Tesis Tanpa Bab Pembahasan
Tesis Tanpa Bab Pembahasan
(Tesis)
Oleh :
ANTARIKSA PUTRA NEGARA
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak mendukung hipotesis yang
menyatakan bahwa tingkat kapabilitas APIP dan Jumlah APIP pengaruh positif
terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah daerah, sedangkan hasil penelitian
ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa Anggaran Belanja Langsung
APIP berpengaruh positif terhadap terhadap kinerja penyelenggaraan pemerintah
daerah.
The results of this study indicate that it does not support the hypothesis that the
level of APIP capability and the number of APIP has a positive influence on the
performance of local government administration, while the results of this study
support the hypothesis that APIP Direct Expenditure Budget has a positive effect
on the performance of local government administration.
Oleh :
ANTARIKSA PUTRA NEGARA
(Tesis)
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER AKUNTANSI
PADA
pada tanggal 15 Mei 1982, merupakan anak kedua dari dari lima bersaudara buah
hati dari pasangan Bapak Drs. Hi. M. Barzawan Anwar dan Ibu Hj. Eliya
Anggraini (Alm).
Pendidikan Sekolah Dasar diselesaikan pada tahun 1994 di SDN 1 Labuhan Ratu
Umum diselesaikan pada tahun 2000 di SMU Al Kautsar, Kota Bandar Lampung.
Pada tahun 2005, penulis mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan
pada tanggal 14 Oktober 2019 penulis dinyatakan lulus dalam ujian tesis,
pengetahuan”
Orang yang tak terlupakan dan orang – orang yang mungkin telah
terlupakan, cinta dan kasih sayang dalam segala bentuknya.... serta
almamater tercinta,
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas limpahan berkah dan karunia-Nya
serta Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu dinantikan
Kapabilitas APIP, Jumlah APIP dan Anggaran Belanja Langsung APIP terhadap
Penulis menyadari bahwa berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang
proses penyelesaiannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
1. Papa, Mama, Ibu, serta kakak dan adik – adikku. Terima kasih atas dukungan
serta do’a dalam sujud yang tak kenal lelah. Tiada kata yang dapat mewakili
2. My lovely Januarti Maulida Putri, and my juniors dan Faisal dan adek Farhan,
dukungan dan kasih sayang kalian adalah sumber energi yang tak terhingga
3. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si., selaku pembimbing utama
dan kemampuan yang biasa ini, dan maaf sudah banyak menyita waktu dan
pikiran demi mewujudkan cita – cita yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya.
4. Bapak Dr. Fitra Dharma, S.E., M. Si., selaku pembimbing kedua yang telah
banyak meluangkan waktu, ide dan saran pengetahuan yang sangat membantu
5. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., CA., selaku penguji utama
6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., Akt., selaku anggota penguji terima
kasih banyak atas motivasi yang tiada mengenal lelah. Banyak ide,
7. Ibu Dr. Fajar Gustiawaty Dewi, S.E., M.Si., Akt., selaku pembimbing
8. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
pendidikan yang baik dan nyaman. Bangga menjadi bagian dari FEB, semoga
lebih maju.
10. Selurah staf pengajar Program Magister Ilmu Akuntansi, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis niversitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu serta
dan Bisnis, Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan pelayanan
12. Rahmat Pranoto, SE, M.S. Ak terimakasih Masbro atas bantuan dan
dan Ujian.
13. Sahabat – sahabat seperjuangan dalam menggapai cita – cita. Magister Ilmu
Akuntansu 2016, terima kasih atas kerjasama, kompetisi, canda, tawa serta
mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga tesis ini
Penulis,
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BPKP, BPS dan LAN) terhadap Provinsi, Kabupaten dan Kota untuk mengukur
Adapun maksud dan tujuan dari pelaksanaan EKPPD adalah sebagai berikut:
memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dan hasil
yang direncanakan;
2. Untuk membandingkan tingkat capaian kinerja antar satu daerah dengan daerah
Lampung Timur, Kabupaten Tulang Bawang Barat dan Kabupaten Mesuji) yang
2015 2016
No Instansi
Nilai Status Nilai Kategori
1 Provinsi Lampung 2,7332 T 2,9261 T
2 Kota Bandar Lampung 2,9877 T 2,9745 T
3 Kota Metro 3,1220 ST 3,2889 ST
4 Kab Lampung Selatan 2,8666 T 3,0379 ST
5 Kab Pesawaran 2,7453 T 2,9807 T
6 Kab Pringsewu 2,3036 T 2,9293 T
3
Masalah pengukuran kinerja pada sektor publik sendiri sudah menjadi isu hangat
tidak seperti sektor bisnis/ privat yang pengukuran kinerjanya jelas dan pasti yaitu
utamanya profit, disektor publik jauh lebih komplek. Jones dan Pendlebury (2010)
hubungan sebab akibat antara input dan output, lingkup pengukuran output,
beberapakali dan terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015. Dalam
Menteri.
Dalam tatanan praktis, Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2007 tentang laporan
Daerah (RPJMD).
membentuk Tim Daerah EPPD. Tim Daerah EPPD bertugas melakukan EKPPD
Internal Pemerintah) merupakan salah satu tim daerah dalam melakukan EKPPD.
Susunan keanggotaan Tim Daerah EPPD dan Tim Teknis Daerah beserta rincian
keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah
dengan reformasi birokrasi yang bergulir saat ini, perkembangan jasa yang
mengalami peningkatan yang luar biasa. Peran sebagai watch dog yang selama ini
menjadi ciri khas unit pengawasan internal telah mengalami pergeseran dan
perluasan menjadi konsultan dan katalis bagi organisasi sektor publik. The
Institute Of Internal Auditors (IIA) sebagai institusi profesi auditor internal telah
fungsi satuan kerja perangkat daerah yang didanai dengan anggaran pendapatan
Hubungan antara internal auditor dan kinerja pemerintah ini tertuang dalam
kepala daerah yang dibantu oleh Inspektorat Daerah, pada pasal 17 point 4
akuntansi keuangan daerah telah berjalan dengan baik dan laporan keuangan
daerah disajikan dengan wajar, diluar tugas–tugas awal APIP sebelumnya sebagai
dipengaruhi oleh pengawasan baik oleh badan legislatif maupun badan eksekutif
daerah. Arifianti et. al. (2013) memperkuat bukti penelitian sebelumnya bahwa
Dari uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mencari bukti empirik sejauh mana pengaruh APIP yaitu tingkat kapabilitas APIP,
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di atas, maka penulis
Pemerintah Daerah
penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti secara empiris terhadap hal-hal
4. Memberikan bukti empiris bahwa tingkat kapabilitas APIP, jumlah APIP dan
1 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi APIP untuk terus
oleh APIP.
10
TINJAUAN PUSTAKA
Teori organisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi,
dan Husein (1987) bahwa teori organisasi adalah sekumpulan ilmu pengetahuan
yang membicarakan mekanisme kerjasama dua orang atau lebih secara sistematis
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori Organisasi merupakan sebuah
teori untuk mempelajari kerjasama setiap individu. APIP atau Inspektorat dalam
bidang pembinaan dan pengawasan untuk menunjang agar tercapainya visi dan
yang baik. Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa hubungan agensi
12
merupakan sebuah kontrak yang muncul ketika satu orang atau lebih
pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta
teori ini dapat digambarkan seperti kepala daerah sebagai agent dan rakyat
daerah/ agent, legislatif/ principal dengan pemerintah daerah/ agent, dan juga
antara masyarakat/ principal dengan legislatif/ agent, Arifianti et. al., (2013).
auditor internal pada instansi pemerintah. Pengertian dari auditor internal menurut
keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah
Sebagai auditor internal pemerintah, APIP yang pada awalnya hanya berperan
dapat memberi manfaat berupa nasihat dalam pengelolaan sumber daya organisasi
sehingga dapat membantu pimpinan dalam mengambil kebijakan. Selain itu APIP
saat ini diharapkan juga berperan sebagai katalis yang berkaitan dengan jaminan
agen perubahan. Dampak dari peran ini bersifat jangka panjang karena fokus
14
berkaitan dengan tujuan dan sasaran pemerintah yang harus memenuhi kepuasan
APIP pada setiap instansi pemerintah memiliki kondisi yang berbeda-beda, baik
dari sisi tata kelola, sumber daya yang dimiliki, serta lingkungan yang melingkupi
(BPKP, 2011). Hal ini menyebabkan keberagaman level kapabilitas APIP yang
ada di Indonesia. Untuk mewujudkan APIP yang efektif diperlukan sebuah pola
langkah-langkah untuk maju dari tingkat pengawasan intern yang kurang kuat
menuju kondisi yang kuat dan efektif , terkait dengan organisasi yang lebih
matang dan komplek (IIA, 2009). IA-CM merupakan suatu model yang bersifat
universal yang di desain oleh IIA mulai tahun 2004 untuk membangun internal
audit yang efektif disektor publik dan sebagai road map perbaikan kapabilitas
APIP. Pemilihan model ini untuk mengukur dan meningkatkan kapabilitas APIP
15
dikembangkan dengan mengacu kepada praktek tata kelola yang baik dan berlaku
universal di seluruh dunia. Selain itu, IA-CM juga dapat di nilai sendiri (self
assessment) oleh masing-masing APIP dengan elemen kunci tertentu dan telah
pengendalian internal yang baik adalah penguatan peran APIP. Dalam kerangka
Internal Audit Capability Model (IACM) yang dikembangkan oleh The Institute
Of Internal Auditor (IIA) tahun 2009, tingkatan peran APIP tergambar dalam
melaksanakan tugas-tugas pengawasan yang terdiri dari tiga unsur yang saling
terkait yaitu kapasitas, kewenangan dan kompetensi sumber daya manusia yang
harus dimiliki APIP agar dapat mewujudkan perannya secara efektif. Lembaga
(tools) berupa formulir isian yang telah disusun sedemikian rupa untuk dijawab
oleh APIP (dengan memilih satu jawaban: ya, sebagian atau tidak). Setiap APIP
hanya menjawab satu formulir isian yang menggambarkan pendapat unit kerja
APIP tersebut secara keseluruhan. Formulir isian ini dapat diakses melalui
Dalam Peraturan Kepala BPKP RI Nomor 16 Tahun 2015 ada lima tingkatan
Akuntabilitas
Ting Peran dan Praktik Budaya dan
dan Struktur Tata
Layanan Pengelolaan SDM Hubungan
kat Profesional Manajemen Kelola
APIP Organisasi
Kinerja
Struc SDM
ture
Perencanaan
pengawasan Pengelolaan
Identifikasi dan berdasarkan organisasi Hubungan
Perencanaan
rekrutmen SDM prioritas APIP pelaporan telah
kegiatan APIP
yang kompeten manajemen/ terbangun
pemangku
kepentingan
Ad hoc dan tidak terstruktur, audit terbatas untuk ketaatan, output tergantung pada keahlian orang pada posisi
1– tertentu, tidak menerapkan praktik profesional secara spesifik selain yang ditetapkan asosiasi profesional,
pendanaan disetujui oleh manajemen sesuai yang diperlukan, tidak adanya infrastuktur, auditor diperlakukan
Initial sama seperti sebagian besar unit organisasi, tidak ada kapabilitas yang dibangun, oleh karena itu tidak
memiliki area process kunci yang spesifik
Berdasarkan Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014, pasal 1 ayat 46, Aparat
inspektorat kabupaten/ kota. Selanjutnya dalam pasal 216 ayat 2 dikatakan, APIP
kewenangan daerah dan tugas pembantuan oleh perangkat daerah. Dari ketentuan
berarti banyaknya atau tentang bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi
satu. Semakin banyak APIP maka semakin beragam pemikiran yang membuat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah pejabat fungsional pengawas
(P2UPD).
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dikatakan belanja
yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/ kota yang terdiri atas urusan
wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya dalam bagian atau bagian
daerah atau antar pemeritah daerah. Menurut kelompoknya belanja dibagi dalam
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006). Belanja langsung terdiri dari honorarium
pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal. Belanja tidak langsung
pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja tidak langsung terdiri dari belanja
pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak diduga. Besaran anggaran belanja langsung APIP
inspektorat terhadap total belanja langsung APBD Provinsi atau Kabupaten/ Kota
HAM, Setneg, BAPPENAS, BKN, BPKP, BPS dan LAN) terhadap Provinsi,
berikut:
memanfaatkan hak yang diperoleh daerah dengan capaian keluaran dan hasil
yang direncanakan;
terhadap dua variabel utama yaitu Indeks Capaian Kinerja dan Indeks Kesesuaian
Penilaian terhadap variabel Indeks Capaian Kinerja terdiri dari penilaian pada
pemerintah;
peraturan perundang-undangan;
21
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang terdiri dari 9 aspek, yaitu 8 aspek
sebagai berikut:
dan seterusnya.
2. Kriteria khusus
materi yang disajikan dalam LPPD dengan materi yang seharusnya disajikan
wajib dan urusan pilihan), Tugas Pembantuan, Tugas Umum Pemerintahan, dan
akan menetapkan peringkat dari hasil skor kinerja yang disampaikan melalui
sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam stretegic
planning suatu organisasi, Mahsun dkk, (2006). Kinerja adalah keluaran/ hasil
dari kegiatan/ program yang telah atau hendak dicapai sehubungan dengan
metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan menilai pencapaian
sebuah kolektif dari unit organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan
menggunakan APBN dan atau APBD serta badan usaha milik negara, badan
hukum milik negara, dan badan usaha milik daerah. Menurut Undang-Undang
dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan
terdiri atas kepala daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dibantu
terdapat pada pemerintah itu sendiri yang dapat membedakan antar pemerintah
daerah.
26
Literatur penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini dapat dilihat
Berdasarkan pada rumusan, tujuan penelitian dan kajian teori yang relevan
Audit internal menurut Institute of Internal auditor (IIA) yang dikutip oleh
Baltaci & Yilmaz (2006). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
pengawasan internal yang dilakukan oleh APIP memiliki pengaruh penting pada
Sesuai dengan Perka BPKP diatas, model kapabilitas pengawasan intern atau
hal-hal yang dibutuhkan dalam pengawasan intern yang efektif oleh inspektorat
berupa tingkatan nilai 1 (satu) sd 5 (lima). Semakin tinggi nilai yang dicapai
oleh Inspektorat akan menunjukkan kemampuan yang semakin tinggi pula dalam
pemerintah daerah yang lebih baik. Dengan demikian, jika peran dan fungsi
inspektorat dapat dipenuhi dengan baik maka kinerja pemerintah daerah juga
menjadi baik. Hal ini juga selaras dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun
2014 yang juga memberikan kewenangan lebih kepada APIP untuk berperan
kinerja pemerintah daerah. Dari uraian di atas hipotesis yang diajukan peneliti
adalah :
Pemerintah Daerah
manajemen risiko sektor publik dengan menilai dan memantau risiko organisasi,
jaminan independent dan obyektif bahwa risiko sedang dikurangi ke tingkat yang
dapat diterima. Griffiths (2006). Corain et. al. (2007) mengatakan bahwa APIP
banyaknya, yang menunjukkan besar satuan suatu benda. Semakin banyak jumlah
APIP maka semakin banyak dan beragam pemikiran serta aktivitas pembinaan
dan pengawasan APIP. Selain itu, semakin banyak jumlah auditor internal, maka
akan semakin banyak pula komposisi tim dan penugasan yang bisa dilaksanakan.
Choi et al. (2010) membuktikan bahwa ukuran auditor merupakan faktor yang
Pemerintah Daerah
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan belanja
pengawasan yang dilakukan oleh APIP. Hal ini tentu berpengaruh positif
kinerja yang keuangan yang lebih tinggi. The COSO (1994) mengatakan
pengendalian internal memiliki tiga tujuan yaitu: efektivitas dan efisiensi operasi,
yang berlaku.
anggaran merupakan alat yang dapat dipakai untuk memotivasi kinerja para
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang akan dicapai oleh suatu organisasi
dalam periode tertentu yang dinyatakan dalam ukuran moneter. Setiawan (2011)
masyarakat juga akan meningkat. Hal ini dipertegas oleh hasil penelitian Sjoberg
(2003), Purba (2006) dan Rustiono (2008) yang membuktikan bahwa belanja
ekonomi makro.
32
terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran
Kinerja Penyelenggaraan
Jumlah APIP + Pemerintah Daerah
(X2) (Y)
METODE PENELITIAN
terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
purposive sampling, yaitu teknik sampling yang anggota sampelnya dipilih secara
pemerintah daerah oleh Kementerian Dalam Negeri. Oleh karena itu sampel dari
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka dengan cara
Lampung.
1. Variabel terikat
2. Variabel bebas
bebas. Nilai tingkat kapabilitas APIP diperoleh dari hasil assestment Badan
CM) yang dikembangkan oleh The Insititute of Internal Auditor (IIA) dengan
isian yang telah disusun sedemikian rupa untuk dijawab oleh APIP (dengan
3. Jumlah APIP
Jumlah APIP dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel bebas. Jumlah
terdiri dari Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan Pejabat Pengawas Urusan
Pengujian data dilakukan dengan uji asumsi klasik yang bertujuan untuk
memastikan bahwa hasil penelitian adalah valid, dengan data yang digunakan
secara teori adalah tidak bias, konsisten dan penaksiran koefisien regresinya
efisien, Ghozali (2011). Model regresi didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada
berdistribusi.
38
Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi kedua
variabel yang ada yaitu variabel bebas dan terikat mempunya distribusi data yang
normal atau mendekati normal, Ghozali (2011). Dalam penelitian ini digunakan
dua cara dalam melakukan uji normalitas, pertama dengan normal probability plot
kumulatif dengan distribusi normal. Jika data residual normal maka plotting data
akan mengikuti pola yang dibentuk oleh distribusi normal berupa garis diagonal.
angka-angka. Uji ini dilakukan dengan membuat hipotesis terlebih dahulu sebagai
berikut :
Jika hasil Kolmogrov-Smirnov menunjukkan nilai signifikasi > 0,05 maka data
terdistribusi secara normal namun jika nilai signifikasi <0,05 maka data tidak
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier
periode t-1 (tahun sebelumnya), Ghozali (2011). Model regresi yang baik adalah
bebas dari autokorelasi. Dalam penelitian ini digunakan uji Durbin- Watson (DW
39
disajikan dalam tabel 3.1 daftar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi
dari gambar scatterplots yang membentuk pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y,
Selain itu, untuk menguji heterokedastisitas juga dilakukan uji Glesjer. Cara kerja
uji Glesjer adalah dengan meregres nilai absolut residual terhadap variabel
40
heterokedastisitas.
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas, Ghozali (2011). Model regresi
yang baik yaitu tidak model regresi tidak. Untuk mendetsi ada tidaknya
Apabila suatu model regresi memiliki nilai tolerance ≥ 0,10 atau sama dengan
suatu model regresi memiliki nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan dengan nilai
Y= α + β1 KA + β2 JA + β3 AA + e
Keterangan :
Y = Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah
α = Konstanta
β1- β3 = Koefisien Regresi
KA = Tingkat Kapabilitas APIP
JA = Jumlah APIP
41
terikat dengan satu atau lebih variabel bebas, dengan tujuan untuk mengestimasi
dan atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat
berdasarkan nilai variabel yang diketahui, Gujarati (2003) dan Ghozali, (2011).
ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur dari
Goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya ini dapat diukur dari nilai
disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya berada dalam daerah
kritis (daerah dimana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji
Uji Statistik F (Uji F) digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
membandingkan antara F-hitung dengan F- tabel. Jika F hitung > F-tabel (n-k-1)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas atau bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat.
42
tingkat signifikansi pengungkapan nilai EKPPD. Apabila signifikansi > 0,05 (5%)
maka hipotesis ditolak. Hal tersebut berarti variabel bebas secara individual tidak
signifikansi < 0,05 (5%) maka hipotesis tidak ditolak. Hal ini berarti variabel
terikat.
variasi variabel terikat. Nilai koefisien determinasi diantara nol dan satu. Nilai
variabel terikat amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel
5.1. Kesimpulan
pemerintah daerah.
Penelitian ini memiliki keterbatasan yang pada akhirnya mempengaruhi hasil dari
saja status atau peringkat melalui Surat Keputusan Kemendagri dilakukan dua
tahun setelah dievaluasi. Hal ini tentunya dapat menjadikan data kinerja
penelitian.
yang juga melakukan fungsi dan peran APIP tetapi dianggap tidak ada dalam
penelitian ini. Hal ini tentu sangat mempengaruhi hasil penelitian karena
tidak sama dengan jumlah APIP pemerintah daerah dalam penelitian ini.
5.3 Saran
tersebut juga dapat dilihat dari hasil evaluasi Laporan Keuangan Pemerintah
pemerintah lainnya baik itu yang dilakukan oleh lembaga pemerintah maupun
ini dimaksudkan agar APIP selaku pembina dan pengawas kinerja pemerintah
memiliki standar kualitas profesi yang memadai. Hal ini menjadi penting
Peran sebagai watch dog yang selama ini menjadi cirri khas unit pengawasan
dari kualitas ataupun dari kuantitas lembaga yang di assestment. Hal ini
pengawas.
5.4 Implikasi
dari hasil nilai EKPPD. Salah satu cara yang efektif bagi pemerintah untuk
Peran APIP sebagai konsultan dan pemberi jasa jaminan kualitas (quality
dijalankan telah menghasilkan keluaran (output) dan hasil (outcome) yang dapat
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 2009 Tentang Tata Cara