Anda di halaman 1dari 4

Nama : Adi Saputra

Nim : 045028712
Jurusan :pertanian

Izin menjawab
1).
A. Pengertian hukum syariat menurut isi kandungan Al-Quran Surah Al-Ankabut ayat
45 bahwa hukum syariat yang berisi hukum dan aturan dalam menjalani kehidupan di
dunia ini, merupakan panduan yang menyeluruh untuk mengatasi permasalahan yang ada
harus mengikuti aturan yang ada dalam kitab Al-Quran dan aturan islam.
B.
1. Wajib
Merupakan suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang meninggalkannya
akan mendapat dosa.
2. Sunah
Orang yang melaksanakan berhak mendapat ganjaran (pahala), namun tidak akan dosa
bila ditinggalkan.
3. Makruh
Makruh secara bahasa artinya mubghadh (yang dibenci). Jumhur ulama mendefinisikan
makruh sebagai larangan terhadap suatu perbuatan. Namun, larangan tidak bersifat
pasti, lantaran tidak ada dalil yang menunjukkan haramnya perbuatan tersebut.
Artinya, orang yang meninggalkan larangan tersebut akan mendapat ganjaran berupa
pahala. Sebaliknya, orang tersebut tidak akan mendapat apa-apa bila tidak
meninggalkannya.
4. Mubah
Hukum mubah memberikan pilihan bagi seseorang untuk mengerjakan atau
meninggalkannya. Bila dikerjakan, orang tersebut tidak dijanjikan ganjaran pahala.
Tetapi, tidak pula dilarang dalam mengerjakannya.
Artinya jika sesuatu bersifat mubah, maka tidak ada pahala atau dosa jika
dilakukan.
5. Haram
Secara terminologi, haram adalah sesuatu yang dilarang Allah SWT dan rasulNya.
Orang yang melanggar mendapat dosa, sementara orang yang meninggalkannya dijanjikan
pahala.
Menurut madzhab hanafi, hukum haram harus didasarkan dalil qathi yang tidak
mengandung keraguan sedikitpun. Sehingga kita tidak mempermudah dalam menetapkan
hukum haram.
C.
1. Prinsip Tauhid
Prinsip ini menegaskan bahwa seluruh bangunan hukum Islam adalah bermuara pada
mengesakan Tuhan, yaitu Allah SWT. Dengan prinsip tauhid, pelaksanaan suatu hukum
akan bermakana sebagai ibadah.

Allah SWT berfirman,

‫َو ِإْذ َأَخ َذ َرُّبَك ِم ْن َبِني آَد َم ِم ْن ُظُهوِرِهْم ُذ ِّرَّيَتُهْم َو َأْش َهَد ُهْم َع َلٰى َأْنُفِسِهْم َأَلْس ُت ِبَر ِّبُك ْم ۖ َقاُلوا َبَلٰى ۛ َش ِهْد َناۛ َأْن َتُقوُلوا َيْو َم اْلِقَياَم ِة ِإَّنا ُكَّنا َع ْن َٰه َذ ا‬
‫َغاِفِليَن‬

Artinya, “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami
menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap
ini (keesaan Tuhan)",” (QS. Al-A’raf: 172)
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan memiliki makna bahwa hukum Islam yang mengatur persoalan manusia
dari berbagai aspek harus dilandaskan pada keadilan yang meliputi hubungan antara
dirinya sendiri, masyarakat, maupun dengan Allah SWT.
Allah SWT bersabda,
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ُك وُنوا َقَّواِم يَن ِلَّلِه ُش َهَداَء ِباْلِقْس ِط ۖ َو اَل َيْج ِرَم َّنُك ْم َشَنآُن َقْو ٍم َع َلٰى َأاَّل َتْع ِد ُلواۚ اْع ِد ُلوا ُهَو َأْقَر ُب ِللَّتْقَو ٰى ۖ َو اَّتُقوا الَّلَهۚ ِإَّن الَّلَه‬
‫َخ ِبيٌر ِبَم ا َتْع َم ُلوَن‬

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-
Maidah: 8)
3. Prinsip Amar Makruf Nahi Munkar
Amar makruf nahi munkar memiliki arti hukum Islam yang ditegakkan untuk menjadikan
manusia dapat melaksanakan hal-hal secara baik dan benar sesuai yang dikehendaki
Allah SWT sehingga tidak terjadi keburukan dalam kehidupan bermasyarakat.
Seperti dalam firman Allah SWT,
‫ُكْنُتْم َخْيَر ُأَّمٍة ُأْخ ِر َج ْت ِللَّناِس َتْأُم ُروَن ِباْلَم ْعُروِف َو َتْنَهْو َن َع ِن اْلُم ْنَك ِر َو ُتْؤ ِم ُنوَن ِبالَّلِهۗ َو َلْو آَم َن َأْهُل اْلِكَتاِب َلَك اَن َخْيًر ا َلُهْم ۚ ِم ْنُهُم اْلُم ْؤ ِم ُنوَن‬
‫َو َأْكَثُرُهُم اْلَفاِس ُقوَن‬
Artinya, “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka
ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”
4. Prinsip al-Hurriyah (Kemerdekaan dan Kebebasan)
Prinsip ini mengandung makna bahwa hukum Islam tidak ada paksaan. Artinya, manusia
dapat menolak dan menerima hukum Islam namun tetap harus bertanggung jawab akan
keputusannya.
Allah SWT bersabda,
‫اَل ِإْك َر اَه ِفي الِّديِن ۖ َقْد َتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّي ۚ َفَم ْن َيْكُفْر ِبالَّطاُغ وِت َو ُيْؤ ِم ْن ِبالَّلِه َفَقِد اْسَتْمَسَك ِباْلُعْر َوِة اْلُو ْثَقٰى اَل اْنِفَص اَم َلَهاۗ َو الَّلُه َسِم يٌع َع ِليٌم‬
Artinya, “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah
jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah
berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 256)
5. Prinsip Musawah (Persamaan)
Hukum dalam agama Islam tidak membedakan derajat, suku, ataupun fisik dengan
manusia lainnya. Semua manusia di hadapan Allah SWT adalah sama. Adapun yang
membedakannya adalah ketakwaan.
Sebagaimana yang dijelaskan dalam sebuah ayat,

‫َيا َأُّيَها الَّناُس ِإَّنا َخ َلْقَناُك ْم ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنَثٰى َو َجَع ْلَناُك ْم ُش ُعوًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفواۚ ِإَّن َأْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد الَّلِه َأْتَقاُك ْم ۚ ِإَّن الَّلَه َع ِليٌم َخ ِبيٌر‬
Artinya, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13)

6. Prinsip Al-Ta’awun (Tolong Menolong) dan Al-Shura (Musyawarah)


Prisip ini menjelaskan dalam menjalani hidup ini, sesama manusia hendaknya saling
tolong-menolong, saling bahu-membahu baik dalam ranah sosial, hukum, dan lainnya.
Dalam melakukan ijtihad (penggalian hukum Islam), sebaiknya dilakukan secara jama'i
(kolektif) dengan melibatkan setiap pihak yang kompeten dalam bidangnya, serta
bidang-bidang yang ada keterkaitan dengan permasalhan yang akan dikaji status
hukumnya.
Allah SWT bersabda,
‫َو َتَع اَو ُنوا َع َلى اْلِبِّر َو الَّتْقَو ٰى ۖ َو اَل َتَع اَو ُنوا َع َلى اِإْل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن ۚ َو اَّتُقوا الَّلَهۖ ِإَّن الَّلَه َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
Artinya, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu
kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Maidah: 2)
7. Prinsip Al-Tasamuh (Toleransi)
Prinsip toleransi menegaskan bahwa pebedaan pandangan dalam melihat sebuah hukum,
karena perbedaan teori, metode dan pendekatan yang dipakai dalam penggalian hukum
Islam hendaknya masing-masing berlapang dada menerimanya sebagai keniscayaan dalam
realitas kehidupan yang plural.
Allah SWT berfirman,
‫َو اَل َتُك وُنوا َكاَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ْن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يٌم‬
Artinya, “Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan
berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-
orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran: 105)

D .
*Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak.
Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
*Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan Al
Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada
kewajiban taat kepadanya.
*Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang
diperselisihkan, harus dikembalikan kepada keduanya.
*Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan kepada
penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan. Orang yang
tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya, keimanannya
dipertanyakan.
*Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik
dan membawa keberkahan.
2)
A.Orang-orang yang beriman wajib taat kepada Allah dan Rasulullah secara mutlak.
Yakni mengamalkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Wajib taat kepada ulil amri selama tidak bertentangan dengan ketaatan kepada Allah
dan Rasul-Nya. Jika ulil amri memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan Al
Quran dan Sunnah Rasulullah atau untuk bermaksiat kepada Allah, maka tidak ada
kewajiban taat kepadanya.
Al Quran dan hadits adalah sumber hukum Islam. Ketika ada hal-hal yang
diperselisihkan, harus dikembalikan kepada keduanya.
Menjadikan Al Quran dan hadits sebagai sumber hukum dan mengembalikan kepada
penilaian keduanya ketika terjadi perselisihan adalah bukti keimanan. Orang yang
tidak mau menjadikan Al Quran dan hadits sebagai hakimnya, keimanannya
dipertanyakan.
Kembali kepada Al Quran dan hadits akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik
dan membawa keberkahan.
B.
Agama sebagai sumber akhlak berati ajaran agama mendorong manusia dalam bertindak
dan bertingkah laku agar sesuai dengan ajaran agama.isi kandungan surah Al Azhar
ayat 21 adalah penegasan bahwa Rasulullah Muhammad adalah teladan terbaik yang
harus di ikuti oleh orang orang beriman, sebagai mana orang orang beriman meyakini
bahwa satu-satunya jalan untuk selamat dunia dan akhirat hanya dengan mengikuti
sunah Rasulullah Saw,tidak ada yang lain.

3)
A. ‫ِفى ٱَأْلْر ِض َج ِم يًعا ِّم ْنُهۚ ِإَّن ِفى َٰذ ِلَك َلَء اَٰي ٍت ِّلَقْو ٍم َيَتَفَّك ُروَن‬
Artinya: Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di bumi
semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.
B.
Allah SWT dalam QS Al-Jaatsiyah 45:13 telah memberikan keleluasaan bagi manusia
untuk mengembangkan berbagai hal yang ada di langit dan di bumi sesuai dengan
kebutuhan manusia, hal ini menjadi penanda tentang kekuasaan yang dimiliki dan
rahmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Selain itu, jika manusia peka terhadap ayat tersebut, maka manusia bisa
memanfaatkan segala pengetahuan dan upaya untuk mengembangkan teknologi bahkan
sampai teknologi yang paling sulit sekalipun (selama tidak bertentangan dengan
ajaran islam), maka allah akan tetap membantu manusia karena Allah SWT telah
menjamin bahwa Allah akan menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT bagi orang-
orang yang berfikir.

Anda mungkin juga menyukai