Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti

Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

PENGUJIAN INKUBATOR BAYI MENGGUNAKAN 2 BUAH LAMPU PIJAR


BERKAPASITAS 25 WATT PADA 11 SUHU RUANGAN YANG BERBEDA

Chalilullah Rangkuti1 Rosyida Permatasari2


1)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
2)
Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Corresponding Author : chalil@trisakti.ac.id

ABSTRAK
Bayi baru lahir memerlukan perhatian khusus pada proses persalinan, sehingga hal ini
berpengaruh pada kesehatan bayi itu sendiri. Begitu pula dengan bayi lahir prematur
mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi terhadap ruangan sekitarnya. Suhu sekitar bayi
dikondisikan sesuai dengan kebutuhan bayi agar bayi mampu beradaptasi dan tidak rentan
terhadap penyakit, sehingga hal tersebut diperlukan alat inkubator yang membantu
menormalkan suhu disekitar tubuh bayi. Inkubator bayi dibuat dengan bahan material acrylic
pada ketebalan 3 mm. Suhu didalam ruang inkubator harus disesuaikan dengan kebutuhan
bayi prematur yaitu antara 32℃-37℃. Oleh karena itu dibutuhkan alat mikrokontroler BR6 dan
sensor termokopel untuk mengatur dan mengetahui suhu yang ada didalam ruang inkubator.
Lampu pijar digunakan sebagai pemanas ruang inkubator. Baterai digunakan untuk alat
penyimpanan sumber listrik. Pengujian ini dilakukan dengan cara pengamatan dan analisis
data suhu yang dapat dicapai dalam waktu tertentu pada inkubator. Didapatkan hasil bahwa
suhu inkubator sebesar 32.℃ menggunakan 2 buah lampu pijar berkapasitas 25 Watt yang
dapat dicapai dalam waktu 9 menit pada suhu ruang 29.6℃.

Kata Kunci: Bayi lahir prematur, Inkubator, mikrokontroler BR6, Lampu pijar, Baterai

PENDAHULUAN

Bayi prematur adalah bayi yang lahir di usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
Sedangkan, untuk kelahiran bayi normal biasanya berlangsung sekitar 37 sampai 41
minggu. Bayi prematur memiliki rata-rata berat badan yang kurang dari 2500 gram,
sehingga sangat rentan terhadap suhu disekitarnya. Bayi yang baru lahir memiliki
suhu tubuh sekitar 36,5-37,5℃, jika suhu ruangan terlalu dingin maka akan
menurunkan suhu tubuh bayi prematur sehingga bayi mengalami kedinginan.
Dikarenakan kemampuan tubuh bayi dalam menjaga keseimbangan antara produksi
panas dan kehilangan panas untuk mempertahankan suhu tubuh pada batas normal
(termoregulasi) belum begitu baik, maka diperlukan cara agar suhu tubuh bayi tetap
berada dalam kondisi normal. Proses termoregulasi yang kurang baik dapat
menyebabkan hipotermia dimana hal tersebut dapat menyebabkan gangguan
kesehatan, gangguan pertumbuhan serta perkembangan IQ hingga kematian jika
dalam keadaan tersebut bayi prematur tidak menggunakan inkubator bayi. Tingginya
angka kelahiran bayi prematur di Indonesia membuat kebutuhan inkubator bayi di
setiap daerah juga meningkat. Namun, hampir di seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan tidak memiliki alat inkubator bayi dikarenakan harga yang relatif mahal dan
tarif penggunaan alat tersebut bisa mencapai Rp1-2 juta dalam sehari.
Pada penilitian ini, inkubator bayi memiliki spesifikasi dengan bahan material
acrylic, ketebalan 3 mm dimensi ukuran pxlxt (60cmx40cmx45cm) dan menggunakan
baterai berkapasitas 100 Ah 12V.

17
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama waktu yang diperlukan
untuk mencapai suhu didalam inkubator 32℃ dengan menggunakan 2 buah lampu
pijar berkapasitas 25 Watt pada 11 kondisi suhu ruangan yang berbeda.

STUDI PUSTAKA

Inkubator Bayi
Inkubator bayi adalah alat untuk mempertahankan kehangatan bayi paska lahir
sehingga mampu beradaptasi dengan ruangan luar. Fungsi utama sebuah inkubator
yaitu pengaturan suhu ruang, dengan tujuan untuk mempertahankan suhu bayi agar
tidak jatuh pada hipotermia. Inkubator bayi adalah sebuah tempat tertutup yang suhu
ruangannya dapat diatur untuk menghangatkan bayi. Inkubator ini juga membutuhkan
kelembaban yang stabil sehingga kondisi di dalamnya tetap terjaga sesuai dengan
yang diinginkan. Inkubator bayi merupakan salah satu alat yang mempunyai fungsi
sebagai perawatan dan penyesuaian suhu (penghangat) bagi bayi yang lahir prematur
yang sangat membutuhkan suhu yang sesuai dengan suhu dalam rahim ibu. Suhu
yang dibutuhkkan untuk perawatan bayi prematur adalah 32℃ sampai 37℃ (Hidayat,
2009).

Inverter
Alat ini berfungsi untuk mengubah tegangan DC menjadi AC (M. F. Hakim, 2017).
Pada pengujian ini menggunaka inverter berkapasitas 500 Watt.

Lampu Pijar
Lampu pijar dipilih sebagai pemanas karena harganya yang terjangkau, perawatan
yang mudah, dan dapat didapatkan dengan mudah. Kurang lebih 90% daya yang
digunakan oleh lampu pijar dilepaskan sebagai radiasi panas dan hanya 10% yang
dipancarkan dalam radiasi cahaya kasat mata (E. P. Kurniawan, 2013). Pada
pengujian ini menggunakan 2 buah lampu pijar berkapasitas 25 Watt.

Baterai
Baterai adalah alat penyimpan tenaga listrik arus searah (DC) (M. F. Hakim, 2017).
Pada pengujian ini digunakan kapasitas baterai yaitu 100 Watt 12V.

METODOLOGI PENELITIAN

Inkubator bayi yang telah dirancang, dibuat dan digunakan dalam penelitian ini adalah
inkubator bayi seperti ditunjukkan dalam Gambar 1. Berikut adalah spesifikasi inkubator bayi
yang digunakan:

Tabel 1. Spesifikasi Inkubator Bayi


Spesifikasi Inkubator
Dimensi Total
Kotak Inkubator (bahan Panjang: 60 cm
acrylic) Lebar: 40 cm
Tinggi: 45 cm
Dimensi Total
Boks Bawah (bahan Panjang: 61.5 cm
triplex) Lebar: 41.5 cm
Tinggi: 20 cm
Inkubator bayi ini menggunakan bahan acrylic dengan ketebalan 3 mm dan pembuatan

18
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

boks bawah menggunakan bahan triplex dengan ketebalan 12 mm. Bahan tersebut dipilih
karena acrylic mempunyai konduktifitas termal yang tinggi daya tahan terhadap panas.
Pengujian dilakukan didalam ruangan tertutup. Untuk mendapatkan 11 variabel suhu ruangan
yang berbeda, pengujian ini menggunakan AC (Air Conditioner) sebagai pengatur suhu. Alat
pemanas yang digunakan dalam pengujian ini adalah 2 buah lampu pijar berkapasitas 25 Watt
dengan waktu yang ditentukan untuk mengetahui suhu maksimal yang dihasilkan oleh lampu
tersebut yaitu 30 menit. Untuk mengetahui suhu didalam inkubator digunakan mikrokontroler
BR6 yang telah dilengkapi dengan sensor termokopel. Untuk pengujian inkubator
menggunakan set up yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Inkubator Bayi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian inkubator bayi menggunakan 2 buah lampu pijar berkapasitas 25 Watt
dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Lama Waktu Yang Dibutuhkan Lampu Pijar Pada 11 Suhu Ruangan
Suhu Suhu yang Ingin
Waktu yang Dicapai
Lampu Pijar Ruangan Dicapai Didalam
(Menit)
(℃ ) Inkubator (℃ )
21 24.1 21
22.2 26.5 29
23 27.2 33
24.1 28.4 47
Lampu Pijar 25
Watt 2 buah 25.3 30.6 52
26,1 32 51
27 32 34
27,6 32 15
28,6 32 12
28,7 32 12
29,6 32 9

Pada Tabel 2. pada suhu ruang 26.1℃ dengan menggunakan 2 buah lampu 25
Watt didapatkan waktu untuk suhu yang ingin dicapai sebesar 32℃ yaitu 51 menit.

19
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

Pada suhu ruang 27℃ dengan menggunakan 2 buah lampu 25 Watt didapatkan waktu
untuk suhu yang ingin dicapai sebesar 32℃ yaitu 34 menit. Pada suhu ruang 27.6℃
dengan menggunakan 2 buah lampu 25 Watt didapatkan waktu untuk suhu yang ingin
dicapai sebesar 32℃ yaitu 15 menit. Pada suhu ruang 28.6℃ dengan menggunakan 2
buah lampu 25 Watt didapatkan waktu untuk suhu yang ingin dicapai sebesar 32℃
yaitu 12 menit. Pada suhu ruang 28.7℃ dengan menggunakan 2 buah lampu 25 Watt
didapatkan waktu untuk suhu yang ingin dicapai sebesar 32℃ yaitu 12 menit. Pada
suhu ruang 29.6℃ dengan menggunakan 2 buah lampu 25 Watt didapatkan waktu
untuk suhu yang ingin dicapai sebesar 32℃ yaitu 9 menit. Pada suhu ruang 25.3℃
sampai dengan maksimal suhu ruang rendah yang didapatkan 21℃ tidak dapat
dicapai untuk suhu ruang yang diinginkan. Suhu ruang inkubator tidak dapat dicapai
dikarenakan suhu ruangan yang terlalu dingin. Suhu rungan yang tidak dapat
mencapai suhu 32℃ ditandai dengan warna merah dan suhu ruangan dengan waktu
yang optimal ditandai dengan warna biru.. Dibawah ini merupakan grafik
perbandingan suhu ruang dengan waktu yang dicapai.

Gambar 2. Grafik Perbandingan Suhu Ruangan dan Waktu Yang Dicapai

Pada Gambar 2. dapat dilihat bahwa semakin besar suhu ruangan, maka
semakin cepat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu 32℃. Hal ini
menunjukkan bahwa suhu ruang berbanding lurus dengan waktu yang dicapai untuk
suhu 32℃. Pada suhu dibawah 26℃ tidak dapat dicapai suhu minimal inkubator 32℃
dengan menggunakan lampu 25 Watt 2 buah. Pada analisis ini suhu ruangan diatas
26℃ dapat dicapai suhu ruang inkubator yaitu minimal 32℃ dengan menggunakan
lampu pijar berkapasitas 25 Watt. Jika inkubator ini harus digunakan pada suhu
dibawah 26℃, maka harus digunakan lampu pijar dengan total daya lampu yang yang
lebih tinggi seperti kapasitas lampu pijar dengan daya total 65 Watt dan 80 Watt.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

20
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

a. 2 buah lampu dengan daya 25 Watt yang dapat memenuhi kebutuhan suhu yang
diperlukan untuk inkubator.
b. Pada pengujian yang telah dilakukan, suhu ruang 29.6℃ didapatkan waktu paling
cepat untuk mencapai suhu 32℃ didalam inkubator yaitu 9 menit.
c. Pada suhu ruang dibawah 26℃, tidak didapatkan suhu yang diinginkan yaitu
sebesar 32℃, karena suhu ruang yang terlalu dingin mempengaruhi suhu yang
ada didalam ruang inkubator dan lampu pijar pada kapasitas 25 Watt tidak dapat
bekerja secara optimal.
d. Inkubator dapat dicapai suhu minimal 32℃ jika suhu ruangan dibawah 26℃
menggunakan lampu pijar berkapasitas 50 Watt.

DAFTAR PUSTAKA

E. Pratiwi, T. Soekarno, K. Adam, and V. Setiawaty, “Identifikasi virus hepatitis A pada


sindrom penyakit kuning akut di beberapa provinsi di Indonesia tahun 2013,”
GMHC, vol. 5, no. 3, pp. 199–204, 2017.
E. P. Kurniawan, R. Hantoro, and G. Nugroho, “Pengaruh Jarak Antar Dinding
terhadap Distribusi Temperatur pada Inkubator Bayi Berdinding Ganda,” J. Tek.
ITS, vol. 2, no. 1, pp. B105–B109, 2013.
Hidayat, 2009, Asuhan Neonatus Bayi dan Balita, Jakarta.
Haryadi, Buku bahan ajar perpindahan panas, Bandung Politek Negeri Bandung,
2012. Holman, 1984, Perpindahan kalor, Erlangga, Jakarta, 2004.
M. F. Hakim, “Perancangan Rooftop Off Grid Solar Panel Pada Rumah Tinggal
Sebagai Alternatif Sumber Energi Listrik,” Din. DotCom, 2017.
N. R. Alfiandy, G. Budiman, and H. Fauzi, “Analisis Korelasi Tingkat Warna Kuning
Pada Citra Sklera Mata Dengan Level Bilirubin Pada Bayi,” eProceedings Eng.,
vol. 4, no. 1, 2017.
R. G. Saputra, “Perbedaan Kejadian Ikterus Neonatorum antara Bayi Prematur dan
Bayi Cukup Bulan pada Bayi dengan Berat Lahir Rendah di RS PKU
Muhammadiyah Surakarta.” Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2016.
W. A. Silverman, “Incubator-baby side shows,” Pediatrics, vol. 64, no. 2, pp. 127–141,
1979.
Y. M. K. Surbakti and H. Ambarita, “Rancang Bangun Inkubator Bayi Dengan
Menggunakan

21
Jurnal Penelitian dan Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti
Vol.5.No.2 Juli 2020, ISSN (p) : 0853-7720, ISSN (e): 2541-4275

22

Anda mungkin juga menyukai