Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sasaran Pendidikan adalah manusia. Pendidikan membantu peserta didik untuk


menumbuh kembangkan potensi-potensi kemanusiaanya. Potensi manusia merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia. Ibarat biji mangga, bagaimanapun wujudnya jika
ditanam dengan baik, pasti akan tumbuh menjadi pohon mangga bukan pohon jambu. Tugas
mendidik hanya mungkin dilakukan dengan benar dan tepat tujuan.

Pendidikan itu adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang
diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, uutaran hidup sehari-
hari, dan sebagainya), dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.

Banyak para pendidik yang kurang perhatian dalam mempelajari pola pertumbuhan
maupun perkembangan peserta didik yang sebenarnya sangat berguna demi kelancaran proses
pembelajaran. Dengan kurang fahamnya pendidik dengan pola pertumbuhan maupun
perkembangan peserta peserta didiknya, maka akan terjadi beberapa hambatan dalam proses
pembelajaran seperti, kurang difahaminya materi yang disampaikan pendidik.

Dengan beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan terhadap peserta didik


seperti faktor bawaan yang diwariskan dari orangtua (nature) dan faktor dari lingkungan
(nurture), pendidik akan mampu menguasai kekurangan faham materi. Disamping itu, kami
membuat makalah ini dengan harapan agar penulis dapat lebih mendalami lagi dalam
mempelajari perkembangan peserta didik guna mendukung metode pembelajaran.

1
B. Rumusan masalah

1. Apa itu perkembangan peserta didik?

2. Bagaimana proses perkembangan peserta didik?

3. Apa faktor perkembangan peserta didik?

4. Bagaimana fase perkembangan peserta didik?

C. Tujuan penulisan makalah

1. Pembaca dapat memahami tentang apa pengertian dari perkembangan peserta didik.

2. Pembaca dapat mengetahui tentang bagaimana proses perkembangan peserta didik.

3. Pembaca dapat megetahui faktor perkembangan peserta didik.

4. Pembca dapat mengatahui tentang fase perkembangan peserta didik.

2
BAB II

PENDAHULUAN

A. Pengertian perkembangan

Psikologi perkembangan ialah bagian dari psikologi yang mempelajari perkembangan


manusia, sejak manusia diciptakan atau konsepsi sampai meninggal dunia. Hal ini di
kemukakan oleh Elizabeth R. Hurlock. Dalam hal ini lebih di tekankan terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi sesuai dengan umur. Yang di maksud dengan perubahan-perubahan
disini adalah perubahan-perubahan yang berhubungan dengan tampang, tingkah laku, minat,
tujuan, dan lain-lain dalam berbagai masa perkembangan, kapan perubahan-perubahan itu
timbul dan apakah yang menyebabkannya. 1

Setiap organisme, baik manusia maupun hewan pasti mengalami perkembangan


dalam hidupnya. Perkembangan ini meliputi seluruh bagian dengan keadaan yang dimiliki
oleh organisme tersebut, baik yang bersifat konkret maupun abstrak.

Para pakar di bidang psikologi dan ilmu pendidikan, sampai kini, tidak memiliki
kesatuan pandangan dalam memberikan definisi atau pengertian mengenai pertumbuhan dan
perkembangan. Ada yang beranggapan sama, ada pula yang menyatakan berbeda. Berikut ini
beberapa definisi perkembangan yang diambil dari berbagai sumber.2

1. Werner dalam Monks, dkk, menyatakan bahwa perkembangan menunjuk pada


suatu proses yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan
menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali.

2. Schneirla dalam Sunarto dan Hartono, mendefinisikan perkembangan


(development) adalah “perubahan-perubahan progresif dalam organisasi organisme, dan
organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif sepanjang hidupnya. Perubahan-
perubahan progresif ini meliputi dua faktor yakni kematangan dan pengalaman".

3. Libert, Paulus, dan Strauss yaitu bahwa: “Perkembangan adalah proses perubahan
dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan
lingkungan”.

1
Soesilowindradini, Psikologi Perkembangan, (Surabaya : Usaha Nasional), hal. 13
2
Pupu Saepul Rahmat, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2018), hal. 2

3
4. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, perkembangan adalah perihal
berkembang, ini berarti mekar terbuka atau membentang: menjadi besar, luas, dan banyak,
serta menjadi bertambah sempurna dalam hal kepribadian, pikiran, pengetahuan, dan
sebagainya.

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa perkembangan itu


merupakan proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ
jasmaniah, bukan hanya perubahan organ-organ jasmaniahnya saja. Perkembangan
merupakan perubahan yang progesif dan kontinu (berkesinambungan) dalam diri individu
mulai lahir sampai mati.

Perkembangan juga dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan fisik ataupun psikis


yang dialami organisme atau individu menuju tingkat kedewasaannya yang berlangsung
secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Sistematis berarti perubahan dalam
perkembangan tersebut saling ketergantungan atau saling memengaruhi antara bagian-bagian
organisme (fisik & psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Progesif berarti
perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam secara kuantitatif (fisik) dan
kualitatif (psikis). Berkesinambungan berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme
berlangsung secara beraturan.

Adapun ciri-ciri perkembangan secara umum sebagai berikut :3

1. Terjadinya perubahan dalam aspek fisik (perubahan berat badan dan organorgan
tubuh) dan aspek psikis (matangnya kemampuan berpikir, mengingat, dan berkreasi).

2. Terjadinya perubahan dalam proporsi, aspek fisik (proporsi tubuh anak beubah
sesuai dengan fase perkembangannya) dan aspek psikis (perubahan imajinasi dari fantasi ke
realitas).

3. Lenyapnya tanda-tanda yang lama, tanda-tanda fisik (lenyapnya kelenjar thymus


(kelenjar anak-anak) seiring bertambahnya usia) aspek psikis (lenyapnya gerak-gerik kanak-
kanak dan perilaku impulsif ).

4. Diperolehnya tanda-tanda yang baru, tanda-tanda fisik (pergantian gigi dan karakter
seks pada usia remaja) tanda-tanda psikis (berkembangnya rasa ingin tahu tentang
pengetahuan, moral, interaksi dengan lawan jenis).

3
Ibid, hal. 3

4
B. Proses Perkembangan Peserta Didik

Secara umum, proses dapat diartikan sebagai runtutan perubahan yang terjadi dalam
perkembangan sesuatu. Adapun maksud kata proses dalam perkembangan siswa ialah
tahapan-tahapan perubahan yang dialami seorang siswa, baik yang bersifat jasmaniah
maupun yang bersifat rohaniah. Proses dalam hal ini juga berarti tahapan perubahan tingkah
laku siswa, baik yang terbuka maupun yang tertutup.4

Proses bisa juga berarti cara terjadinya perubahan dalam diri siswa atau respons/reaksi
yang ditimbulkan oleh siswa tersebut. Proses perkembangan dengan pengertian seperti ini
menurut (Hurlock, tak pernah statis atau berhenti, karena perubahan-perubahan yang
berhubungan dengan perkembangan (developmental changes). Manusia, menurut Elizabeth
B. Hurlock, tak pernah statis , karena perubahan-perubahan senantiasa terjadi dalam dirinya
dalam berbagai kapasitas (kemampuan) baik yang bersifat biologis maupun yang bersifat
psikologis.

Secara global, seluruh proses perkembangan individu sampai menjadi “person”


(dirinya sendiri) berlangsung dalam tiga tahapan.

1. Tahapan proses konsepsi (pembuahan sel ovum ibu oleh sel sperma ayah).

2. Tahapan proses kelahiran (saat keluarnya bayi dari Rahim ibu kea lam dunia bebas).

3. Tahapan proses perkembangan individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas
(developmental of selfhood).

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik

Semenjak dalam kandungan, janin tumbuh menjadi besar dengan sendirinya, dengan
kodrat yang dikandungnya sendiri. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan,
yaitu:

a) Bakat atau pembawaan

b) Sifat-sifat keturunan

c) Dorongan dan instink.


4
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Rosdakarya, 2004, hal. 48

5
Faktor-faktor luar yang mempengaruhi perkembangan antara lain:

a) Makanan,

b) Iklim,

c) Kebudayaan

d) Ekonomi

e) Kedudukan anak dalam lingkungan keluarga.

Faktor umum merupakan unsur - unsur yang dapat digolongkan ke dalam kedua
faktor sebelumnya dan bisa dikatakan bahwa faktor umum ini merupakan faktor campuran
yang terdiri dari :

a) Intelegensi

b) Jenis kelamin

c) Kesehatan

d) Ras.

Selanjutnya secara spesifik dapat dirinci sebagai berikut:5

1. Faktor Internal

a. Faktor genetika (hereditas)

Gen merupakan substansi/materi pembawa sifat yang diturunkan dari induk. Gen
mempengaruhi ciri dan sifat mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh, tingga tubuh, warna kulit,
dan sebagainya. Gen juga menentukan kemampuan metabolisme mahluk hidup, sehingga
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Hereditas merupakan “totalitas
karakeristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik
maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi sebagai pewarisan dari pihak
orang tua melalui gengen. Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu-
satunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan karena juga
dipengaruhi oleh faktor lainnya.

5
Purnomo Halim, Psikologi Peserta Didik, (Yogyakarta : K-Media, 2020), hal. 12

6
b. Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi


fisik individu. Faktor fisiologis yang mempengaruhi perkembangan peserta didik antara lain :

1. Tubuh dan warna kulit.

Tubuh merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan seseorang yang tidak
bisa disamakan dengan yang lainnya, begitupun dengan warna kulit seseorang. Hal ini akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan seseorang sesuai dengan tahap
perkembangannya.

2. Faktor Gizi atau Asupan

Makanan Kesehatan individu sangat tergantung pada pemberian gizi yang baik dan
berimbang. Hal ini merupakan faktor yang sangat penting dalam merangsang tumbuh
kembang individu dan merangsang perkembangan otak dan sistem syarafnya yang
merupakan bagian paling penting dalam menentukan tumbuh dan kembang individu. Kondisi
individu yang cacat atau mempunyai penyakit tertentu, tentu saja akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Pengaruh yang diberikan tidak hanya pengaruh pada fisik saja,
melainkan juga secara psikologis.

c. Faktor Psikologis

Kondisi fisik dan psikis individu sangat berkaitan. Kondisi fisik yang tidak sempurna
atau cacat juga berkaitan dengan persepsi individu terhadap kemampuan dirinya. Begitupun
dengan ketidakmampuan intelektual yang diulas sebelumnya dapat disebabkan karena
kerusakan sistem syaraf, kerusakan otak atau mengalami retardasi mental. Kapasitas mental,
emosi, dan intelegensi pada aspek kejiwaan setiap orang itu berbeda. Kemampuan berpikir
mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, dan
berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan memiliki kemampuan
berbahasa yang baik.

Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik, dan
pengendalian emosional yang seimbang sangat menentukan keberhasilan dan kecerdasan

7
dalam perkembangan sosial anak. Beberapa faktor psikologis yang utama mempengaruhi
proses perkembangan siswa, hormon, intelegensi, motivasi, sikap, dan bakat.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan hal-hal yang datang atau ada di luar diri siswa/peserta
didik yang meliputi lingkungan (khususnya pendidikan) dan pengalaman berinteraksi siswa
tersebut dengan lingkungan. Faktor eksternal yang memengaruhi perkembangan dapat
digolongkan menjadi 7 macam yaitu:

a. Faktor Biologis

Bisa diartikan, biologis dalam konteks ini adalah faktor yang berkaitan dengan
keperluan primer seorang anak pada awal kehidupanya: Faktor ini wujudnya berupa pengaruh
yang datang pertama kali dari pihak ibu dan ayah.

b. Faktor Physis

Faktor ini mencakup kondisi keamanan, cuaca, keadaan geografis, sanitasi atau
kebersihan lingkungan, serta keadaan rumah yang meliputi ventilasi, cahaya, dan kepadatan
hunian. Semua kondisi ini sangat mempengaruhi bagaimana individu dapat menjalankan
proses kehidupannya. Sebagai contoh, kondisi daerah yang tidak aman karena adanya
pertikaian dapat menyebabkan tekanan tersendiri bagi individu dan proses imitasi atau
peniruan perilaku kekerasan yang dapat berpengaruh dalam pola perilaku individu.

Sementara itu kondisi yang jelek pada faktor cuaca, kurangnya sanitasi atau
kebersihan lingkungan, keadaan rumah yang tidak menunjang hidup sehat, serta keadaan
geografis yang sulit, misalnya karena di daerah terpencil yang jauh dari informasi, sulit
dijangkau, serta rawan akan bencana alam, selain dapat mempengaruhi tekanan psikis juga
mempengaruhi faktor kesehatan karena pengobatan yang sulit didapatkan. Semua ini jelas
membawa dampak masing-masing terhadap perkembangan anak-anak yang lahir dan
dibesarkan di sana. Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Selanjutnya agar
mampu mempertimbangan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat orang lain,
memerlukan kematangan intelektual dan emosional.

8
c. Faktor Ekonomis/Status

Sosial Ekonomi Selama proses perkembanganya, berapa pun ukuranya bervariasi,


seorang anak pasti memerlukan biaya. Biaya untuk makan dan minum di rumah, tetapi juga
untuk membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan oleh siswa. Kehidupan sosial banyak
dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat.
Masyarakat akan memandang anak bukan sebagai anak yang independen, akan tetapi akan
dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara
tidak langsung dalam pergaulan sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan
memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak anak itu sendiri,
perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh
keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial anak akan senantiasa
“menjaga” status sosial dan ekonomi keluarganya.

Dalam hal tertentu, maksud “menjaga status sosial keluarganya” itu mengakibatkan
menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Hal ini dapat berakibat lebih
jauh, yaitu anak menjadi “terisolasi” dari kelompoknya. Akibat lain mereka akan membentuk
kelompok elit dengan normanya sendiri.

d. Faktor Cultural

Di Indonesia ini, jika dihitung ada berpuluh bahkan beratus kelompok masyarakat
yang masing-masing mempunyai kultur, budaya, adat istiadat, dan tradisi tersendiri, dan hal
ini jelas berpengaruh terhadap perkembangan anak-anak.

e. Faktor Edukasi

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang mempunyai pengaruh terhadap


perkembangan anak manusia terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu
yang normatif, yang memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan
kehidupan mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta
didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).

Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan kepada normanorma lingkungan dekat,
tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antar

9
bangsa. Etik pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara Faktor
pendidikan ini relatif paling besar pengaruhnya dibandingkan dengan faktor yang lain.

f. Faktor Religious

Pola perubahan minat beragama pada remaja seabgaimana dijelaskan oleh Hurlock
(dalam Sunarto & Hartono, 2002) dikelompokkan pada periode kesadaran religious, periode
keraguan religious, dan periode rekonstruksi religious. Sebagai contoh seorang anak yang
hidup di lingkungan yang kental dengan suasana religius, sudah pasti ia akan berebeda
dengan anak lain yang tidak berada dalam lingkungan religi yang kental, yang sekedar
terhitung orang beragama, lebih-lebih yang memang tidak beragama sama sekali, ini adalah
persoalan perkembangan pula, menyangkut proses terbentunya prilaku seorang anak dengan
agama sebagai faktor penting yang mempengaruhinya — karena pondasi agama merupakan
salah satu faktor yang sangat berpengaruh dan berperan penting sebagai media kontrol dalam
perkembangan peserta didik.

g. Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi


perkembangan anak. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar
juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika
memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum
dimilikinya.

h. Lingkungan sosial

Keluarga sangat memengaruhi kegiatan perkembangan belajar. Ketegangan keluarga,


sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat
memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga,
orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas
belajar dengan baik. Lingkungan sosial sekolah seperti guru, administrasi, dan teman-teman
sekelas dapat memengaruhi proses perkembangan belajar seorang siswa. Hubungan yang
harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat
yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan
bakatnya.

10
D. Fase-fase perkembangan peserta didik

Perkembangan peserta didik merupakan bagian dari pengkajian dan penerapan


psikologi perkembangan yang secara khusus mempelajarai aspek-aspek perkembangan
individu yang berada pada tahap usia sekolah dan sekolah menengah. Sebagai individu yang
tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang
konsisten menuju ke arah titik optimal.6

Dalam bukunya Development Psychology, Hurlock menyampaikan tahapan


perkembangan sebagai berikut :7

a. Prenatal (Sebelum Lahir, Pralahir)

Masa prenatal ini dimulai dari masa konsepsi (pembuahan) sampai masa sebelum
dilahirkan (biasanya usia 9 bulan).

b. Masa Natal

Masa natal terdiri atas fase berikut :

1) Infancy atau neonatus (dari lahir sampai usia 2 minggu). Fase ini merupakan fase
penyesuaian terhadap lingkungan. Pada fase ini, bayi mengalami masa tenang dan tidak
banyak terjadi perubahan.

2) Masa bayi (dua minggu sampai 2 tahun). Pada awalnya, bayi tidak berd dan sangat
bergantung pada lingkungan. Akan tetapi, lama-kelamaan mulai berusaha melepaskan diri
dan mulai belajar berdiri sendiri. Hal ini dimungkinkan karena tubuhnya menjadi lebih kuat,
dan ia dapat menguasai gerakan-gerakan ototnya, misalnya jalan sendiri, bicara, makan, dan
bermain. Jadi, masa ini dimulai pada masa ketika anak sangat bergantung pada lingkungan
sampai pada anak mulai berusaha menjadi lebih independen.

3) Masa anak (2-10/11 tahun). Pada masa ini, anak masih immature. Karakteristik yang dapat
diamati yaitu menyesuaikan diri dengan lingkungan, sehingga sebagian anak merasa bahwa
dirinya merupakan sebagian dari lingkungan yang ada. Penyesuaian sosial dilaksanakan
dengan pergaulan dari berbagai pertanyaan. Segala hal mulai ditanyakan atau diragukan.

6
Halim Purnomo, Psikologi Peserta Didik, (Yogyakarta : K-Media, 2020), hal. 42
7
Pupu Saepul Rahmat, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2018), hal. 74

11
Ketika usia anak mencapai tiga tahun, masa ini dikenal sebagai masa sturm und drang dan
periode haus nama. Usia 6 tahun merupakan masa penting untuk proses sosialisasi.

c. Masa Remaja (11/12-20/21 Tahun) Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi
dari anak menuju dewasa.

Masa remaja terbagi lagi dalam masa-masa berikut :

1) Praremaja (11/12-13/14 tahun). Praremaja merupakan masa yang sangat pendek, kurang
lebih hanya satu tahun. Pada anak perempuan biasanya terjadi pada usia 11/12-12/13 tahun,
sedangkan pada anak laki-laki pada usia 12/13-13/14 tahun. Masa ini dapat dikatakan juga
sebagai fase negatif karena terlihat tingkah laku yang cenderung negatif. Fase yang sukar
untuk anak dibimbing orangtua.

2) Remaja awal (13/14-17 tahun). Perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan
mencapai puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan ketidakstabilan dalam banyak hal
terdapat pada masa ini. Ia mencari identitas diri karena pada masa ini statusnya tidak jelas.
Pola-pola hubungan sosial mulai berubah.

3) Remaja lanjut (17-20/21 tahun). Pada masa ini, anak ingin selalu menjadi pusat perhatian
dan ingin menonjolkan diri, tetapi caranya berbeda dengan remaja awal. Ia idealis,
mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat, dan mempunyai energi yang besar. Ia berusaha
memantapkan identitas diri, dan ingin mencapai ketidaktergantungan emosional.

d. Masa Dewasa

Masa dewasa ini terbagi atas beberapa tahap sebagai berikut :

1) Dewasa awal (21-40 tahun). Tahap ini adalah masa penyesuaian terhadap pola-pola hidup
baru serta harapan mengembangkan sifat-sifat dan nilainilai yang serba baru. Ia harapkan
menikah, mempunyai anak, mengurus keluarga, membuka karier, dan mencapai satu prestasi.

2) Dewasa menengah (40-60 tahun). Tahap dewasa menengah merupakan masa transisi, masa
menyesuaikan kembali, dan masa eguilibriumdisguilibrium. Masa yang diikuti karena
mendekati masa tua. Wanita pada masa ini kehilangan kesanggupan bereproduksi. Ada yang
menyatakan bahwa masa ini adalah masa bahaya bagi pria dan wanita.

3) Dewasa akhir (60-65). Masa dewasa akhir yaitu suatu masa yang dilalui menuju masa tua.
Pada masa ini, orang sudah mulai menyesuaikan diri sejalan dengan menurunnya kekuatan

12
fisik dan kesehatan, mulai mengatur keadaan fisik yang mulai sakit-sakitan, dan
menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes.

Sebagaimana yang dibahas sebelumnya bahwa masa dewasa akhir (usia tua), secara
teoretis dimulai pada usia 60/65 sampai meninggal dunia. Persiapanpersiapan orang untuk
menyongsong masa tua sebenarnya dapat dimulai sejak masa dewasa awal, atau sejak masa
sebelumnya. Persiapan tersebut diperlukan karena berbagai kenyataan menunjukkan bahwa
pada masa tua dapat timbul persoalan yang lebih ruwet lagi jika seseorang tidak
mempersiapkan diri untuk menghadapinya. Sementara itu, ada orang yang justru menantang
datangnya masa tua dengan berbagai perilaku yangh kurang wajar bahkan kurang baik.

Persoalan kehidupan masa tua yang menuntut para setengah baya untuk
menghadapinya, sesungguhnya begitu luas. Namun, hal-hal yang pokok dan melingkupi
sebagian yang lain kiranya berhubungan dengan persoalan kesehatan, persoalan pensiun,
persoalan perubahan peran, dan persoalan yang berhubungan dengan rencana-rencana
keluarga.

Persoalan kesehatan yang dihadapi dalam masa setengah baya banyak dipengaruhi
oleh keadaan kesehatan pada masa-masa sebelumnya. Kesehatan fisik mempunyai pengaruh
langsung terhadap kesehatan psikis. Kemampuan untuk memperoleh gambaran hidup,
ketenangan, keamanan perasaan, dan mendayagunakan kehidupan pada masa tua sangat
tergantung pada kesehatan fisik.8

8
Ibid, hal. 80

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju


tingkat kedewasaanya atau kematangannya ( maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik ( jasmaniah ) maupun psikis
(rohaniah )”.

2. Secara global, seluruh proses perkembangan individu berlangsung dalam tiga tahapan,
yaitu Tahapan proses konsepsi, Tahapan proses kelahiran, Tahapan proses perkembangan
individu bayi tersebut menjadi seorang pribadi yang khas.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan terdiri dari faktor dalam dan faktor luar.

4. Tugas-tugas fase perkembangan dibagi menjadi Perkembangan fase bayi dan kanak-kanak,
perkembangan masa anak, perkembangan masa remaja, perkembangan masa dewasa muda,
perkembangan masa dewasa, perkembangan masa usia lanjut.

B. Saran

Semoga makalah ini bisa dijadikan sebagai referensi bagi penulis berikutnya untuk
melengkapi makalah ini perlu adanya kajian lebih lanjut agar makalah ini dapat menjadi
sempurna.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dini, Soesilowindra, 2015, Psikologi Perkembangan, Surabaya : Usaha Nasional.

Purnomo, Halim, 2020, Psikologi Peserta Didik, Yogyakarta : K-Media.

Rahmat, Pupu Saepul, 2018, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta : PT Bumi Aksara.

Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung :


Rosdakarya.

15

Anda mungkin juga menyukai