PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER (S2) TEKNIK SIPIL 2021 Daur ulang (Recycling) merupakan metoda pelaksanaan yang sebenarnya sudah cukup lama dikenal, di Amerika(USA) dan Eropa thn 1962, Asia di Jepang 1982, namun di Indonesia baru dipraktekkan thn 1985, tahun 2002 pelaksanaan mulai banyak dilakukan, Berkembang pesat dari segi metode pelaksanaan konstruksi maupun peralatannya Untuk memberikan nilai tambah dari sudut ekonomis perbaikan struktur dapat dilakukan dengan melakukan daur ulang jalan eksisting. Pada satu sisi tebal lapis perkerasan tidak makin tebal di sisi lain material jalan lama dapat di pakai lagi dengan atau tanpa penggunaan material baru, sementara nilai struktur perkerasanpun dapat dirancang sesuai kebutuhan umur rencana baru. Dua jenis tipe daur ulang yang dikenal yaitu hot recycling dan cold recycling. Saat ini yang banyak dilakukan di lintas Pantura Jawa merupakan daur ulang dingin (cold recycling) yang umumnya dilakukan untuk mendaur ulang lapis pondasi jalan. Pelaksanaan saat ini umumnya berupa CMRFB-Base (Cold Mix Recycling Base by Foam Bitumen). Tipe ini dipersyaratkan bilamana ESA<5.000.000. Pelaksanaan overlay pada jalan di kawasan perkotaan relatif lebih banyak masalah, antara lain sering diperlukannya pembongkaran bangunan pelengkap jalan untuk penyesuaian elevasi Di sebagian besar kota-kota besar di Indonesia pada umumnya menggunakan Aspal Hot Mix yang “layak” untuk didaur ulangi Di kota besar, mulai dirasakan ketidah mudahan dalam memperoleh bahan konstruksi jalan baik dalam segi kuantitas maupun kualitas Ketersediaan AMP yang memadai jumlahnya baik dari segi jumlah maupaun sisa kapasitas, merupakan faktor pendukung penerapan daur ulang khususnya in-situ central mix recycling Penyelidikan tahun 1985 overlay per m2 Rp 7000 recycling Rp 5700 s/d Rp 6600,- Indonesia memulai di DKI, Pantura yg kadar aspalnya 5,5%-6,5% Prov Riau thn 1999-2000 jalan Caltex dan Kaltim 1. a. Pada ESA<5.000.000 pada saat menentukan rancangan campuran, pembuatan benda uji menggunakan alat pemadat Marshal dengan 2x75 tumbukan (sesuai RSNI M-01-2003). b. Pada ESA> 5.000.000 benda uji dibuat dengan alat kepadatan berat (SNI-03-1743- 1989). Penyerapan <3% Abrasi <40% Sand ekivalen <60% Angularitas <45% ( %thd berat aggregate> # 8) Filler <1,5% Mempunyai kegemburan cukup/tidak menggumpal. Gradasi Rap dan material baru masuk amplop gradasi. Memenuhi Spesifikasi Pen 60 atau Pen 80. Expansion Ratio >10% (uur 8 detik). Indirect Tensile Strength (ITS) >300kPa. Tensile Strength Retained >80%. Unconfined Compressive Strength (UCS) >700 kPa. Dilakukan full scale test untuk luas 500m2. Berat pemadat statis getar >25 ton. Kepadatan >98,5%. a. Aspal curah setiap kali pengiriman. b. Gradasi RAP setiap 1000 m3. c. Abrasi setiap 6000 m3. d. Gradasi agregat tambahan setiap 1000 m3 dilakukan test gradasi. e. Gradasi ditempat pencampuran setiap 250 m3 (atau 2 kali per-hari). f. Sand ekivalen setiap 250 m3. g. Kadar air RAP minimal satu kali per-hari. h. Kadar air , gradasi , % bitumen dari Foam bitumen setiap 200 tob (atau 2 kali per-hari). i. Kepadatan setiap 200 ton(atau 2 x per-hari). j. Campuran rancangan setiap kali ada perubahan material. k. Setiap 200 Its, UCS (atau 1 kal per-hari). l. Uji kepadatan lapangan setiap 50 m. m. Uji ketebalan setiap 50 m.