pada proses laktasi tersebut. Hal ini perlu
dikaji untuk mengetahui faktor risiko yang mungkin terjadi pada
persalinan sekarang, untuk mengantisipasi adanya riwayat
berulang pada ibu yang meliputi perdarahan, episiotomi/robekan,
SC maupun persalinan normal dengan tindakan sehingga
mempermudah bidan untuk memberikan asuhan.
Riwayat kesehatan dahulu, untuk mengetahui apakah dahulu ibu
mempunyai penyakit yang berbahaya bagi kehamilannya. Selain
itu untuk mengetahui apakah ibu pernah menjalani operasi yang
berhubungan dengan organ reproduksinya atau tidak, karena akan
berpengaruh pada persalinannya.
Riwayat kesehatan sekarang, untuk mengetahui apakah pada
saat sekarang ini ibu benar-benar dalam keadaan sehat, tidak
menderita suatu penyakit kronis seperti asma, ginjal, jantung,
Tuberkolosis (TBC), hipertensi,Diabetus Melitus (DM) dan
lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga, hal penting yang perlu dikaji bila
ada riwayat penyakit menular dalam keluarga ibu maupun
suamiseperti : hepatitis, TBC, HIV/AIDS, penyakit menular
seksual (PMS) yang dapat menularkan kepada anggota keluarga
yang lain. riwayat penyakit keturunan dalam keluarga ibu maupun
suami seperti jantung, DM, asma, hipertensi, dan lainnya (Diana,
2017).
61

Riwayat perkawinan, menurut Romauli (2011), dikaji untuk


mengetahui sudah berapa lama klien menikah, sudah berapa kali
klien menikah, berapa umur klien dan suami pada saat menikah,
sehingga dapat diketahui apakah klien masuk dalam infertilitas
sekunder atau bukan. Selain itu secara normal juga untuk
mengetahui apakah anak yang dikandungnya sah secara hukum
atau anak hasil hubungan di luar nikah karena dapat berpengaruh
terhadap penerimaan ibu terhadap persalinannya (Diana, 2017).
Riwayat KB, dikaji untuk mengetahui apakah sebelumnya ibu
pernah ber-KB, jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan
tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan/alasan berhenti ,
jarak kehamilan dan persalinan, untuk mengetahui apakah ada
komplikasi selama memakai KB. Apabila ibu pernah memakai KB
hormonal akan berpengaruh pada plasenta di kehamilan yang
sekarang. Hal ini perlu ditanyakan untuk mengetahui dan
membantu ibu merencanakan kontrasepsi setelah persalinan
(Muslihatun, 2017).
Pola makan dan minum menjelang persalinan, data ini penting
untuk mengetahui ibu mendapatkan asupan gizi dan cairan yang
cukup. Pemberian makan dan cairan selama persalinanmerupakan
hal yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan
mencegah dehidrasi (Diana, 2017)
Pola aktivitas dan istirahat, kebutuhan istirahat ibu selama
proses persalinan sangat diperlukan untuk mempersiapkan energi
menghadapi proses persalinannya. Data yang perlu ditanyakan
62

adalah kapan terakhir tidur dan berapa lama (Sulistyawati &


Nugraheny, 2010).
Pada pola eliminasi, yang perlu dikaji adalah BAK dan
BAB.Selama proses persalinan kandung kemih harus dikosongkan
setiap 2 jam, karena kandung kemih yang penuh akan
menghambat penurunan bagian terbawah janin. Sedangkan rektum
yang penuh juga akan mengganggu penurunan bagian terbawah
janin. Namun bila ibu merasakan ingin BAB, bidan harus
memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II
(Purwoastuti, 2017).
Data psikologi, data psikologi dikaji untuk mengetahui harapan
ibu daat persalinan saat ini, dukungan suami dan keluarga
terhadap persalinan, serta apakah ada kecemasan atau ketakutan
yang dialami pada persalinan, misalkan apakah keadaan janinnya
baik, apakah persalinannya akan lancar, apakah ada kesulitan saat
bersalinan nanti.
Data spiritual dan ekonomi, dikaji untuk mengetahui hubungan
ibu dengan keluarga & lingkungan tempat tinggal, besar
penghasilan & pendapatan keluarga, dan pengambil keputusan
utama dalam keluarga & pengambil keputusan alternatif jika
pengambil keputusan utama tidak ada.
Kebiasaan buruk yang berkaitan dengan kesehatan, dikaji
untuk mengetahui kebiasaan buruk yang berkaitan dengan
kesehatan, misalnya apakah ibu merokok, apakah suami merokok,
apakah ibu mengkonsumsi minuman keras, apakah ibu
mengkonsumsi narkoba/zat adiktif lainnya, serta apakah
63

mempunyai hewan peliharaan seperti kucing & anjing yang


tinggal dalam 1 rumah.
2) Data Objektif
Pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi,
auskultasi dan perkusi yang dilakukan secaraberurutan. Data-
data yang perlu untuk dikaji adalah sebagai berikut (Romauli,
2015).
Kesadaran, saat menilai kesadarankita bisa menentukan
tindakan pertama yang harus kita lakukan, ada tidaknya
tindakan segera apabila kesadaran mulai menurun.
Pemeriksaan umum, keadaan umum data ini didapat dengan
mengamati keadaan pasien secara keseluruhan. Baik,jika
pasien memperlihatkan respon yang baik terhadap lingkungan
dan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
katergantungan dalam berjalan.
Pemeriksaan tanda-tanda vital menurut Romauli (2011), antara
lain :
Tekanan : Nilai normal rata-rata tekanan sistol pada
darah orang dewasa adalah 100 sampai 140 mmHg,
sedangkan rata-rata diastol adalah 60 sampai
90 mmHg.
Nadi : berkisar antara 60-80 x/menit. Denyut nadi
ibu hamil yang di atas 100 x/menit pada masa
hamil adalah mengindikasikan adanya
keluhan seperti tegang, ketakutan atau cemas,
perdarahan berat, anemia, dan gangguan
64

jantung.
Pernapasan : untuk rnengetahui fungsi sistem pernapasan.
Normalnya 16-24 x/menit
Suhu tubuh : Normal adalah 36-37,5°C. Suhu tubuh lebih
dari 37,5°C perlu diwaspadai karena
bersamaan dengan meningkatnya suhu, tubuh
akan mengeluarkan zat-zat peradangan yang
akan mengganggu kehamilan yang bisa
berakibat buruk bagi kehamilan atau janin.
Pemeriksaan fisik pada ibu bersalin, meliputi :
Mata : Pemeriksaan sclera bertujuan untuk menilai
warna, yang dalam keadaan normal berwarna
putih. Sedangkan pemeriksaan konjungtiva
dilakuan untuk mengkaji munculnya anemia.
Konjungtiva yang normal berwarna merah
muda. Selain itu, perlu dilakukan pengkajian
terhadap pandangan mata yang kabur terhadap
suatu benda untuk mendeteksi kemungkinan
terjadinya pre-eklampsia.
Payudara : payudara menjadi lunak, membesar, vena-
vena di bawah kulit lebih terlihat, puting susu
membesar, kehitaman dan tegak, areola
meluas dan kehitaman serta muncul
strechmark pada permukaan kulit payudara.
Selain itu, menilai kesimetrisan payudara,
mendeteksi kemungkinan adanya benjolan
dan mengecek pengeluaran ASI.
65

Perut
Inspeksi : muncul Striae Gravidarum dan Linea
Gravidarum pada permukaan kulit perut
akibat MelanocyteStimulating
Hormon.Payudara, mendeteksi kemungkinan
adanya benjolan dan mengecek pengeluaran
ASI.
Palpasi : pada perut bertujuan untuk mengetahui
keadaan letak janin
Leopold 1 : pemeriksa menghadap ke arah muka ibu
hamil, menentukan tinggi fundus uteri dan
bagian janin yang terdapat pada fundus.
Normalnya TFU pada usia kehamilan 37
minggu adalah 1 jari dibawah prosesus
xypoideus dan pada usia kehamilan 40
minggu adalah 3 jari di bawah prosesus
xypoideus karena kepala sudah masuk
kedalam panggul, semakin jauh kepala masuk
kedalam panggul maka TFU juga semakin
rendah(Walyani, 2016).
Leopold 2 : Untuk mengetahui letak janin memanjang
atau melintang dan bagian janin yag teraba
disebelah kiri atau kanan. Jika bagian yang
teraba memiliki ciri keras, seperti papan dan
ada tahanan saat dipalpasi kemungkinan
adalah punggung janin. Dan jika yang teraba
bagian-bagian terkecil janin, kemungkinan
66

adalah ekstremitas bayi (Walyani,2017).

Leopold 3 : Untuk mengetahui bagian terbawah janin


(presentasi) dan menilai apakah bagian
terbawah sudah masuk kedalam Pintu Atas
Panggul (PAP) atau belum. Saat dipalpasi
teraba keras, bulat dan melenting bagian
teratas janin adalah kepala.. Pada
primigravida biasanya saat usia kehamilan
memasuki usia 36 minggu kepala janin sudah
masuk PAP sehingga tidak bisa digoyangkan
(Lightening), sedangkan pada multipara hal
ini bisa terjadi baru terjadi saat menjelang
persalinan (Walyani, 2017).
Leopold 4 : untuk mengetahui seberapa jauh bagian
terbawah janin masuk pintu atas panggul.
Pada saat memasuki proses persalinan,
biasanya saat pemeriksaan Leopold IV kepala
janin sudah divergen (jarak antara kedua jari
pemeriksa jauh) berarti bagian terbawah janin
sudah masuk rongga panggul.
Auskultasi : denyut jantung janin normal adalah antara
120-160x/menit. Pada akhir trimester III
menjelang persalinan, presentasi normal janin
adalah presentasi kepala dengan letak
memanjang dan sikap janin fleksi.
67

Kontraksi : Kontraksi/his dikatakan baik jika dalam 10


menit sudah 3 kali dan durasinya 40 detik.
Frekuensi dan lama kontraksi umumnya terus
meningkat. Ciri kontraksi uterus adalah
mulanya terasa sakit di punggung bagian
bawah, berangsur-angsur bergeser kebagian
perut bawah mirip seperti mulas saat haid.
(Walyani, 2017).
Genetalia : bersih atau tidak, terdapat pengeluaran atau
tidak, terdapat tanda-tanda infeksi atau tidak,
pemeriksaan dalam kala I dimulai dari
pembukaan awal terjadi kontraksi sampai
pembukaan 10 cm.
Vagina Toucher : Keadaan vagina dan vulva
(terdapat luka parut/tidak, ada benjolan/tidak),
keadaan portio (tebal/tipis, lunak/tebal),
pembukaan (1-10cm), keadaan selaput
ketuban (utuh/pecah), penyusupan (terdapat
molage/tidak), presentasi belakang kepala
(UUK), penurunan kepala (Hodge I-IV)
Anus : pengaruh hormon estrogen dan progesteron
adalah pelebaran pembuluh darah sehingga
dapat terjadi varises pada sekitar genetalia.
Namun tidak semua ibu hamil mengalami
varises pada daerah tersebut. Pada keadaan
normal, tidak terdapat hemoroid pada anus.
68

Ektremitas : tidak ada oedema, tidak ada varises dan


refleks patella menunjukkan respons positif.
Tafsiran Berat Janin: berat janin dapat ditentukan dengan rumus
Lohnson, yaitu kepala janin telah masuk ke pintu atas panggul
Berat janin = (TFU-11) x 155 gram.
Pemeriksaan penunjang antara lain: hemoglobin (Hb) untuk
mengetahui apakah ibu bersalin mengalami anemia. Protein urine
dan glukosa urine, urine negative untuk protein dan glukosa
(Diana, 2017).
2) Standar II: Perumusan Diagnosa dan Perumusan Masalah
a) Diagnosa kebidanan
Ny.Xx umur…tahun. G.. P… A… dengan inpartu kala I fase
laten/aktif.
Dasar subjektif : Ibu mengatakan mules makin kuat dan sering.
Dasar objektif : K/U ibu : baik, kesadaran : composmentis,
apatis. Tanda Vital : TD :120/80-140/90 mmHg, N : 80-90
x/menit,S : 36,5oC-37,5oC, R : 16-24 x/menit. Pemeriksaan
fisik (head to toe)
b) Masalah : mengkaji kondisi psokologis ibu, karena ibu cemas
dapat mempengaruhi proses persalinannya.
c) Kebutuhan: asuhan sayang ibu, pemenuhan aspek fisik dan
psikologis, kehadiran pendamping, pengurangan rasa sakit,
informasi tentang hasil pemeriksaan.
d) Mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial : tidak ada.
e) Antisipasi tindakan segera : tidak ada.(Diana, 2017)
3) Standar III : Perencanaan
69

a) Bidan memakai APD level 2 seperti (penutup kepala,


masker N95, handscoondan sepatu boots anti air).
b) Persiapan alat partus (partus set, resusitasi set), perlengkapan
ibu dan bayi
c) Beritahukan kepada ibu tentang keadaan umum ibu
d) Anjurkan ibu untuk makan dan minum untuk menambah energi
e) Anjurkan ibu untuk berjalan-jalan atau tidur miring ke kiri
untuk memperlancar oksigen ke janin dan mempercepat proses
pembukaan
f) Anjurkan ibu untuk tidak meneran terlebih dahulu sebelum
pembukaan lengkap
g) Anjurkan ibu menarik nafas secara efektif jika timbul his.
h) Beritahukan keluarga untuk memberikan dukungan kepada ibu
i) Monitor tekanan darah, suhu tubuh, dan denyut nadi setiap 4
jam
j) MonitorDJJ setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30 menit
pada fase aktif
k) Periksa kontraksi uterus setiap 1 jam pada fase laten setiap 30
menit pada fase aktif
l) Monitori pembukaan servik, penurunan terendah janin setiap 4
jam, monitor pengeluaran urin setiap 2 jam
(Diana, 2017)
4) Standar IV: Implementasi
Implementasi pada kala I

a) Menjelaskan pada ibu bahwa pada saat pandemi semua


pelayananharusmemakai APD terlebih dahulu
70

b) Menyiapkan alat partus (partus set, resusitasi set), perlengkapan


ibu dan bayi
c) Memberitahu kepada ibu tentang keadaan umum ibu
d) Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk menambah
energi
e) Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan atau tidur miring ke kiri
untuk memperlancar oksigen ke janin dan mempercepat proses
pembukaan
f) Menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan
lengkap
g) Menganjurkan ibu menarik nafas secara efektif jika timbul his
h) Memberitahu keluarga untuk memberikan dukungan kepada
ibu
i) Memonitor tekanan darah, suhu tubuh, dan denyut nadi setiap 4
jam
j) MemonitorDJJ setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30 menit
pada fase aktif
k) Memeriksa kontraksi uterus setiap 1 jam pada fase laten setiap
30 menit pada fase aktif
l) Memonitori pembukaan servik, penurunan terendah janin setiap
4 jam, monitor pengeluaran urin setiap 2 jam
(Diana, 2017)
5) Standar V: Evaluasi
Evaluasi pada persalinan kala I
a) BidansudahmemakaiAPDtingkat2
b) Alat partus sudah disiapkan
71

c) Ibu sudah mengetahui tentang keadaan umum ibu


d) Ibu bersedia untuk makan dan minum
e) Ibu bersedia miring ke kiri
f) Ibu bersedia untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap
g) Ibu bersedia menarik nafas secara efektif jika timbul his
h) Keluarga bersedia untuk memberikan dukungan kepada ibu
i) Telah dilakukan pengkajian tekanan darah, suhu tubuh, dan
denyut nadi setiap 4 jam
j) Telah dimonitor DJJ setiap 1 jam pada fase laten dan setiap 30
menit pada fase aktif
k) Telah dilakukan pemeriksaan kontraksi uterus setiap 1 jam pada
fase laten dan setiap 30 menit pada fase aktif
l) Telah dilakukan monitor pembukaan servik, penurunan terendah
janin setiap 4 jam, monitor pengeluaran urin setiap 2 jam
(Diana, 2017)
6) Standar VI: Pencatatan asuhan kebidanan
Data perkembangan kala II
S: Subjektif
Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan
kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran (Diana, 2017)
O: Objektif
a) Data objektif yang mendukung bahwa pasien dalam persalinan
kala II adalah : perineum menonjol, vulva dan anus membuka,
frekuensi his semakin sering (>3 x dalam 10 menit) intensitas
semakin kuat dan durasi his >40 detik.
72

b) Pemeriksaan dalam : vagina dan vulva baik, portio tidak teraba,


pembukaan 10cm, kulit ketuban pecah spontan, air ketuban
jernih, tidak ada molage, presentasi belakang kepala, UUK jam
12 Hodge IV

A: Analisis
a) Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan adalah Ny.Xx umur… G… P… A…dalam
persalinan kala II normal.
b) Masalah: Mengkaji kondisi psikologi ibu, karena ibu cemas
dapat mempengaruhi proses persalinannya.
c) Kebutuhan : asuhan sayang ibu, pemenuhan aspek fisik dan
psikologis, kehadiran pendamping, pengurangan rasa sakit,
informasi tentang hasil pemeriksaan.
d) Diagnosa potensial : tidak ada.
e) Antisipasi tindakan segera : tidak ada.
P: Penatalaksanaan
Penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan pelaksanaan
yang sudah dilakukan
1. mengenali tanda gejala kala II : ibu merasa ada dorongan untuk
meneran, ibu merasa ada tekanan pada anus, perineum tampak
menonjol, vulva dan sfingter ani membuka.
Evaluasi :
Sudah ada tanda gejala kala II
73

2. Memastikan peralatan lengkap, bahan dan obat-obatan untuk


menolong persalinan dan penatalaksanaan BBL (tampat datar,
rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/ kain bersih dan kering,
alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt) untuk ibu
(menggelarkan kain di atas perut ibu, menyiapkan oksitisin 10
unit, alat suntik steril dalam partus set).

Evaluasi :
Peralatan, bahan dan obat-obatan untuk menolong persalinan dan
penatalaksanaan BBL sudah lengkap
3. Memakai celemek plastik atau bahan yang tidak tembus air.
Evaluasi :
Celemek sudah dipakai
4. Melepaskan dan menyimpan perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air yang mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk yang bersih dan kering.
Evaluasi:
Perhiasan sudah dilepas, sudah mencuci tangan dengan sabun dan
air mengalir, mengeringkan tangan dengan handuk bersih dan
kering.
5. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan
untuk periksa dalam.
Evaluasi :
Sudah memakai sarung tangan DTT.
74

6. Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (menggunakan


tangan yang memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan
tidak terdapat kontaminasi pada alat suntik).
Evaluasi :
Sudah memasukkan oksitosin ke dalam tabung injeksi.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati
dari anterior (depan) ke posterior (belakang) menggunakan kapas
atau kassa yang dibasahi dengan air DTT.
Evaluasi :
Vulva dan perineum sudah dibersihkan.
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
lengkap. Bila selaput ketuban masih utuh saat pembukaan
lengkap, lakukan amniotomi.
Evaluasi :
Pembukaan lengkap, kulit ketuban sudah pecah dan air ketuban
berwarna jernih.
9. Mendekontaminasi sarung tangan (celupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, melepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendam dalam klorin
selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepas.
Evaluasi :
Sarung tangan sudah didekontaminasi dan sudah mencuci tangan.
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi uterus mereda untuk memastikan
DJJ dalam batas normal (120-160 x/menit).
Evaluasi :
75

DJJ dalam batas normal dan keadaan janin baik.


11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin cukup baik, kemudian membantu ibu menemukan posisi
yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya.
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
12) Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
rasa ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengan duduk atau posisi lain yang diinginkannya
dan memastikan ibu merasa nyaman.

Evaluasi :
Keluarga bersedia membantu menyiapkan posisi meneran jika ada
kontraksi kuat.
13) Melaksanakan pimpinan meneran pada saat ingin meneran atau
timbul kontraksi kuat. Membimbing ibu agar dapat meneran secara
benar dan efektif. Mendukung dan memberi semangat pada ibu
saat meneran dan memperbaiki cara meneran apabila caranya tidak
sesuai. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai
pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang
lama). Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
Menganjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk
ibu. Memberikan cukup asupan cairan peroral (minum). Menilai
DJJ setiap kontraksi uterus selesai. Segera merujuk bila bayi belum
atau tidak segera lahir setelah pembukaan lengkap dan dipimpin
76

meneran ≥120 menit (2 jam) pada primigravida atau ≥60 menit (1


jam) pada multigravida.
Evaluasi :
Ibu sudah dipimpin meneran
14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
meneran dalam selang waktu 60 menit.
Evaluasi :
Ibu bersedia mengambil posisi yang nyaman.
15) Meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut
bawah ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter
5-6 cm.
Evaluasi :
Handuk sudah diletakkan perut bawah ibu.
16) Meletakkan kain bersih yang dilipat sepertiga bagian sebagai alas
bokong ibu.
Evaluasi :
Sudah diletakkan kain di bawah bokong ibu.
17) Membuka tutup partus set dan periksa kembali perlengkapan,
peralatan dan bahan.
Evaluasi:
Peralatan dan bahan sudah lengkap
18) Memakai sarung tangan DTT/ steril pada kedua tangan.
Evaluasi :
Sudah memakai sarung tangan DTT
77

19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka


vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering, tangan yang lain menahan belakang
kepala untuk mempertahankan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernapas
cepat dan dangkal.
Evaluasi :
Perineum sudah dilindungi dengan satu tangan dan tangan yang
lain telah menahan belakang kepala.
20) Memeriksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan
yang sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran
bayi.
Evaluasi :
Sudah dilakukan pemeriksaan lilitan tali pusat.
21) Menunggu putaran paksi luar yang berlangsung spontan.
Evaluasi:
Kepala bayi lahir spontan.
22) Memegang kepala bayi secara bipariental. Menganjurkan ibu
untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakan kearah atas dan distal untuk
melahirkan bahu belakang.
Evaluasi :
Telah dilakukan pertolongan kelahiran bahu.
78

23) Menggeser tangan bawah untuk menopang kepala dan bahu.


Menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan
dan siku sebelah atas.
Evaluasi :
Tangan bawah sudah digeser untuk menopang kepala dan bahu.
24) Menelusurkan tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai
dan kaki. Memegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara
kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan melingkarkan ibu jari
pada satu sisi dan jari-jari lainnya pada sisi yang lain agar bertemu
dengan jari telunjuk)
Evaluasi :
Badan dan tungkai bayi sudah lahir.
25) Melakukan penilaian (selintas) dan mengeringkan tubuh bayi
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali ke dua
tangan, tanpa membersihkan vernik casseosa. Ganti handuk basah
dengan handuk yang kering. Pastikan bayi dalam posisi dan
kondisi yang aman di perut bagian bawah ibu.
Evaluasi :
Bayi lahir cukup bulan, menangis kuat, bergerak aktif. Bayi sudah
dikeringkan.
26) Bila salah satu jawaban adalah ‘tidak’ lanjut langkah resusitasi
pada bayi baru lahir dengan asfiksia (lihat penuntun belajar
resusitasi bayi asfiksia). Jika semua jawaban ‘iya’ lanjut ke 27
Evaluasi : bayi dalam keadaan sehat
Data perkembangan kala III
S: Subjektif
79

a) Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir.


b) Pasien mengatakan bahwa ari-arinya belum lahir.
c) Pasien mengatakan perut bagian bawahnya masih terasa mules.
O: Objektif
a) Bayi lahir spontan pervaginam pada tanggal... jam… jenis
kelamin laki-laki/perempuan, normal/ada kelainan, menangis
spontan kuat, kulit warna kemerahan.
b) Plasenta belum lahir.
c) Teraba kontraksi uterus keras.
d) TFU setinggi pusat
A: Analisis
a) Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik
kebidanan adalah Ny.Xx umur…G…P…A… dalam persalinan
kala III.
b) Masalah : hal yang menjadi keluhan ibu, misalnya cemas,
khawatir
c) Kebutuhan: Asuhan yang diberikan bidan kepada ibu misalkan:
Asuhan sayang ibu, pendamping
d) Diagnosa potensial : Tidak ada.
e) Antisipasi tindakan segera : Tidak ada.
P: Penatalaksanaan
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan bayi tunggal
Evaluasi :
Kehamilan tunggal.
28 Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi dengan baik.
80

Evaluasi :
Ibu bersedia disuntik oksitosin
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, menyuntikkan oksitosin
10 unit (intra muskular) di 1/3 distal lateral (lakukan aspirasi
dulu).
Evaluasi :
Telah disuntikkan oksitosin 10 unit.
30. Setelah 2 menit sejak bayi lahir (cukup bulan), memegang tali
pusat dengan 1 tangan sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari
telunjuk proksimal dari pusar bayi, klem tali pusat pada titik
tersebut kemudian menahan klem pada posisinya gunakan jari
telunjuk dan tengah tangan lain untuk mendorong isi tali pusat
kea arah ibu (sekitar 5 cm) dan klem tali pusat pada sekitar 2 cm
distal dari klem pertama.
Evaluasi :
Klem tali pusat sudah digeser sekitar 2 cm distal dari klem
pertama.

31. Memotong dan pengikatan tali pusat . Dengan satu tangan,


pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut, ikat
tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan lagi benang tersebut dan ikat tali pusat dengan simpul
kunci pada sisi lainnya, melepaskan klem dan masukkan ke
dalam wadah yang telah disediakan.
Evaluasi :
81

Telah dilakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat.


32. Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk melakukan kontak
kulit ibu bayi. Luruskan bahu bayi sehingga dada bayi menempel
di dada ibunya. Usahakan kepala bayi diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari areola ibu, selimuti ibu dan bayi
dengan kain kering dan hangat, pasang topi di kepala bayi,
biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit ibu paling sedikit 1
jam, sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi
menyusu dini dalam waktu 30-60 menit, menyusu pertama
kalinya akan berlangsung 10-15menit. Bayi cukup menyusu dari
satu payudara saja, biarkan bayi di dada ibu selama 1 jam
walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Evaluasi :
Sudah dilakukan IMD.
33. Memindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva.
Evaluasi :
Klem sudah dipindahkan.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu (diatas
symphisis) untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang
klem untuk menegangkan tali pusat.
Evaluasi :
Telah dilakukan penegangan tali pusat terkendali.
35. Menegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorsokranial) setelah
uterus berkontraksi secara hati-hati (untuk mencegah inversion
82

uteri). Jika plasenta tidak lahir dalam 30-40 detik, hentikan


penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur awal.
Evaluasi :
Telah dilakukan dorsokranial.
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus ke arah
dorsal ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal
maka lanjutkan dorongan kearah kranial hingga plasenta dapat
dilahirkan, ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan
(jangan ditarik secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi)
sesuai dengan sumbu jalan lahir ( ke arah bawah-sejajar lantai-
atas).
Evaluasi :
Dorsokranial diikuti dengan pergeseran tali pusat ke arah distal.
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, melahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada
wadah yang telah disediakan.

Evaluasi :
Plasenta sudah lahir.
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase
dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus
berkontraksi. Lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi
83

bimanual internal, kompresi aorta abdominalis) jika uterus tidak


berkontraksi dalam 15 detik setelah rangsangan taktil/masase.
Evaluasi :
Telah dilakukan masase uterus.
39. Memeriksa kedua sisi plasenta (maternal-fetal) pastikan plasenta
telah dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta kedalam kantung
plastik atau tempat khusus.
Evaluasi :
Plasenta dan selaput plasenta lahir lengkap.
Data perkembangan kala IV
S: Subjektif
a. Pasien mengatakan bahwa ari-arinya telah lahir.
b. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya masih terasa
mules.
c. Pasien mengatakan lelah tapi bahagia.
O: Objektif
a. Plasenta lahir lengkap pada tanggal… jam...
(normal plasenta lahir 5-10 menit) jika 30 menit plasenta
tidak lahir disebut retensio plasenta
b. TFU 2 jari dibawah pusat
c. Tidak terjadi perdarahan yang banyak/abnormal (> 500 cc
serta mempengaruhi keadaan umum ibu)
d. Perineum utuh tidak terjadi laserasi/rupture derajat I/II
e. Kontraksi uterus baik.
(Sulistyawati, 2011)
A: Aanalisis
84

a. Diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktik


kebidanan adalah Ny.Xxumur… tahun P…A… dalam
persalinan kala IV.
b. Masalah : keluhan tentang dan masalah psikologi ibu.
c. Kebutuhan: Asuhan yang diberikan bidan, misalnya MAK
III, asuhan sayang ibu, pengurangan rasa sakit,.
d. Diagnosa potensial : tidak ada
e. Antisipasi tindakan segera : tidak ada.
P: Penatalaksanaan
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila terjadi laserasi derajat 1 dan 2 yang
menimbulkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
Evaluasi :
Jika terdapat laserasi derajat I/II dilakukan penjahitan.
41. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
Evaluasi :
Kontraksi uterus baik.

42. Memastikan kandung kemih kosong.


Evaluasi :
Kandung kemih kosong.
85

43. Mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan


kedalam larutan klorin 0,5%, bilas dengan air DTT tanpa melepas
sarung tangan
Evaluasi :
Tempat sudah dibersihkan dari paparan darah dan cairan tubuh.
44. Mengajarkan ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai.
Evaluasi :
Ibu dan keluarga sudah mengetahui cara melakukan masase
uterus.
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan ibu baik.
Evaluasi : keadaan ibu baik
46. Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Evaluasi :
Telah dilakukan evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
47. Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu
setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada
jam kedua.
Evaluasi :
Telah dilakukan pemantauan, keadaan umum ibu baik.
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
Evaluasi :
Telah dilakukan dekontaminasi alat.
86

49. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah


yang sesuai.
Evaluasi :
Bahan-bahan yang terkontaminasi telah dibuang ke tempat
sampah yang sesuai.
50. Membersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir, dan
darah di ranjang sekitar ibu berbaring. Bantu ibu memakai baju
yang bersih dan kering.
Evaluasi :
Ibu sudah dibersihkan dari paparan darah dan cairan tubuh.
51. Memastikan ibu merasa nyaman dan membantu ibu memberikan
ASI.
Evaluasi :
Ibu merasa nyaman dan ibu sudah dibantu memberikan ASI.
52. Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
Evaluasi :
Telah dilakukan dekontaminasi tempat bersalin.
53. Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%,
lepaskan dengan cara balikkan selama 10 menit.
Evaluasi :
Sarung tangan sudah dilepaskan dengan cara terbalik dan
direndam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
54. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.
Evaluasi :
87

Sudah mencuci tangan dan mengeringkan dengan handuk yang


bersih dan kering.
55. Pakai sarung tangan bersih atau DTT untuk melakukan
pemeriksaan fisik bayi
Evaluasi : sarung tangan sudah dipakai
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir. Pastikan kondisi bayi
baik, pernafasan normal (40-60 kali/menit) dan temperature tubuh
normal (36,5-37,5’C) setiap menit.
Evaluasi : sudah dilakukan
57. Setelah 1 jam pemberian Vit K, berikan suntikan Hepatitis B
dipaha kanan bawah lateral, letakkan bayi
didalamjangkauanibuagarsewaktu–waktudapat disusukan
Evaluasi : Hb 0 sudah diberikan
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalikdan rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
Evaluasi : sudah dilakukan
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Kemudian
keringkan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan
kering
Evaluasi : sudah dilakukan
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa
tanda vital dan asuhan kala IV
Evaluasi :
Partograf telah dilengkapi (halaman depan dan belakang)
(PP IBI,2016)
88

e. Teori Medis BBL


1) Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi Baru Lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari
kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram
sampai dengan 4000 gram (Wahyuni, 2018).
2) Ciri-ciri bayi baru lahir noemal dan sehat adalah:
a) Berat badan bayi normal antara 2.500-4.000 gram
b) Panjang badan antara 48-52 cm
c) Lingkar kepala bayi 33-35 cm
d) Lingkar dada 30-38 cm
e) Detak jantung 120-140x/menit
f) Frekuensi pernafasan 40-60x/menit
g) Rambut lanugo (bulu badan yang halus) sudah tidak terlihat
h) Rambut kepala sudah muncul, warna kulit badan kemerahan
muda dan licin
i) Memiliki kuku yang agak panjang dan lemas
j) Reflek menghisap dan menelan sudah baik ketika diberikan
InisiasiMenyusu Dini (IMD)
k) Reflek gerak dan memeluk dan menggenggam sudah baik
l) Mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam setelah persalinan.
Keluarnya mekonium menjadi indikasi bahwa fungsi
pencernaan bayi sudah normal. Feses bayi berwarna hitam
89

kehijau-hijauan dengan konsistensi likuid atau lengket seperti


aspal
m) Pada anak laki-laki testis sudah turun, sedangkan pada anak
perempuan labia mayora (bibir yang menutup kemaluan) sudah
melindungi labia minora. (Wagiyo, 2018)
3) Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
1) Perubahan suhu tubuh
Sesudah bayi lahir, bayi akan berada di tempat yang
suhunya lebih rendah dari dalam kandungan dan dalam
keadaan basah biasanya suhu normal bayi sekitar 36,5°C
sampai 37°C. Apabila bayi di biarkan dalam suhu kamar 25oC
maka bayi akan kehilangan panas melalui konduksi, konveksi,
radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kalori/kg BB/menit
(Wagiyo, 2018).
Konveksi : merupakan hilangnya panas tubuh bayi
karena aliran udara di sekeliling bayi, misalnya bayi diletakkan
dekat pintu atau jendela yang terbuka.
Konduksi : Merupakan hilangnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi kontak langsung dengan permukaan yang
lebih dingin, misalnya popok, baju, atau celana bayi basah
tidak langsung diganti. Radiasi, merupakan hilangnya panas
tubuh bayi karena suhu bayi memancar ke lingkungan sekitar
bayi yang lebih dingin, misalnya bayi di letakkan ditempat
yang lebih dingin.
Evaporasi : Merupakan hilangnya panas tubuh bayi
karena cairan/air ketuban ibu yang membasahi kulit bayi dan
90

menguap, misalnya bayi baru lahir tidak langsung dikeringkan


dari air ketuban.
Kehilangan panas tubuh bayi dapat dihindarkan melalui
beberapa upaya berikut ini: mengeringkan bayi secara seksama
segera setelah lahir, keringkan permukaan tubuh sebagai upaya
untuk mencegah kehilangan panas akibat evaporasi cairan air
ketuban pada permukaan tubuh bayi, menyelimuti bayi dengan
kain bersih, kering, dan hangat, setelah tali pusat dipotong
ganti kain yang telah dipakai kemudian selimuti bayi dengan
kain kering dan bersih, segera selimuti kembali dengan kain
kering, menutupi kepala bayi dengan topi, menganjurkan ibu
untuk memeluk dan memberikan ASI, memeluk bayi akan
membuat bayi tetap hangat dan merupakan upaya pencegahan
kehilangan panas yang sangat baik, segera menyusui bayi
setelah lahir, memandikan bayi sebaiknya ditunda sedikitnya
dalam 6 jam setelah kelahiran bayi (Purwoastuti, 2018).
2) Perubahan Metabolisme
Setelah 2 jam bayi lahir, akan terjadi penurunan kadar
gula darah. Untuk menambah energi pada jam-jam pertama
setelah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak, dan
jika sudah mendapatkan air susu kurang lebih pada hari ke 6
energi dari lemak 60% dan dari karbohidrat 40%. apabila
karena sesuatu hal misalnya bayi mengalami hipotermia,
metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan
pada neonatus maka kemungkinan besar bayi akan menderita
hipoglekemia, misal pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang
menderita DM, dan lainnya (Wagiyo, 2018).
91

3) Perubahan Pernapasan
Selama didalam uterus bayi mendapatkn O2 dari
pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran
gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan
pernapasan pertama adalah tekanan mekanis dari toraks
sewaktu melalui jalan lahir. Penurunan Pa O2 dan kenaikan Pa
CO2 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinukarotis.
Rangsangan dingin di daerah muka dapat merangsang
permukaan gerakan pernapasan. Pernapasan pertama bayi baru
lahir terjadi normal dalam waktu 30 detik. Tekanan rongga
dada bayi pada saat melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan carian paru-paru (bayi normal berjumlah 80 –
100 ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan tersebut, sehingga
cairan yang hilang ini diganti dengan udara. Paru-paru
berkembang sehingga rongga dada kembali pada bentuk
semula pernapasan diafragmatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur frekuensi dan dalamnya pernapasan
(Wagiyo, 2018).
4) Penilaian pada BBL
Tabel 6 APGAR Score
Aspek Skor
pengamatan
BBL 0 1 2
Appearanc Seluruh tubuh Warna kulit tubuh Warna kulit
e (warna bayi berwarna normal, tangan dan seluruh tubuh
kulit) kebiruan kaki berwarna normal
kebiruan. (kemerahan)
Pulse (nadi) Denyut jantung Denyut jantung Denyut
tidak ada. <100 x/menit jantung >100
x/menit
92

Grimace Tidak ada Wajah meringis Meringis,


(respons respons terhadap saat distimulasi. menarik,
reflex) stimulasi batuk, atau
bersin saat
stimulasi.
Activity Lemah, tidak Lengan dan kaki Bergerak
(tonus otot) ada gerakan dalam posisi fleksi aktif dan
dengan sedikit spontan.
gerakan.
Respiratory Tidak bernapas, Menangis lemah, Menangis
(pernapasan) pernapasan terdengar seperti kuat,
lambat dan tidak merintih. pernapasan
teratur. baik dan
teratur.
Sumber : Walyani, 2018
Keterangan
Nilai Apgar 0-3 : asfiksia berat.
Nilai Apgar 4-6 : asfiksia ringan.
Nilai Apgar 7-10 : bayi normal.
Suatu metode tes sederhana untuk melakukan penilaian
kesejahtraan bayi baru lahir untuk menentukan tindakan yang harus
dilakukan agar proses adaptasi kehidupan intra uteri ke ektra uteri
dapat terfasilitasi dengan baik, dan metode ini biasa di sebut dengan
nama APGAR Score. Tes ini juga dapat dilakukan dengan mengamati
bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit.
Lakukan ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, maka bayi
tersebut membutuhkan tintakan segera (Wagiyo, 2018)
5) Inisiai Menyusu Dini (IMD)
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) dimulai sedini mungkin dan
esklusif segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong,
letakkkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu dengan kulit
93

bayi ke kontak kulit ibu. Biarkan kontak kulit itu sampai


setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri.
Bayi diberi topi dan selimut. Beritahu ayah dan keluarganya untuk
mendukung dan membantu ibu dalam selama proses ini. Ibu diberi
dukungan untuk mengenali saat bayi siap untuk menyusu,
menolong bayi jika diperlukan.
Keuntungan untuk bayi yaitu kolostrum yang keluar pertama
kali sangat baik untuk kekebalan tubuh bayi, mengurangi infeksi
karena banyak mengandung kekebalan pasif (melalui kolostrum)
maupun pasif, mengurangi 22% kematian bayi yang usianya di
bawah 28 hari, meningkatkan keberhasilan menyusu secara
esklusif dari kemampuan menghisap, menelan dan nafas, kemudia
meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dengan bayi, dan
mencegah kehilangan nafas (Wagiyo, 2018).
6) Reflek pada Bayi Baru Lahir
a) Reflek Moro, timbulnya pergerakan tangan yang simetris
apabila kepala tiba-tiba digerakkan atau dikejutkan dengan cara
bertepuk tangan. Reflek ini berfungsi untuk menguji kondisi
umum bayi serta kenormalan sistem saraf pusatnya.
b) Reflek Rooting, reflek ini biasa disebut dengan reflek mencari
puting, bayi akan menoleh kearah benda yang menyentuh pipi,
misalnya mengusap pipi bayi dengan lembut, kemudian bayi
akan menolehkan kepalanya ke arah jari kita dan membuka
mulutnya.
c) Reflek Sucking, reflek ini merupakan reflek menghisap didapat
saat sisi mulut bayi baru lahir disentuh. Sebagai respon bayi
94

akan menoleh dan membuka mulut untuk menghisap puting.


Reflek sucking disertai dengan reflek menelan.
d) Reflek menggenggam, reflek dinilai dengan meletakakan jari
telunjuk pemeriksa pada telapak tangan bayi, tekanan dengan
perlahan, pada bayi yang normal maka akan menggengam
dengan kuat.
(Wagiyo, 2018)
7) Memandikan Bayi
Sebaiknya memandikan bayi ditunda sedikitnya dalam 6 jam
stelah kelahiran bayi. Memandikan bayi dalam beberapa jam
pertama kehidupan dapat mengarah pada kondisi hipotermi
(Padila, 2014).
8) Imunisasi
a) Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah prosedur memasukannya vaksin
BCG yang bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap
kuman mycobacteriumtuberculosis dengan cara menghambat
penyebaran kuman. Di berikan pada bayi umur <3 bulan.
Pemberiannya imunisasi ini secara IC di lengan kanan atas
dengan dosis 0,05 ml.
b) Imunisasi Polio
Imunisasi oral polio adalah tindakan memberi vaksin
polio (dalam bentuk oral) atau dikenal dengan namaoral polio
vaccine (OPV) yang bertujun memberi kekebalan dari penyakit
poliomelitis. Imunisasi dapat diberikan 4 kali dengan interval
4-6 minggu. Menurut Kumalasari (2018), selain polio oral
95

terdapat pula imunisasi injeksi polio atau IPV (Inactive Polio


Vaccine) yaitu vaksin polio yang mengandung virus polio tipe
I, II dan III yang telah dimatikan dan diberikat dengan cara
disuntikan secara IM pada paha bayi dengan dosis 0,5 ml.
c) Imunisasi DPT-HB-Hib
Imunisasi DPT adalah tindakan imunisasi dengan
memberi vaksin DPT-HB-Hib (difteri pertusis tetanus Hepatitis
B-Infeksi Haemophilus influenza Tipe B) yang tujuannya yaitu
memberi kekebalan dari kuman penyakit difteri, pertusis dan
tetanus. Pemberian vaksin pertama pada usia 2 bulan dan
berikutnya dengan interval 4-6 minggu (kurang lebih tiga kali),
selanjutnya ulangan pertama satu tahun dan ulangan berikutnya
tiga tahun sekali sampai usia 8 tahun. Cara pemberian
imunisasi DPT-HB-Hib adalah melalui IM di paha tengah luar
dengan dosis 0,5 cc.
d) Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah tindakan imunisasi dengan
pemberian vaksin hepatitis B ke tubuh yang bertujuan memberi
kekebalan dari penyakit hepatitis. Imunisasi Hepatitis B
diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) sampai kurun
waktu 7 hari setelah bayi lahir. Pemberian imunisasi ini secara
IM di daerah paha luar dengan dosis 0,5 ml.
e) Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah tindakan imunisasi dengan
memberi vaksin campak pada anak yang bertujuan memberi
kekebalan dari penyakit campak. Imunisasi dapat diberikan
96

pada usia 9 bulan secara SC di lengan kiri atas dengan dosis


0,5 ml. kemudian ulang dapat diberikan dalam waktu interval 6
bulan atau lebih setelah suntikan pertama.
(Dewi, 2010)
Tabel 7 Jadwal Pemberian Imunisasi

Interval minimal untuk


Umur Vaksin
imunisasi
0-24
Hepatitis B -
jam
1 bulan BCG-bOPV 1 1 bulan
2 bulan Pentavalent 1- bOPV 2 1 bulan
3 bulan Pentavalent 2- bOPV 3 1 bulan
Pentavalent- bOPV 3-
4 bulan 1 bulan
IPV
9 bulan Campak/MR -

Sumber : : (Permenkes No. 12 tahun 2017)


9) Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Pernafasan kurang dari 30 kali atau lebih dari 60 kali per
menit.Kehangatan tubuh (> 37,50C atau terlalu dingin <
360C).Warna kulit tampak kuning pada telapak tangan dan
kaki.Bergerak hanya ketika di rangsang, kejang, tarikan dinding
dada yang sangat kuat, merintih, nanah banyak di mata, tali pusat
merah menyebar ke dinding perut, bengkak, keluar cairan, bau
busuk, berdarah (Kemenkes, 2013).
10) Kunjungan Pada Neonatus
a) Kunjungan Neonatus 1 (KN 1)
97

Dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi


lahir. Asuhan yang di berikan yaitu mengobservasi tanda-tanda
vital, observasi tanda bahaya bayi baru lahir, memberikan
konseling pada ibu, yaitu untuk selalu menjaga kehangatan
bayinya, memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi
dari jam 07.30 – 08.00 WIB, agar bayinya tidak kuning serta
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
yaitu setiap 2 jam dan memberikan konseling mengenai
imunisasi.
b) Kunjungan Neonatus 2 (KN 2)
Dilakukan dalam kurun waktu hari ke 3 sampai hari ke
7 setelah bayi lahir. Asuhan yang di berikan yaitumemberitahu
ibu bahwa hasil pemeriksaan bayinya normal, memberikan
konseling tentang perawatan tali pusat dan personal hygiene,
mengingatkan ibu tanda-tanda bahaya bayi, menganjurkan
pada ibu untuk kunjungan ulang satu minggu kemudian.
c) Kunjungan Neonatus 3 (KN 3)
Dilakukan dalam kurun waktu hari ke 8 sampai 28 hari
setelah lahir.Asuhan yang di berikan yaitu melakukan
pemeriksaan fisik bayi, menjaga kebersihan bayi, menjaga
suhu tubuh, beritahu ibu tentang imunisasi BCG,
menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap saat sesuai
dengan keinginan bayi atau secara on demand.
(Diana, 2017)
11) Asuhan pada Bayi Baru Lahir
98

Asuhan pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada
bayi selama satu jam pertama setelah kelahiran.
a) Apabila bayi menangis atau bernapas saat lahir, fasilitasi IMD
dan selanjutya rawat gabung bayi dengan ibu. Kemudian
lanjutkan dengan perawatan segera pada bayi baru lahir
normal.
b) Setelah bayi di keringkan, tempatkan bayi dalam kontak kulit
pada perut ibu dan tutup dengan selimut yang bersih, kering,
agar ibu dan bayi tetap hangat.Klem, kemudian potong dan ikat
tali pusat dengan dua ikatan.
c) Periksa pernapasan dan warna kulit setiap 5 menit.
d) Setelah 5 menit, lakukan penilaian umum bayi menggunakan
skor APGAR.
e) Pastikan bahwa ruangan untuk mencegah hipotermia, taruhlah
bayidikontak kulit dengan ibu, mulai menyusui, dan doronglah
ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin.
f) Memeriksa bayi dari kepala sampai kaki mencari setiap
kelainan. Pastikan untuk memeriksa anus dan daerah genetalia.
g) Timbang bayi setelah lahir. Hal ini harus segera di lakukan
untuk menghindari mengekspos bayi baru lahir dan mencegah
hipotermi.
h) Ukur lingkar kepala dan lingkar dada, serta panjang tubuh,
setelah bayi lahir atau pada kontak pertama.
i) Melakukan perawatan mata dengan menggunakan eritromisin
0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual).
99

j) Selimuti bayi dengan kain bersih kering, pastikan kepala bayi


tertutup agar bayi tetap hangat.
k) Pastikan bayi disusui dalam waktu satu jam setelah melahirkan
dan setiap dua jam setelahnya. Hal ini untuk mencegah
terjadinya hipoglekemia. Tanda-tanda hipoglekemia termasuk
gelisah, hypotonia, apnue, dan gerakan spontan berkurang.
Hipoglekemia berkepanjangan yang tidak diobati dapat
menyebabkan kerusakan otak dan terkadang menyebabkan
kematian. Apabila hipoglekemia terjadi dikarenakan
ketidakmampuan untuk menyusui (komplikasi ibu), berikan
dekstrosa 10%, 5 ml/kg secara oral atau merujuk.
l) Jangan memberi apapun pada bayi kecuali ASI. Penting untuk
memberitahu orang tua bahwa pemberian mentega, madu,
maupun gula segera setelah lahir dapat mengkibatkan gagal
menyusui dan juga beresiko infeksi.
m) Periksa bahwa bayi BAB mekonium dalam 24 jam pertama
dan BAK dalam 48 jam pertama.

12) Cara Penanganan COVID-19 pada BBL


Bayi baru lahir tetap mendapatkan pelayanan neonatal esensial
saat lahir (0 – 6 jam) seperti pemotongan dan perawatan tali pusat,
inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K1, pemberian salep/tetes
mata antibiotik dan pemberian imunisasi hepatitis B. Setelah 24
jam, sebelum ibu dan bayi pulang dari fasilitas kesehatan,
pengambilan sampel skrining hipotiroid kongenital (SHK) dapat
100

dilakukan oleh tenaga kesehatan. Pelayanan neonatal esensial


setelah lahir atau Kunjungan Neonatal (KN) tetap dilakukan sesuai
jadwal dengan kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan dengan
melakukan upaya pencegahan penularan COVID-19 baik dari
petugas ataupun ibu dan keluarga (Kemenkes, 2020).
f. Teori Manajemen BBL
1) Standar I: Pengkajian
1) Data Subjektif
Identitas, yang perlu dikaji identitas hal ini dikaji agar bayi
tidak tertukar dengan bayi lain (nama ibu dan ayah bayi, bayi
lahir jam, tanggal lahir bayi, jenis kelamin bayi
perempuan/laki-laki).
Riwayat Antenatal yang dikaji adalah perkembangan janin,
dan kesejahteran janin selama masa kehamilan.Riwayat
Intranatal, untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir (jam dan
tanggal lahir), penolong tempat, dan cara persalinan (spontan
atau tindakan) serta keadaan bayi saat lahir (Diana, 2016).
Keluhan utama : Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya
pada hari…tanggal…jam...WIB.
Riwayat kesehatan sekarang, mengkaji kondisi bayi untuk
menentukan pemeriksaan disamping alasan datang.
Riwayat kesehatan lalu, riwayat prenatal (kehamilan), untuk
mengetahui keadaan bayi saat dalam kandungan, pengkajian
ini meliputi : hamil ke berapa, umur kehamilan, ANC, HPL
dan HPHT.
101

Riwayat natal (persalinan)untuk mengetahui keadaan bayi


saat lahir (jam dan tanggal), penolong, tempat, dan cara
persalinan (spontan atau tindakan) serta keadaan bayi saat lahir
(Diana, 2017)
Keadaan Bayi Baru LahirAPGAR Skor, pengkajian
dilakukan dengan menggunakan Apgar Skor. Tujuannya untuk
mengetahui bayi baru lahir dapat beradaptasi dengan
kehidupan di luar uterus. (Putrono, 2016).
Nilai Apgar 0-3: asfiksia berat. Menujukkan bahwa bayi
mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera
sampai ventiasi.Nilai Apgar 4-6: asfiksia ringan. Menunjukkan
Menujukkan bahwa bayi mengalami depresi ringan dan
membutuhkan resusitasi. Nilai Apgar 7-10: bayi normal.
Menunjukkan bahwa dalam keadaan baik.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD), pengkajian dilakukan untuk
mengetahui bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir.
Kontak antara bayi dengan kulit ibunya dibiarkan setidaknya
selama satu jam segera setelah lahir. Kemudian bayi akan
mencari payudara ibu dengan sendirinya
Eliminasi, bayi miksi sebanyak 6 kali sehari. Defekasi
pertama berwarna hijau kehitaman. Bayi defekasi 4-6 kali
sehari dan urine dibuang dengan cara mengkosongkan kandung
kemih secara refleksi. Pada hari ke 3-5 kotoran berubah warna
kuning kecoklatan. Bayi defekasi 4-6 kali sehari.
Perawatan tali pusat, talipusatbiasanya lepas dalam 14 hari
setelah lahir. Mengingat kemungkinsn infeksi, tindakan aseptic
102

harus sangat diperhatikan sewaktu merawat tali pusat bayi.


Jaga tali pusat agar tetap kering. Bersihkan tali pusat
menggunakan air bersih dan sabun kemudian ganti kasa yang
bersih/steril.
(Putrono, 2016).
2) Data Objektif
Pemeriksaan Umum: Keadaan umum untuk mengetahui
keadaan secara keseluruhan
Pemeriksaan tanda-tanda vital Muslihatun (2010):
Pernapasan. : Pernapasan BBL normal 30-60 kali per menit,
tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih
pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil, mungkin
terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi
berhenti napas secara periodik selama
beberapa detik masih dalam batas normal.
Warna kulit : Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat
dibanding bayi preterm karena kulit lebih
tebal.
Denyut : Denut jantung BBL normal antara 100-160
jantung kali per menit, tetapi dianggap masih normal
jika di atas 160 kali per menit dalam jangka
waktu pendek, beberapa kali dala satu hari
selama beberapa hari pertama kehidupan,
terutama bila bayi mengalami distres. Jika
ragu, ulangi penghitungan denyut jantung.
Suhu aksila : 36,5°C sampai 37,5°C
103

Pemeriksaan Antopometri, yaitu pengukuran lingkar kepala


yang dalam keadaan normal berkisar 33-35 cm, lingkar dada 30,5-
33 cm, panjang badan 45-50 cm, berat badan bayi 2500-4500 gram
(Diana, 2016).
Pemeriksaan fisik, pemeriksaan fisik meliputi seluruh tubuh
(Head to Toe) antara lain :
Kepala : Lakukan inspeksi pada daerah kepala. Raba
sepanjang garis sutura dan fontenal, apakah
ukuran dan tampilannya normal. Fontanel104
anterior harus diraba, fontanel yang besar
dapat terjadi akibat prematuritas atau
hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil
adalah mikrosefali. Jika fontanel menonjol
diakibatkan karena peningkatan intrakranial,
sedangkan yang cekung diakibatkan karena
dehidrasi. Periksa apakah ada kelainanan
cepal hematoma, caput seksedaneum, fraktur
tulang tengkorak, perhatikan adanya
kelainan kongenital seperti anasefali,
mikrosefali, kraniotabes, dan sebagainya.
UUK menutup segera setelah lahir dan UUB
menutup setelah umur 18 bulan.
Mata : Periksa kesimetrisan dan periksa jumlah
tidak ada konjungtivitis neonaturum yang
disebabkan oleh kuman gonokukus.
Hidung : Bayi aterm harus bernapas dengan hidung,
apabila bayi bernapas dengan mulut harus di
perhatikan kemungkinan adanya obstruksi
jalan napas karena atresia koana bilateral.
Mulut : Bibir BBL harus simetris, bibir dipastikan
tidak adanya sumbing dan langit – langit
harus tertutup.
Telinga : Periksa kesimetrisan dan memastikan
jumlah. Pada bayi aterm tulang rawan sudah
terbentuk sempurna. Daun telinga berbentuk
sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagian atas.
Leher : Periksa adanya pembesaran kelenjar tiroid,
kelenjar limfe dan vena jugularis.
Dada : Payudara pada laki-laki maupun perempuan
terlihat membesar. Periksa kesimetrisan
gerakan pernapasan, normalnya dinding dada
dan abdomen bergerak secara bersamaan.
Klavikula : Dengan jari telunjuk raba seluruh clavikula
105

Standar II : Perumusan Diagnosa Dan Atau Masalah Kebidanan


a) Diagnosis
By. Ny…umur…JK…lahir spontan cukup/kurang/lebih bulan,
sesuai/kecil/lebih masa kehamilan dalam keadaan normal.
Data Subjektif : biasanya ibu mengatakan telah melahirkan
bayinya pada tanggal… jam… jenis kelamin…
Data Objektif : Nadi 120-160 x/menit, respirasi 40-60 x/menit,
suhu 35,5-37,5 C, UUK belum menutup teraba datar, UUK
segera menutup setelah lahir, tidak terdapat gerakan pernafasan
cuping hidung.
b) Masalah : keluhan pada bayi, misalnya bayi merintih
c) Kebutuhan : nutrisi yang cukup, perawatan tali pusat, personal
hygiene bayi, kehangatan bayi
d) Diagnosa potensial : tidak ada
e) Antisipasi tindakan segera : tidak ada

2) Standar III : Perencanaan


106

Merencanakan asuhan yang menyeluruh yang rasional sesuai


dengan temuan pada langkah sebelumnya
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Lakukan injeksi vit K1 dan salep mata pada bayi
c) Observasi tanda bahaya bayi baru lahir
d) Lakukan perawatan tali pusat dan ajari ibu tantang perawatan
tali pusat dengan mengganti kassa tali pusat setiap habis
mandi/kotor/basah
e) Berikan konseling pada ibu, yaitu untuk selalu menjaga
kehangatan bayinya
f) Beritahu ibu untuk menjemur bayinya
g) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, yaitu
setiap 2 jam
h) Berikan konseling mengenai imunisasi Hb 0
(Diana, 2017)
3) Standar IV: Implementasi
a) Mengobservasi tanda-tanda vital bayi Nadi : 120-140 x/menit,
Suhu:36,50C-37,50C, Pernapasan : 30-60 x/menit
b) Melakukan injeksi Vit K 1 dan pencegahan infeksi mata
dengan salep mata yang dioleskan pada kelopak mata
c) Mengobservasi tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu : pernapasan
sulit, warna kulit kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru,
atau pucat, memar, tali pusat merah, bengkak, dan keluar
cairan
107

d) Melakukan perawatan tali pusat dan engajarkan ibu tentang


perawatan tali pusat dengan mengganti kassa tali pusat setiap
habis mandi/kotor/basah
e) Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan bayinya
f) Memberitahu ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi dari jam
07.30 – 08.00 WIB, selama 10-15 menit agar bayinya tidak
kuning dan mendapatkan vitamin D
g) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,
yaitu setiap 2 jam
h) Memberitahu ibu bahwa bayinya sudah diimunisai Hb0 yang
berguna untuk mencegah hepatitis.
(Diana, 2017)
4) Standar V: Evaluasi
a) Sudah dilakukan observasi tanda-tanda vital dan Ibu sudah
mengetahui hasil pemeriksaan bayi
b) Sudah dilakukan injeksi vit K1 dan pemberian salep mata
c) Observasi tanda bahaya bayi baru lahir sudah dilakukan
d) Sudah dilakukan perawatan tali pusat dan ibu sudah diajari cara
perawatan tali pusat bayi
e) Bayi sudah di jaga kehangatannya dengan menyelimuti
menggunakan kain kering bersih
f) Ibu bersedia untuk menjemur bayinya ketika pagi.
g) Ibu bersedia menyusui bayinya.
h) Ibu sudah mengetahui bayinya sudah diimunisai Hb 0
(Diana, 2017)
108

5) Standar VI: pencatatan asuhan kebidanan


Kunjungan Neonatus I (KN I) (6-48 jam setelah bayi lahir)
S : Subjektif
Ibu mengatakan bayinya umur 6-48 jam
Ibu mengatakan bayinya sudah BAB 5 kali dan BAK 6 kali
O : Objektif
a) Pemeriksaan Antropometri
b) BB : 2.500 – 4.000 gram
c) TB : 45 – 50 cm
d) LK : 33 – 35 cm
A : Analisis
a) Diagnosa kebidanan : By. Ny…umur…JK…lahir spontan
cukup/kurang/lebih bulan, sesuai/kecil/lebih masa kehamilan
dalam keadaan normal
b) Masalah : Keluhan ibu pada bayinya
c) Kebutuhan : Asuhan yang diberikan bidan pada bayi
d) Diagnosa potensial : Kegawatdaruratan yang mungkin terjadi
e) Antisipasi tindakan segera : Kolaborasi/rujukan apabila terjadi
kegawatdaruratan
P: Penatalaksanaan
a) Mengobservasi TTV
Evaluasi :
Observasi TTV telah dilakukan
b) Memberikan konseling pada ibu, yaitu untuk selalu menjaga
kehangatan bayinya
109

Evaluasi :
Ibu sudah paham untuk selalu menjaga kehangatan bayinya
c) Mengobservasi eliminasi dan tanda bahaya pada BBL
Evaluasi :
Observasi eleminasi dan tanda bahaya sudah dilakukan
d) Memandikan bayi menggunakan sabun dan air hangat
Evaluasi :
Bayi sudah dimandikan dan sudah bersih
e) Lakukan pencegahan hipotermi dengan cara menjaga
kehangatan bayi.
Evaluasi :
Bayi sudah dijaga kehangatannya
f) Memberi bayi nutrisi yaitu bayi disusui on demand atau
minimal disusui 2 jam sekali.
Evaluasi :
Ibu sudah menyusui bayi secara on demand
g) Memberi ibu informasi tentang perawatan bayi yaitu bayi
harus selalu dijaga personal hygiene,kehangatan, nutrisi an
kenyamanannya
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti tentang perawatan bayi
h) Memberi ibu informasi bahwa anaknya sudah di imunisasi Hb
0, untuk mencegah penyakit hepatitis.
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui anaknya sudah di imunisasi hb 0
(Walyani, 2015)
110

Kunjungan Neonatus II (KN II) (kunjungan pada 3-7 hari setelah


lahir)
S : Subjektif
Ibu mengatakan bayinya umur 3-7 hari
Ibu mengatakan bayinya BAB 2 kali sehari
Frekuensi BAK bayi cukup ASI 6-8 kali per hari
O : Objektif
a. KU: keadaan umum bayi (baik/lemah)
b. Tangisan : tangisan bayi (kuat/lemah/merintih)
c. Tonus Otot : dinilai pergerakan pada tonus otot
d. Tali pusat :normalnya talipusar lepas membutuhkan waktu
sekitar 7-10 hari untuk sembuh sepenuhnya.
e. Tanda-tanda vital : N: 120-160 x/menit, R : 40-60 x/menit, S :
36,5-37,50C
f. BB : 2500-4000 gram, pada minggu pertama setelah lahir,
bayi kehilangan sampai 10% berat badan dari berat lahirnya.
g. PB : 48-52 cm
(Marmi, 2015)
A : Analisis
a) Diagnosa Kebidanan :
By. Ny.Xx umur... hari jenis kelamin… lahir cukup/ kurang/
lebih bulan, sesuai/ kecil/ lebih masa kehamilan dalam keadaan
normal.
b) Masalah: keluhan pada bayi, misalnya penurunan BB
111

c) Kebutuhan : Asuhan yang diberikan bidan sesuai keluhan


d) Diagnosa potensial: diagnosa kegawatdaruratan yang mungkin
terjadi
e) Antisipasi Tindakan Segera : tindakan kolaborasi/rujukan
apabila terjadi kasus kegawatdaruratan
P : Penatalaksanaan
a) Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa dalam
keadaan baik-baik saja.
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti keadaan bayinya baik-baik saja
b) Menganjurkan ibu untuk tetap memberikan ASI sesering
mungkin setiap 2 sampai 3 jam sekali atau jika bayi
menginginkan untuk menyusu.
Evaluasi :
Ibu bersedia memberikan bayinya ASI sesering mungkin
c) Memberitahu ibu tentang pola buang air besar bayi yaitu sehari
bisa lebih 5 atau 6 kali atau pada bayi yang hanya minum asi
eksklusif bisa saja tidak bab selama 2 sampai 4 hari dan hal
tersebut adalah normal. Memberitahu ibu bahwa warna feses
yang normal pada bayi adalah kuning dan hijau, dan ibu perlu
mewaspadai jika warna feses bayi berwarna merah, kuning
pucat atau keabu-abuan.
Evaluasi:
Ibu sudah mengerti pola BAB bayi
d) Memberitahu ibu bahwa bayi baru lahir cenderung buang air
kecil 7 sampai 10 kali sehari, serta menganjurkan ibu untuk
112

selalu mengganti popok bayinya setelah bayi BAB dan atau


BAK.
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti pola BAK bayi
e) Memberitahu ibu bahwa pola tidur normal bayi adalah selama
16 jam sehari dan akan terus berkurang seiring dengan
bertambahnya usia bayi
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti pola tidur bayi
f) Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayinya
Evaluasi :
Ibu bersedia menjaga personal hygiene bayi
g) Menganjurkan ibu untuk kembali kontrol sebelum usia bayinya
28 hari
Evaluasi : ibu sudah mengerti jadwal kembali
(Marmi, 2015)
Kunjungan Neonatus 3 (KN 3) (pada 8-28 hari setelah lahir)
S : Subjektif :
Ibu mengatakan bayinya umur 8-28 hari.
Ibu mengatakan bayinya BAB 1 kali sehari dan BAK 5 kali sehari
Frekuensi BAK bayi cukup ASI 6-8 kali sehari
O : Objektif :
a) Pemeriksaan Antropometri
b) BB : penurunan fisiologis 5-10% selama 10 hari
c) TB : 45 – 50 cm
d) LK : 33 – 35 cm
113

A : Analisis
a) Diagnosa Kebidanan
By. Ny…umur…JK…lahir spontan cukup/kurang/lebih bulan,
sesuai/kecil/lebih masa kehamilan dalam keadaan normal
b) Masalah: masalah atau keluhan pada bayi
c) Kebutuhan : asuhan yang diberikan sesuai keluhan
d) Diagnosa potensial : Kegawatdaruratan yang mungkin terjadi
e) Antisipasi Tindakan Segera: kolaborasi/rujukan bila terjadi
kegawatdaruratan
P : Penataksanaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa bayinya dalam
keadaan baik
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan bayinya
b) Melakukan pemeriksaan fisik bayi
Evaluasi :
Pemeriksaan fisik sudah dilakukan
c) Menjaga kebersihan bayi
Evaluasi :
Bayi sudah dijaga kebersihannya
d) Menjaga suhu tubuh bayi dengan cara menyelimuti bayi
dengan kain yang kering, bersih dan segera diganti apabila
basah
Evaluasi :
Bayi sudah terjaga kehangatannya
e) Memberikaan konseling kepada ibu tentang ASI Eksklusif
114

Evaluasi :
Ibu bersedia menyusui bayinya dengan ASI Eksklusif
f) Menganjurkan ibu memberikan ASI secara on demand
Evaluasi :
Ibu bersedia menyusui secara on demand
g) Memberikan konseling kepada ibu tentang tanda bahaya pada
bayi
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui tanda bahaya pada bayi
h) Memberikan konseling kepada ibu tentang imunisasi BCG dan
polio oral
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti dan akan mengimunisasikan bayinya saat
usia tepat 1 bulan(Dewi, 2014)
g. Teori Medis Nifas
1) Pengertian masa nifas
Dalam bahasa latin masa nifas adalah puerpurium. Secara
etimologi puer berarti bayi dan parous adalah melahirkan (Dewi,
2011). Menurut Fitri (2017), masa nifas (puerpurium) adalah masa
dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat
kandung kembali seperti semula sebelum hamil, yang berlangsung
selama 6 minggu atau 40 hari.
Puerpurium adalah masa setelah melahirkan bayi dan biasa
disebut juga dengan masa pulih kembali, dengan maksud keadaan
pulihnyaalat reproduksi seperti sebelum hamil. Dikutip dari
Kementrian Kesehatan Repulik Indonesia (Kemenkes RI), asuhan
115

masa nifas adalah proses pengambilan keputusan dan tindakan


yang dilakukan bidan pada masa nifas yang sesuai dengan
wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat
kebidanan (Sutanto, 2018).

2) Tahapan masa nifas


1) Peurpurium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah
diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerpuriumintermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 mingu.
3) Remote puerpurium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih
kembali dan sehat sempurna baik selama ha,il atau sempurna
berminggu-minggu, berbulan-bulan atau tahunan.
(Sutanto, 2018)
3) Proses adaptasi psikologis pada masa nifas
a) Fase Taking In
Berlangsung setelah melahirkan sampai hari ke-2.
Dengan ciri- ciri perasaan ibu terfokus pada dirinya, ibu
merasa masih pasif dan bergantung dengan orang lain,
perhatian ibu tertuju pada kekhawatiran perubahan tubuhnya,
memerlukan ketenangan dalam tidur untuk mengembalikan
keadaan tubuh ibu ke kondisi yang normal, nafsu makan ibu
biasanya bertambah sehingga membutuhkan peningkatan
nutrisi.
116

Gangguan psikologis yang mungkin dirasakan ibu pada


fase ini seperti kekecewaan karena tidak mendapatkan apa
yang diinginkan, misalnya jenis kelamin tertentu, warna kulit,
keadaan cacat. Ibu merasakan ketidaknyamanan akibat dari
perubahan fisik yang dialami ibu, misalnya rasa mules akibat
dari kontraksi rahim, payudara bengkak, perih pada jahitan.
Ibu merasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya. Ibu
merasa sedih karena suami dan keluarga mengkritik ibu
tentang cara merawat bayinya dan cenderung melihat saja
tanpa membantu.
b) Fase Taking Hold
Fase ini berlangsung dari hari ke-3 sampai hari ke-10.
Dengan ciri-ciri ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan
merawat bayinya, muncul perasaan sedih (baby blues), ibu
memperhatikan kemampuan menjadi orang tua dan
meningkatkan tanggung jawab akan bayinya, ibu
memfokuskan perhatian pada pengontrolan fungsi tubuh, ibu
berusaha menguasai ketrampilan dalam merawat bayinya, ibu
cenderun terbuka menerima nasihat orang lain, wanita pada
masa ini sangat sensitif akan ketidakmampuannya dan perlu
support dari suami dan keluarga
c) Fase Letting Go
Fase letting Go berlangsung pada hari ke-10 sampai
seterusnya. Ibu merasa lebih percaya diri untuk merawat bayi
dan dirinya, setelah ibu pulang ke rumah dan dipengaruhi oleh
dukungan serta perhatian keluarga. Ibu sudah mengalami
117

tanggung jawab dalam merawat bayi dan memahami


kebutuhan bayi. Pada masa ini ibu sudah mulai tidak
bergantung pada orang lain untuk merawat bayinya.
Peran bidan sangat penting dalam perubahan psikologis
pada ibu nifas. Bidan dapat memberikan dukungan secara
berkesinambungan selama masa nifas sesuai kebutuhan ibu
dalam perubahan psikologi masa nifas. Bidan juga dapat
mendorong suami dan keluarga untuk membantu ibu dalam
merawat bayinya dan menyusui bayinya.
(Sutanto, 2018)
4) Perubahan Fisiologis dan Proses Adaptasi
a) Perubahan system reproduksi
Involusi uterus :merupakan proses berkontraksi uterus
untuk berubah kembali menjadi bentuk semula sebelum hamil.
Setelah plasenta lahir, uterus akan berkontraksi dan
meretraksikan otot-ototnya sehingga dapat menutup pembuluh
darah besar yang bermuara pada bekas implantasi plasenta.
Otot rahim tersebut terdiri dari tiga lapis otot yang membentuk
anyaman sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna,
dengan demikian terhindar dari perdarahan post patum.
Uterus secara berangsur-angsur mrenjadi kecil
(involusi) sehingga akhirnya kembali ke bentuk sebelum hamil.
Setelah bayi lahir TFU setinggi pusat dengan berat uterus 1000
gram, akhir kala III persalinan TFU teraba 2 jari dibawah pusat
dengan berat sebesar 750 gram, satu minggu setelah
postpartum TFU teraba di pertengahan pusat dan sympisis
118

dengan berat 500 gram, dua minggu postpartum TFU tidak


teraba dengan berat 350 gram dan enam minggu postpartum
TFU bertambah kecil dengan berat uterus 50 gram
(Purwoastuti, 2017).
Lochea: merupakan cairan yang keluar dari vagina dan
berasal dari dalam rahim terutama luka implantasi plasenta.
Pada hari pertama sampai hari ke-3 lochae berupa darah yang
disebut lochea rubra. Pada hari ke-4 sampai ke-7 merupakan
darah encer yang berwarna merah kecoklatan disebut lochea
sanguinolenta. Pada hari ke-7 sampai hari ke-14 cairan yang
keluar berwarna kuning kecoklatan disebut locheaserosa.
Cairan yang keluar setelah hari ke-14 berwarna putih dan
berupa lendir yang disebut lochea alba.
Serviks dan vagina, beberapa hari setelah persalinan
osteum eksternum dapat dilalui oleh 2 jari. Vagina yang sangat
renggang saat persalinan lambat laun akan mencapai
ukurannya ynag normal pada minggu ke-3 postpartum dan
rugea mulai tampak kembali pada minggu ke-3 dan hymen
tampak sebagai tonjolan jaringan kecil, yang dalam proses
pembentukan berubah menjadi kurunkala mitiformis yang khas
pada multipara.
b) Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis
anterior meningkat secara stabil selma kehamilan, tetapi
hormon plasenta menghambat produksi ASI. Setelah
melahirkan plasenta, konsentrasi esterogen dan progesteron
119

menurun, prolaktin dilepaskan dan sintesis ASI dimulai. Suplai


darah ke payudara meningkat dan meyebabkan pembengkakan
vaskular sementara. Air susu, saat diproduksi disimpan di
alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara
diisap oleh bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan bayi.
ASI yang akan pertama muncul pada awal masa nifas
adalah ASI yang berwarna kekuningan yang biasa dikenal
dengan kolostrum. Kolostrum sebenarnya telah terbentuk di
dalam tubuh ibu pada usia kehamilan 12 minggu. Kolostrum
merupakan ASI pertama ynag sangat baik diberikan pada bayi
baru lahir karena mengandung banyak manfaat, salah satunya
mengandung imun yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir.
(Purwoastuti, 2017)
c) Perubahan sistem pencernaan
Menurunnya kadar progesteron akan memulihkan
sistem pencernaan yang semula mengalami beberapa
perubahan ketika masa kehamilan. Tonus dan motilitas otot
traktus akan kembali ke dalam keadaaan normal sehingga akan
memperlancar sistem pencernaan. Asuhan yang dilakukan
dengan memperbanyak konsumsi air putih, makan makanan
yang mengandung serat dan membiasakan BAB tepat waktu.
d) Perubahan sistem perkemihan
Pelvis, ginjal dan ureter yang meregang dan berdilatasi
selama kehamilan kembali normal pada akhir minggu ke-4
setelah melahirkan. Kurang lebih 40% wanita nifas mengalami
proteinurin yang nonpatologis sejak pasca melahirkan sampai
120

hari ke-2 postpartum. Kandung kemih pada masa nigas


mempunyai kapasitas yang meningkat secara relatif. Oleh
karena itu, distensi yang berlebihan, urine residual ynag
berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna. Urine dan
pelvis yang mengalami distensi akan kembali normal pada dua
sampai delapan minggu setelah persalinan.
e) Perubahan sistem musculoskeletal
Setelah persalinan dinding perut longgar karena
diregang begitu lama tetapi biasanya pu;ih kembali dalam 6
minggu. Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu persalinan berangsur-angsur menjadai ciut dan
pulih kembali. Stabilisasi secara sempurna terjadi pada 6-8
minggu setelah persalinan.
f) Perubahan sistem endokrin
Penurunan Hormon Plasental Lactogen (HPL),
esterogen dan progesteron memyebabkan kadar gula pada
darah menurun. Akibatnya perubahan hormon ini membuat
masa nifas menjadi masa transisi untuk metabolisme
karbohidrat. Hormon Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
menurun dengan cepat dan menetap 10% dalam 3 jam sampai
hari ke-7 postpartum.
g) Perubahan tanda vital
Dalam 24 jam postpartum, suhu akan naik sekitar
37,50C-380C yang merupakan pengaruh dari proses persalinan
dimana ibu kehilangan banyak cairan dan kelelahan. Hari ke-3
suhu akan naik lagi karena proses pembentukan ASI. Bidan
121

harus mewaspadai bila suhu lebih dari 380C dalam 2 hari


berturut-turut pada 10 hari pertama postpartum dan suhu harus
tetap diobservasi minimal 4 hari.
Denyut nadi normal pada orang dewasa berkisar antara
60-80 kli permenit. Setelah persalinan denyut nadi menjadi
lebih cepat (<100 kali permenit) biasanya disebabkan oleh
infeksi atau perdarahan post partum.
Pernafasan selalu terkait dengan kondisi suhu dan
denyut nadi. Apabila nadi dan suhu tidak normal, pernafasan
juga akan mengikuti. Kecuali pada kondisi gangguan saluran
pernafasan. Umumnya pernafasan cenderung lambat atau
normal karena ibu dalam kondisi pemulihan. Bila respirasi
cepat <30 kali permenit mungkin diikuti tanda-tanda syok.
Tekanan darah relatif rendah karena ada proses
kehilangan darah karena persalinan. Tekanan darah yang tinggi
menidentifikasikan adanya pre eklamsi post partum. Biasanya
tekanan darah yang normal <140/90 mmHg namun dapat
mengalami peningkatan dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum.
h) Perubahan sistem kardiovaskuler
Segera setelah bayi lahir, kerja jantung mengalami
peningkatan 80% lebih tinggi daripada sebelum persalinan
karena autotransfusi dari uteroplacenter. Resistensi pembuluh
darah perifer meningkat karena hilangnya
prosesuteroplacenter dan kembali normal setelah 3 minggu.
i) Perubahan sistem hematologi
122

Pada persalinan normal, jumlah kehilangan darah


sebesar 300-400 ml. Total volume darah kembali normal dalam
waktu 3 minggu postpartum. Jumlah sel darah putih akan
meningkat terutama pada kondisi persalinan lama sekitar
25.000-30.000 sel darah putih. Pemulihan volume darah
dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari ibu. Selama
minggu-minggu terakhir kehamilan kadar fibrinogen, plasma
darah dan faktor-faktor pembekuan darah meningkat. Pada hari
pertama postpartum kadar fibrinogen dan plasma darah akan
sedikit mengental dengan meningkatnya viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah.
5) Kebutuhan Dasar Masa Nifas
a) Nutrisi dan cairan
Nutrisi terfokus pada pemulihan fisik dan stabilisas
setelah kelahiran serta persiapan laktasi. Gizi yang dipenuhi
oleh ibu nifas akan berpengaruh pada produksi ASI yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi yaitu
dengan mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, minum
sedikitnya 3 liter air setiap hari.
b) Ambulasi dan mobilisasi dini
Latihan pasca persalinan normal bisa dilakukan setelah
2 jam dengan ibu boleh miring ke kanan atau ke kiri,
pengaturan nafas, menekuk kedua lutut kaki serta kontraksi
vagina. Keuntungan menjalankan ambulasi dini bagi ibu nifas
antara lain melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi
infeksi puerperium, tidak menyebabkan perdarahan yang
123

abnormal, mempercepat involusi uterus, melancarkan fungsi


alat gastrointestinal serta alat kelamin, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat produksi
ASI, ibu merasa lebih sehat dan kuat serta faal usus dan
kandung kemih lebih nyaman.
c) Eliminasi
Ibu nifas akan merasakan nyeri dan sakit saat BAK
kurang lebih 1-2 hari setelah melahirkan, terutama dialami ibu
yang baru pertama kali melahirkan melalui persalinan normal,
padahal BAK secara spontan normalnya terjadi setiap 3-4 jam
sekali. Penyebabnya, trauma kandung kemih dan nyeri serta
pembengkakan pada perineum yang mengakibatkan kejang
pada saluran kemih. Ibu diusahakan untuk dapat BAK sendiri,
apabila tidak dapat dirangsang dengan mengalirkan air kran di
dekat pasien, mengompres hangat di atas sympisis atau
berendam air hangat. Apabila pasien belum BAK setelah 6 jam
melahirkan maka bisa dilakukan kateterisasi.
Kesulitan BAB bagi ibu bersalin disebabkan oleh
trauma usus bawah akibat persalinan sehingga untuk sementara
usus belum bisa berfungsi dengan baik. Faktor psikologi juga
turut mempengaruhi ibu nifas, umumnya takut BAB karena
khawatir perineum akan robek semakin besar. BAB normalnya
harus terjadi dalam 3 hari post partum. Apabila terjadi
obstipasi dan timbul koprostase hingga skilaba (feses yang
mengeras) tertimbun dalam usus besar akan berpotensi terjadi
124

febris. Bila hal tersebut terjadi dapat dilakukan klisma atau


diberi laksan per oral.
d) Personal Hygiene
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber
infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman ibu. Anjurkan ibu
untuk menjaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur
minimal 2x sehari, dan mengganti pakaian dalam.
e) Seksualitas
Dinding vagina akan kembali pulih pada keadaaan
sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu. Pada saat itu, secara
fisik aman untuk memulai hubungan seksual saat darah sudah
berhenti atau ibu daoat memasukan 1 jari atau 2 jari ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Hubungan seksual dapat dilakukan
dengan aman ketika luka episiotomi telah sembuh dan lochea
telah berhenti. Sebaiknya dapat ditunda mungkin 40
hari.setelah persalinan. Pada saat itu diharapkan organ
reproduksi telah pulih. Ibu mungkin mengalami ovulasi
sehingga memungkinkan terjadinya kehamilan sebelum haid
yang pertama setelah persalinan. Oleh karena itu, pasangan
perlu mencari metode keluarga berencana yang cocok.
6) Tanda Bahaya Masa Nifas
a) Adanya tanda-tanda infekti puerpuralis
Peningkatan suhu tubuh merupakan suatu diagnosa
awal yang masih membutuhkan diagnosa lebih lanjut untuk
menentukan apakah ibu bersalin mengalami gangguan
payudara, perdarahan bahkan infeksi karena keadaan-keadaan
125

tersebut sama-sama mempunyai gejala peningkatan suhu


tubuh.
b) Demam, muntah dan sakit saat berkemih
Organisme yang menyebabkan infeksi saluran saluran
kemih berasal dari flora normal perineum. Pada masa nifas
dini, sensitivitas kandung kemih terhadap air kemih di dalam
kandung kemih menurun akibat trauma persalinan. Sensasi
peregangan kandung kemih juga mungkin berkurang dan rasa
nyaman yang ditimbulkan oleh episiotomi yang lebar.
Overdistensi yang disertai katetirisasi untuk mengeluarkan air
kemih sering menyebabkan infeksi saluran kemih.
c) Sembelit dan hemoroid
Asuhan yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri
antara lain memasukan kembali hemoroid yang keluar ke
dalam rektum, rendam duduk dengan air hangat atau dingin
selama 15-30 menit 2-3 kali sehari, meletakkan kantong es
pada daerah anus, berbaring miring, minum lebih banyak,
makan makanan yang tinggi serat serta pemberian obat
suppositoria.
d) Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
Kondisi ini biasanya dialami ibu yang baru melahirkan
sering mengeluh sakit kepala hebat atau penglihatan kabur.
Penanganan yang bisa dilakukan antaranya jika ibu sadar
segera periksa nadi, tekanan darah dan pernafasan, jika ibu
tidak sadar lakukan ventilasi dengan masker dan balon,
lakukan intubasi jika perlu, jika pasien tidak sadar atau koma
126

bebaskan jalan nafas lalu baringkan pada sisi kiri, ukuran suhu,
periksa apakah ada kaku tengkuk.
e) Perdarahan pervaginamyang banyak
Perdarahan terjadi terus menerus atau tiba-tiba
bertambah banyak (lebih dari perdarahan saat haid atau ganti
pembalut 2x dalam setengah jam). Penyebab utama perdarahan
ini mungkin ada sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi
pada endometrium dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk
mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
Penangannya, bidan bisa berkonsultasi dengan dokte untuk
mengetahui kondisi pasien sehingga dapat memberikan
pelayanan medis yang bermutu untuk masyarakat.
f) Lochea berbau busuk dan disertai nyeri pada perut atau
punggung
Gejala tersebut biasanya mengindikasikan adanya
infeksi umum. Melalui gambaran klinis, bidan dapat
menegakkan diagnosa infeksi nifas. Pada kasus infeksi ringan,
bidan dapat memberikan pengobatan, sedangkan infeksi berat
sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk penderita ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
g) Puting susu lecet
Puting susu lecet dapat disebabkan trauma pada puting
susu saat menyusui. Selain itu dapat pula terjadi retak dan
pembentukan celah-celah. Penyebab puting susu lecet antara
lain teknik menyusui yang salah, puting susu terpapar oleh
sabun atau alkohol saat membersihkan puting susu, monilitas
pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu, bayi
127

dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) serta cara


menghentikan menyusui yang kurang tepat.
h) Oedema, sakit dan panas pada tungkai
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara
pada vena-vena manapun di pelvis yang mengalami dilatasi
dan sering terjadi. Faktor predisposisi antara lain obesitas,
peningkatan umur maternal dan tingginya paritas, riwayat
sebelumnya, anestesi dan pembedahan dengan kemungkinan
trauma yang lama pada pembuluh darah, anemia maternal,
hipotermi, penyakit jantung, endometritis dan varicostitis.
(Sutanto, 2018)
7) Tujuan Asuhan Masa Nifas
a) Mendeteteksi adanya perdarahan masa nifas
Perdarahan post partum adalah kehilangan darah
sebanyak lebih dari 500 ml dan menyebabkan perubahan tanda
vital seperti pasien mengeluh lemas, limbung, berkeringat
dingin, menggigil, tekanan darah rendah, nadi naik (Sutanto,
2018).
Pendeteksian adanya perdarahan masa nifas dan infeksi
ini sangat penting karena perdarahan dan infeksi adalah faktor
utama penyebab AKI, oleh karena itu penolong persalinan
hendaknya tetap waspada sekurang-kurangnya satu jam post
partum untuk mengatasi kemungkinan terjadinya komplikasi
persalinan.
b) Menjaga kesehatan ibu dan bayi
128

Bidan wajib menjaga kesehatan ibu dan bayi baik


kesehatan fisik dan psikologis. Kesehatan yang dimaksud
adalah memulihkan kesehatan umum ibu dengan cara
penyediaan makanan yang memenuhi kebutuhan gizi,
mengkonsumsi tambahan kalori 500 kalori setiap hari karena
ibu dalam masa menyusui, makanan dengan diet berimbang
untuk mendapatkan karbohodrat, protein, lemak, mineral dan
vitamin yang cukup. Mehilangkan terjadinya anemia, menurut
WHO anemia terjadi karena kandungan hemoglobin kurang
dari 10,5 gr%. Untuk mencegah anemia bisa dengan
mengkonsumsi makanan yang kaya zat besi dan suplemen zat
besi dari dokter.
c) Menjaga kebersihan diri
Perawatan pada daerah genetalia pada ibu bersalin
normal lebih kompleks daripada ibu yang bersalin dengan
caesar. Bidan harus mengajari ibu cara menjaga kebersihan
daerah genetalia. Menjaga kebersihan diri agar meningkatkan
rasa nyaman pada ibu dan menhindari dari infeksi yang terjadi.

d) Melaksanakan screening secara komprehensif


Tujuan dilakukan screening adalah untuk mendeteksi
adanya masalah apabila ada, kemudian mengobati dan merujuk
apabila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
e) Memberikan pendidikan laktasi dan perawatn payudara
129

Pendidikan kesehatan yang diberikan antara lain


menjaga agar payudara tetap bersih dan kering, menggunakan
bra ynag longgar dan menyokong payudara, mengajari teknik
menyusui yang benar, apabila puting lecet maka ibu disarankan
untuk mengoleskan ASI pada sekitar areola, mengkosongkan
payudara dengan pompa ASI serta memberikan dukungan dan
semangat kepada ibu untuk tetap menyusui walaupun masih
merasakan sakit setelah melahirkan.
f) Pendidikan tentang peningkatan pengembangan hubungan
yang baik antara ibu dan bayinya
g) Konseling KB
h) Mempercepat involusi uterus
i) Melancarkan pengeluaran lochea
j) Memperlancar fungsi gastrointestinal dan perkemihan
k) Meningkatkan kelancaran peredaran darah dan metabolisme
tubuh
8) Kunjungan Nifas
Tujuan kunjungan nifas secara garis besar adalah menilai
kondisi kesehatan ibu dan bayi, melakukan pencegahan terhadap
kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu dan bayi,
mendeteksi adanya komplikasi yang terjadi pada masa nifas serta
menangani komplikasi yang timbul dan mengganggu kesehatan
ibu nifas.
a) Kunjungan pertama (KF I)
Waktu kunjungan pada 6-48 jam setelah persalinan. Tujuan
dari kunjungan masa nifas ini adalah mencegah perdarahan
130

pada masa nifas akibat antonia uteri, mendeteksi dan merawat


penyebab lain perdarahan dan rujuk jika perdarahan berlanjut,
memberi konseling kepada ibu atau salah satu anggota
keluarga mengenai cara mencegah perdarahan pada masa nifas
akibat antonia uteri, pemberian ASI awal, melakukan
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi tetap
sehat dengan mencegah hipotermia.
b) Kunjungan kedua (KF II)
Waktu kunjungan 3-7 hari setelah persalinan. Tujuan dari
kunjungan masa nifas ini adalah memastikan infolusi uterus
berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilikus tidak ada perdarahan abnormal, tida ada bau,
memastikan agar ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat, memastikan ibu menyusui dengan baik, memberi
konseling pada ibu tentang asuhan pada bayi, perawatan tali
pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-
hari.
c) Kunjungan ke tiga (KF III)
Waktu kunjungan 8-28 hari setelah persalinan. Tujuannya
sama dengan kunjungam diatas (3-7 hari setelah persalinan).

d) Kunjungan ke empat (KF IV)


Waktu kunjungan 29-42 hari setelah persalinan. Tujuan dari
kunjungan masa nifas ini adalah mengkaji tentang penyulit
pada ibu, lochea yang keluar sudah sedikit bahkan sudah tidak
131

berwarna, memastikan ibu untuk memilih kontrasepsi yang


efektif dan sesuai kebutuhan ibu.
(Kemenkes, 2020)
9) Cara Mencegah Infeksi Virus Corona pada Ibu nifas
Ibu nifas dan keluarga harus memahami tanda bahaya di masa
nifas (lihat Buku KIA). Jika terdapat risiko/ tanda bahaya, maka
periksakan diri ke tenaga kesehatan. Pelaksanaan kunjungan nifas
pertama dilakukan di fasyankes. Kunjungan nifas kedua, ketiga
dan keempat dapat dilakukan dengan metode kunjungan rumah
oleh tenaga kesehatan atau pemantauan menggunakan media
online (disesuaikan dengan kondisi daerah terdampak COVID-19),
dengan melakukan upaya-upaya pencegahan penularan COVID-19
baik dari petugas, ibu dan keluarga, Pelayanan KB tetap
dilaksanakan sesuai jadwal dengan membuat perjanjian dengan
petugas. Diutamakan menggunakan MKJP.
COVID-19 Khusus untuk ibu nifas, selalu cuci tangan setiap
kali sebelum dan sesudah memegang bayi dan sebelum menyusui.
(Buku KIA hal. 28). Hindari menyentuh mata, hidung dan mulut
dengan tangan yang belum dicuci.Sebisa mungkin hindari kontak
dengan orang yang sedang sakit(Kemenkes RI, 2020).
10) Kunjungan nifas selama pandemic Covid-19
Pada masa pandemic ibu nifas melakukan pemeriksaan pasca
bersalin sebanyak 4 kali. Kunjungan pertama disarankan dilakukan
di fasilitas layanan kesehatan untuk pemeriksaan nifas dan
neonatal. Pemeriksaan berikutnya melalui kunjungan rumah oleh
tenaga kesehatan atau memanfaatkan teknologi komunikasi:
132

KF 1 : 6 jam sampai dengan 2 hari pasca persalinan


KF 2 : 3 hari sampai dengan 7 hari pasca persalinan
KF 3 : 8 hari sampai dengan 28 hari pasca persalinan
KF 5 : 29 hari sampai dengan 42 hari pasca persalinan (Kemenkes
RI, 2020).
h. Teori Manajemen Nifas
1) Standar 1 : Pengkajian
a) Data Subjektif
Identitas, data yang dikumpulkan untuk menilai klien secara
keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami, meliputi nama,
umur, pada ibu nifas yang pertama kali hamil bila umur lebih
dari 35 tahun dan kurang dari 16 tahun maka kemungkinan
terdapat komplikasi masa nifas seperti HPP ( Hemorrhagic Post
Partum), post partum blues, dan sebaginya suku/bangsa, agama,
pendidikan, pekerjaan dan alamat (Susanto, 2018).
Keluhan utama,untuk mengetahui ada tidaknya masalah yang
dihadapi berkaitan dengan masa nifas seperti ibu mengatakan
perut mules, susah BAB dan BAK, sakit pada jalan lahir karena
adanya jahitan pada perineum (Sutanto, 2018).
Riwayat Kesehatan yang lalu, digunakan untuk mengkaji
penyakit-penyakit seperti anemia, hipertensi, preeklamsi,
diabetes melitus, penyakit ginjal, penyakit jiwa, hepatitis,
jantung, tuberkulosis dan epilepsi. Adanya penyakit tersebut
memerlukan intervensi yang lebih intens pada masa nifas karena
beresiko mengalami komplikasi.Riwayat kesehatan sekarang
untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita
133

pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan
bayinya. Riwayat kesehatan keluarga, data ini diperlukan untuk
mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap penyakit pasien, yaitu apabila ada penyakit keluarga
yang menyertainya, terutama penyakit keturunan yang beresiko
juga diturunkan kepada janinnya (Sutanto, 2018).
Riwayat psikologis, dikaji untuk mengetahui bagaimana
perasaan ibu atas kelahiran bayinya, jika bayi yang dilahirkan
adalah anak yang tidak diinginkan, kemungkinan terjadi depresi
postpartum juga meningkat, selain itu juga mempengaruhi
bagaimana cara ibu melakukan perawatan pada bayinya
(Sutanto, 2018).
Riwayat obstetrik, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu, yang perlu dikaji adalah berapa kali ibu hamil, apakah
ibu pernah mengalami keguguran, tanggal kelahiran anak, tempat
persalinan yang lalu, umur kehamilan, jenis persalinan, penolong
persalinan dan ada tidaknya penyulit pada saat persalinan. Hal
ini dikaji berkaitan dengan faktor resiko terjadinya perdarahan
masa nifas. Selain itu, apabila ibu melahirkan bukan di tenaga
kesehatan bisa meningkatkan resiko infeksi (Sutanto, 2018).
Riwayat persalinan sekarang, yang perlu dikaji adalah tanggal
persalinan, jenis persalinan, penolong persalinan keadaan bayi,
dan tindakan apa yang terjadi persalinan pada saat persalinan dan
ada tidaknya komplikasi yang terjadi. Persalinan dengan
episiotomi akan lebih lama penyembuhannya dibanding dengan
134

persalinan tanpa tindakan karena harus menunggu penyatuan


jaringan(Sutanto, 2018)
Riwayat KB, yang dikaji adalah metode KB yang pernah
dipakai, lamanya tahun pemakaian, dan ada tidaknya komplikasi
dari KB tersebut. Hal ini bisa berpengaruh terhadap pemakaian
kontrasepsi selanjutnya setelah nifas (Sutanto, 2018).
Pola ambulasi/nutrisi/eliminasi/istirahat, dikaji untuk
mengetahui bagaimana pasien memenuhi kebutuhannya dan ada
tidaknya penyulit dalam pemenuhan kebutuhan tersebut.
Ambulasi, pasien harus sudah bisa melakukan ambulasi dini
beberapa saat setelah persalinan. Pada ibu yang bersalin normal,
ibu sudah bisa ke kamar mandi sendiri atau dengan dibantu
setelah 2 jam setelah melahirkan. Jika ibu tidak melakukan
ambulasi dini bisa meningkatkan terjadinya perdarahan
postpartum.Nutrisi ibu nifas, untuk mengetahui bagaimana ibu
memenuhi kebutuhan gizinya. Ibu nifas dan menyusui
membutuhkan kalori yang sama dengan wanita dewasa,
ditambah 700 kalori pada 6 bulan pertama untuk memberikan
ASI esklusif dan 500 kalori pada bulan ketujuh dan selanjutnya.
Eliminasi, untuk mengkaji bagaimana pola eliminasi pasien
setelah melahirkan. Kandung kemih yang penuh akan
menghalangi kontraksi uterus. Apabila setelah 1 sampai 3 hari
ibu belum bisa buang air besar, ada kemungkinan ibu tidak
melakukan mobilisasi dengan baik. Istirahat, ibu postpartum
memerlukan kebutuhan istirahat, jika waktu ibu istirahat kurang,
akan mempengaruhi produksi ASI (Sutanto, 2018).
135

b) Data Objektif
Keadaan Umum : Untuk mengetahui keaadaan ibu secara umum
nifas normal biasannya baik
Keadaan emosional : Untuk mengetahui apakah keadaan
emosional stabil atau tidak dan apakah terjadi postpartum blues
(depresi) pada post partum pada klien tersebut. Pada ibu nifas
normal keadannya stabil.
Tanda vital : Suhu: 36,50C-370C, nafas normal : 16-24x/menit,
Nadi normal : 80-100x/menit, TD normal : 110/80mmHg-120/80
mmHg.
Pemeriksaan Fisik
Rambut : Untuk mengetahui kebersihan dan rontok
atau tidak
Muka : Bentuk simetris, tidak ada oedema, pucat
atau tidak
Mata : Simetris atau tidak, konjungtiva pucat
atau tidak, sclera ikterus atau tidak
Mulut : Lidah bersih, tidak ada stomatitis
Gigi : ada caries atau tidak
Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran
pada kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Dada : Ada retraksi dinding atau tidak, ada
benjolan abnormal atau tidak
Payudara : Bentuk simetris atau tidak, putting susu
136

menonjol, pengeluaran kolostrom.


Kolostrom sudah ada saat persalinan
produksi ASI terjadi pada hari ke 2 atau
hari ke 3 setelah persalinan, ASI
peralihan keluar pada hari ke 4 sampai
hari ke10 dan ASI matur keluar pada hari
ke 10 sampai seterusnya.
Punggung : Posisi tulang belakang normal atau tidak
bila ditemukan lordosis.
Abdomen : Untuk mengetahui apakah ada bekas luka
SC atau tidak, mengetauhi berapa TFU 6-
8 jam normalnya adalah 2 jari dibawah
pusat, kontraksinya baik, jika baik maka
pada fundus teraba keras, serta kandung
kemih kosong.
Genetalia : Untuk mengetahui apakah ada
pembengkakan dan varises pada genetalia
ibu.
Perineum : Untuk mengetahui apakah ada perineum
ada bekas jahitan atau tidak, juga tentang
jahitan perineum klien. Pada nifas normal
perineum bisa juga terdapat ada bekas
jahitan bisa juga tidak ada, periniumnya
bersih atau tidak.
Ekstermitas : Edema : ada atau tidak
atas bawah Kekakuan otot dan sendi : ada atau tidak
137

Kemerahan : ada atau tidak.


Varices : ada atu tidak
Reflek pattela : kanan kiri +/-, normalnya
positif
Reflek patela negatif pada
hypovitamunisis B1 dan penyakit urat
syarat
Tanda Homan :+/+ bila tidak ditemukan
rasa nyeri. Tanda human bisa dilakukan
dengan meletakkan satu tanan pada lutut
dan lakukan tekanan ringan untuk
menjaga tungkai tetap lurus, jika terdapat
nyeri maka tanda homan positif.
(Sutanto, 2018)

2) Standar II: Perumusan Diagnosa dan atau Masalah


Kebidanan
a) Diagnosa Kebidanan
Ny. Xx umur... tahun P..A.. 6 jam post partum normal
S : ibu mengatakan masih lemas, perut masih terasa mules
yang berlangsung sebentar seperti pada saat menstruasi.
O : TFU : 2 jari dibawah pusat.
TD : normalnya 110/70 ≤ 140/90 mmHg.
Suhu : normal nya 37,5 – 380C.
N : normalnya 60-100x/menit
R : normalnya 18-24 x/menit
ASI : kolostrum.
PPV :lochearubra.
138

b) Masalah : keluhan terjadi pada 6 jam post partum, misalnya


ibu merasa nyeri dengan luka jahitannya
c) Kebutuhan: personal hygiene, perawatan luka perineum,
nutrisi, support kelurga, istirahat, ambulasi, eliminasi
d) Diagnosa Potensial : Tidak ada
e) Antisipasi tindakan segera: Tidak ada
(Diana, 2017)
3) Standar III: Perencanaan
a) Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
b) Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan TFU
c) Pastikan involusi uterus berjalan dengan baik
d) Fasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan mengajarkan
cara menyusui yang benar
e) Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas (6 jam
postpartum)
f) Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
g) Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
h) Ajari perawatan bayi sehari-hari
(Diana, 2017)
4) Standar IV: Implementasi
a) Melakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga
b) Observasi tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan TFU
c) Pastikan Involusi uterus berjalan dengan baik
d) Memfasilitasi ibu dan bayinya untuk rooming in dan
mengajarkan cara menyusui yang benar
139

e) Menjelaskan pada ibu tentang tanda bahaya masa nifas (6 jam


Postpartum)
f) Pastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat
g) Pastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-tanda
infeksi
h) Ajari perawatan bayi sehari-hari.
(Diana, 2017)
5) Standar V: Evaluasi
a) Terjalinnya hubungan saling percaya antara nakes dan klien
b) Ibu dalam keadaan baik, kontraksi baik, tanda vital dalam batas
normal, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal atau tidak ada bau
c) Involusi berjalan dengan baik, uterus berkontraksi dengan baik
dan tidak terjadi perdarahan
d) Ibu dan bayi sudah dalam 1 ruangan dan bayi tidur disamping
ibu
e) Ibu sudah mengetahui tanda bahaya ,asa nifas
f) Ibu sudah dapat makanan, cairan dan istirahat yang cukup
g) Ibu sudah dapat menyusui dengan baik dan tidak ada tanda-
tanda infeksi
h) Ibu sudah mengetahui cara perawatan bayi sehari-hari
6) Standar VI: Pencatatan Asuhan Kebidanan
Catatan Perkembangan I
Kunjungan Nifas 2 (KF 2) ( 4 s/d 28 hari)
S : Subjektif
140

Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya pada 6 hari yang


lalu
O : Objektif
Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan, TFU (6 hari post partum TFU normalnya adalah
pertengahan pusat-simfisis), lochea (lochea 6 hari post partum
normalnya lochea sanguinolenta), ASI (ASI peralihan)
(Walyani,2017)
A : Analisis
a) Diagnosa kebidanan
Ny.Xx Umur... TahunP…A…postpartum4-28 hari
b) Masalah : keluhan ibu, misalnya perut masih mules
c) Kebutuhan : nutrisi, menjaga personal hygiene, merawat
luka jahitan, istirahat, eliminasi
d) Diagnosa Potensial : tidak ada
e) Antisipasi Tindakan Segera: tidak ada
P : Penatalaksaan
a) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pada ibu
Evaluasi :
Ibu sudah hasil pemeriksaan
b) Memastikan TFU berada di bawah umbilicus
Evaluasi :
TFU teraba 2 jari diatas sympisis
c) Menilai kondisi Payudara
Evaluasi :
141

Penilaian keadaan ibu sudah dilakukan, ibu dalam keadaan


baik-baik saja
d) Menanyakan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu
Evaluasi :
Ibu dalam keadaan baik
e) Memastikan ibu istirahat yang cukup
Evaluasi
Ibu sudah dapat beristirahat yang cukup
(Diana, 2017)
Catatan perkembangan II
Kunjungan ketiga (KF3) 28 s/d 42 hari
S : Subyektif
Ibu mengatakan sudah melahirkan bayinya pada 6 minggu
yang lalu.
O : Obyektif
keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan, TFU (6 minggu post partum TFU normalnya
adalah bertambah kecil dengan berat 50 gram), lochea (lochea
6 minggu post partum normalnya lochea alba), ASI (Asi
Matur) (Walyani, 2017).
A : Analisis
a) Diagnosa kebidanan:
Ny. X Umur … Tahun P…A… postpartum 6 minggu
b) Masalah : tidak ada
c) Kebutuhan : nutrisi, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri,
istirahat, seksual
142

d) Diagnosa Potensial : tidak ada


e) Antisipasi Tindakan segera : tidak ada
P : Planing
a) Memberikan informasi mengenai permulaan hubungan
seksual
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui permulaan hubungan seksual
b) Memberitahu ibu metode KB yang dapat digunakan
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui metode KB
c) Melakukan latihan pengencangan otot perut
Evaluasi :
Sudah dilakukan
d) Memberitahu pada ibu tentang fungsi pencernaan,
konstipasi dan cara penanganannya
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui fungsi pencernaan, konstipasi dan
cara penanganannya
e) Memberitahu ibu untuk menubungi bidan, dokter dan RS
jika ada masalah
Evaluasi ;
Ibu sudah mengetahui
f) Menanyakan pada ibu apa sudah haid
Evaluasi :
Ibu mengatakan belum haid
(Diana, 2017)
143

Catatan perkembangan III


Kunjungan ketiga (KF4) 29 s/d 42 hari
S : Subyektif
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
O : Objektif
Keadaan umum, kesadaran, tekanan darah, nadi, suhu,
pernapasan, TFU (6 minggu post partum TFU normalnya
adalah bertambah kecil dengan berat 50 gram), lochea (lochea 6
minggu post partum normalnya lochea alba), ASI (Asi Matur)
(Walyani, 2017).
A : Analisis
a) Diagnosa kebidanan:
Ny. X Umur … Tahun P…A… postpartum 6 minggu
b) Masalah : tidak ada
c) Kebutuhan : nutrisi, ambulasi, eliminasi, kebersihan diri,
istirahat, seksual
d) Diagnosa Potensial : tidak ada
e) Antisipasi Tindakan segera : tidak ada
P : Planing
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang
dialaminya atau bayinya.
Evaluasi : Ibu tidak mengalami kesulitan dalam mengasuh
bayinya.
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini, untuk
mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
144

Evaluasi : Ibu sudah mengerti mengenai KB untuk


mengukur jumlah dan jarak anak.
(Diana, 2017)
i. Teori Medis KB
1) Pengertian
Menurut Sulistyaningsih (2013), keluarga berencana adalah
usaha untuk menentukan jumlah dan jarak anak yang diinginkan.
Untuk mencapai hal tersebut makan dibuatkan beberapa cara atau
alternatif untuk menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk
kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga
(Diana, 2017).
KB merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian dan
peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Upaya ini juga
berdampak terhadap penurunan angka kesakitan dan kematian ibu
akibat kehamilan yang tidak direncanakan (Kemenkes RI, 2015)
2) Tujuan KB
Tujuan umum KB menurut Kemenkes RI (2015) adalah
membentuk keluarga kecil sesuai kekuatan sosial ekonomi suatu
keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu
keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Tujuan khusus KB menurut Kemenkes RI (2015) meliputi:
a) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
145

kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila


dirasakan anak telah cukup.
b) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga
bahagia.
c) Konseling Perkawinan atau nasehat perkawinan bagi remaja atau
pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan
akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup.
3) Sasaran program KB
a) Sasaran langsung : Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan
suami isteri yang isterinya berusia antara 15–49 tahun. Sebab,
kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan
hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat
mengakibatkan kehamilan.
b) Sasaran tidak langsung : kelompok remaja usia 15–19 tahun,
remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan
alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang
berisiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah
berfungsinya alat-alat reproduksinya, sehingga program KB di sini
lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya
kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi, organisasi-
organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi
pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama,
wanita, dan pemuda).
4) Macam-macam Metode KB
146

Kontrasepsi non-hormonal, merupakan kontrasepsi yang tidak


mengandung hormon esterogen dan progesteron. Menurut BKKBN
(2010) macam-macam kontrasepsi non-hormonal antara lain :
1) Metode Amenore Laktasi (MAL)
Kontrasepsi yang mengandalkan pemberianASI secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan
atau minuman apa pun lainnya.
1) Cara Kerja
Menekan Ovulasi (Saifudin,2012).
2) Keuntungan Kontrasepsi:
Efektivitas Tinggi (keberhasilan 98%, pada 6 bulan pasca
persalinan).
a) Segera Efektif
b) Tidak mengganggu senggama
c) Tidak ada efek samping secara sistemik
d) Tidak perlu pengawasan medis
e) Tidak perlu alat atau obat
f) Tanpa biaya (Saifudin, 2012).
3) Kerugian MAL
a) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui segeradalam 30 menit pasca persalinan.
b) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial
c) Tidak melindungi terhadap penyakit IMS termasuk virus
hepatitis B/HIV (Saifudin, 2012).
d) Yang Dapat menggunakan MAL
147

e) Ibu yang menyusui secara ekslusif, bayinya berumur


kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah
melahirkan
(Saifudin,2012).
4) Yang seharusnya Tidak pakai MAL
a) Sudah mendapat haid setelah persalinan
b) Tidak menyusui secara ekslusif
c) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
d) Bekerja dan terpsah dari bayi lrbih dari 6 jam
(Saifudin, 2012).
2) Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
Teknik pantang berkala. Senggama dihindari pada masa subur
yaitu dekat dengan pertengahan siklus haid atau terdapat tanda-
tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir encer dari liang
vagina.
1) Keuntungan
a) Untuk mencegah kehamilan, bila digunakan dengan benar
b) Membantu untuk mencapai kehamilan, bila pasangan
menginginkan kehamilan
c) Mempererat tanggung jawab dan kerjasama antar pasangan
d) Menjalin komunikasi antara pasangan
2) Kerugian
a) Tidak cukup efektif sebagai metode kontrasepsi
b) Mampu mengendalikan hasrat untuk tidak melakukan
senggama pada saat masa subur
148

c) Tidak memberikan perlindungan terhadap penyakit


menular seksual termasuk HBV maupun HIV/AIDS
3) Indikasi
a) Semua wanita sesame reproduksi dengan siklus haid
teratur maupun tidak teratur,
b) Wanita perokok
c) Wanita yang tidak dapat menggunakan metode kontrasepsi
lain
d) Pasangan yang mampu mengendalikan hasrat untuk
melakukan hubungan seksual di masa subur
3) Senggama terputus
Metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
1) Cara kerja
Pengeluaran sperma terjadi di luaar vagina, sehingga dapat
mencegah terjadinya pembuahan
2) Keuntungan
Metode senggama terputus tidak membutuhkan biaya. Cara
ini juga tidak menimbulkan efek samping medis, karena tidak
ada alat kontrasepsi khusus yang masuk ke tubuh pria.
3) Kerugian
Diejakulasi di luar vagina dinilai mengurangi kenikmatan
seksual yang mereka rasakan.
4) Kondom
149

Merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari


berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinili) atau
bahkan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
berhubungan seksual.
Cara kerja kondom, menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung
karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak
tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan. Mencegah
penularan mikroorganisme (IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS)
dari satu pasangan kepada pasangan paangan yang lain (khusus
konddom yang terbuat dari lateks dan vinil) (Handayani, 2010).
1) Keuntungan
a) Memberi perlindungan terhadap IMS
b) Tidak mengganggu kesehatan klien
c) Murah dan dapat dibeli secara umum
d) Tidak perlu pemeriksaan fisik
e) Tidak mengganggu produksi ASI
f) Mencegah ejakulasi dini
g) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks
(Handayani, 2010 )
2) Kerugian
a) Angka kegagalan terlalu tunggi
b) Perlu mengehentikan sementara aktifitas & spontanitas
hub seks
c) Perlu diapaki secara konsisten
d) Haru selalu tersedia setiap kali hubungan seks
150

e) Masalah pembuangan kondom bekas


(Handayani, 2010)
3) Kondom dapat digunakan untuk:
a) Pria yang ingin berpartisipasi aktif dalam program KB
b) Ingin segera mendapatkan kontrasepsi
c) Ingin kontrasepsi tambahan
(Saifuddin, 2013)
4) Tidak dapat dipakai untuk
a) Pria dengan pengalaman ejakulasi dini
b) Pria yang sulit melakukan senggama terputus
c) Pria yang memiliki kelainan fisik atau psikologis
d) Perempuan yang mempunyai pasangan yag sulit bekerja
sama
e) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi
f) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama
terputus.
5) Diafragma Kap
Berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang
diinsersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks. Cara kerja kontrasepsi ini adalah menahan
sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai salura alat
reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat
tempat spermisida.
151

1) Keuntungan
a) Harga lebih relative
b) Bisa digunakan kembali setelah dipakai dengan cara
mencucinya dengan air hangat dan sabun
c) Mudah dibawa kemana-mana karena ukurannya yang
ringan
2) Kerugian
a) Bisa menimbulkan cervicitis
b) Bisa menimbulkan infeksi pada saluran kemih
c) Tidak bisa digunakan pada wanita yang sedang
menstruasi
3) Yang boleh menggunakan
a) Wanita menyusui karena tidak mengandung hormone
apapun yang bisa mempengaruhi produksi ASI
b) Lebih efektif dipakai pada perempuan yang belum ernah
melahirkan
6) Spermisida
Merupakan bahan kimia (biasanya nonoksinol-9) digunakan
untuk menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam
bentuk: aerosol (busa), tablet vaginal, supositoria atau dissolvable
film dan krim. Cara kerjanya adalah menyebabkan sel membran
sperma terpecah, memper-lambat pergerakan sperma, dan
menurunkan kemampuan pembuahan sel telur. Cara kerja
mematikan sel sperma atau menutup jalan sperma menuju sel
terlur
1) keuntungan
152

a) Perawatannya mudah
b) Tidak memiliki efek jangka panjang terhadap hormone
c) Tidak mengandung hormon
2) Kekurangan
a) Membutuhkan waktu sebelum melakukan hubungan intim
b) Kurang efektif jika tidak digunakan bersamaan dengan alat
kontrasepsi lain, missal kondom
c) Tidak memiliki perlindungan terhadap risiko terinfeksi
AIDS maupun Infeksi Menular Seksual (IMS)
7) Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Efektif 5 tahun untuk Norplant dan penggunnya nyaman.
Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduktif. Selain itu
kesuburan segera kembali setelah implant dicabut Cara kerjanya
menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh
sperma. Walaupun pada konsentrasi yang rendah, progestin akan
menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi
segera setelah pemasangan implant. Progestin juga menekan
pengeluaran Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing
Hormone (LH) dari hipotalamus dan hipofise. Lonjakan LH
(surge) direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel.
Level LHditekan lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak
terjadi ovulasi pada 3 tahun pertama penggunaan implant
( Effendi, 2013)

8) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim(AKDR)


153

Sangat efektif reversibel dan berjangka panjang (dapat sampai


10 tahun) Cara kerja kontrasepsi ini adalah menghambat sperma
untuk masuk ke tuba falopii dan memepengaruhi fertilitas sebelum
ovum mencapai kavum uteri. Cara Kerja Menghambat
kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi kemudian
mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.
1) Keuntungan
a) Sebagai kontrasepsi, efektifitasnya tinggi.
Sangat efektif 0,6 – 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1
tahun pertama.
b) AKDR dapatefektif segera setelah pemasangan.
c) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
d) Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeski, dll (Saifuddin, 2010).
2) Kerugian
a) Efek samping yang umum terjadi :
b) Perubahan siklus haid (umumnya 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan).
c) Haid lebih lama dan banyak.
d) Perdarahan (spotting) antar menstruasi.
e) Tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS.
f) Klien tidak bisa melepas AKDR sendiri.
g) Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR
(Saifuddin, 2010).
154

3) Indikasi
a) Wanita pasca persalinan pervaginam atau pasca persalinan
section secarea dengan usia reproduksi dan paritas
berapapun
b) Pasca keguguran
c) Masa meenyusui
d) Riwayat hamil ektopik
9) Kontrasepsi mantap
Tubektomi, merupakan prosedur bedah untuk menghentikan
fertilisasi seorang perempuan dengan mengoklusi tuba falopii
(mengikat dan memotong atau memasang cincin) sehingga sperma
tidak dapat bertemu dengan ovum.Vasektomi merupakam
prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria
dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur
transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan
dengan ovum) tidak terjadi. Cara kerja kontrasepsi mantap adalah
dengan mengoklusi tuba falopi (mengikat/memotong atau
memasang cincin) sehingga sperma tidak dapat betemu dengan
ovum (Saifuddin, 2010). Yang dapat menjalani tubektomi usia >
26 tahun, paritas > 2, yakin telah mempunyai jumlah anggota
keluarga yang sesuai dengan kehendaknya dan paham serta secara
sukarela setuju dengan prosedur ini (Saifuddin, 2010).
Kontrasepsi hormonal, merupakan kontrasepsi yang
mengandung hormon esterogen dan progesteron. Menurut
BKKBN (2010) macam-macam kontrasepsi hormonal antara lain :
155

a) Pil Kombinasi, efektif dan harus diminum setiap hari.


Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual
dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan
hilang. Efek samping serius jarang terjadi dan dapat mulai
minum setiap saat bila yakin sedang tidak hamil.Dapat dipakai
sebagai kontrasepsi darurat.
b) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipionat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg
Neretrindon Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang
diberikan injeksi IM sebulan sekali. Cara kerja dari suntian
kombinasi adalah menekan ovulasi, membuat lendir serviks
menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu,
perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu
dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.
c) Kontrasepsi suntikan progestin
sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi. Kembalinya kesuburan
lebih lambat, rata-rata 4 bulan. Cocok untuk masa laktasi
karena tidak menekan produksi ASI. Cara kerja suntikan
progestin ini adalah mencegah ovulasi, mengentalkan lendir
serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma,
menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi dan
menghambat transportasi gamet oleh tuba.
156

d) Kontrasepsi pil Progestin


kontrasepsi ini cocok untuk ibu menyusui yang ingin
memakai pil KB. Sangat efektif pada masa laktasi. Dosis
rendah dan tidak menurunkan produksi ASI.
e) AKDR dengan progestin,
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah
Prigestase yang mengandung progesteron dan mirena yang
mengandung Levonorgestrel. Cara kerja kontra-sepsi ini
adalah dengan mencegah terjadinya pembuahan dengan
mengeblok bersatunya ovum dengan sperma. Mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba falopii dan
menginaktifkan sperma.
(Kemenkes, 2015)
j. Teori Manajemen KB
1) Standar I : Pengkajian
a) Data Objektif
Identitas, data yang dikumpulkan untuk menilai klien
secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami, meliputi
nama, umur, pasangan usia muda (20-35 tahun) biasanya memilih
alat kontrasepsi sederhana dalam jangka pendek untuk
mengantisipasi keinginan memiliki anak agar kesuburan cepat
kembali, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
157

Keluhan utama, keluhan yang dirasakan ibu saat ini atau


yang menyebabkan klien datang ke BPS seperti ingin
menggunakan kontrasepsi.
Riwayat Menstruasi, untuk mengetahui menarche,
banyaknya menstruasi, teratur atau tidak. Siklus menstruasi teratur
atau tidak, pada ibu yang memilih KB pantang berkala harus
menghitung masa subur ibu sehingga dapat menghindari
kehamilan. Lama menstruasi ibu, pada ibu yang akan
menggunakan KB pil harus mengetahui lama mentruasi ibu.
Adanya dismenore pada ibu dapat mempengaruhi kesehatan
aseptor KB. Bagi ibu yang sering dismenore pada saat menstruasi
bisa memilih aseptor pil KB yang dapat mengurangi kejadian
dismenore (Muslihatun, 2009)
Ibu yang mempunyai riwayat anemia agar memilih
kontrasepsi yang tidak menyebabkan perdarahan serta nyeri haid
yang berlebihan seperti IUD.
Riwayat kehamilan dan nifas yang lalu, untuk
mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya
(abortus, lahir hidup, apakah anaknya masih hidup, dan apakah
dalam kesehatan yang baik), apakah terdapat komplikasi
intervensi pada kehamilan, persalinan, ataupun nifas sebelumnya
dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya.
Riwayat KB, yang perlu dikaji adalah apakah ibu pernah
menjadi akseptor KB. Kalau pernah, kontrasepsi apa yang pernah
digunakan, berapa lama, keluhan pada saat ikut KB (Muslihatun,
2009).
158

Riwayat Penyakit Sistemik, riwayat kesehatan yang lalu


ditanyakan untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan dan untuk
mengetahui penyakit yang diderita dahulu seperti hipertensi,
diabetes, PMS, HIV/AIDS. Riwayat Penyakit Keluarga, dikaji
dengan penyakit yang menurun dan menular yang dapat
memengaruhi kesehatan akseptor KB. Sehingga dapat diketahui
penyakit keturunan misalnya hipertensi, jantung, asma, demam
dan apakah dalam keluarga memiliki keturunan kembar, baik dari
pihak istri maupun pihak suami. Penggunaan KB untuk penderita
hipertensi sebaiknya menghindari KB yang hormonal seperti;
suntik progestin, impalan/KB susuk, pil mini (Pramesvari, 2020).
Penderita diabetes secara umum bisa menggunakan alat
kontrasepsi seperti pil KB yang hanya mengandung hormone
progesteron saja (pil mini), kemudian bisa menggunakan KB
implant, (Pramesvari, 2020).
Pola kebiasaan sehari-hari, untuk mengetahui bagaimana
kebiasaan pasien sehari-hari dalam menjaga kebersihan dirinya
dan bagaimana pola makanan sehari-hari apakah terpenuhi gizinya
atau tidak. Pola Eliminasi, untuk mengetahui BAB dan BAK
berapa kali sehari warna dan konsistensi. Pola istirahat, untuk
mengetahui berapa lama ibu tidur siang dan berapa lama ibu tidur
pada malam hari. Pola seksual, untuk mengkaji berapa frekuensi
yang dilakukan akseptor dalam hubungan seksual. Pola hygiene,
untuk mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, kebersihan
perawatan tubuh terutama genetalia berapa kali dalam sehari-hari.
159

Aktivitas akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah atau


adanya nyeri akibat penyakit-penyakit yang dialaminya.
Data psikologis, untuk mengetahui pengetahuan dan
respon ibu terhadap alat kontrasepsi yang digunakan saat ini,
bagaimana keluhannya, respons suami dengan pemakaian alat
kontrasepsiyang akan digunakan saat ini, dukungan dari keluarga,
dan pemilihan tempat dalam pelayanan KB (Muslihatun, 2009).
b) Data Obyektif
Keadaan Umum : keadaan umum pasien, baik jika respon
pasien baik dan lemah apabila pasien kurang merespon.
Kesadaran pasien : keadaan kesadaran pasien dalam
merespon suatu pertanyaan atau reaksi
Pemeriksaan tanda vital(vital sign)
Tekanan darah : Mengetahui faktor risiko hipertensi atau
hipotensi dengan nilai satuanya mmHg.
Keadaan normal antara 120/80 mmHg
sampai 130/90 mmHg atau peningkatan
sistolik tidak lebih dari 30 mmHg dan
peningkatan diastolik tidak lebih dari 15
mmHg dari keadaan pasien normal
Suhu : Mengetahui suhu badan pasien, suhu
badan normal adalah 36o C sampai 37o C.
Nadi : Memberi gambaran kardiovaskuler.
Denyut nadi normal 70x/menit sampai
88x/menit.
Pernapasan : Mengetahui sifat pernapasan dan bunyi
160

napas dalam satu menit. Pernapasan


normal 22x/menit sampai 24x/menit.
(Diana, 2017)
Pemeriksaan fisik, meliputi selruh anggota tubuh (Head to Toe)
Rambut : Untuk mengetahui kebersihan dan rontok
atau tidak

Muka : Bentuk simetris, tidak ada oedema, pucat


atau tidak
Mata : Simetris atau tidak, konjungtiva pucat
atau tidak, sclera ikterus atau tidak
Mulut : Lidah bersih, tidak ada stomatitis
Gigi : ada caries atau tidak
Leher : Untuk mengetahui adakah pembesaran
pada kelenjar tyroid, limfe dan vena
jugularis
Dada : Ada retraksi dinding atau tidak, ada
benjolan abnormal atau tidak
Payudara : Bentuk simetris atau tidak, putting susu
menonjol atau tidak, Jika ibu menyusui
harus menghindari alat kontrasepsi
mengandung hormone estrogen, payudara
ada massa atau tidak.
Punggung : Posisi tulang belakang normal atau tidak
bila ditemukan lordosis.
Abdomen : Untuk mengetahui adanya masa atau
tidak kemudian kandung kemis kosong
161

atau penuh.

Genetalia : Untuk mengetahui apakah ada


pembengkakan dan varises pada genetalia
ibu, apakah ada tanda-tanda IMS atau
tidak
Perineum : Untuk mengetahui apakah ada perineum
ada bekas jahitan atau tidak Pada nifas
normal perineum bisa juga terdapat ada
bekas jahitan bisa juga tidak ada,
periniumnya bersih atau tidak.
Ekstermitas : Edema : ada atau tidak
atas bawah
(Sutanto, 2018)
2) Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan
a) Diagnosa Kebidanan :
Ny Xxumur ... tahun P...A…Ah… dengan calon akseptor KB...
Data subjektif :
Ibu mengatakan masa nifasnya sudah berakhir.
Ibu mengatakan ingin menggunakan alat kontrasepsi.
Data Objektif :
Dasar diperoleh diagnose berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan oleh bidan. Hasil pemeriksaan TTV dan berat badan ibu
sekarang.
b) Masalah : Tidak Ada
c) Kebutuhan : Konseling macam-macam KB
d) Diagnosa potensial : Tidak Ada
162

e) Antisipasi tindakan segera : Tidak Ada


3) Standar III : Perencanaan
a) Lakukan pendekatan teraupetik pada ibu
b) Tanyakan riwayat penggunaan KB dahulu
c) Beri penjelasan tentang macam-macammetode KB
d) Lakukan informed consent dan bantu klien menentukan
pilihanannya.
e) Dilakukan pemasangan alat kontrasepsi
f) Beritahu kunjungan ulang
(Diana, 2017)
4) Standar IV : Implementasi
a) Melakukan pendekatan teraupetik pada ibu
b) Menanyakan riwayat penggunaan KB dahulu
c) Memberi penjelasan tentang macam-macammetode KB
d) Melakukan informed consent dan bantu klien menentukan
pilihanannya.
e) Melakukan pemasangan alat kontrasepsi
f) Memberitahu ibu kunjungan ulang
(Diana, 2017)
5) Standar V : Evaluasi
a) Sudah dilakukan pendekatan teraupetik pada ibu
b) Ibu belum pernah menggunakan KB
c) Ibu sudah mengetahui macam-macam motode KB
d) Sudah dilakukan informed consent dan membantu ibumenentukan
pilihanannya.
e) Ibu bersedia dipasangi alat kontrasepsi
163

f) Ibu bersedia datang kembali untuk kunjungan ulang


(Diana, 2017)
6) Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
S : Subyektif
Ibu mengatakan ingin melakukan kunjungan ulang
O : Obyektif
Keadaan umum dan kesadaran ibu, hasil pemeriksaan tandan vital
dan pemeriksaan fisik pada ibu.
A : Analisis
a) Diagnosa Kebidanan :
Ny ... P...A…Ah…umur…tahun dengan calon akseptor KB...
b) Masalah : Tidak ada
c) Kebutuhan : Pemasangan alat kontrasepsi
d) Diagnosa potensial : Tidak ada
e) Antisipasi tindakan segera : Tidak ada
P : Pelaksanaan
a) Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan dan keluhan yang
dirasakan ibu.
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan
b) Menjelaskan efek samping KB yang digunakan ibu
Evaluasi :
Ibu sudah paham dan mengerti
c) Memberi penjelasan tentang macam-macammetode KB
Evaluasi :
Ibu sudah mengetahui macam-macam metode KB
164

d) Melakukan informed consent dan bantu klien menentukan


pilihanannya.
Evaluasi :
Sudah dilakukan informed consent dan membantu ibu menentukan
pilihanannya.
e) Memberi penjelasan secara lengkap tentang metode kontrasepsi
yang digunakan
Evaluasi :
Ibu sudah mengerti tentang metode kontrasepsi yang digunakan.
f) Menganjurkan ibu segera kembali ke tempat pelayanan apabila
sudah memilih kontrasepsi yang akan dipakai
Evaluasi :
Ibu bersedia datang kembali untuk memakai kontrasepsi yang
sudah dipilih.
(Diana, 2017)
k. Kewenangan Bidan
Bidan mempunyai beberapa kewenangan untuk memberikan
pelayanan sebagaimana telah dicantumkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Republik IndonesiaNomor 28 Tahun 2017 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan yang meliputi :
Kewenangan
Pasal 18
Dalam penyelenggaraan Praktik Kebidanan, Bidan memiliki
kewenangan untuk memberikan:

a. pelayanan kesehatan ibu;


165

b. pelayanan kesehatan anak; dan


c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana.
Pasal 19
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf a diberikan pada masa sebelum hamil, masa hamil, masa
persalinan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan:
a. konseling pada masa sebelum hamil;
b. antenatal pada kehamilan normal;
c. persalinan normal;
d. ibu nifas normal;
e. ibu menyusui; dan
f. konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Bidan berwenang melakukan:
a. episiotomi;
b. pertolongan persalinan normal;
c. penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II;
d. penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
e. pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil;
f. pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas;
g. fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan promosi air susu
ibu eksklusif;
166

h. pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan


postpartum;
i. penyuluhan dan konseling;
j. bimbingan pada kelompok ibu hamil; dan
k. pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran.
Pasal 20
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
prasekolah.
2) Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Bidan berwenang melakukan:
a. pelayanan neonatal esensial;
b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak
prasekolah; dan
d. konseling dan penyuluhan.
3) Pelayanan noenatal esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a meliputi inisiasi menyusui dini, pemotongan dan
perawatan tali pusat, pemberian suntikan Vit K1, pemberian
imunisasi B0, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda
bahaya, pemberian tanda identitas diri, dan merujuk kasus yang
tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil dan tepat waktu ke
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang lebih mampu.
4) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi:
167

a. Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan


jalan nafas, ventilasi tekanan positif, dan/atau kompresi jantung;
b. Penanganan awal hipotermia pada bayi baru lahir dengan BBLR
melalui penggunaan selimut atau fasilitasi dengan cara
menghangatkan tubuh bayi dengan metode kangguru;
c. Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol
atau povidon iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan
kering; dan
d. Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir
dengan infeksi gonore (GO).
5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi kegiatan
penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan
tumbuh kembang balita dengan menggunakan Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP).
6) Konseling dan penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d meliputi pemberian komunikasi, informasi, edukasi (KIE)
kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI
eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan,
imunisasi,
gizi seimbang, PHBS, dan tumbuh kembang.

Pasal 21
168

Dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 huruf c,
Bidan berwenang memberikan:
1) Penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana; dan
2) Pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.
Pelimpahan Wewenang
Pasal 22
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan
memiliki kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:
1) Penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau
2) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter.
Pasal 23
1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari
pemerintah sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
huruf a, terdiri atas:
a. kewenangan berdasarkan program pemerintah; dan
b. kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu
wilayah tempat Bidan bertugas.
2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan
setelah mendapatkan pelatihan.
3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi
terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
169

4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Pasal 24
1) Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya,
akibat kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus
sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya selama pelatihan.
2) Untuk menjamin kepatuhan terhadap penerapan kompetensi yang
diperoleh Bidan selama pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Dinas kesehatan kabupaten/kota harus melakukan evaluasi
pascapelatihan di tempat kerja Bidan.
3) Evaluasi pascapelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan paling lama 6 (enam) bulan setelah pelatihan.
Pasal 25
1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. Pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat
kontrasepsi bawah kulit;
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit
tertentu;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman
yang ditetapkan;
d. Pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program
pemerintah;
170

e. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang


kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan
penyehatan lingkungan;
f. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah
dan anak sekolah;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan
penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk
pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
i. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik
lainnya dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 26
1) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu
wilayah tempat Bidan bertugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
23 ayat (1) huruf b tidak berlaku, dalam hal telah tersedia tenaga
kesehatan lain dengan kompetensi dan kewenangan yang sesuai.
2) Keadaan tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat
Bidan bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat.
Pasal 27
1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan
secara mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
171

huruf b diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan


Kesehatan tingkat pertama tempat Bidan bekerja.
2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat kebutuhan
pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama tersebut.
3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:
a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah
dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;
b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah
pengawasan dokter pemberi pelimpahan;
c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil keputusan
klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan
d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.
4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat, sepanjang
Pasal 45
Pencatatan Dan Pelaporan
1) Bidan wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan
pelayanan yang diberikan.
2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan ke
puskesmas wilayah tempat praktik.
3) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan
disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
172

4) Ketentuan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


dikecualikan bagi Bidan yang melaksanakan praktik di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan selain Praktik Mandiri Bidan.
1

I. Diagram Teori

CoC
Pelayanan yang dicapai ketika terjalin secara terus menerus
antara seorang wanita dan bidan dengan memberikan asuhan
yang berkelanjut

Hamil : Bersalin :
a. Kunjungan a. Kala I
kehamilan 3 b. Kala II
b. Kunjungan c. Kala III
kehamilan 4

Nifas : BBL :
a. Kunjungan Nifas 1 a. Kunjungan Neonatus I
b. Kunjungan Nifas 2 b. Kunjungan Neonatus 2
KB c. Kunjungan Nifas 3 c. Kunjungan Neonatus 3

a. Standar I : Pengkajian
b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan Masalah Kebidanan
c. Standar III : Perencanaan
d. Standar IV : Implementasi
e. Standar V : Evaluasi
f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

enurun

164
165

165

8. Metode dan Teknik Penelitian


1. Jenis Laporan Kasus
Jenis laporan kasus, peneliti menggunakan metode penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memaparkan,
melukiskan dan melaporkan segala keadaan objek yang diteliti
sebagaimana adanya tanpa menarik suatu kesimpulan. Metode untuk
memahami individu yang dilakukan secara integratif dan
komprehensif agar diperoleh pemahaman yang mendalam tentang
individu tersebut beserta masalah yang dihadapinya dengan tujuan
masalahnya dapat terselesaikan dan memperoleh perkembangan diri
yang baik (Surahman, 2018)
Pada saat ini digunakan untuk memantau, dan mengikuti
perkembangan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. Xx di PMB
X Kabupaten Karanganyar mulai dari hamil sampai dengan KB dan
mendokumentasikan dalam SOAP
2. Lokasi dan Waktu
1 Lokasi : Penelitian dilakukan pada PMB X kabupaten
) karanganyar
2 Waktu : Penelitian dilakukan dari bulan November 2021
) sampai bulan April 2022
3. Subyek Laporan Kasus
Subyek dalam laporan kasus komprehensif adalah Ny. Xx umur ...
tahun dengan hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB
4. Instrument Laporan Kasus
Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan
digunakan oleh peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk
mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.
166

Instrumen penelitian :
i. Format askeb kehamilan, persalinan, BBL, nifas dan KB
ii. Alat tulis
iii. Alat pemeriksaan fisik
iv. Alat pemeriksaan antropometri
5. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian
yang mencakup pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-
keterangan atau karakteristik-karakteristik sebagian atau seluruh
populasi yang akan menunjang atau mendukung penelitian. Data
yang dikumpulkan mencakup variabel independen/variabel bebas,
variabel dependen/variabel terikat, data dasar atau data sekunder
yang terkait dengan responden atau lokasi penelitian (Surahman,
2018)
Cara pengumpulan data antara lain dengan wawancara, angket,
observasi, pengukuran, dan penelusuran data sekunder. Alat
pengumpul data antara lain format askeb, pedoman observasi dan
form data sekunder. Menurut Surahman (2018), teknik
pengumpulan data antara lain :
1) Data Primer
a) Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengumpulan data
penelitian melalui pertanyaan yang diajukan secara lisan
kepada responden untuk menjawabnya dan jawaban-
jawaban responden dicatat atau direkam. Wawancara bisa
dilakukan secara tatap muka antara peneliti dengan
167

responden atau cara lain, misalnya melalui telepon.


Sehingga data tersebut diperoleh langsung dari responden
melalui pertemuan atau percakapan.
b) Pemeriksaa
Pemeriksaan adalah cara pengumpulan data penelitian
dengan memeriksa objek misalnya dengan pemeriksaan
fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi).
c) Observasi
Cara pengumpulan data penelitian melalui pengamatan
terhadap suatu objek atau proses, baik secara visual
menggunakan pancaindera (penglihatan, penciuman,
pendengaran, perabaan), atau alat, untuk memperoleh
informasi yang diperlukan dalam upaya menjawab masalah
penelitian. Observasi merupakan salah satu teknik
pengumpulan data untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian atau perilaku orang. Observasi
hakikatnya merupakan kegiatan dengan hasil observasi
berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau
suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang.
2) Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari suatu sumber dan
data itu sudah dikompilasi terlebih dahulu oleh instansi atau yang
punya data. Misalkan catatan perkembangan medis pasien,
laporan-laporan, rekam mekam medis pasien, data pada buku
KMS.
168
1

9. Jadwal Penelitian
Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
No Kegiatan 2021 2021 2021 2021 2021 2022 2022 2022 2022
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pembekalan
LTA
2 Penyusunan
proposal
LTA
3 ACC
proposal
LTA
4 Pengumpulan
proposal
LTA
5 Ujian
Validasi
proposal
6 Revisi
proposal &
perijinan
7 Pengambilan
kasus
(ASKEB)
8 Kunjungan
klien LTA
9 Penyusunan
laporan LTA
10 ACC LTA

168
2

11 Pengumpulan
LTA
12 Ujian LTA
13 Revisi LTA
14 Pengumpulan
LTA jadi
1
169

10. DAFTAR PUSTAKA

Dewi, VN. 2017. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta:Salemba Medika
Diana, S. 2017. Model Asuhan Kebidanan Contiunity of Care. Surakarta:CV
Kekata Group
Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
2020, Semarang:Dinas Kesehatan Jawa Tengah
Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar. 2020. Profil Kesehatan Kabupaten
Karanganyar 2020, Karanganyar:Dinas Kesehatan Kabupaten
Karanganyar
Hatini, E.E. 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Palangkaraya;Wineka Media
Kemenkes RI. 2015. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana.
Jakarta : Kemenkes RI
Kemenkes RI. 2018. Gavi The Vaccine Alliance. Jakarta:Kemenkes RI
Kemenkes RI, 2020. Pedoman Bagi Ibu Hamil, Bersalin, Nifas dan Bayi Baru
Lahir di Era Pandemi Covid-19 . Jakarta : Kemenkes RI.
Kumalasari, Intan. 2015. Pandauan Praktik Laboratorium dan Klinik Perawatan
Antenatal, Intrauteri, Postnatal, Bayi Baru Lahir dan Kontrasepsi.
Jakarta:Salemba Medika
Kurniarum, Ari. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Jakarta:Kemenkes RI
Marmi. 2017. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta:Pustaka Belajar
Nurjasmi. 2017. Buku Acuan Midwifery Update. Jakarta:Pengguna Pusat Ikatan
Bidan Indonesia
Surahman, dkk. 2018. Metodelogi Penelitian. Jakarta:Kemenkes RI
Sutanto, AV. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.
Yogyakarta:PT.PUSTAKA BARU
2
170

Wagiyo, NS dan Putrono. 2016. Asuhan Keperawatan Antenatal dan intranatal,


bayi baru lahir fisiologis dan patologis. Yogyakarta:CV Andi Offset
Wahyuni, ED. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:Kemenkes
RI
Walyani,ES, Purwoastuti. 2017. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta:PT. PUSTAKA BARU
3

171

Lampiran

Anda mungkin juga menyukai