Journal Reading KO
Journal Reading KO
Disusun oleh:
Kepaniteraan Klinik Bagian Kedokteran Olahraga
Periode 26 februari 2023 – 10 Maret 2024
Pembimbing:
dr. Deddy Zulkarnain, Sp.KO
Telaah Jurnal
Oleh:
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian
Kepaniteraan Klinik di Bagian Kedokteran Olahraga fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Periode 26 Februari - 10 Maret 2024
2
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami berikan kepada Allah SWT. Atas berkah dan
Rahmat-Nya telaah jurnal berjudul Differences in Sports Injury Characteristics of
Track and Field Athletes at the PASI Papua Athletics Invitational Towards PON
XXI ini dapat diselesaikan. Telaah jurnal ini disusun untuk memenuhi tugas
sebagai bagian sistem pembelajaran dan penilaian kepaniteraan klinik di Bagian
Kedokteran Olahraga Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Deddy
Zulkarnain, Sp.KO atas bimbingan yang diberikan sehingga telaah jurnal ini dapat
menjadi lebih baikk. Penulis menyadari dalam penulisan telaah jurnal ini masih
terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan untuk penluisan yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis
berharap penulisan telaah jurnal ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
RINGKASAN JURNAL
I. PENDAHULUAN
Atletik merupakan cabang olahraga yang terdiri dari jalan, lari, lompat,
dan lempar yang tergolong dalam olahraga non-body contact (I. S. Kardi,
2020). Meskipun atletik tergolong olahraga non-body contact, atlet pada
cabang olahraga atletik rentan mengalami cedera akut dan kronis (Boltz et
al., 2021). Hal ini dikarenakan karakteristik cabang olahraga tersebut yang
terdiri dari nomor jalan cepat, nomor lari yang terdiri dari lari jarak pendek
termasuk lari estafet, lari jarak menengah, lari jarak jauh, dan lari gawang.
Nomor lintasan olahraga sangat penting untuk menyediakan program yang
berkualitas tinggi (Poblador et al. 2022). Nomor lapangan meliputi nomor
lompat yang terdiri dari lompat jauh, lompat horizontal dan lompat tinggi,
lompat galah vertikal, dan nomor lempar termasuk lempar lembing, lempar
cakram, tolak peluru, dan lontar martil. (Kardi et al. 2022). Pada dasarnya,
olahraga adalah segala kegiatan yang melibatkan pikiran, tubuh, dan jiwa
secara terpadu dan sistematis dalam rangka mendukung, mendorong,
membina, dan mengembangkan potensi jasmani, rohani, sosial, dan budaya
(Presiden RI, 2022). Prestasi olahraga merupakan tindakan yang sangat
kompleks dan bergantung pada banyak faktor (I. S. Kardi, 2019). Dalam
proses untuk mencapai performa puncak setiap atlet melalui proses yang
panjang melalui latihan hingga menuju kompetisi. Demikian pula
dinyatakan bahwa masing-masing membutuhkan latihan yang ketat dan
spesifik untuk setiap kompetisi yang berujung pada kemungkinan terjadinya
cedera (Boltz et al., 2021). Cedera olahraga didefinisikan sebagai hasil akhir
dari interaksi antara atlet dalam konteks berolahraga. Hasil penelitian
mengungkapkan bahwa atlet mendefinisikan cedera berdasarkan
keterbatasan performa atlet, rasa sakit atau nyeri, dan ketidakmampuan
untuk berpartisipasi dalam kompetisi (Bolling et al., 2019). Melakukan
aktivitas yang tinggi seperti saat perlombaan mengakibatkan kelelahan otot
karena intensitas yang berat yang dapat menyebabkan cedera otot yang
1
menimbulkan rasa nyeri, yang dapat berupa nyeri ringan hingga nyeri berat
(Asyiraq et al., 2022). Cedera merupakan masalah yang signifikan bagi atlet,
terutama ketika dihadapkan pada keputusan untuk melanjutkan atau berhenti
ketika mengalami cedera (Bullock et al., 2020). Pada dasarnya, jenis cedera
yang mungkin terjadi saat berolahraga antara lain lecet, memar, dislokasi,
strain, keseleo, patah tulang, dan gegar otak. Struktur dan jaringan tubuh
yang sering mengalami cedera olahraga adalah otot, tendon, tulang,
persendian termasuk tulang rawan, ligamen, dan fascia (Barikah & Sari,
2019). Seperti halnya atlet yang berkompetisi di PASI Papua, sebagian besar
atlet mengalami cedera sepanjang kompetisi. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa beberapa atlet mengalami cedera pada babak
penyisihan. Seperti pada nomor lari 100 meter yang merupakan nomor yang
digemari oleh atlet-atlet Papua yang terdiri dari 9 seri babak penyisihan dan
2 babak semifinal yang masing-masing seri diikuti oleh 8 atlet. Berdasarkan
hasil observasi tersebut, maka perlu dilakukan penelitian yang lebih
mendalam untuk mengetahui karakteristik cedera yang dialami oleh para
atlet.
Cedera merupakan masalah yang mengkhawatirkan bagi semua atlet,
mulai dari atlet amatir hingga atlet elit yang berpartisipasi dalam Kejuaraan
Dunia Atletik IAAF dan Olimpiade (Edouard et al. 2015). Hasil penelitian
sebelumnya mengungkapkan bahwa cedera atlet pada nomor lari, lompat
dan lempar di KKO Surakarta terjadi karena kesalahan gerak dan tergolong
cedera kategori sedang (Pratama, 2022). Pada dasarnya setiap cabang
olahraga baik kategori body contact maupun non body contact memiliki
resiko terjadinya kasus cedera. Cedera olahraga merupakan suatu kejadian
yang terjadi secara tiba-tiba baik pada saat proses latihan maupun
pertandingan. Setiap aktivitas fisik berpotensi menimbulkan cedera, semakin
tinggi aktivitas fisik yang dilakukan maka semakin tinggi pula potensi
terjadinya cedera. Hasil penelitian kasus cedera olahraga pada atlet KONI
Kota Malang mengungkapkan bahwa rata-rata atlet binaan mengalami
tingkat cedera kategori sedang dan lokasi cedera dominan pada ekstremitas
2
atas dan ekstremitas bawah (Cahyo, 2020). Cedera merupakan konsekuensi
yang tidak dapat dihindari dari performa atletik dengan sebagian besar atlet
mengalami satu atau lebih cedera selama karir mereka sebagai atlet (Close et
al., 2019). Hasil penelitian mengungkapkan bahwa beban cedera
muskuloskeletal yang berhubungan dengan olahraga cukup besar, dengan
risiko terbesar terjadi pada remaja dan dewasa muda (Emery & Pasanen,
2019).Penelitian lain mengungkapkan bahwa satu dari 12 atlet mengalami
cedera selama kompetisi internasional yang mengakibatkan hilangnya waktu
latihan dan kompetisi lanjutan, lebih lanjut menjelaskan bahwa cedera otot
menyumbang lebih dari 40% dari semua cedera dengan ekstremitas bawah
sebagai lokasi cedera yang paling dominan (Close et al., 2019). Selain itu,
hasil penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa 78,6% atlet mengalami
200 cedera dengan kehilangan waktu >3 minggu untuk pemulihan, cedera
yang tergolong ‘overuse’ dan 17,3% atlet yang pensiun karena cedera
sebelum menginjak usia 18 tahun (Huxley, O'Connor, & Healey, 2014).
Pada para atlet nomor lintasan dan lapangan golongan elit, terdapat sekitar
81 cedera per 1.000 atlet yang tercatat di Kejuaraan Dunia (Close et al.,
2019).
Memahami bahwa cedera olahraga merupakan hasil dari interaksi
antara banyak faktor dan mengetahui jenis-jenis cedera olahraga yang
dialami oleh atlet merupakan langkah penting dalam membangun program
pencegahan, perawatan, dan rehabilitasi cedera olahraga (Fonseca et al.
2020). Berbagai faktor yang mendukung dan menunjang prestasi harus
dipertimbangkan, direncanakan, diimplementasikan dan dievaluasi dengan
cermat. Hal ini dikarenakan cedera yang dialami oleh atlet dapat menjadi
penghambat dalam mencapai prestasi puncak. Seperti yang dikemukakan
bahwa penyebab rendahnya prestasi atlet tidak bersifat tunggal, melainkan
multifaktorial (I. S. Kardi, 2019). Cedera yang sering terjadi akibat proses
kumulatif dari trauma mikro yang berulang dan pembebanan berlebih pada
sistem muskuloskeletal menyebabkan kerusakan jaringan yang dapat
berakibat negatif dalam jangka panjang dan dapat menurunkan performa
3
atlet (Franco, 2021). Risiko cedera pada kejuaraan atletik internasional
berbeda antara atlet laki-laki dan perempuan berdasarkan lokasi, jenis, dan
jumlah pertandingan, oleh karena itu strategi pencegahan cedera harus
spesifik gender, mengingat perbedaan lokasi dan jenis cedera yang dialami
(Edouard et al. 2015). Oleh karena itu, membuat program latihan dan
memberikan beban latihan yang optimal untuk meningkatkan kebugaran dan
keterampilan atlet tanpa meningkatkan kemungkinan terjadinya cedera
merupakan hal yang penting untuk diketahui oleh para pelatih (Hulin et al.,
2016). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengidentifikasi karakteristik cedera yang dominan dialami oleh para atlet
cabang olahraga atletik di Provinsi Papua pada nomor lintasan dan lapangan.
Hasil observasi peneliti menemukan bahwa sebagian besar atlet cabang
olahraga atletik mengalami cedera. Berdasarkan fakta tersebut, maka perlu
dilakukan tindakan untuk mendiagnosa sehingga dapat diberikan tindakan
yang tepat. Pada dasarnya, cabang olahraga atletik terdiri dari beberapa
nomor yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda, secara umum atletik
dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu nomor lintasan dan nomor
lapangan. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan jenis cedera yang dialami atlet cabang olahraga
atletik nomor lintasan dan lapangan pada acara PASI Papua Athletics
Invitation yang diselenggarakan untuk menjaring atlet persiapan PON 2024.
II. METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode
komparatif untuk mengetahui perbedaan karakteristik jenis cedera yang
dialami para atlet atletik antara nomor lintasan dan nomor lapangan pada
acara PASI Papua Athletics Invitation dalam rangka penjaringan atlet yang
akan mengikuti Pra PON dan PON XXI. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh atlet yang mengikuti PASI Papua Athletics Invitation yang
berjumlah 409 atlet yang terdiri dari 313 atlet putra dan 96 atlet putri.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
4
kriteria atlet yang berhasil masuk ke babak final pada nomor lintasan
sebanyak 171 atlet (putra = 123 atlet dan putri = 48 atlet) yang mengikuti
perlombaan lari sprint (100, 200, 400 meter), lari jarak menengah (1500
meter) dan lari jarak jauh (5 km) serta nomor lapangan sebanyak 93 atlet
(putra = 62 atlet dan putri = 31 atlet) yang mengikuti perlombaan lempar
cakram, lempar lembing dan tolak peluru.
5
III. HASIL
Perempuan 79 33,3 48 31
Frekuensi Latihan F %
7 hari 21 7,95
6
Usia Pelatihan
Lama Pemulihan
3- 21 hari 20 7,58
7
Jenis cedera ekstremitas atas ekstremitas bawah total
jari pergel lengan bah jari perg Lutut Paha
angan u kaki elang
tangan an
kaki
Lesi - - - - 12 9 - - 21
Contusio - - - - 3 3 - - 6
Dislokasi - - - - - 2 - - 2
Strain - - - 5 - - - 50 55
Sprain - - - - - 75 20 - 95
Total - - - 5 15 89 20 50
8
bagian pinggul sebanyak 84 atlet, siku sebanyak 34 atlet, bahu sebanyak
18 atlet, dan pergelangan tangan sebanyak 13 atlet. Dalam penelitian ini
ditemukan bahwa sebagian besar atlet mengalami lebih dari dua jenis
cedera.
Penyebab cedera F %
Overuse 106 40
Kurang pemanasan 66 25
Tabrakan 13 5
Infrastruktur tidak 13 5
mendukung
Lain-lain 8 3
9
atlet lintasan dan lapangan
0,804
IV. DISKUSI
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh diketahui bahwa atlet yang
mengikuti cabang olahraga lempar pada event Undangan Atletik Papua
mempunyai ciri-ciri cedera olahraga yang dominan dialami oleh atlet yaitu
keseleo yang dominan terjadi pada pergelangan kaki dan bawah. ekstremitas
yang dominan disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan, pemanasan
yang kurang optimal, dan kesalahan teknis dalam melempar. Strain dominan
pada ekstremitas bawah dan ekstremitas atas. Berdasarkan hasil penelitian
ditemukan bahwa cedera yang dominan terjadi akibat overuse karena
sebagian besar atlet telah berlatih bertahun-tahun dengan gerakan yang
berulang-ulang. Hal lain yang ditemukan adalah frekuensi latihan atlet
dominan 5 – 6 hari per minggu, bahkan ada sebagian kecil yang berlatih
dengan frekuensi 7 hari per minggu. Hal ini menjadi pemicu dan
meningkatkan risiko cedera. Faktor risiko intrinsik seperti usia, jenis
kelamin, kontrol neuromuskular, kekuatan otot, faktor psikologis, dan
10
cedera sebelumnya serta faktor risiko ekstrinsik seperti olahraga, peralatan
dan faktor lingkungan mempengaruhi risiko cedera (Sonesson et al., 2023).
Setelah latihan fisik tubuh akan meningkatkan penanda peradangan,
peradangan merupakan respon protektif yang ditimbulkan oleh cedera atau
kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, bahan kimia yang
merusak, atau zat mikrobiologi (Ayubi et al., 2020). Penyebab utama cedera
olahraga dapat disebabkan oleh stres yang berlebihan, ketidakmampuan
berkonsentrasi, trauma fisik, dan latihan berlebihan (Li, Wu, & Chen 2020).
Berdasarkan hal ini, penyaringan risiko juga secara signifikan mengurangi
risiko cedera olahraga.
Ciri cedera yang dominan dialami atlet lempar pada ajang Undangan Atletik
Papua adalah overuse. Mirip dengan hasil penelitian sebelumnya yang
mengungkapkan bahwa cedera akibat penggunaan berlebihan merupakan
hasil interaksi kompleks antara banyak faktor (Tranaeus, Martin, & Ivarsson
2022). Cedera olahraga telah diidentifikasi sebagai kejadian yang sering
terjadi pada atlet atletik elit, dengan dua dari tiga atlet mengalami setidaknya
satu cedera setiap tahunnya (Everard dkk. 2021). Hal ini diperkuat dengan
hasil penelitian lain bahwa overuse merupakan cedera yang sering terjadi
pada atlet dengan gerakan berulang seperti pada atletik. Angka kejadian
cedera pada atlet atletik elit remaja dan dewasa cukup tinggi hal ini
berkaitan dengan tingginya intensitas latihan, jumlah jam latihan dan
riwayat cedera berat sebelumnya merupakan prediktor terjadinya cedera
(Jacobsson et al., 2013). Sering terjadinya cedera akibat pembebanan sistem
muskuloskeletal yang terus menerus tanpa istirahat yang cukup merupakan
salah satu pemicu terjadinya cedera (Timpka et al., 2014). Studi di bidang
atletik remaja menunjukkan insiden cedera muskuloskeletal berkisar antara
35%-65% dan sebagian besar cedera berkisar antara 65%-95% terkait
dengan penggunaan berlebihan yang memengaruhi ekstremitas bawah (Ek,
Kowalski, & Jacobsson 2022). Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa
cedera akibat penggunaan berlebihan mengakibatkan hilangnya waktu
latihan dan bahkan melewatkan kompetisi dan 64% atlet mengalami
11
setidaknya satu cedera (Lambert et al. 2022).
Pada dasarnya nomor-nomor dalam cabang olahraga atletik khususnya
nomor lempar merupakan olahraga non-body contact, namun risiko cedera
juga berpotensi dialami oleh para atlet. Sebagaimana disebutkan bahwa
cedera traumatis terjadi pada peristiwa tertentu yang teridentifikasi dengan
atau tanpa kontak dengan atlet atau benda lain, misalnya keseleo
pergelangan kaki. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa atlet yang
mengikuti ajang Undangan Atletik Papua mempunyai ciri-ciri cedera sprain
yang dominan dialami oleh atlet dengan lokasi cedera pada pergelangan
kaki. Jenis cedera yang paling umum dilaporkan dalam atletik remaja adalah
cedera hamstring, patah tulang, dan keseleo pergelangan kaki. Hal ini
disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan, pemanasan yang kurang
optimal, dan kesalahan teknis yang disertai dengan frekuensi latihan yang
padat, intensitas tinggi, dan lamanya waktu pada saat melempar.
Penelitian mengungkapkan bahwa postur dan metode latihan yang salah atau
tidak tepat mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh (Liu, 2022). Penelitian
lain mengungkapkan dan mengidentifikasi defisit rentang gerak hamstring
pasif dan dorsofleksi pergelangan kaki sebagai faktor risiko lemah cedera
hamstring (Dyk et al. 2019). Selain itu, risiko cedera selama kejuaraan
atletik internasional berbeda antara atlet putri dan putra berdasarkan lokasi,
jenis, dan jumlah pertandingan (Edouard et al., 2015). Oleh karena itu,
strategi pencegahan cedera harus spesifik gender, mengingat perbedaan
lokasi dan jenis cedera. Cedera sering terjadi pada setiap cabang olahraga,
terutama olahraga beregu dan berdampak negatif terhadap keberhasilan tim
di kompetisi nasional maupun internasional (Hulin dkk., 2016). Peristiwa
lempar lembing melibatkan tekanan yang tinggi pada sendi punggung bawah
dan bahu, sehingga dapat mengakibatkan cedera pada otot rotator cuff
terutama pada peristiwa lempar lembing pada saat gerakan pelepasan
lembing (Walden, 2022). Cedera akibat penggunaan berlebihan terjadi
akibat proses kumulatif mikrotrauma berulang dan kelebihan beban pada
sistem muskuloskeletal, yang menyebabkan kerusakan jaringan. Oleh karena
12
itu, cedera ini mungkin mempunyai konsekuensi negatif jangka panjang
yang menurunkan performa atlet (Franco et al. 2021). Cedera olahraga pada
atlet muda dapat berdampak negatif terhadap partisipasi olahraga saat ini
dan di masa depan, tingkat aktivitas fisik (PA), dan kesehatan di masa depan
(Bargoria dkk. 2020). Saat menjalankan program latihan, cedera yang tidak
diinginkan dapat mengganggu pencapaian tujuan latihan yang optimal
(Marcaida et al., 2022). Oleh karena itu, disarankan agar pengurus PASI
Papua dapat memberikan pengobatan cedera kepada atlet yang berpotensi
mengikuti PON 2024, agar cedera yang dialami bisa pulih sempurna untuk
bisa menjalani program latihan.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh disimpulkan bahwa karakteristik cedera
yang dominan dialami atlet lintasan dan lapangan adalah sprain. Ditemukan
juga bahwa penyebab cedera olahraga yang dialami adalah karena
penggunaan berlebihan dengan pemulihan yang tidak sempurna. Pada
penelitian ini tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara karakteristik
cedera atlet nomor lapangan dan nomor lintasan. Perbedaannya terlihat pada
letak cederanya, yaitu atlet nomor lintasan lebih banyak terjadi pada
ekstremitas bawah, sedangkan atlet nomor lapangan lebih banyak terjadi
pada daerah ekstremitas atas dan juga ekstremitas bawah.
13
TELAAH JURNAL
II. Intervention
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan
kriteria atlet yang berhasil masuk ke babak final pada nomor lintasan
sebanyak 171 atlet (putra = 123 atlet dan putri = 48 atlet) yang mengikuti
perlombaan lari sprint (100, 200, 400 meter), lari jarak menengah (1500
meter) dan lari jarak jauh (5 km) serta nomor lapangan sebanyak 93 atlet
(putra = 62 atlet dan putri = 31 atlet) yang mengikuti perlombaan lempar
cakram, lempar lembing dan tolak peluru.
Pengumpulan data menggunakan instrumen identifikasi cedera
olahraga berupa kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan secara online
dengan menggunakan google form yang terdiri dari biodata atlet dan
instrumen. Instrumen yang digunakan memiliki tingkat validitas yang baik
dengan nilai reliabilitas sebesar 0,823.
III. Comparison
Penelitian ini membandingkan perbedaan karakteristik cedera olahraga
pada atlet lintasan dan atlet lapangan pada pemilihan atlet Papua untuk PON
XXI 2024.
IV. Outcome
Pada penelitian ini diketahui bahwa jenis cedera olahraga yang paling
14
sering dialami oleh atlet adalah sprain. Penyebab paling banyak yang
menimbulkan cedera olahraga adalah penggunan secara berlebihan tanpa
pemulihan yang cukup. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan signikan karakteristik cedera olahraga pada atlet lintasan
dan lapangan. Perbedaannya hanya meliputi lokasi cedera, atlet lintasan
paling sering mengalami cedera pada ekstremitas bawah sedangkan atlet
lintasan pada ekstremitas atas dan bawah.
15
4. Apakah penelitian mempunyai jumlah subjek yang cukup untuk
meminimalisasi kebetulan?
Ya, Data diperoleh melalui instrumen identifikasi cedera olahraga
pada atlet yang diisi secara online oleh 264 atlet, terdiri dari 185 atlet
putra dan 79 atlet putri.
II. Importancy
1. Apakah hasil dari penelitian ini penting?
Ya, Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan jenis
cedera yang dialami atlet cabang olahraga atletik nomor lintasan dan
lapangan pada acara PASI Papua Athletics Invitation yang
diselenggarakan untuk menjaring atlet persiapan PON
2024.Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disarankan
kepada pelatih dan atlet untuk memperhatikan proses persiapan
sebelum kompetisi seperti nutrisi, pemanasan, sarana dan prasarana
yang digunakan, dan fase pemulihan setelah pertandingan untuk
meminimalisir terjadinya cedera atlet.
III. Applicability
1. Apakah hasil penelitian ini dapat diaplikasikan?
Ya, dengan adanya penelitian ini persiapan multisistem sebelum
16
kompetisi dapat ditingkatkan dan diperhatikan kualitasnya oleh
masing masing-masing tim dalam rangka meminimalisir terjadinya
cedera pada atlet.
IV. Kesimpulan
Secara umum jurnal ini valid karena memenuhi kaidah validitas penelitian,
penting dan hasilnya dapat diterapkan sehingga jurnal ini dapat digunakan
sebagai referensi.
17