oleh:
Made Molik Aridita
NIM 1214081117
SKRIPSI
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Ekonomi
oleh:
Made Molik Aridita
NIM 1214081117
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
Dewan Penguji,
(Ketua)
(Anggota)
(Anggota)
LEMBAR PENGESAHAN
Diterima oleh Panitia Ujian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi
pada
hari
: Jumat
tanggal
: 26 Februari 2016
Mengetahui,
Ketua Ujian,
Sekretaris Ujian,
NIP. 197307271999031001
NIP. 197702012001121001
Mengesahkan
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Pendidikan Ganesha
Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis yang berjudul Analisis Peran
Inspektorat Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Dan
Mempertahankan Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Pemerintah
Daerah (Event Study pada Inspektorat Kabupaten Buleleng) beserta seluruh
isinya adalah benar-benar karya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan dan
pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/ sanksi
yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian adanya pelanggaran atas etika
keilmuan dalam karya saya ini atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas segala rahmat
dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang dilanjutkan
dengan penyusunan dan penulisan skripsi dengan judul Analisis Peran
Inspektorat Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Dan
Mempertahankan Opini Audit Wajar Tanpa Pengecualian Pemerintah
Daerah (Event Study pada Inspektorat Kabupaten Buleleng). Skripsi ini
disusun dalam rangka penyelesaian studi Akuntansi Program S1 Universitas
Pendidikan Ganesha. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
syarat dalam menyelesaikan studi untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi.
Dalam penyusunan dan penulisan ini
dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak. Sehingga, pada kesempatan yang
baik ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat.
1. Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd selaku Rektor Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja beserta jajarannya.
1. Prof. Dr. Naswan Suharsono, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja beserta jajarannya.
2. Dr. Edy Sujana, S.E, M.Si.,Ak selaku Pembantu Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha.
3. Nyoman Trisna Herawati, SE.Ak,M.Pd. selaku Pembimbing 1 yang
senantiasa memberikan pengetahuan, arahan dan membimbing penulis
penuh dengan kesabaran.
4. Dr.Ananatawikrama Tungga Atmadja, S.E, M.Si.,Ak selaku Ketua Jurusan
Akuntansi Program S1 sekaligus sebagai Pembimbing 2 dalam penelitian
dan penulisan skripsi ini yang telah dengan sabar serta cermat dan
bersahabat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
kerjasamanya.
8. Kepada Ayahku yang terhormat Ketut Arjana dan Ibuku yang tercinta
Ketut Suci Mertari yang selalu memberikan doa dan semangat kepada
penulis. Kepada Putu Molik Arfyanthi selaku saudara perempuan penulis,
yang selalu ku banggakan atas segala supportnya. Terima kasih atas
semuanya sehingga skripsi ini bisa selesai sesuai dengan waktunya.
9. Terima kasih kepada keluarga sahadewa pekak, om awan, tante anik, kak
desi, omang atas keramahannya, semangatnya serta canda tawa yang luar
biasa bagi penulis.
10. Kepada kekasihku Made Vonny Herlyana yang selalu menemani penulis
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas doa dan kasih
sayang yang mengalir di hari-hari penulis.
11. Terima kasih untuk Madya, Pandu, Ariska, Agus, Mandala, Weni atas
waktu luar biasanya untuk penulis
12. Terima kasih geng uno mprad,candra,intan,oliv,omang,vita atas canda
tawanya untuk penulis, sekarang kita bisa main uno terus menerus jah.
13. Terima kasih tim basket jurusan akuntansi dan tim basket feb atas kegilaan
serta waktunya yang luar biasa selama penulis menempuh perkuliahan,
kita tak terkalahkan: great exclusive!
14. Terima kasih untuk teman seangkatan atas semua kenangan serta
kesenangan tanpa waktu yang kita lakukan bersama-sama.
15. Terima kasih untuk teman KKN Desa Tibubiu atas pengalaman baru serta
kebersamaan yang tak terlupakan
16. Terima kasih kepada bapak wijak beserta keluarga di Desa Tibubiu atas
doa serta semangatnya untuk penulis.
17. Terima kasih kepada Raditya dika, dee lestari atas karya bukunya yang
menginspirasi serta menghibur penulis.
Semoga semua kontribusi dari semua pihak mendapatkan pahala dari Ida Sang
Hyang Widhi Wasa, serta permohonan maaf kepada pihak-pihak yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan bagi seluruh pembaca.
Singaraja, 17 Februari 2016
Penulis
ANALISIS PERAN INSPEKTORAT DALAM UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS LAPORAN KEUANGAN DAN MEMPERTAHANKAN OPINI
AUDIT WAJAR TANPA PENGECUALIAN PEMERINTAH DAERAH
(Event Study pada Inspektorat Kabupaten Buleleng)
Oleh
Made Molik Aridita
NIM 1214081117
ABSTRAK
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas
pelaksanaan APBN/D. Hasil pemeriksaan dari BPK akan menunjukkan sejauh
mana kualitas laporan keuangan yang disusun oleh masing-masing
kementrian/lembaga dan daerah. Kabupaten Buleleng pada tahun 2012 dan 2013
mendapat opini audit WDP dan mampu berbenah diri dengan mendapatkan opini
3
audit WTP pada tahun 2014. Untuk itu peran dari Inspektorat sebagai bagian dari
Aparat Pengawas Internal menjadi sangat penting dalam rangka meyakinkan
keandalan informasi yang disajikan. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah: 1)
Untuk mengetahui upaya Inspektorat Kabupaten Buleleng untuk meningkatkan
kualitas laporan keuangan dan mempertahankan opini audit wajar tanpa
pengecualian, 2) Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Inspektorat Kabupaten
Buleleng dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan dan
mempertahankan opini audit wajar tanpa pengecualian.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang mentitikberatkan
pada deskripsi serta interpretasi perilaku manusia. Data diperoleh melalui
wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen. Data ini selanjutnya diolah
melalui tiga tahapan, yaitu: 1) reduksi data, 2) penyajian data, 3) analisis data dan
penarik kesimpulan berdasarkan teori yang telah ditentukan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Terdapat empat strategi yang
diterapkan dan akan dimaksimalkan sebagai upaya dari Inspektorat dalam
peningkatan kualitas laporan keuangan dan mempertahankan opini audityai, yaitu:
a) Menerapkan secara keseluruhan sistem pencatatan akuntansi berbasis akrual, b)
Melakukan pembinaan dalam audit Inspektorat Kabupaten Buleleng, c)
Melakukan pengawasan secara menyeluruh, d) Rencana penerapan audit
elektronik. 2) Terdapat beberapa kendala yang dihadapi Inspektorat Kabupaten
Buleleng dalam upaya peningkatan kualitas laporan keuangan dan
mempertahankan opini audit, seperti: a) Ketersediaan sumber daya manusia, b)
Ketersediaan sarana dan prasarana.
Kata Kunci: Peran Inspektorat, kualitas laporan keuangan, opini audit
DAFTAR ISI
PRAKATA....................................................................................................
ABSTRAK....................................................................................................
iv
DAFTAR ISI.................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL.........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR....................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
1.4 Manfaat...........................................................................................
1
6
6
7
8
9
10
12
13
15
17
19
21
.....................................................................................................22
2.11............................................................................................Review
.....................................................................................................24
2.12......................................................................................Inspektorat
.....................................................................................................26
2.12.1 Pengawasan Inspektorat.......................................................
27
2.12.2 Teknik dan Objek Pemeriksaan Inspektorat.........................28
2.13......................................................................Penelitian Terdahulu
.....................................................................................................29
32
34
34
35
36
36
39
39
40
54
58
67
70
72
77
78
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 1.1 Perkembangan Opini LKPD Tahun 2008-2012.......................
27
30
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1.
2.
3.
4.
DAFTAR LAMPIRAN
34
37
53
64
10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sejak dimulainya era otonomi daerah dan reformasi keuangan, akuntabilitas
khususnya atas hak dan kewajiban negara/daerah yang dapat dinilai dengan uang.
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban pemerintah atas
pelaksanaan APBN/D berupa laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas,
dan catatan atas laporan keuangan. Pemerintah daerah selain memiliki
kewenangan mengatur daerah juga dituntut memberikan pertanggungjawaban
kepada publik. Sesuai dengan undang-undang No. 32 Tahun 2004 (UU
No.34/2004) tentang Pemerintah Daerah, Pemda diberikan kewenangan untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi,
serta mewajibkan tiap kepala daerah untuk memberikan Laporan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah (LPPD) kepada pemerintah pusat. LPPD merupakan bentuk
akuntabilitas dan transparansi kepada publik serta sebagai wujud penerapan tata
kelola pemerintahan yang baik. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 (UU No.
15/2004) tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara menjelaskan bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah,
analisis dan evaluasi yang dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional
berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan,
kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara
Laporan keuangan ini diperiksa oleh Lembaga/Aparat Pengawasan Eksternal
1
Pemerintah, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK). Hasil pemeriksaan oleh
BPK tersebut akan menunjukkan sejauh mana kualitas laporan keuangan yang
disusun oleh masing-masing kementrian/lembaga dan daerah. Kualitas tersebut
dapat diukur dari opini yang diberikan oleh BPK. Sebagaimana dalam pemeriksaan
keuangan (Financial Audit) pada umumnya, hasil pemeriksaan berupa opini terdiri
dari 4 (empat) jenis, yaitu :
a.
b.
c.
d.
Kualitas laporan keuangan tergambar dari opini yang dihasilkan dari pemeriksaan.
Faktanya, kondisi opini audit LKPD dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
sudah mengalami perbaikan yang dapat dilihat dari peningkatan opini WTP dan
WDP dan penurunan opini TW dan TMP dari tahun 2008 sampai dengan 2012
seperti terlihat pada tabel 1.1. Hal ini dapat dilihat sebagai upaya perbaikan yang
dicapai oleh entitas pemerintah daerah dalam menyajikan laporan keuangan yang
wajar sesuai prinsip yang berlaku umum. Tentunya dengan memperhatikan
perbaikan yang direkomendasikan oleh BPK. Selain berupa opini, BPK juga
melaporkan temuan terkait kelemahan pengendalian internal dan ketidakpatuhan
terhadap regulasi yang pengawasannya dilakukan oleh inspektorat.
WTP
WDP
TW
TMP
2008
2009
2010
2011
2012
Untuk itu peran Inspektorat sebagai bagian dari Aparat Pengawas Internal
Pemerintah (APIP) menjadi sangat penting. Dalam pasal 33 ayat (3) Peraturan
Kabupaten
Buleleng.
Inspektorat
merupakan
unsur
pengawas
Kabupaten
Buleleng)
yang
bertujuan
untuk
mengetahui
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat merumuskan
Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui tentang
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada :
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Internal Auditor
merupakan mitra manajemen. Salah satu yang dilaksanakan oleh internal auditor
adalah mengelola resiko dengan mengidentifikasi masalah dan memberikan
rekomendasi perbaikannya. Peran dan fungsi ini menjadikan internal auditor lebih
luas, bahkan akan menjadi katalisator kelak.
2.2
untuk memberikan nilai tambah bagi organisasi dan membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya. Menurut Akmal (2006) dalam rangka melaksanakan
kegiatannya dan mencapai tujuan internal audit di atas, internal auditor
melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Menilai ketepatan dan
kecukupan
pengendalian
manajemen
termasuk
pengendalian
manajemen
10
konsultansi,
kegunaan
pokoknya
adalah
untuk
memberikan
saran/masukan, biasanya atas permintaan dari auditan. Dalam penugasan ini sifat
dan ruang lingkup penugasan ditentukan bersama oleh auditor dan klien, dan
umumnya hanya melibatkan dua pihak tersebut, yaitu internal auditor dan auditan.
2.3 Standar Profesional Internal Auditor
Pada tahun 1992 The Institute of Internal Auditors menerbitkan 5 (lima)
Standar dan Pedoman untuk Pelaksanaan Internal Audit yang meliputi : (1)
independensi
(independence),
(2)
kemampuan
professional
(proffesional
11
tugas dan tanggung jawabnya; (3) melakukan supervisi atas para auditornya yang
sedang melaksanakan tugas pemeriksaan. Demikian pula halnya dengan para
auditor, dalam rangka memenuhi standar kemampuan profesional, harus : (1)
mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku; (2) memiliki atau memperoleh
pengetahuan, kecakapan dan disiplin ilmu yang diperlukan dalam melaksanakan
pemeriksaan; (3) mampu menghadapi orang lain dan berkomunikasi secara
efektif; (4) selalu mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan; . (5)
melaksanakan ketelitian profesional dalam setiap penugasan yang dilakukan.
Lingkup pekerjaan (scope of works) pemeriksa intern harus meliputi pengujian
dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas Sistem Pengendalian Manajemen
serta kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Lingkup pekerjaan
tersebut adalah untuk memastikan : (1) keandalan informasi; (2) kesesuaian
dengan kebijakan, rencana, prosedur, pertauran dan undang-undang; (3) keamanan
aktiva; (4) penggunaan sumber daya secara ekonomis dan efisien; (5) pencapaian
tujuan. Yang dimaksud dengan kinerja pekerjaan audit yang meliputi planning
testing review adalah bahwa kegiatan pelaksanaan pemeriksaan meliputi
Perencanaan Pemeriksaan, Pengujian dan Evaluasi Informasi, Pemberitahuan
Hasil dan Tindak Lanjut. Standar yang terakhir adalah manajemen unit internal
audit meliputi : (1) penetapan tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab; (2)
penetapan perencanaan; (3) pembuatan kebijakan dan prosedur untuk pedoman
staf audit; (4) pengelolaan Sumber Daya Manusia dengan menetapkan program
seleksi dan pengembangan SDM; (5) koordinasi dengan pemeriksa ekstern; (6)
penetapan dan pengembangan pengendalian mutu atas berbagai kegiatan unit
internal audit.
12
2.4
Laporan Keuangan
Sebuah laporan keuangan merupakan bentuk aktualisasi dari proses
13
keuntungan dan kerugian; (e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam
kapasitasnya sebagai pemilik;dan (f) arus kas. Informasi tersebut, beserta
informasi lainnya yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan, membantu
pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya,
dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
2.5
mencakup tidak hanya laporan keuangan tetapi juga media pelaporan informasi
lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung, dengan informasi yang
disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber-sumber
ekonomi , hutang, laba periodik dan lain-lain.
Kualitas pelaporan keuangandapat dilihat dari karakteristik kualitatif
laporan keuangan. Karakteristik tersebut tercantum dalam SFAC No. 2 seperti
dibawah ini:
a. Relevan
b. Relliability (keandalan)
c. Daya Banding dan Konsistensi
d. Pertimbangan cost-benefit
e. Materialitas
Karakteristik kualitatif dari informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam menyajikan laporan
keuangan . FASB dalam SFAC No.2 menyebutkan bahwa karakteristik kualitatif
dimaksudkan untuk memberi kriteria dasar dalam memilih alternatif metode
akuntansi dan pelaporan keuangan serta persyaratan pengungkapan (disclosure).
Kriteria tersebut digunakan untuk menunjukkan jenis informasi yang relevan dan
bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
14
2.6
1.
dibuat kepala daerah selama 1 (satu) tahun anggaran atas hasil penyelenggaraan
yang berasal dari Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Di dalam LPPD
harus mencakup informasi-informasi yang memadai dan akurat yang sesuai
dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah
15
daerah itu sendiri. Informasi tersebut harus disajikan secara transaparan dan
akuntabilitas kepada masyarakat melalui media masa yang terdapat di daerah
masing- masing.
Dalam membuat LPPD, pemerintah daerah harus menganut prinsip
transparansi dan akuntabilitas sehingga informasi yang dihasilkan tidak bias dan
dapat digunakan/dimanfaatkan oleh pengguna laporan tersebut. Berdasarkan PP
No. 3/2007 pasal 2 disebutkan bahwa ruang lingkup LPPD dibagi menjadi 3
(tiga), yaitu :
a. Urusan Desentralisasi
b. Tugas Pembatuan
c. Tugas Umum Pemerintahan
3
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD)
Menurut PP No. 56/2005, informasi keuangan daerah merupakan
informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah yang harus disampaikan oleh
pemerintah daerah dan harus memenuhi prinsip-prinsip akurat, relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan. Informasi tersebut berguna sebagai bahan pengambilan
keputusan
dalam
rangka
perencanaan,
pelaksanaan
dan
pelaporan
16
17
Pengelolaan keuangan daerah dibagi menjadi tiga proses besar. Tiga proses
tersebut
adalah
perencanaan
(termasuk
didalamnya
aktifitas
penetapan
18
tekanan untuk lebih efisien, memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial,
serta dampak negatif atas aktivitas yang dilakukan. Berbagai tuntutan tersebut
menyebabkan akuntansi dengan cepat diterima dan diakui sebagai ilmu yang
dibutuhkan untuk mengelola urusan-urusan publik. Akuntansi sektor publik pada
awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi dari suatu profesi yang relatif
kecil. Namun demikian saat ini akuntansi sektor publik sedang mengalami proses
untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial keberadaanya
(Mardiasmo,2002)
2.8
19
Susmanto
(dalam
Efendy,
2010;29),
APIP
melakukan
20
kedua,
Inspektorat
Jenderal
Departemen;
ketiga,
Inspektorat
keempat,
Lembaga
Pengawasan
Daerah
atau
Bawasda
21
22
adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagaimana diatur dalam UndangUndang Nomor 15 Tahun 2006.
2.10
dilakukan BPK atas laporan keuangan pemerintah disajikan dalam bentuk opini.
Dalam penjelasan UU No. 15/2004 dijelaskan bahwa opini merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan
dalam laporan keuanganyang didasarkan pada beberapa kriteria yaitu kesesuaian
dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), kecukupan pengungkapan,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas sistem
pengendalian intern. Terdapat empat jenis opini yang dapat diberikan oleh
pemeriksa yaitu:
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian
Opini Wajar Tanpa Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang
material dan informasi keuangan dalam laporan keuangan dapat digunakan
oleh para pengguna laporan keuangan.
2. Opini Wajar Dengan Pengecualian
Opini Wajar Dengan Pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan
telah disajikan dan diungkapkan secara wajar dalam semua hal yang
material, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang
dikecualikan, sehingga informasi keuangan dalam laporan keuangan yang
tidak dikecualikan dalam opini pemeriksa dapat digunakan oleh para
pengguna laporan keuangan.
Jika auditor menemukan kondisi-konsisi berikut ini maka auditor
akan memberikan pendapat wajar dengan pengecualian :
23
Review
Review secara umum didefinisikan sebagai kegiatan meninjau kembali apa
24
dengan
maksud
agar
dapat
mempengaruhi
kinerja
bawahannya
5. Stakeholder review: Review yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang
memiliki kepentingan dengan organisasi
6. 360 degree review: Review yang dilakukan baik oleh semua pihak internal
dan eksternal yang terkait dengan organisai
Terkait dengan laporan keuangan sektor publik, review adalah salah satu
kegiatan internal audit atau pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam
kedua peraturan tersebut diatas yaitu PP Nomor 60 Tahun 2008 dan PerMenPan
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008. Dalam kedua peraturan tersebut, review
25
Inspektorat
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 11 Tahun 2003
Kabupaten
Buleleng.
Inspektorat
merupakan
unsur
pengawas
26
melaksanakan
pengawasan
umum
terhadap
PENGAWAS
Melakukan tinjauan terhadap
sistem pengendalian intern
dan sistem akuntansi pemda
(melihat kelemahan dan
menganalisis penyebabnya).
Memeriksa
dan
menyempurnakan
Laporan
Keuangan
Daerah
yang
disusun oleh bagian keuangan
pemda.
AUDTOR EKSTERNAL
Memberikan
opini/pendapat
tentang
kewajaran
Laporan
Keuangan Daerah sebagai dasar
pengambilan keputusan BPK
dalam LPJ kepala daerah.
27
laporan
keuangan
disusunnya.
yang
Pelaksanaan APBD.
Penerimaan pendapatan daerah dan Badan Usaha Daerah.
Pengadaan barang/jasa serta pemeliharaan/penghapusan barang/jasa.
Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidangnya.
Penelitian dan penilaian laporan pajak-pajak pribadi.
Penyelesaian ganti rugi.
Inventarisasi dan penilaian kekayaan pejabat dilingkungan pemda.
28
pihak
Inspektorat
dapat
memberikan
tenggang
waktu
untuk
melengkapinya, dan apabila memang tidak dapat dipenuhi oleh unit kerja tersebut,
pihak Inspektorat berhak memanggil pimpinan unit kerja untuk memberikan
penjelasan dan selanjutnya akan dibahas pada tingkat pemerintahan daerah
(Gubernur) sebagai pucuk pimpinan.
2.13Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar pijakan dalam rangka
penyusunan skripsi ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang akan
mengarahkan penelitian yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
N
O
1
PENELITI
JUDUL PENELITIAN
HASIL PENELITIAN
Suryanto
Fabnyo
(2011)
Pelaksanaan
Fungsi
Pengawasan Di Inspektorat
Daerah
Kota
Tidore
Kepulauan
1.Berdasarkan
hasil
analisis
mengenai pelaksanaan fungsi
pengawasan khususnya pada
Kantor
Inspektorat
Daerah
Tidore,
Kepulauan
ternyata
dapatlah disimpulkan bahwa
pelaksanaan pengawasan baik
dilihat
dari
pemeriksaan,
pengujian hingga penyelidikan,
ternyata belum efektif, hal ini
disebabkan
karena
adanya
ketidaktepatan waktu dalam
melakukan pengawasan, belum
akuratnya data penyimpangan
yang ditemukan untuk aparatur
pengawas di kantor Inspektorat,
kota Tidore
2. Faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan
penyelenggaraan
fungsi pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan di
29
Sentot
Rahmat
(2010)
Wendy
Budianto
(2012)
30
dan TMP.
2. Temuan
audit
berpengaruh
negatif
terhadap skor kinerja
Pemda. Semakin besar
temuan
audit
yang
dimiliki suatu Pemda
maka akan semakin kecil
skor kinerja dari Pemda
tersebut.
3. Gender
berpengaruh
terhadap kinerja Pemda.
Berdasarkan
penelitian
ini, Pemda dengan wanita
sebagai
pemimpinnya
memiliki kinerja lebih
baik dibandingkan Pemda
yang dipimpin oleh lakilaki.
4. Untuk variabel kontrol
berupa
tingkat
kemandirian Pemda dan
ukuran
Pemda
berpengaruh
positif
terhadap skor kinerja
Pemda Kabupaten/Kota di
Indonesia tahun anggaran
2008-2010
(Sumber: Penelitian yang Relevan)
BAB III
METODE PENELITIAN
31
3.1
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif.
Pendekatan
interpretif
berasal
dari
filsafat
Jerman
yang
32
Perumusan Masalah
Metode
Pengumpulan
Berikut adalah Gambaran
Rancangan
Penelitian. Data
Wawancara dan Dokumentasi
Analisis Data
Hasil Penelitian
Pembahasan
Kesimpulan
33
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Kantor Inspektorat Kabupaten Buleleng
Sumber Data
Data kualitatif merupakan data yang berbentuk kata-kata, bukan dalam
34
Instrumen Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
penelitian
merupakan
seluruh
alat
yang
digunakan
untuk
35
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (Sugiyono,2009).
Observasi partisipatif
Sumber data sama
Wawancara mendalam
Dokumentasi
36
37
dibutuhkan. Dalam proses wawancara ini, penulis mengajukan pertanyaanpertanyaan yang relevan dalam permasalahan yang diangkat. Informan yang telah
ditunjuk akan diwawancarai dengan menggunakan teknik wawancara mendalam.
Agar wawancara mendalam bisa berlangsung secara terarah, perlu disusun
pedoman wawancara yang memuat pokok-pokok pikiran yang terkait dengan
masalah yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara
terhadap pihak-pihak yang mengetahui terkait upaya dari Inspektorat untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan dan mempertahankan predikat WTP
serta kendala dalam mewujudkannya. Data hasil wawancara akan direkam
memakai alat perekam dan ditulis dengan alat tulis.
c) Dokumentasi dalam pengumpulan data yang dimaksud adalah merekam baik
secara lisan maupun tulisan. Mencatat data-data yang diperlukan dan data lainnya
yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, hal ini dilakukan untuk
menjamin keabsahan data.
3.7
Reduksi Data
Proses wawancara kepada informan terkadang keluar dari konteks
pedoman wawancara yang telah disusun, sehingga perlu dilakukan reduksi data.
Reduksi data meliputi berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mempertajam
analisis (Miles dan Haberman, 1992). Reduksi data wawancara dilakukan dengan
menghilangkan jawaban jawaban informan yang keluar dari konteks pertanyaan
pedoman wawancara.
3.8
Penyajian Data
38
3.9
39
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Umum
4.1.1
Kabupaten Buleleng
40
dengan
daerah-daerah
Bali
selatan,
Buleleng
pun
menyimpan peran masa lalu saat masa perkembangan ekspedisi Palapa Wira
Gajah Mada merangkul Bali. Desa-desa kuna Sembiran, Julah, dan desa lain di
sekitarnya membuktikan bahwa wilayah Bali utara tak luput mewarnai perjalanan
sejarah Bali. Kekuasaan Ki Gusti Panji Sakti bahkan sempat merambah daerah
Jawa Timur. Berbagai pura di sepanjang Bali utara, mulai dari Pura Payogan
Prapat agung, Pura Pulaki, Pura Ponjok Batu, hingga ke Pura Candi Gora
menunjukkan bahwa Bali utara adalah bagian penting dari perjalanan dharma para
bijak masa lalu. Saat masa penjajahan Belanda, wilayah Buleleng bahkan
dipandang sebagai daerah strategis oleh Belanda untuk memulai pergerakan
menguasai Bali. Wilayah delapan kerajaan di Bali, termasuk Buleleng, yang sudah
terikat dalam kesepakatan Paswara Asta Negara digoyahkan oleh Belanda justru
dari kekuatan Bali utara di daerah Buleleng. Tahun 1846 Buleleng dijatuhkan
41
Bali utara, terutama kawasan Lovina dan Kalibukbuk, adalah potensi daerah
hunian wisata yang dimiliki oleh Buleleng. Secara keseluruhan, berbagai warisan
seni budaya Buleleng memiliki ciri khas yang agak berbeda dengan warna seni
budaya daerah Bali Selatan.
4.1.2
mempunyai luas 1.365,88 Km2 atau 136.588 Ha (24, 25 % dari luas Pulau Bali),
terletak di antara 114 0 25 55 BT 1150 27 28 BT dan 80 03 40 LS 80 23
00 LS . Jumlah penduduk Kabupaten Buleleng adalah 575.038 jiwa yang terdiri
dari jumlah penduduk perkotaan adalah 124.898 jiwa sedangkan jumlah penduduk
perdesaan adalah 450.140 jiwa. Kabupaten Buleleng berada di belahan utara
Pulau Bali yang dibatasi oleh Kabupaten Jembrana di bagian Barat, Tabanan,
Badung dan Bangli dibagian Selatan, sedangkan di sebelah Timurnya dibatasi
oleh Kabupaten Karangasem dan di sebelah utaranya adalah Laut Jawa. Sebanyak
31,56 % berada pada ketinggian antara 100 499 meter di atas muka laut, daerah
yang mempunyai ketinggian di atas 500 meter di atas muka laut sekitar 26,36 %
sisanya merupakan lahan dataran (0 25 meter). Tingkat kemiringan beraneka
42
ragam yaitu : tanah datar 8,98%, tanah landai 51,41%, selebihnya adalah tanah
terjal yaitu sekitar 23,9%.
Keadaan
topografi
yang
demikian
menunjukkan bahwa
wilayah
Kecamatan
43
4.2
44
A.
45
Terwujudnya aparatur yang baik (Good and Clean Governance) yaitu profesional,
akuntabel, transparan, memiliki kredibilitas dan bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme.
B.
Kabupaten
Buleleng.
Inspektorat
merupakan
unsur
pengawas
46
lainnya
seperti
fungsi
perencanaan,
pengorganisasian
dan
penggerakan. Salah satu fungsi pengawasan yang efektif untuk diterapkan adalah
pengawasan fungsional, karena setiap gejala penyimpangan akan lebih mudah dan
lebih cepat diketahui. Dalam melaksanakan keempat dari fungsi manajemen
tersebut secara baik, akan secara otomatis menunjang pencapaian tugas-tugas
pokok sesuai dengan yang direncanakan. Pelaksanaan tugas pokok suatu
organisasi, tidak akan tercapai dengan baik apabila pelaksanaan pengawasan
belum sesuai dengan apa yang direncanakan. Pengawasan yang kurang baik akan
berdampak terhadap efektivitas pelaksanaan pengawasan yang belum sesuai
dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, akan diterapkan petunjuk yang akan
dilakukan guna menunjang efektivitas perencanaan pengawasan. Berdasarkan
Peraturan Bupati Nomor 39 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok Dan Fungsi
Inspektorat Kabupaten Buleleng dikatakan bahwa Inspektorat Kabupaten
Buleleng
mempunyai
penyelenggaraan
tugas
pokok
pemerintahan
yang
melaksanakan
meliputi
pengawasan
bidang
terhadap
pembangunan,
47
48
tangga,
perlengkapan,
kepegawaian,
kehumasan,
keprotokolan,
pencatatan,
pembendaharaan
dan
pembukuan
menerima,
perhitungan
menyimpan,
dan
verifikasi
mengeluarkan
seta
serta
bahan
pertimbangan
dalam
peningkatan
karir
dan
menyusun
49
Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buleleng, berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku.
6) Tenaga Fungsional: Melaksanakan sebagian tugas Pemerintah
Kabupaten di bidang pengawasan sesuai dengan keahliannya.
4.2.3
ditetapkan untuk proses manajerial, sistem, pola tingkah laku yang muncul dan
terjadi dalam praktek penyelenggaraan organisasi dan manajemen. Struktur
organisasi merupakan alat untuk membantu manajemen dalam mencapai
tujuannya. Struktur organisasi dapat memiliki pengaruh yang besar pada
anggotanya. Pengaruh
karyawan mengarah pada suatu kesimpulan yang sangat jelas. Struktur organisasi
menjelaskan
bagaimana
tugas
kerja
akan
dibagi,
dikelompokkan
dan
50
dengan
kerangka
kerja
itu
tugas-tugas
pekerjaan
dibagi-bagi,
51
setiap bidang jelas. b. Sederhana dan mudah dipahami baik oleh manjer maupun
bawahan kelemahannya: a. Pekerjaan eksekutif puncak berat karena dibebani oleh
pekerjaan administratif. b. Tidak ada spesialisasi.
2). Organisasi Lini dan Staf Organisasi lini dan staf merupakan gabungan
dari organisasi lini dengan departemen staf guna memberikan saran dan masukan
untuk departemen lini. pengambilan keputusan yang mempenagruhi operasi utama
dari organisasi merupakan wewenang dari departemen lini sedangkan depatemen
staf hanya pada tingkat memberikan dukungan teknis khusus. Ciri-ciri organisasi
lini dan staf adalah pimpinan dalam organisasi lini dapat berinteraksi langsung
dengan bagian produksi, keuangan atau pemasaran sedangkan manajer staf
memberikan informasi, saran atau bantuan teknis untuk membantu manajer lini.
Sistem organisasi ini digunakan untuk perusahaan menengah dan besar.
Keunggulannya: a. Para spesialisasi memberikan saran kepada manajer puncak. b.
Para karyawan melapor pada seorang supervisor Kelemahannya: a. Konflik antara
departemen lini dan staf tanpa ada hubungan yang jelas. b. Rekomendasi para
manajer staf terbatas kepada manajer lini.
3). Organisasi Matriks Struktur organisasi ini mulai diperkenalkan oleh
industri antariksa amerika serikat. Organisasi matriks adalah suatu desain
struktural menugaskan para spesialis dari berbagai departemen fungsional untuk
bekerja pada suatu proyek atau lebih yang dipimpin oleh para manajer. Ciri-ciri
organisasi matriks sitem organisasi ini menghubungkan para karyawan di bagian
yang berbeda, agar dapat bekerja sama menyelesaikan proyek tertentu. Sistem ini
banyak digunakan diperusahaan-perusahaan besar atau perusahaan multinasional
Keunggulannya: a. Memacu kreativitas dan inisiatif karyawan dalam menghadapi
52
SEKRETARIS
I PUTU SWARDIKA. S. Sos.
B. AUDITOR
C.ARSIPARIS
.
IRBANWIL 1
IRBANWIL 2
IRBANWIL 3
IRBANWIL 4
53
54
55
56
57
Pengawasan
Inspektorat Kabupaten buleleng yang dalam fungsinya sebagai pengawas
58
Berdasarkan
Peraturan
Daerah Kabupaten Buleleng Nomor 11 tahun 2003 tentang perubahan kedua atas
peraturan daerah Kabupaten Buleleng Nomor 4 Tahun 2008 tentang pembentukan
susunan organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kabupaten Buleleng.
Inspektorat merupakan unsur pengawas penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang bertanggungjawab langsung kepada Bupati dan secara teknis administrasi
mendapat pembinaan dari sekretaris daerah. Mengacu pada peraturan tersbut
bahwasanya pengawasan internal yang dilakukan oleh Inspektorat Kabupaten
Buleleng melibatkan banyak pihak yang nantinya dapat mensukseskan kegiatan
audit Inspektorat Kabupaten Buleleng. Hal ini dapat dibuktikan melalui hasil
wawancara dengan Bapak Putu Yasa, SH, MM. Selaku Inspektur pada Kantor
Inspektorat Kabupaten Buleleng yaitu sebagai berikut:
Jadi tidak cukup hanya Inspektorat, Inspektorat hanya salah satunya.
BPKAD juga ikut serta dan asisten 3 senantiasa kita berbarengan untuk
memantau pelaksanaan pengelolaan keuangan di masing-masing SKPD.
Secara real kelapangan Inspektorat yang terjun langsung, secara
administratif dikendalikan oleh BPKAD. Bahkan kita juga sering meminta
pendapat dari BPKAD maupun BPK terkait apa yang sudah kita lakukan
kiranya sudah memadai dari ketentuan yang ada.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Inspektur pada Kantor Inspektorat
Kabupaten Buleleng, ternyata dengan adanya kerja sama yang baik antara pihak
Inspektorat Kabupaten Buleleng dengan pihak- pihak tersebut sehingga
pengawasan tersebut menjadi sebuah upaya dalam meningkatkan kualitas laporan
keuangan dan mempertahankan predikat opini wajar tanpa pengecualian dan juga
Pemerintahan Kabupaten Buleleng mampu untuk menjaga kualitas laporan
keuangannya yang baik serta kinerja pemerintah yang sesuai dengan ketentuan.
Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Indra Bastian (2007:35) tujuan
59
jasa
Pelaksanaan tugas dekonsentrasi dan tugas pembantuan di bidangnya
Penelitian dan penilaian laporan pajak-pajak pribadi
Penyelesaian ganti rugi
Inventarisasi dan penilaian kekayaan pejabat dilingkungan Pemda
60
pengawasan
intern
pemerintah
pada
kementrian
61
4.
5.
6.
7.
8.
Wibowo (dalam Sentot, 2010:31) juga menjelaskan beberapa tipe reviu, yaitu:
7. Self assesment review: Tipe review ini pegawai diberikan kesempatan
untuk mereviu atau mengukur kinerjanya sendiri
8. Top down review: Review atasan atas pekerjaan bawahan untuk
mengetahui sejauhmana bawahan telah melaksanakan pekerjaan yang
ditugaskan
9. Peer review: Review yang dilakukan oleh sejawat dalam rangka
memperoleh informasi dan menjalin kerjasama antar rekan sejawat dalam
rangka pencapaian kinerja
10. Subordinate review: Review yang dilakukan oleh bawahan terhadap atasan
langsungnya
dengan
maksud
agar
dapat
mempengaruhi
kinerja
bawahannya
11. Stakeholder review: Review yang dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang
memiliki kepentingan dengan organisasi
12. 360 degree review: Review yang dilakukan baik oleh semua pihak internal
dan eksternal yang terkait dengan organisai
Terkait dengan laporan keuangan sektor publik, reviu adalah salah satu
kegiatan internal audit atau pengawasan intern sebagaimana dimaksud dalam
kedua peraturan tersebut diatas yaitu PP Nomor 60 Tahun 2008 dan PerMenPan
Nomor PER/05/M.PAN/03/2008. Dalam kedua peraturan tersebut, reviu
didefinisikan sebagai penelaah ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan
bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, standar,
rencana, atau norma yang telah ditetapkan.
62
upaya
dari
Inspektorat
Kabupaten
Buleleng
dalam
rangka
INSPEKTORAT
DIKAJI/DIANALISA
MASYARAKAT
63
64
65
4.3.3
Pembinaan
Pada Inspektorat Kabupaten Buleleng, selain bertujuan untuk menerapkan
akuntansi berbasis akrual disetiap SKPD, kegiatan audit berupa evaluasi yang
akan berlanjut pada pembinaan yang bertujuan untuk memperbaiki setiap unsur
yang sekiranya masih dirasa kurang. Dalam hubungannya dengan uraian tersebut,
maka dari hasil wawancara dengan Bapak Putu Yasa, SH. MH. Terkait dengan
strategi pembinaan dari Inspektorat Kabupaten Buleleng, yaitu sebagai berikut.
Sebelumnya kita hanya melakukan pengawasan seperti biasanya, tapi saat
ini sudah dilakukan pembinaan untuk SKPD. Jadi, dalam aktivitasnya kita
sekarang terlibat langsung dan mengarahkan SKPD terkait pengelolaan
keuangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Putu Yasa, SH. MH selaku
Inspektur pada Kantor Inspektorat Kabupaten Buleleng terkait dengan strategi
66
mengevaluasi
dan
meningkatkan
keefektifan
manajemen
resiko,
67
sebelumnya
hanya
terfokus
pada
compliance
audit
bergeser
pada
68
negara/lembaga
yang
didanai
dengan
Anggaran
69
4.3.4
Audit Elektronik
Menurut Weber (1999): EDP Auditing adalah proses mengumpulkan dan
70
4.4
bahwa
inspektorat
melakukan
pengawasan
terhadap
71
72
usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan
barang dan jasa. Pengertian kedua, sumber daya manusia menyangkut manusia
yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu
bekerja berarti mampu melakukan kegiatan yang mempunyai kegiatan ekonomis,
yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat.
Kemudian dari hasil wawancara dengan Bapak Omardani, SE.MM. selaku
Inspektur Pembantu Wilayah I mengenai ketersediaan sarana dan prasarana dalam
menunjang kegiatan pengawasan pada Kantor Inspektorat Kabupaten Buleleng,
sebagai berikut:
Cukup mendukung tapi masih kurang. Seharusnya untuk auditor yang
terjun kelapangan lebih diperhatikan. Dalam hal pemeriksaan kita masih
belum lengkap.
Kemudian dari hasil wawancara dengan Bapak Made Artayasa, ST selaku
auditor pada Kantor
73
Buleleng selama ini masih belum ditunjang oleh tersedianya sarana dan prasarana
yang mendukung dalam penanganan pekerjaan di bidang fungsi pengawasan.
Kemudian wawancara lainnya dengan Inpektur Inspektorat Kabupaten
Buleleng terkait dengan perlengkapan pada Kantor Inspektorat Kabupaten
Buleleng sebagai berikut:
Sudah memadai dan hal-hal seperti alat tulis kantor, komputer dan
sebagainya telah tersedia, walaupun kita masih berusaha untuk
menyediakan 1 laptop bagi pemeriksa dalam membantu tugas pemeriksaan
lebih cepat
74
75
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang sebagaimana telah
kualitas
laporan
keuangan
pemerintahan
daerah
dan
76
77
Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan sehubungan dengan hasil
dengan
fungsi
pengawasan
penyelenggaraan
pemeriksaan
Daftar Pustaka
Ahmad Zainul Milal, 2011. Makna Opini Audit WTP Bagi Kementrian/Lembaga Pada
Kementrian Sosial. Universitas Brawijaya
Akmal. (2006). Pemeriksaan Manajemen Internal Audit. Jakarta:Indeks
Alwasilah, A. C. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar dasar Merancang dan Melakukan
Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya
Atmadja, A.W.T. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Tidak Diterbitkan.
Bastian, Indra.2005. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bastian, Indra.2007. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Jakarta. Salemba Empat
Burrell, G & G. Morgan. 1979. Sociological Paradigma and Organizational Analysis,
Element of the Sociology of Corporate Life. London. Heinemann
Cronholm, S., & Goldkuhl, G. (2003). Strategies for Information Systems Evaluation- Six
Generic Types. Electronic Journal of Information Systems Evaluation. Vol. 6 Iss: 2,
pp.65 74
Effendi, M. Arief, 2002. Paradigma Baru Internal Auditor, Auditor , Jakarta, Edisi No. 05
Tahun 2002
Halim, Abdul. (2003). Auditing Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP
AMP. YKPN
Herdi Setiawan, 2013. Optimalisasi Fungsi Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan
Daerah. Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Riau
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 220 Tahun 1979 Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Inspektorat Wilayah Kabupaten/Kotamadya
Kurniawan Adi Komang dan Rahmanti Nur Virgina. 2011. PAPER METODE PENELITIAN
NON-POSITIVISME PARADIGMA INTERPRETIF. Tidak diterbitkan.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN
dan
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Lokasi Penelitian
Menimbang :
a. bahwa untuk mendukung keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan negara,
keuangan negara wajib dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundangundangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
b. bahwa untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu dilakukan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu dibentuk Undang-undang tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Mengingat :
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18, Pasal 20, Pasal 20A, Pasal 23 dan Pasal 23E UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4286);
3. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4355);
UNDANG-UNDANG
TENTANG
PEMERIKSAAN
Pasal 1
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang
dilakukan secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar
pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan
informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
2. Badan Pemeriksa Keuangan, yang selanjutnya disebut BPK, adalah Badan
Pemeriksa Keuangan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemeriksa adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
4. Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab, yang selanjutnya disebut
pejabat, adalah satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk mengelola
keuangan negara.
5. Lembaga perwakilan adalah DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD
Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
6. Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
7. Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk
melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan
perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan transparan, dengan
memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
8. Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar
pelaksanaan pemeriksaan, dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh
BPK dan/atau pemeriksa.
9. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 30, Pasal 31, dan Pasal 32 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 56 ayat (3)
Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
10. Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang berkaitan dengan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik tertulis di atas kertas atau
sarana lain, maupun terekam dalam bentuk/corak apapun.
11. Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai
tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
12. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil pemeriksaannya,
yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan/atau perbaikan.
BAB II LINGKUP PEMERIKSAAN
Pasal 2
(1) Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara.
(2) BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
Pasal 3
(1) Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan
oleh BPK meliputi seluruh unsur keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Undangundang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
(2) Dalam hal pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntan publik berdasarkan ketentuan
undangundang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan kepada
BPK dan dipublikasikan.
Pasal 4
(1) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas pemeriksaan
keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
(2) Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan.
(3) Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek
efektivitas.
(4) Pemeriksaan dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang tidak termasuk
dalam pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3). Pasal 5 (1)
Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dilaksanakan berdasarkan
Pasal 9
(1) Dalam menyelenggarakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan aparat
pengawasan intern pemerintah.
(2) Untuk keperluan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), laporan hasil pemeriksaan
intern pemerintah wajib disampaikan kepada BPK.
(3) Dalam melaksanakan tugas pemeriksaan, BPK dapat menggunakan pemeriksa
dan/atau tenaga ahli dari luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama BPK.
Pasal 10
Pasal 14
(1) Apabila dalam pemeriksaan ditemukan unsur pidana, BPK segera melaporkan hal
tersebut kepada instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Tata cara penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
bersama oleh BPK dan Pemerintah.
BAB IV HASIL PEMERIKSAAN DAN TINDAK LANJUT
Pasal 15
Pasal 18
(1) Ikhtisar hasil pemeriksaan semester disampaikan kepada lembaga perwakilan
selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sesudah berakhirnya semester yang bersangkutan.
(2) Ikhtisar hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disampaikan pula
kepada Presiden/gubernur/bupati/ walikota selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sesudah
berakhirnya semester yang bersangkutan.
Pasal 19
(1) Laporan hasil pemeriksaan yang telah disampaikan kepada lembaga perwakilan,
dinyatakan terbuka untuk umum.
(2) Laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk
laporan yang memuat rahasia negara yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Pasal 20 (1) Pejabat wajib menindaklanjuti rekomendasi dalam laporan
hasil pemeriksaan. (2) Pejabat wajib memberikan jawaban atau penjelasan kepada
BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi dalam laporan hasil pemeriksaan.
(3) Jawaban atau penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan
kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil
pemeriksaan diterima.
(4) BPK memantau pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(5) Pejabat yang diketahui tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kepegawaian.
(6) BPK memberitahukan hasil pemantauan tindak lanjut sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) kepada lembaga perwakilan dalam hasil pemeriksaan semester.
Pasal 21
(1) Lembaga perwakilan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK dengan melakukan
pembahasan sesuai dengan kewenangannya.
(2) DPR/DPRD meminta penjelasan kepada BPK dalam rangka menindaklanjuti hasil
pemeriksaan.
(3) DPR/DPRD dapat meminta BPK untuk melakukan pemeriksaan lanjutan.
(4) DPR/DPRD dapat meminta Pemerintah untuk melakukan tindak lanjut hasil
pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau ayat (3).
BAB V PENGENAAN GANTI KERUGIAN NEGARA
Pasal 22
(1) BPK menerbitkan surat keputusan penetapan batas waktu pertanggungjawaban
bendahara atas kekurangan kas/barang yang terjadi, setelah mengetahui ada
kekurangan kas/barang dalam persediaan yang merugikan keuangan negara/daerah.
(2) Bendahara dapat mengajukan keberatan atau pembelaan diri kepada BPK dalam
waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah menerima surat keputusan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila bendahara tidak mengajukan keberatan atau pembelaan dirinya ditolak,
BPK menetapkan surat keputusan pembebanan penggantian kerugian negara/daerah
kepada bendahara bersangkutan.
(4) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara/daerah terhadap bendahara
ditetapkan oleh BPK setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
(5) Tata cara penyelesaian ganti kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
berlaku pula bagi pengelola perusahaan umum dan perusahaan perseroan yang seluruh
atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara
Republik Indonesia, sepanjang tidak diatur dalam undang-undang tersendiri.
Pasal 23
(1) Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota/direksi perusahaan negara
dan badanbadan lain yang mengelola keuangan negara melaporkan penyelesaian
kerugian negara/daerah kepada BPK selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah
diketahui terjadinya kerugian negara/daerah dimaksud.
(2) BPK memantau penyelesaian pengenaan ganti kerugian negara/daerah terhadap
pegawai negeri bukan bendahara dan/atau pejabat lain pada kementerian
negara/lembaga/ pemerintah daerah.
BAB VI KETENTUAN PIDANA
Pasal 24
(1) Setiap orang yang dengan sengaja tidak menjalankan kewajiban menyerahkan
dokumen dan/atau menolak memberikan keterangan yang diperlukan untuk
kepentingan kelancaran pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 dipidana dengan pidana penjara paling
lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, menghalangi, dan/atau
menggagalkan pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(3) Setiap orang yang menolak pemanggilan yang dilakukan oleh BPK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 tanpa menyampaikan alasan penolakan secara tertulis
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau
denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(4) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan atau membuat palsu dokumen
yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).
Pasal 25
(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja mempergunakan dokumen yang diperoleh
dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
melampaui batas kewenangannya, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
(tiga) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(2) Setiap pemeriksa yang menyalahgunakan kewenangannya sehubungan dengan
kedudukan dan/atau tugas pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
dipidana dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun dan/atau denda setinggi-tingginya Rp1.000.000.000,00 (satu miliar
rupiah).
Pasal 26
(1) Setiap pemeriksa yang dengan sengaja tidak melaporkan temuan pemeriksaan
yang mengandung unsur pidana yang diperolehnya pada waktu melakukan
pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang tidak memenuhi kewajiban untuk menindaklanjuti rekomendasi
yang disampaikan dalam laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan
dan/atau denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
BAB VII KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 27
(1) Ketentuan mengenai pemeriksaan atas laporan keuangan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-undang ini dilaksanakan mulai sejak pemeriksaan atas laporan
keuangan Tahun Anggaran 2006.
(2) Penyelesaian ganti kerugian negara/daerah yang sedang dilakukan oleh BPK
dan/atau Pemerintah pada saat Undang-undang ini mulai berlaku, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada sebelum berlakunya
Undang-undang ini.
(3) Tata cara penyelesaian ganti kerugian negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal
22 ayat (4) dan ayat (5) ditetapkan selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah
berlakunya Undangundang ini.
BAB VIII KETENTUAN PENUTUP
Pasal 28
Pada saat Undang-undang ini berlaku, Instructie en Verdere Bepalingen voor de
Algemene Rekenkamer atau IAR (Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor 320) dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Undang-undang ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Undang-undang
ini
dengan
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juli 2004
SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BAMBANG KESOWO
V. Nahattands RA REPUBLIK
atau publik mengingat yang dikelola kan dana dari masyarakat. Merupakan keharusan
untuk membuat laporan keuangan yang diatur sesuai perundang-undangan.
Peneliti
: Bagaimana menurut Bapak terkait dengan kualitas laporan keuangan dari
setiap SKPD ?
Informan : Secara keseluruhan pengelolaan keuangan di masing-masing SKPD
meningkat serta dirasa baik. Di tahun ini laporan keuangan berbasis akrual, jadi dituntut
setiap SKPD untuk menerapkan hasil tersebut secara berkelanjutan, kami dari Inspektorat
dan BPKAD selalu memonitoring pelaksanaan keuangan tersebut dan dari hasil
pemantauan dilapangan secara umum SKPD telah melaksanakan. Mudah-mudahan
ditahun selanjutnya tidak ada masalah, karena ini menjadi basis penilaian dari
pemeriksaan BPK terhadap pengelolaan keuangan pemerintah daerah untuk bisa tidaknya
mempertahankan opini wajar tanpa pengecualian
Peneliti
: Terkait opini WTP, apa yang membedakan inspektorat yang sekarang dengan
yang dulu sebelum memperoleh WTP?
Informan : Sebelumnya kita bersyukur bisa memperoleh predikat WTP, didapatnya WTP
ini karena usaha dari semua pihak, baik pemerintahan puncak maupun SKPD berkerja
sama dengan baik. Jika Inspektorat kan hanya melakukan pengawasan sesuai fungsinya,
tetapi sekarang pengawasan yang dilakukan berbeda dengan yang dulu. Karena
sebelumnya kita hanya melakukan pengawasan seperti biasanya, tapi saat ini sudah
dilakukan pembinaan untuk SKPD. Jadi, sekarang kita terlibat langsung dan mengarahkan
SKPD terkait peningkatan pengelolaan keuangan
Peneliti
: Apakah Inspektorat bekerja sendiri dalam rangka meningkatkan kualitas
laporan keuangan ? jika ada, siapa saja pihak atau dinas yang turut serta terlibat ?
Informan : Jadi tidak cukup hanya Inspektorat, Inspektorat salah satunya. BKAD juga
ikut serta asisten 3 senantiasa kita berbareng untuk memantau pelaksanaan pengelolaan
keuangan di masing-masing SKPD. Secara real kelapangan Inspektorat yang terjun
langsung, secara administratif dikendalikan oleh BKAD. Untuk itu kita tidak pernah
berhenti, bahkan kita juga sering meminta pendapat dari BKAD maupun BPK terkait apa
yang sudah kita lakukan kiranya sudah memadai dari ketentuan yang ada.
Peneliti
: Apakah ada batasan terkait hubungan Inspektorat dan SKPD ?
Informan : Sebenarnya batasan tidak ada tapi karena Inspektorat memiliki fungsi
menguji dari pelaksanaan kegiatan terutama pengelolaan keuangan baik administrasi
maupun uji materil ke fisik. Tetapi tetap independen karena Inspektorat merupakan auditor
pemerintah daerah yang bersifat internal maka tetap kita jaga independensi dan semua
yang kita lakukan wajib kita laporkan kepada bupati
Peneliti
: Pengawasan seperti apa yang dilakukan kepada SKPD ?
Informan : Kita hanya memaksimalkan pengawasan yang ada, karena jika terkait
pengelolaan keuangan biasanya menyangkut SDM di SKPD tersebut, maka kita sekarang
melakukan pembinaan. Jadi tidak hanya mengawasi tetapi juga mengarahkan agar laporan
keuangannya sesuai dengan aturan yang mengatur.
Peneliti
: Apakah SDM pada Inspektorat telah memadai dalam kuantitas maupun
kualitas ?
Informan
: Jika berbicara terkait SDM, baik kuantitas maupun kualitas kami akui secara
terbuka belum sesuai dengan apa yang kita harapkan, dari kualitas yang mestinya
kapasitas auditor yang harus kita miliki dengan melihat dari jumlah objek pemeriksaan
belum memadai, minimal mestinya kita memiliki auditor sebanyak 40 orang sedangkan
sampai saat ini baru di backup oleh 9 auditor 4 P2UPD dan beberapa staf teknis yang
memiliki kompetensi.
Peneliti
: Jika terkait fasilitas apakah dirasa cukup, pak ?
Informan : Jika fasilitas secara umum sudah dalam konteks mobilitas, karena objek
pemeriksaan sangat berjauhan sesuai dengan wilayah Kabupaten Buleleng yang jaraknya
jauh dan hal-hal terkait ATK, komputer dan sebagainya. Kita berusaha terus setiap
pemeriksa memegang 1 laptop minimal dan diharapkan dalam pemeriksaan bisa mudah
dilakukan dan membantu pemeriksaan lebih cepat
Peneliti
: Apakah sering dilakukan koordinasi dengan sekretariat dan unit-unit dalam
inspektorat? Apakah bersifat insidentil atau rutin ?
Informan : Secara rutin telah diagendakan, setiap minggu ada rapat staf dihadiri oleh
semuanya dan ketika insidentil setiap SKPD hadir di Inspektorat bila ada masalah yang
terkait dengan penggunaan anggaran, realisasi anggaran dan sebagainya termasuk bila ada
kekurangpahaman dan sebagainya itu sering melibatkan Inspektorat
Peneliti
: Ke depan apakah diperlukan suatu strategi atau metode baru dalam
melaksanakan kegiatan peningkatan kualitas laporan keuangan dan mempertahankan
predikat WTP ?
Informan : Kita tetap berupaya untuk meningkatkan sistem yang ada, terutama karena
era IT, kita mencoba mudah-mudahan ditahun ini sudah mulai merancang , kita akan
menetapkan audit elektronik, walaupun kita tahu dibali belum ada, tapi kita mencoba. Kita
sudah tugaskan satu Inspektur pembantu untuk berkoordinasi mencari refrensi, bahkan
sudah dilakukan sampai ke Jawa Timur. Mudah-mudahan secara bertahap bisa dilakukan
terkait audit elektronik
Lampiran 10. Draft Wawancara
Wawancara dengan Bapak Omardani.,SE,.MM selaku Inspektu Pembantu Wilayah 1
Inspektorat Kabupaten Buleleng
Peneliti
Informan
Peneliti
Informan
bahwa masih ada catatan sehingga kita memperoleh WDP. Kemudian sekarang kita
memperoleh WTP itu pun didapat karena komitmen dari semua pihak. Inspektorat pun
melaksanakan fungsi pengawasannya dengan maksimal dan pembinaan yang kita lakukan
disetiap sektor pemerintahan. Jadi yang tepenting adalah komitmen dari kita semua karena
memperoleh WTP tidaklah mudah jika tidak ada komitmen serta dukungan untuk
melakukan pemantauan atau monitoring setiap waktunya.
Peneliti
: Apakah SDM pada Inspektorat Kabupaten Buleleng telah memadai dalam
kuantitas maupun kualitas ?
Informan : Untuk SDM Secara kualitas sudah bagus tetapi mungkin masih dirasa
kurang cukup secara kuantitasnya, karena semua beban di pemerintahan kabupaten
buleleng larinya ke Inspektorat. Mengingat Inspektorat sebagai quality insurance yang
artinya memberikan keyakinan terkait akuntabilitas pengelolaan keuangan
Peneliti
: Kendala apa saja yang dirasakan sangat menghambat kegiatan Inspektorat ?
Informan : Sarana prasarana cukup mendukung tapi masih kurang dalam hal
pemeriksaan kita masih belum lengkap. Seharusnya untuk auditor yang terjun kelapangan
lebih diperhatikan.
Peneliti
: Ke depan upaya seperti apa yang dilakukan Inspektorat ?
Informan : Upaya yang terkait dengan fungsi Inspektorat itu sendiri adalah pengawasan.
Pengawasan reguler terus dilakukan, pengawasan sistem pengaduan, pengawasan reviu
laporan keuangan. Selanjutnya pengawasan kinerja yang ada di laporan akuntabilitas
kinerja pelayanan daerah (LAKIPDA) untuk melakukan itu ada empat inspektur pembantu
wilayah. Kita melihat dari aspek tugas pokok dan fungsi, aspek sumber daya manusia,
pengelolaan keuangan, pengelolaan sarana dan metode kerja.
Lampiran 10. Draft Wawancara
Wawancara dengan Bapak Made Artayasa,. ST selaku Auditor pada Inspektorat Kabupaten
Buleleng
Peneliti
: Apakah ketika terjun kelapangan, auditor sendiri apa berbentuk tim ? seperti
apa prosesnya ?
Informan : Jadi kita bekerja berbentuk tim dan sering dilakukan koordinasi sebelum ke
lapangan, kita melakukan koordinasi untuk pembagian tugas disana juga kita
mempersiapkan terkait peraturan atau undang- undang yang harus kita bawa ke lapangan
dan kuasai dibaca kembali. Jadi koordinasi sebelum ke lapangan, sampai dilapangan dan
sampai pembuatan laporan atau jika terjadi masalah yang tidak bisa kita pecahkan di
lapangan akan dibawa dikantor dan dipecahkan bersama-sama. Terkait sudut pandang
auditor dengan tetap mengacu pada ketentuan yang berlaku
Peneliti
: Dari sarana yang ada apakah dirasakan mendukung setiap pelaksanaan tugas
Inspektorat?
Informan : Dari yang kita rasakan terkait sarana yang ada masih bisa dikatakan minim,
dalam hal terutama pendekatan secara teknisnya tapi karena kemampuan yang ada disini
juga SDM relatif kurang dalam hal penguasaan alat, saya kira dari sarana yang ada masih
bisa digunakan untuk sarana kita melakukan pemeriksaan
Peneliti
: Kendapa apa saja yang dirasakan sangat menghambat ?
Informan : Jika dari pemeriksaan yang sering menjadi kendala adalah respon auditee
atau objek pemeriksaan yang terkadang ketika kita meminta suatu bahan pemeriksaan.
Jadi biasanya pertanggungjawaban dari pihak terperiksa membutuhkan waktu lebih dari
perencanaan kita. Kita merencanakan minimal 2 hari pengumpulan data. Kendala
selanjutnya selain dari tersedianya SDM dan saran prasarana adalah kegiatan kadang
terbentur dengan pekerjaan di instansi yang bersangkutan, sehingga ketika kita meminta
informasi disini terkadang sering terjadi perwakilan yang jelas yang berkompeten dalam
hal ini tidak bisa secara langsung memberikan penjelasannya sehingga mengakibatkan kita
bisa dua kali ke lapangan untuk memperoleh informasi yang relevan dan akurat. Tapi
semua itu masih bisa kita atasi.
Peneliti
: Selanjutnya, upaya seperti apa yang perlu dilakukan Inspektorat terkait
kualitas laporan keuangan dan mempertahankan predikat WTP?
Informan
masing SKPD, serta melakukan audit keuangan dalam bentuk neraca. Itu uapaya kita
terkait mempertahankan atau mengendalikan semua laporan agar tepat waktu dan jumlah.
Lampiran 11. Peraturan Bupati Buleleng Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Tugas
Pokok dan Fungsi Inspektorat Kabupaten Buleleng