Anda di halaman 1dari 12

Prophetic:

Nama : WahyuProfessional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 1
Hasdi Alfian
Nim : 1420121004
Prodi : S1 Keperawatan

“PERAN TEKNOLOGI DIGITAL DALAM MENINGKATKAN KESADARAN


KESEHATAN MENTAL DIKALANGAN REMAJA”

Jurnal Pendukung :

Penggunaan Media Sosial dalam Kesehatan Mental Remaja


Media sosial merupakan media internet yang menjadikan pengguna mempresentasikan
dirinya maupun berinteraksi, kerjasama, sharing, berkomunikasi dengan pengguna lain dan
membentuk ikatan sosial secara virtual (Nasrullah, 2015, hlm. 11). Dalam penelitiannya
Kaspani (2019) mengatakan bahwa media sosial merupakan media yang dapat
memungkinkan satu atau banyak orang berinteraksi menggunakan teknologi (aplikasi sosial).
Interaksi tersebut mencakup saling berkirim pesan, informasi, gagasan, gambar, dan video.
Romel Tea (2004) memisahkan pengertian media online dengan dua kategori sebagai
berikut.
1. Media online secara umum
Media online secara umum merupakan suatu jenis atau format media yang dapat diakses
melalui jaringan internet yang berisi teks, foto, suara dan video. Media online dapat
dimaknai sebagai komunikasi online. Dengan begitu yang termasuk ke dalam media
online secara umum adalah, email, BBM, Twiter, Facebook, WhatsApp dan media sosial
lainnya.
2. Media online secara khusus
Media online secara khusus merupakan suatu jenis media dalam konteks komunikasi
massa. Secara spesifik media secara khusus dapat dimaknai dengan media pers atau
media jurnalistik online. Dengan begitu yang termasuk kedalam media online secara
khusus adalah portal, radio online, dan tv online.

Pendapat diatas juga diperkuat oleh pendapat Vardiansyah (2004, hlm. 108) yang
menyatakan bahwa dapat dikatakan sebagai media massa apabila seseorang mengunjungi
sebuah majalah online, sementara ketika seseorang berkirim surat elektronik kepada orang
lain (komunikasi online) maka berubah sifatnya menjadi media antar pribadi, yang
membedakan adalah tergantuk dari konteks atau sudut padang pengkajinya. Berikut
merupakan karakteristik media sosial.
a. Partisipasi
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 2

Media sosial dipahami dapat mendorong seseorang untuk berkontribusi atau media
sosial itu sendiri bagi setiap orang. Bahkan media ini seolah-olah menghilangkan
batas antara dirinya (media sosial) dengan audiennya.
b. Keterbukaan
Didalam media sosial tentu adanya suatu keterbukaan. Keterbukaan yang
dimasudkan diatas adalah diperbolehkannya umpan balik (feedback) atau mengirim
saran dan atau komentar antar sesama penggunanya.
c. Perbincangan
Perbincangan dalam media sosial cenderung arus dua arah. Artinya, setiap pengguna
dapat menjadi komunikator atau sebaliknya bisa menjadi komunikan bagi mitra
komunikasinya. Perbincangan di bagi menjadi dua, yaitu:
1) Akademis, menurut KBBI bahwa akademis berhubungan dengan akademik.
Akademis bersifat ilmiah, ilmu pengetahuan, bersifat teori tanpa arti praktis yang
langsung. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa perbincangan akademis
merupakan perbincangan yang bersifat akademi yang berhubungan dengan ilmu
pengetahuan, ilmiah, bersifat teori tanpa arti praktis yang langsung.
2) Non akademis, berbeda dengan akademis, yang di mana non akademis ini tidak
berhubungan dengan ilmu pengetahuan, teori dan tidak bersifat ilmah.
Perbincangan non-akademis melibatkan perbincangan di luar dari ilmu
pengetahuan, seperti perbincangan bersifat menghibur, asmara dan sebagainya.
d. Komunitas
Media baru ini dapat dengan mudah untuk membentuk komunitas-komunitas baru,
atau sekedar untuk memelihara komunikasi lama. Hal ini di karenakan media sosial
menyediakan efsiensi dalam komunikasi untuk mendukung kepentingan-kepentingan
komunitas.

Dalam penggunaan media sosial tentu terdapat dampak positif dan juja dampak
negatif (Amedie, 2015), yakni sebagai berikut.
1. Dampak Positif
a. Memudahkan seseorang untuk membentuk sebuah komunitas dan dapat
mengekspresikan secara bersama melalui media sosial.
b. Dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih, perusahaan-perusahaan
memanfaatkan media sosial sebagai alat pemasaran dengan bentuk iklan yang
sangat menarik.
c. Memudahkan pengguna media sosial tersebut untuk menyebarkan informasi dengan
cepat dibandingkan dengan media lama.
d. Media sosial mampu membagikan konten pengguna hanya dengan melalui aplikasi.
e. Memudahkan pengguna media sosial untuk berinteraksi dengan teman atau
keluarga
tanpa mengenal jarak.
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 3

f. Membantu pengguna untuk mencari informasi mengenai konten-konten yang


disukai oleh pengguna lain.
2. Dampak negatif
a. Kecemasan
Kecemasan yang dimaksud merupakan kecemasan yang dimulai dengan keinginan
seseorang untuk mengekspresikan diri yang tidak realistis dan ingin membentuk
kesempurnaan yang tidak mampu dilakukan oleh orang tersebut, sehingga
menimbulkan kecemasan bagi pengguna.
b. Depresi
Dalam penggunaan media sosial dampak lainnya adalah depresi, dampak ini dipicu
oleh kegagalan dalam membentuk sebuah keintiman dengan lawan jenis. Pengguna
lebih cenderung ingin menampilkan kesuksesan dibandingkan harus jujur apa
adanya dirinya.
c. Aktifitas kriminal
Seseorang yang tidak bertanggung jawab akan menggunakan media sosial sebagai
alat untuk menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya. Mereka
menggunakan media sosial untuk melakukan berbagai aksi kejahatan seperti cyber
bulliying, perdagangan manusia, dan penipuan serta berdagangan obat-obatan
terlarang.

Kesehatan mental menurut Darajat (1983) merupakan suatu pengetahuan dan


perbuatan yang memiliki tujuan untuk membentuk dan memanfaatkan segala potensi,
bakat, pembawaan yang ada dengan semaksimal mengkin, sehingga memberikan
kebahagiaan kepada diri sendiri dan orang sekitar dan mampu terhindar dari masalah
gangguan penyakit jiwa. Menurut Bernard (1970) (dalam Rosmalina, 2020), kesehatan
mental didefinisikan sebagai penyesuaian individu terhadap dirinya sendiri dan lingkungan
sekitarnya dengan seefektif mungkin, kebahagiaan, tingkah laku sosial yang positif, serta
kemampuan untuk menghadapi dan menerima kenyataan hidup yang dilaluinya.
Dari beberapa definisi tentang kesehatan mental seperti tersebut diatas dapat diambil
simpulan:
1) Kesehatan mental dipandang sebagai sesuatu kondisi atau keadaan mental yang sehat.
2) Kesehatan mental dipandang sebagai pengetahuan, perbuatan, bahkan seni untuk
mencapai kondisi mental yang sehat.
3) Kesehatan mental dipandang sebagai aktifitas penyesuaian individu untuk
memperoleh kondisi mental yang sehat.

Ada beberapa langkah dalam penanggulan akibat kecanduan media sosial, sebagai
berikut:
1. Batasi penggunaan media sosial
Dalam mengatasi kecanduan media sosial, pengguna harus membatasi jumlah waktu
yangdigunakan untuk bermainmedia sosial setiap hari dengan menggunakan alarm atau
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 4

stopwatch untuk mengontrol penggunaan media sosial. Ketika pengguna media sosial sudah
terbiasa untuk membatasi penggunaan media sosial, maka pengguna mampu mengontrol diri
untuk tidak kecanduan pada media sosial. Kemudian alihkan kepada interaksi secara langsung
dengan orang lain, seperti keluarga atau teman.
2. Cari informasi lain selain dari media sosial
Media sosial digunakan juga untuk mencari informasi. Apabila tujuan penggunaan media sosial
untuk itu, maka beralihlah dalam mencari informasi dari sosial media menjadi membaca koran
atau dengan melihat berita di televisi.
3. Mencari kegiatan yang positif
Dalam membatasi penggunaanmedia sosial pengguna perluuntuk mencari kegiatan yang positif.
Semakin sibuk seseorang, maka semakin sedikit pula seseorang untuk menggunakan media
sosial. Alihkan penggunaan media sosial dengan cara berolahraga atau berkumpul bersama
keluarga. Perbanyak aktivitas yang memberikan rasa nyaman pada badan dan juga pada pikiran,
bermeditasi, berolahraga, berkelana keluar untuk mencari udara segar atau melakukan aktivitas di
luar rumah.
4. Menggunakan media sosial dengan bijak
Membatasi penggunaan media sosial bukan berarti mengurangi beraktivitas menggunakan
media sosial menjadikan media sosial sesuatu hal yang negatif. Dalam penggunaan media sosial
tentu memiliki manfaat apabila seseorangmenggunakan media sosial tersebut dengan bijak.
5. Lepas dan hapus
Pilihan ini dilakukan apabila seseorang memang benar-benar ingin melepaskan diri dari
penggunaan media sosial. Hapus aplikasi dari handphone, kemudian tidak membeli paket data
atau tidak menyambungkannya kepada jaringan wifi sehingga intensitas penggunaan media osial
akan menjadi berubah.
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 5

“PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENINGKATAN


PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENCEGAHAN PENYAKIT TIDAK
MENULAR DI PUSKESMAS”

Jurnsl Pendukung :

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Sikap Remaja


tentang Kesehatan Reproduksi
Kehidupan remaja menentukan kehidupan mereka selanjutnya. Permasalahan yang
kompleks dapat terjadi pada masa remaja, diantaranya pola hidup yang tidak sehat dan
ketidakstabilan emosi. Selain itu, remaja juga memiliki resiko dalam kesehatan reproduksi,
diantaranya kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi, penyakit menular seksual,
kekerasan seksual dan terbatasnya remaja terhadap layanan informasi kesehatan. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja
tentang kesehatan reproduksi. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 216 siswa dan siswi
SMK Mutiara Bangsa dengan jumlah sampel sebanyak 97 responden. Desain penelitian
adalah one-group pre-post test design. Cara pengambilan sampel dengan simple random
sampling. Analisis data menggunakan perangkat lunak komputer. Uji hipotesis
menggunakan uji non-parametris dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perubahan nilai rata-rata sikap antara sebelum (68,73) dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan (87,10). Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan
ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi (Pv
= 0,000). Diharapkan Puskesmas dan Sekolah bekerja sama untuk lebih giat dan aktif dalam
memberikan KIE dilingkungan sekolah secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengan
kebutuhan.

Metode
Ini merupakan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian yang digunakan semi eksperimen dengan desain one-group pra-post
test design dengan skema sebagai berikut:
Penelitian dilakukan di SMK Mutiara Bangsa Kota Tangerang pada bulan Juli
2021. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa SMK Mutiara Bangsa dari kelas X dan
XI dengan jumlah 216 siswa, yang terdiri dari 110 siswa di kelas X dan
106 siswa dikelas XI. Jumlah respondennya yaitu 97 responden yang ditentukan dengan
simple random sampling dengan proporsi 0,5 dan tingkat kepercayaan 95%.
Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Probability Sampling yaitu
memberikan peluang yang sama untuk menjadi sampel. Metode pengambilan sampel yang
digunakan adalah proporsionate stratified random sampling yaitu pengambilan sampel yang
digunakan bila anggota populasi tidak homogen yang terdiri atas kelompok homogen atau
berstrata secara proporsional
Caranya yaitu menggunakan perhitungan pembagian responden tiap kelas sebagai
berikut:
Kelas X = (110 x 97) / 216 = 49
Kelas XI = (106 x 97) / 216 = 48
Jadi, jumlah sampel dari seluruh kelas didapat 97 responden. Prosedur pengambilan
sampel adalah dengan cara undian. Tekniknya yaitu seluruh nama siswa kelas X dan XI
dimasukan kedalam satu wadah yang telah dilubangi lalu dikeluarkan satu persatu sampai
mencapai jumlah sampel yang telah ditentukan. Penelitian menggunakan data primer yaitu
kuosioner yang dibuat oleh peneliti sesuai diberikan kuosioner untuk menggali sikap siswa
tentang kesehatan reproduksi. Jumlah pertanyaan yaitu 40 yang terdiri dari 20 pertanyaan
tentang pengetahuan dan 20 pertanyaan tentang sikap. Siswa mengisi kuosioner pada link yang
telah diberikan. Jika sudah mengisi seluruh pertanyaan, nilai dapat langsung diketahui oleh
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 6
peneliti karena bisa langsung dilihat dari respon link tersebut.
Setelah siswa/i mengisi kuosioner, pada hari berikutnya dilakukan pemberian pendidikan
kesehatan menggunakan zoom karena saat ini tidak ada kegiatan di sekolah. Peneliti
memberikan pendidikan kesehatan selama 60 menit yang meliputi pengertian kesehatan
reproduksi, pengertian pubertas, pengertian remaja, klasifikasi remaja dan ciri- cirinya, hak-
hak reproduksi, jenis seks primer dan sekunder, cara menjaga kesehatan alat genetalia, tanda
dan gejala infeksi pada organ reproduksi dan penyakit menular seksual.
Setelah pendidikan kesehatan dilakukan, siswa/i kembali diminta untuk
mengisi Post-test yang berisi pertanyaan yang sama pada saat pre-test. Post-test
menggunakan google form dengan link http://bit.ly/kuisionerpenelitian-Penkes. Post-test
dilakukan pada hari berikunya setelah pemberian pendidikan kesehatan.
Dengan demikian, waktu yang digunakan yaitu 3 hari mulai dari pre-test, pendidikan kesehatan
dan post-test. Pada kuesioner penelitian, sikap diukur menggunakan skala likert dengan
rentang nilai 1 sampai
5. Jika pertanyaan positif, nilai sangat setuju = 5, setuju = 4, ragu-ragu = 3, tidak setuju =
2, sangat tidak setuju = 1.

Sedangkan jika pertanyaan negatif, nilai sangat setuju = 1, setuju = 2, ragu-ragu = 3, tidak
setuju = 4, sangat tidak setuju = 5.
Sebelum dilakukan analisis data, dilakukan uji normalitas data kemudian
dilakukan uji homogenitas. Sedangkan uji hipotesis menggunakan perhitungan statistika non-
parametrik, yaitu dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Analisis data dilakukan menggunakan
aplikasi SPSS.
Hasil Penelitian

Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Sikap Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Asymp. Sig.
Sikap n Min Max Mean Median SD
(2-tailed)
Pre-test 97 62 76 68,73 67 4,192 0,000
Post-test 97 74 97 87,10 86 8,002
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 15

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum diberikan
pendidikan kesehatan memiliki nilai rata-rata 68,73 sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan
memiliki nilai rata-rata 87,10. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai rata-rata setelah diberikan
perlakuan, memiliki nilai lebih tinggi dari nilai rata-rata sebelum diberikan perlakukan. Maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap sikap remaja tentang kesehatan
reproduksi.
Hasil uji normalitas diketahui bahwa sikap tentang kesehatan reproduksi responden memiliki
nilai signifikansi Kolmogorov-Smirnov = 0,048 < 0,05 (data berdistribusi tidak normal). Berdasarkan
hasil tersebut maka pengujian hipotesis menggunakan perhitungan statistika non parametrik, yaitu
dengan Wilcoxon Signed Rank Test. Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test menujukan nilai Z hitung
sebesar -
8,555 dan signifikasi 0,000, ini berarti Pvalue < 0,05 maka hipotesis diterima. Disimpulkan bahwa
pendidikan kesehatan berpengaruh terhadap sikap remaja tentang kesehatan reproduksi. Terdapat
perbedaan sikap tentang kesehatan reproduksi sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

15
Prophetic: Professional, Empathy and Islamic Counseling Journal – Vol. 4, No. 1, Juni 2021 | 16

“STUDI KASUS TENTANG PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP


KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT”

Jurnal Pendukung :

KEBIJAKAN KESELAMATAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

ABSTRACT
Background: Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan dengan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna dan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
kegawatdaruratan dengan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang diharapkan dapat
memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh tanpa meninggalkan keselamatan pasien.
Keselamatan pasien adalah konsep pasien yang sedang dalam pelayanan kesehatan sehingga dapat
mencapai dampak yang diharapkan. Dalam hal cedera, keselamatan pasien didefinisikan sebagai
terbebas dari cedera yang tidak disengaja dengan menjamin keselamatan pasien melalui penetapan
sistem operasional, meminimalisasi kemungkinan kesalahan, dan meningkatkan pencegahan agar
kecelakaan tidak terjadi dalam proses pelayanan. Bidang kedokteran gigi sangat mengutamakan dan
mementingkan keselamatan pasien karena pelayanan kesehatan di bidang kedokteran gigi yang tidak
aman mengakibatkan peningkatan potensi morbiditas dan mortalitas serta beban finansial bagi
sistem layanan kesehatan. Resiko yang signifikan atas keselamatan pasien atau biasa disebut
kesalahan pelayanan (Medical errors), sehingga perlu adanya penerapan kebijakan keselamatan
pasien didalam suatu rumah sakit. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur karakteristik kesalahan
pelayanan dengan kebijakan keselamatan pasien di rumah sakit gigi dan mulut universitas
muhammadiyah semarang
Method: Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross
sectional.
Result: Berdasarkan dari 5 dimensi penilaian yang dilakukan berdasarkan kuesioner Agency for
Healthcare Research and Quality (AHRQ), didapatkan hasil bahwa 3 dimensi memiliki respon positif
tinggi dalam kategori kuat/sangat baik adalah penilaian terhadap manajer/supervisor, frekuensi
laporan kesalahan tindakan/pelayanan serta penilain terhadap kebijakan keselamatan pasien dan
pelayanan RSGM.
Conclusion: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di RSGM Unimus secara keseluruhan
menyatakan bahwa penilaian terhadap penerapan kebijakan keselamatan pasien dan pelayanannya
memiliki presentase 95,59% termasuk dalam kategori sangat baik/kuat yang artinya tingkat penerapan
kebijakan keselamatan pasien dan pelayanan di RSGM Unimus sudah memiliki regu

16
Indonesian Journal of Dentistry Volume 2 No 2 Issue 4 Year 2022 Pages 15-30
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rancangan
penelitian cross sectional. Penelitian deskripstif merupakan penelitian yang dirancang untuk
menggambarkan tentang deskriptif objek dan subjek. Cross sectional merupakan pendekatan yang
bersifat sesaat atau hanya dilakukan sekali sesuai waktu yang ditentukan oleh peneliti dalam kurun
waktu tertentu, serta dilakukan pada variabel terikat dan variabel bebas.
Teknik sampel dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling atau biasa disingkat
random sampling. Teknik tersebut merupakan pengambilan sampel dari populasi secara acak
berdasarkan frekuensi probabilitas semua anggota populasi yang merupakan suatu cara pengambilan
sampel dimana setiap anggota populasi diberika opportunity (kesempatan) yang sama untuk terpilih
menjadi sampel yaitu tenaga medis yang telah memenuhi kriteria inklusi, dimana kriteria inklusi
dalam penelitian ini yaitu dokter gigi, dokter gigi muda dan staf yang masih aktif bekerja di RSGM
Unimus dalam lama masa kerja minimal 1 tahun.
Jenis data yang digunakan berupa data primer yang dikumpulkan dan diolah secara mandiri
oleh peneliti dari hasil jawaban kuesioner AHRQ (Agency for Heathcare Research and Quality) yang
diisi oleh responden, serta data sekunder yang berasal dari pihak RSGM Unimus berupa data jumlah
dokter gigi, dokter gigi muda, dan staf di RSGM Unimus. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Agustus sampai dengan bulan September 2021 selama 2 minggu.

17
Indonesian Journal of Dentistry Volume 2 No 2 Issue 4 Year 2022 Pages 15-30

Tahapan Penelitian
1. Tahap Perizinan Penelitian
Melakukan perizinan penelitian dan keterangan layak etik sebelum dilakukannya penelitian.
Pengajuan permohonan keterangan layak etik dari Komite Etik Fakultas Kedokteran Unimus dengan
nomor sertifikat 091/EC/FK/2021. Kemudian peneliti mengajukan surat permohonan pelaksanaan
penelitian kepada RSGM Unimus dengan memberikan surat tembusan dari Fakultas Kedokteran Gigi
Unimus dan memulai penelitian setelah mendapatkan surat jawaban perizinan pengambilan data
penelitian dari RSGM Unimus dengan nomor 051/RSGM.DIKLAT/KET.PT/2021.
2. Tahap Penelitian
Pada tahan penelitian, peneliti memilih subjek sesuai dengan kriteria inklusi yang telah
ditentukan. Kemudian peneliti menjelaskan mengenai prosedur penelitian dan melakukan perjanjian
persetujuan ikut serta berpartisipasi sebagai subjek penelitian dengan mengisi lembar informed
consent Online oleh responden. Lembar informed consent online kemudian dibagikan kepada subjek
yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditentukan.
3. Tahap Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data dengan memberikan kuesioner secara online, kuisioner telah
digunakan oleh Elrifda, S. tahun 2011 dalam penelitian yang telah diuji validitas dan reliabilitas yang
berisi pertanyaan berkaitan dengan variabel yang diteliti. Kuesioner online yang digunakan yaitu
google form. Google form atau yang disebut google formulir adalah alat yang berguna untuk
merencanakan acara, mengirim survei, atau mengumpulkan informasi yang mudah dengan cara yang
efisien. Tahap pengumpulan data secara online:
a. Peneliti membuat link google form yang berisikan kuesioner AHRQ yang digunakan untuk
penelitian.
b. Responden mendapat link yang telah diberikan oleh peneliti setelah responden memberikan
persetujuan untuk mengisi kuesioner secara online.
c. Responden membuka link kuesioner dan mengisi informed consent pada google form sebagai
bukti persetujuan untuk berpatisipasi dalam penelitian tanpa adanya keterpaksaan (kesukarelaan
pribadi).
d. Responden mengisi kuesioner online pada google form sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
e. Pengumpulkan hasil kuesioner online dan melakukan pengecekan ulang untuk memastikan
pengisian data sudah lengkap serta tidak ada yang terlewatkan.
f. Penelitian dinyatakan telah selesai.

18
Indonesian Journal of Dentistry Volume 2 No 2 Issue 4 Year 2022 Pages 15-30

4. Tahap Pengolahan Data dan Analisis Data


Analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis univariat untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan variabel yang diteliti, variabel bebas yaitu kebijakan keselamatan pasien. Analisis
kebijakan keselamatan dilakukan dengan menggunakan kuesioner AHRQ. Analisis univariat dinilai
berdasarkan distribusi frekuensi dengan adanya data minimal, data maksimal dan standar deviasi.

Tabel 1. Dimensi Keselamatan Pasien AHRQ


No Pernyataan Pernyataan Positif Pernyataan Negatif
1. Dimensi B B1, B2, B3, B4, B6, B7, B8, B5, B9, B16, B17, B18, B19, B20
B10, B11, B12, B13, B14, B15,
B21
2. Dimensi C C1, C2, C3, C5 C4, C6
3. Dimensi D D1, D2, D3, D4, D5, D8, D11, D6, D7, D9, D10, D12, D13, D14, D17, D18,
D15, D16, D19 D20
4. Dimensi E E1, E2, E3 -
5. Dimensi F F1, F2 -

Keterangan:
1. Dimensi B: Penilaian kerjasama internal (dalam unit kerja)
2. Dimensi C: Penilaian terhadap manajer/supervisor
3. Dimensi D: Penilaian terhadap komunikasi di unit kerja
4. Dimensi E: Frekuensi laporan kesalahan tindakan pelayanan
5. Dimensi F: Penilaian terhadap kebijakan keselamatan pasien dan pelayanan RSGM.
Menurut hospital survey on patient safety penilaian keselamatan pasien dikatakan kuat apabila
respon positif sama dengan 75%, dikatakan sedang apabila respon positif sama dengan 50-70%, dan
dikatakan lemah apabila respon positif kurang dari 50%9.
Jenis jawaban pada penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu jawaban kuesioner dibagi menjadi
2 jenis yakni dengan jawaban respon positif dan negatif. Pada setiap variabel diberikan skor sesuai
dengan jenis pertanyaan dan jumlah pertanyaan pada kuesioner. Hasil skoring dari setiap variabel
dijumlahkan, masing-masing responden memiliki jumlah skoring yang berbeda-beda sesuai dengan
jawaban yang dipilih.
Pada pernyataan yang bersifat positif:
a. Diberi nilai 1, dengan kategori “Sangat Tidak Setuju” (STS)
b. Diberi nilai 2, dengan kategori “Tidak Setuju” (TS)
c. Diberi nilai 3, dengan kategori “Cukup Setuju” (CS)
d. Diberi nilai 4, dengan kategori “Setuju” (S)

19
Indonesian Journal of Dentistry Volume 2 No 2 Issue 4 Year 2022 Pages 15-30

e. Diberi nilai 5, dengan kategori “Sangat


Setuju” (SS)
Pada pernyataan yang bersifat negatif:
a. Diberi nilai 5, dengan kategori “Sangat Tidak Setuju” (STS)
b. Diberi nilai 4, dengan kategori “Tidak
Setuju” (TS) c. Diberi nilai 3, dengan
kategori “Cukup Setuju” (CS) d. Diberi nilai
2, dengan kategori “Setuju” (S)
e. Diberi nilai 1, dengan kategori “Sangat Setuju” (SS).
Pengolahan data dan analisis data diolah berdasarkan distribusi frekuensi serta
disajikan dalam bentuk tabel. Nilai per dimensi didapatkan dengan merata-rata persentase
respon positif masing- masing pertanyaan sesuai dengan dimensinya masing-masing. Nilai
per dimensi ini akan menjadi hasil analisis univariat keselamatan pasien. Skor setiap
pertanyaan dengan skala likert di jumlahkan lalu dibuat persentase10.

20

Anda mungkin juga menyukai