Anda di halaman 1dari 3

RINGKASAN TENTANG SEJARA GEREJA PURBA

DISUSUN OLEH:
GERALDI PANDEIROT
202341065

DOSEN PENGAMPU:
Pdt. Ridel Gosal

PROGRAM STUDI TEOLOGI


FAKULTAS TEOLOGI
YAYASAN GMIM DOMINEE ALBERTUS ZAKARIAS RUNTURAMBI
2024
A. Latar Belakang
Sejarah Gereja Purba, juga dikenal sebagai Gereja Awal atau Gereja Pra-Nicene,
merupakan periode penting dalam perkembangan Kristen yang membentuk landasan iman dan
praktik gereja yang kita kenal hari ini. Periode ini dimulai setelah kematian dan kebangkitan
Yesus Kristus pada abad pertama Masehi dan berlanjut hingga abad keempat, ketika Konsili
Nicea pada tahun 325 M memainkan peran penting dalam menetapkan keyakinan dasar gereja.
Gereja diperhadapkan pada kebudayaan menyembah dewa-dewi. Kaisar juga harus disembah
seperti dewa-dewi. Kepemimpinan gereja pada waktu itu ditanggungjawabkan kepadda rasul-
rasul, pengajar-pengajar, dan nabi-nabi. Mereka tidak dipilih oleh jemaat melainkan dengan
dirinya sendiri di hormati dan diakui kuasa dan karunianya.
Diakonos atau pelayan tugas mereka ialah melayani orang miskin, mengelola uang derma
dan menjaga rumah kebaktian , melayani dalam perjamuan. Selama abad pertama hingga abad
keempat, gereja mengalami perkembangan doktrin dan teologi yang signifikan. Periode ini
ditandai oleh perdebatan teologis dan penentuan keyakinan dasar tentang sifat Kristus,
Tritunggal, dan soteriologi. Contoh utama adalah Konsili Nicea pada tahun 325 M, di mana
kaum Kristen menyepakati Konstantinopolitan Creed yang memperkuat keyakinan tentang
Tritunggal. Tokoh-tokoh seperti Origenes, Tertulianus, dan Agustinus dari Hippo memiliki
pengaruh besar dalam pengembangan teologi Kristen pada periode ini. Mereka menghasilkan
karya-karya yang penting dalam memperkuat fondasi doktrinal gereja dan memberikan
pemahaman yang mendalam tentang keyakinan Kristen. Gereja Purba juga diwarnai oleh
kehadiran martir-martir Kristen yang gigih dalam mempertahankan iman mereka, seperti Santo
Stefanus, Ignatius dari Antiokhia, dan Perpetua. Martir-martir ini menjadi teladan iman dan
keberanian bagi umat Kristen.

B. Peribadatan
Gerja dalam abad pertama umumya mempunyai gedung dan beribadah dii rumah salah
seorang anggota jemaat. Jemaat kristen berkumpul pada hari minggu dan menurut kebiasaan
pada zaman itu selalu ada perjamuan bersama dalam kumpulan itu. Mula-mula belum ada
tatacara ibadah tetapi lambat-laun ibdah mulai dilaksanakan menggunakan liturgia yang terdiri
atas doa, nyanyian, pembacaan firman Tuhan dan khotbah.

C. Sejarah Gereja Purba Trinitas dan Kristologi


Konsep Tritunggal atau Trinitas merujuk pada keyakinan bahwa Allah adalah satu dalam
tiga pribadi: Bapa, Anak (Yesus Kristus), dan Roh Kudus. Periode awal Gereja Purba ditandai
oleh pembahasan tentang hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Perdebatan teologis
dan konsili-konsili gereja membantu merumuskan doktrin Trinitas, dengan Konsili Nicea (325
M) menjadi titik penting dalam menetapkan keyakinan tentang keesaan Allah dan hubungan
antar-pribadi dalam Trinitas. Kristologi merujuk pada studi tentang hakikat Yesus Kristus,
termasuk sifat-Nya yang ilahi dan manusiawi. Pada awalnya, gereja menghadapi berbagai
pandangan yang berbeda tentang sifat Kristus, seperti Arianisme yang mengajarkan bahwa
Kristus adalah makhluk ciptaan, bukan Allah yang sejati. Kontroversi ini memicu perdebatan
dan konsili-konsili gereja yang berusaha untuk merumuskan keyakinan yang benar tentang
Kristus.
Perkembangan doktrin trinitas dan kristologi ini ditandai oleh upaya untuk memahami
hubungan antara Bapa, Anak, dan Roh Kudus dalam satu Allah yang tunggal, sementara juga
menjelaskan bagaimana Yesus Kristus bisa menjadi manusia sekaligus tetap mempertahankan
kodrat-Nya yang ilahi. Tokoh-tokoh seperti Athanasius dan Agustinus dari Hippo berperan
penting dalam memperkuat doktrin Trinitas dan Kristologi, melalui karya-karya teologis
mereka yang klasik. Trinitas ketiga pribadi itu berbeda tetpi bukan dalam kondisi, melainkan
dalam deraajat, bukan dalam hakikat melainakan dalam bentuk, bukan dalam kuasa tetapi
dalam rupa. Pada awalnya, konsep Trinitas dan Kristologi belum sepenuhnya didefinisikan
dengan jelas. Gereja menghadapi berbagai pandangan yang berbeda tentang sifat Allah dan
sifat Yesus Kristus. Misalnya, ajaran-ajaran Gnostik dan arianisme muncul dengan interpretasi
yang beragam tentang hubungan antara Bapa dan Anak.
Perdebatan teologis tentang sifat Kristus dan hubungannya dengan Bapa terus berkembang
selama abad pertama dan kedua Masehi. Banyak tokoh teolog yang berusaha untuk
merumuskan doktrin yang benar tentang Kristus, seperti Ignatius dari Antiokhia yang
menekankan kodrat manusia dan ilahi Kristus. Meskipun doktrin Trinitas dan Kristologi
dipertahankan oleh mayoritas gereja, terdapat juga kelompok-kelompok minoritas yang
menolak atau mempertanyakan doktrin-doktrin ini. Beberapa sekte dan aliran sesat terus
berusaha mempromosikan pandangan alternatif tentang Allah dan Kristus.

Anda mungkin juga menyukai