Bab 2. Gambaran Umum Program UBK

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 21

PT.

ARTISTIKA PRASETIA
Jasa Konsultan Sekretariat UBK Pusat
Tahun Anggaran 2015

Bab 2
GAMBARAN UMUM PROGRAM
USAHA BERSAMA KOMUNITAS
(UBK)
2.1. Pengantar

2.1.1. Latar Belakang


Indonesia, negara dengan populasi terbanyak ke empat dunia, semakin menarik sebagai pasar
berbagai produk konsumsi sehari-hari. Konsumsi domestik masya rakat Indonesia menjadi salah satu
sektor penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Produk konsumsi domestik didominasi oleh
Makanan & Minuman, Pakaian, Tembakau, FMCG (Fast Moving Consumer Goods), Peralatan Rumah
Tangga dan Elektronik. Kontribusi konsumsi domestik terhadap PDB Indonesia relatif besar, yaitu
sebesar 60%. Pertumbuhan ekonomi berbasis konsumerisme ini menyebabkan kondisi perekonomian
Indonesia menjadi rapuh.

Sebagian besar penduduk Indonesia berada di perdesaan, maka pembangunan perekonomian yang
kuat di tingkat paling bawah akan menunjang penguatan perekonomian Indonesia secara keseluruhan.
Pembangunan Kawasan Perdesaan diturunkan dari salah satu agenda pembangunan Pusat yang
tercantum dalam RPJM Pusat 2015-2019, yakni agenda “Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat
Indonesia”. Agenda ketiga dari RPJMN 2015-2019 ini memiliki 3 sasaran, yaitu: (1) Menurunnya jumlah
penduduk miskin; (2) Berkurangnya kesenjangan antar wilayah; dan (3) Meningkatnya kualitas
manusia.

Sasaran pertama dan ketiga dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat
Indonesia. Derajat pencapaian tersebut sebagaimana ditetapkan dalam Tujuan Pembangunan
Milenium. Sedangkan sasaran kedua dimaknai sebagai upaya untuk memperkecil kesenjangan tingkat
kesejahteran rakyat Indonesia yang berada di berbagai wilayah atau daerah.

Dalam hal sasaran berkurangnya kesenjangan antar wilayah, parameter yang digunakan RPJMN
2015-2019 adalah: (1) Meningkatnya peran perdesaan sebagai basis pertumbuhan ekonomi agar
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di pedesaan; (2) Meningkatnya pembangunan pada
daerah-daerah terbelakang dan tertinggal; (3) Meningkatnya pengembangan wilayah yang didorong
oleh daya saing kawasan dan produk-produk unggulan daerah; dan (4) Meningkatnya keseimbangan
pertumbuhan pembangunan antar kota-kota metropolitan, besar, menengah, dan kecil dengan
memperhatikan keserasian pemanfaatan ruang dan penatagunaan tanah.

LAPORAN AKHIR [2-1]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Untuk mencapai sasaran di atas langkah yang ditempuh adalah dengan memprioritaskan
pembangunan kawasan perdesaan dan pengurangan ketimpangan pembangunan. Kedua arahan
kebijakan ini menjadi pijakan pelaksanaan Pilot Project Usaha Bersama Komunitas.

Program Usaha Bersama Komunitas yang selanjutnya disebut Program UBK adalah kegiatan untuk
mengembangkan pertumbuhan ekonomi berbasis komunitas di kawasan perdesaan dengan
memberikan fasilitas pendampingan, peningkatan kapasitas dan bantuan modal berupa alat dan bahan
produksi.

Sebagai Pilot Project dalam T.A. 2015 Program UBK mempunyai cakupan wilayah 100 desa di 36
kabupaten pada 19 Propinsi. Dengan dilaksakannya Program UBK diharapkan dapat mendorong
peluang perekonomian kawasan perdesaan dan mampu mengambil momentum kebangkitan, dari
terciptanya lapangan kerja baru, dengan peningkatan kualitas produksi adaptasi teknologi tepat guna
serta komersialisasinya.

2.1.2. Dasar Hukum

1. Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;


2. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3. Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
4. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
5. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
6. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
No. 6 Tahun 2014 tentang Desa;
8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional;
10. Peraturan Menteri Keuangan nomor 168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan
Anggaran Bntuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga.

2.1.3. Tujuan Program


1. Tujuan Umum
Tujuan Umum Program UBK adalah mendukung pertumbuhan ekonomi di kawasan perdesaan
melalui pendampingan, peningkatan kapasitas masyarakat dan pemberian bantuan modal usaha
berupa alat dan bahan produksi.
2. Tujuan Khusus
1) Meningkatkan kemandirian komunitas dalam menghasilkan produksi dan pemasaran hasil
produksi yang berkualitas dan berdaya saing serta berkelanjutan;
2) Mengkonversi daya beli masyarakat menjadi modal produksi bersama di dalam komunitas;

LAPORAN AKHIR [2-2]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

3) Menghasilkan produk yang menjadi kebutuhan sehari-hari;


4) Menciptakan kepemilikan usaha secara kolektif dalam bentuk pembelian saham dan pemilik
usaha menjadi pasar awal produk;
5) Mendorong terbentuknya BUMDesa.

2.1.4. Sasaran Program

Sasaran program adalah komunitas yang terdapat di masyarakat kawasan perdesaan, dengan tingkat
populasi yang relative padat serta memiliki pola konsumsi produk kebutuhan sehari-hari yang cukup
tinggi.

Penerima manfaat adalah komunitas masyarakat dari berbagai segmen yang berada dalam kawasan
perdesaan dan seluruh masyarakat baik yang berada dalam kawasan maupun luar kawasan.

Program UBK juga memiliki sasaran kelembagaan yang secara langsung terkait dengan pelaksanaan
di lapangan seperti BUMDesa.

2.2. Kebijakan, Strategi dan Prinsip Pengelolaan


2.2.1. Kebijakan
Arahan kebijakan Program UBK adalah kebijakan pembangunan desa dan kebijakan Pembangunan
kawasan perdesaan. Terkait dengan pemangku kepentingan pembangunan desa merupakan tanggung
jawab bersama semua sektor. Dengan demikian, tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Pembangunan
Kawasan Perdesaan (PKP), Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi
adalah melakukan koordinasi pembangunan kawasan perdesaan. Koordinasi tersebut ditujukan untuk
melakukan pensinergian kegiatan pembangunan kawasan perdesaan.

Disamping itu, karakteristik desa dan masyarakat desa di kawasan perdesaan di seluruh Indonesia
sangat beragam. Keberagaman tersebut sangat tergantung dari aspek sosial, ekonomi, budaya, dan
kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan dalam hal ini adalah kondisi ekologis (sumber daya alam).
Artinya bahwa kebijakan pembangunan Kawasan Perdesaan dituntut pula mempertimbangkan aspek
keragaman karakteristik desa dan masyarakatnya.

Berdasarkan Permendagri Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan
Data Profil Desa dan Kelurahan, keragaman karakteristik desa dinyatakan sebagai tipologi desa.

Program UBK merupakan sebuah pendekatan dalam pembangunan kawasan perdesaan, selain
pemberdayaan masyarakat desa dalam suatu kawasan. Dengan demikian rumusan kebijakan Program
UBK terfokus pada sinergitas pemberdayaan masyarakat dan desa berbasis tipologi desa. Sedangkan
lokus (lokasi) adalah desa dalam suatu kawasan yang mempunyai potensi khusus.

LAPORAN AKHIR [2-3]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Fokus kebijakan tersebut memberikan pemahaman bahwa kebijakan Program UBK memberikan
arahan sinergisitas antar sektor/Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Sedangkan pendekatan yang
digunakan adalah pemberdayaan dan kewilayahan.

Sinergisitas bagi pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) adalah melakukan koordinasi dengan
pemangku kepentingan yang melaksanakan Program UBK di Provinsi dan Kabupaten. Pemangku
kepentingan Usaha Bersama Komunitas adalah SKPD, warga masyarakat, dan swasta.

Sinergisitas bagi masyarakat diwujudkan dalam kerjasama antara Aparat Pemerintahan Desa dengan
Masyarakat, dan kerjasama antar warga masyarakat.

Manfaat dari kebijakan UBK adalah :


1. Pendekatan pemberdayaan akan memberikan jalan bagi terwujudnya kemandirian, dalam hal ini
kemandirian masyarakat dan desa;
2. Pendekatan berbasis kewilayahan memberikan manfaat pada terkurangi derajat ketimpangan
pembangunan kawasan, dalam hal ini ketimpangan antar anggota masyarakat dan antar desa;
3. Pembangunan berbasis komunitas adalah kegiatan pembangunan kawasan disandarkan atas
keragaman karakteristik masyarakat dan desa. Manfaat yang diperoleh dari kehidupan sosial
ekonomi masyarakat adalah adanya pola nafkah yang sesuai dengan tipologi desa. Pada
gilirannya akan meningkatan derajat kesejahteraan masyarakat yang sesuai dengan daya dukung
sumber daya alamnya.
Selanjutnya berdasarkan rumusan tugas dan fungsi Ditjen PKP, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, maka fokus kebijakan adalah fasilitasi kawasan perdesaan, desa
dan masyarakat. Untuk itu, pelaksanaan kebijakan UBK oleh Ditjen PKP, Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, adalah Pengembangan Usaha Bersama
Komunitas (UBK) di Kawasan Perdesaan.

Strategi pokok dalam pelaksanaan kegiatan fasilitasi Program UBK adalah dengan meningkatkan
kapasitas peningkatan kapasitas pelaku Program UBK dan pelaku usaha berbagai kalangan berbasis
kemandirian komunitas.

A. Strategi Pengembangan Kapasitas


Peningkatan kapasitas pelaku program UBK adalah :
1. Kebijakan Program UBK;
2. Mengelola kegiatan UBK;
3. Mendorong partisipasi komunitas di kawasan perdesaan;
4. Koordinasi dengan SKPD terkait dengan pelaksanaan Program UBK.
5. Mengembangkan jaringan kerja sama dengan pihak-pihak swasta untuk pengembangan
kegiatan Program UBK.

B. Strategi Pengembangan UBK

LAPORAN AKHIR [2-4]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dan kewilayahan dalam pembangunan desa diharapkan


dapat mewujudkan kemandirian masyarakat desa di kawasan perdesaan. Kemandirian masyarakat
dapat didorong dari penciptaan pola nafkah yang berkelanjutan.

1. Pendekatan
a. Pemberdayaan (Empowerment)
Pendekatan ini terkait dengan interaksi dinamis. Penerapan pendekatan ini mengacu pada
nilai solusi atas kondisi yang ingin diubah oleh masyarakat dan warga. Solusi harus berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri bukan dari luar. Meyakini bahwa pencarian masalah
hanya akan mengarah pada perasaan tak berdaya (disempowerment).
Masyarakat dan kelompok masyarakat (komunitas) adalah mitra sejajar dalam
pembangunan. Pendekatan ini juga menciptakan ruang untuk secara terus menerus
mencari solusi yang ada dalam masyarakat, daripada sekedar menerapkan rencana–
rencana pemecahan masalah dari luar.
Menemukan kader pemberdayaan masyarakat (KPM) dari masyarakat sendiri, KPM
biasanya ditandai dengan orang yang sangat menginginkan suatu solusi, atau yang paling
mungkin mendapatkan manfaat dari pembangunan.
b. Penghargaan (Appreciative)
Penghargaan atas pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Semua
kegiatan dalam mendampingi dan memfasilitasi komunitas diarahkan untuk memberikan
penghargaan atas pengetahuan, pengalaman yang positif.
Pengetahuan dan pengalaman positif tersebut sebagai langkah awal untuk memberikan
motivasi kepada komunitas dan anggota komunitas melakukan perubahan kearah yang
lebih baik (positif).
c. Usaha Bersama Komunitas (UBK)
Pendekatan ini mendasarkan bahwa mengurangi ketimbangan antar warga masyarakat di
kawasan. Pada pelaksana kegiatan Pengembangan UBK, pendekatan ini diterapkan untuk
memilih lokasi desa dan kelompok masyarakat (komunitas) sasaran di suatu wilayah yang
sudah ditentukan oleh pemerintah daerah.
Pendekatan pengembangan UBK juga digunakan agar pembangunan kawasan perdesaan
berbasis pada sumberdaya yang dimiliki.

2. Prinsip Pengelolaan
Prinsip pengelolaan adalah nilai-nilai yang dijalankan selama pelaksanaan UBK.
a. Kerjasama dan kolaborasi. UBK mendorong bekerja sama dengan mitra strategisnya
dalam menguatkan organisasi-organisasi lokal agar mereka bisa menjadi lebih efektif, baik
secara internal maupun dalam membangun interaksi dinamis dengan stakeholder
pembangunan lainnya. Kerjasama dan kolaborasi tersebut akan diperluas untuk
menjangkau pelaku di antar komunitas, dan antar desa dalam suatu wilayah;
b. Pembelajaran terus menerus. Siklus ‘aksi – refleksi – adaptasi – aksi’. Hal inilah yang
akan memungkinkan seluruh pelaku untuk mengidentifikasi perbaikan terhadap organisasi
dan lembaganya berdasarkan pemahaman bersama yang baru yang timbul dari proses-

LAPORAN AKHIR [2-5]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

proses tersebut, serta memungkinkan program untuk dapat beradaptasi terhadap


perubahan kondisi serta meningkatkan kinerja dan hasil-hasil programnya;
c. Keberlanjutan. Penerapan prinsip kerjasama dan pembelajaran terus menerus pada
pelaksanaan UBK dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Kegiatan UBK manfaatnya
dikembangkan terus menerus.

C. Mekanisme Pelaksanaan Program UBK


Mekanisme Pelaksanaan UBK diuraikan berdasarkan tahapan. Setiap tahapan menguraikan
mengenai mekanisme/proses/langkah-langkah, pihak yang terlibat (pelaku utama) dan keluaran
(out put).
Tahapan pelaksanaan UBK sebagai berikut: tahap pengorganisasi, persiapan, perencanaan,
pelaksanaan.

GAMBAR 2-1:
MEKANISME PELAKSANAAN PROGRAM UBK

2.3. Tahap Pengorganisasian


2.3.1. Pengertian
Pengorganisasian adalah serangkaian kegiatan untuk membentuk organisasi pelaksana, dan
mobilisasi sumber daya yang berkaitan dengan kebutuhan organisasi pelaksana UBK.

Organisasi pelaksana UBK terdiri dari 2 yaitu Pelaksana Pusat, Provinsi dan Kabupaten. Penanggung
jawab pelaksanaan di pusat adalah Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (PKP),
Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Penanggung jawab di Provinsi adalah Gubernur c.q.
Kepala Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat Provinsi. Penanggung jawab di Kabupaten adalah
Bupati c.q. Kepala Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten.

LAPORAN AKHIR [2-6]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Indikator keberhasilan tahap pengorganisasian adalah :


1. Terbentuknya organisasi pelaksana UBK di Pusat disertai dengan Surat Keputusan tentang
Pembentukan Pelaksana UBK Pusat;
2. Terbentuk Sekretariat UBK Pusat disertai dengan Surat Keputusan tentang Pembentukan
Sekretariat UBK Pusat;
3. Terbentuknya organisasi pelaksana UBK di Provinsi disertai dengan Surat Keputusan tentang
Pembentukan Pelaksana UBK Provinsi;
4. Terbentuknya organisasi pelaksana UBK di Kabupaten disertai dengan Surat Keputusan tentang
pembentukan pelaksana UBK Kabupaten;
5. Terbentuk Sekretariat UBK Kabupaten disertai dengan Surat Keputusan tentang Pembentukan
Sekretariat UBK Kabupaten.

2.3.2. Organisasi Pelaksana Program UBK


Pengorganisasian pelaksana Program UBK pada tataran pemerintah pusat dan derah terbagi atas 3
(tiga) tingkatan yaitu :

1. Pelaksana Program UBK Pusat


Penanggung jawab pelaksanaan Program UBK Pusat berkedudukan di Kantor Direktorat Jenderal
Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.

Tugas Pelaksana Program UBK Pusat dalam pelaksanaan UBK adalah :


1. Merumuskan Kebijakan Dasar Pilot Project UBK;
2. Menyusun panduan penyelenggaraan Program UBK;
3. Melakukan desiminasi dan sosialisasi Program UBK;
4. Melakukan asistensi, supervisi, dan monitoring pelaksanaan UBK;
5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan Program UBK.

Untuk menjalankan tugasnya Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan atas nama
Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi membentuk Tim Pelaksana Program UBK Pusat. Tim
Pelaksana Program UBK Pusat diketuai oleh Direktur Kerjasama dan Peningkatan Kapasitas,
Ditjen PKP, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi, dengan anggota berasal dari Pejabat
Eselon III di lingkungan Ditjen PKP, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi. Penunjukkan dan
penetapan keanggotaan Tim Pelaksana Program UBK Pusat merupakan tanggung jawab Ditjen
PKP, Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi.

Tim Pelaksanan Program UBK Pusat untuk menjalankan tugas sehari-hari dibantu oleh
Sekretariat Program UBK Pusat. Sekretariat Program UBK Pusat bertugas memberikan dukungan
administratif dan teknis kepada Tim Pelaksana UBK Pusat.

2. Pelaksana Program UBK Provinsi

LAPORAN AKHIR [2-7]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Penanggung jawab pelaksanaan UBK Provinsi berkedudukan di Provinsi dengan Gubernur selaku
Kepala Pemerintah Provinsi sebagai Pelaksana dan Penanggung Jawab pelaksanaan UBK di
wilayahnya.

Tugas Pemerintah Provinsi adalah menjalankan kewenangan Pemerintah di masing-masing


provinsi dalam pelaksanaan UBK. Kewenangan pemerintah yang menjadi tugas Pemerintah
Provinsi adalah :
1. Menyelanggarakan sosialisasi pelaksanaan program UBK di wilayahnya masing-masing;
2. Melakukan supervisi dan monitoring Pemerintah Kabupaten sasaran UBK;
3. Bersama-sama dengan pemerintah Kabupaten melakukan fasilitasi Kelompok Masyarakat
(Komunitas) dalam pelaksanaan UBK di wilayahnya masing-masing.

Untuk menjalankan tugasnya, Gubernur membentuk Tim Pelaksana Program UBK Provinsi.
Dalam pembentukan Tim Pelaksana Program UBK Provinsi, Kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi diharapkan melibatkan semua bidang di lingkungan Badan Pemberdayaan
Masyarakat Provinsi. Jika dipandang perlu untuk meningkatkan kinerja Pelaksana Program UBK
Provinsi, maka Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dapat menyertakan SKPD lainnya
sebagai anggota Tim Pelaksana Program UBK Provinsi. Tim Pelaksana Program UBK Provinsi
bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Provinsi.

3. Pelaksana Program UBK Kabupaten


Penanggung Jawab Pelaksana Program UBK Kabupaten berkedudukan di Kabupaten dengan
Bupati selaku Kepala Pemerintah Kabupaten sebagai Pelaksana dan Penanggung Jawab
Pelaksanaan Program UBK di wilayahnya.

Tugas pemerintah Kabupaten adalah menjalankan kewenangan Pemerintah di masing-masing


Kabupaten dalam pelaksanaan Program UBK. Kewenangan pemerintah yang menjadi tugas
Pemerintah Kabupaten adalah :
1. Menyelenggarakan verifikasi lokasi sasaran;
2. Menyelanggarakan sosialisasi UBK di wilayahnya masing-masing;
3. Melakukan fasilitasi, asistensi, supervisi, dan monitoring lokasi sasaran UBK di wilayahnya;
4. Bersama-sama dengan Kecamatan melakukan fasilitasi Kelompok Masyarakat (Komunitas)
dalam pelaksanaan UBK di wilayahnya.

Untuk menjalankan tugasnya, Bupati membentuk Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten.
Dalam pembentukan Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten, Kepala Badan Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten diharapkan melibatkan semua bidang di lingkungan Badan Pemberdayaan
Masyarakat Kabupaten. Jika dipandang perlu untuk meningkatkan kinerja Pelaksana Program
UBK Kabupaten, maka Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dapat menyertakan SKPD
lainnya sebagai anggota Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten. Tim Pelaksana UBK
Kabupaten bertanggung jawab kepada Bupati melalui Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat
Kabupaten.

LAPORAN AKHIR [2-8]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

GAMBAR 2-2:
BAGAN ORGANISASI PELAKSANA PROGRAM UBK

2.4. Tahap Persiapan


2.4.1. Pengertian
Tahap persiapan adalah serangkaian kegiatan untuk mempersiapkan pelaksanaan Program UBK di
lokasi sasaran. Tahap persiapan ini meliputi 3 kegiatan utama yaitu : (1) Targeting lokasi sasaran; (2)
Targeting komunitas; dan (3) Penyiapan sosial komunitas.

Penanggung jawab tahap persiapan mulai dari Tim Pelaksana UBK Pusat, Tim Pelaksana UBK
Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD).

Indikator keberhasilan tahap persiapan adalah:


1. Tersedianya daftar panjang provinsi dan kabupaten lokasi sasaran oleh Pemerintah Pusat;
2. Tersedianya daftar panjang komunitas antar desa lokasi sasaran oleh Pemerintah Kabupaten;
3. Daftar prioritas lokasi sasaran oleh Tim Pelaksana UBK Kabupaten;
4. Ditetapkan komunitas sasaran oleh Pemerintah Kabupaten.

2.4.2. Targeting Lokasi Sasaran


Targeting lokasi sasaran merupakan serangkaian kegiatan mulai dari penentuan kriteria lokasi sasaran,
mekanisme pemilihan calon lokasi sasaran, dan mekanisme penetapan lokasi sasaran. Pelaku-pelaku
yang terlibat pada tahap ini adalah Tim Pelaksana UBK Pusat, Tim Pelaksana UBK Provinsi dan Tim
Pelaksana UBK Kabupaten.

1. Penentuan Kriteria Lokasi Sasaran

LAPORAN AKHIR [2-9]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Kriteria lokasi sasaran adalah sekumpulan parameter (variabel dan indikator) yang digunakan untuk
menentukan lokasi sasaran. Lokasi sasaran yang ditentukan adalah Provinsi, Kabupaten dan Desa
Sasaran. Kriteria lokasi sasaran UBK terdiri dari 3 variable utama yaitu : (1) Variable tipologi; dan (2)
Variable Aksesibilitas, dan (3) Variabel Demografi.
a. Variabel Tipologi; meliputi 6 (enam) indikator yaitu tipologi kawasan pertanian, kehutanan,
perikanan, perindustrian menengah kecil, peternakan, pariwisata, jasa dan perdagangan, pesisir
dan perkebunan.
b. Variabel aksesibilitas; merupakan variabel yang didasarkan pada kelengkapan sarana dan
prasarana.
c. Variabel demografi; merupakanh variabel yang didasarkan pada populasi penduduk terbanyak.

2. Mekanisme Targeting Lokasi Sasaran


Hasil kegiatan ini adalah daftar lokasi sasaran yang berisi tentang nama provinsi, nama kabupaten,
nama kecamatan, dan nama desa lokasi sasaran yang disertai dengan tipologinya. Mekanisme
targeting lokasi sasaran sebagai berikut :

a. Tim Pelaksana Program UBK Pusat menyusun daftar panjang (longlist) atas usulan provinsi dan
kabupaten. Proses penyusunan daftar panjang lokasi sasaran sebagai berikut :
 Provinsi dan Kabupaten mengajukan daftar panjang kepada Tim Pelaksana Program UBK
Pusat;
 Tim Pelaksana Program UBK Pusat melakukan verifikasi daftar panjang yang diajukan;
 Memberikan atribut kawasan calon lokasi sasaran berdasarkan kriteria.
b. Tim Pelaksana Program UBK Pusat menyusun prioritas Provinsi dan Kabupaten Lokasi Sasaran.
Proses penyusunan prioritas lokasi sasaran sebagai berikut :
 Verifikasi daftar panjang lokasi sasaran dari Tim Pelaksana Program UBK Pusat. Verifikasi
dapat dilakukan dengan metode : kunjungan lapangan, rapat koordinasi provinsi, desk study,
analis data-data, dan atau mendasarkan pada kebijakan yang telah dilakukan di daerah;
 Konsultasi kepada Tim Pelaksana Program UBK Provinsi. Konsultasi ini untuk memastikan
susunan prioritas lokasi sasaran tidak bertentangan dengan kebijakan, tujuan, dan sasaran
pelaksanaan UBK.

3. Penetapan Lokasi Sasaran


Penetapan provinsi dan kabupaten lokasi sasaran merupakan kewenangan Tim Pelaksana Program
UBK Pusat. Lokasi sasaran yang ditetapkan berdasarkan susunan prioritas lokasi sasaran. Sedangkan
penetapan komunitas desa lokasi sasaran merupakan kewenangan Tim Pelaksana Program UBK
Kabupaten. Proses penetapan prioritas lokasi sasaran sebagai berikut :
1. Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten c.q. Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat
melakukan koordinasi lintas SKPD Kabupaten;
2. Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten melalui Bupati menetapkan lokasi sasaran dalam bentuk
Surat Keputusan tentang Penetapan Lokasi Sasaran;

LAPORAN AKHIR [2-10]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

3. Penetapan lokasi sasaran oleh Tim Pelaksana Program UBK sesuai kriteria dalam petunjuk teknis
yang ditetapkan oleh Ditjen PKP Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi serta didasarkan atas persetujuan Kepala Desa;
4. Penerima lokasi sasaran tidak sedang menjalankan program pemberdayaan ekonomi komunitas
dari Instansi/Lembaga pemerintah lainnya.

2.4.3. Targeting Komunitas Sasaran


Jumlah kelompok masyarakat (Komunitas) sasaran UBK adalah 1 (satu) Komunitas setiap lokasi
sasaran (kawasan).

1. Kriteria Komunitas Sasaran


Rumusan kriteria atau prasyarat calon Komunitas penerimaan manfaat dan mekanisme pemilihan dan
penetapan Komunitas atas pertimbangan hal-hal sebagai berikut:
a. Kebijakan Program UBK berada diantara dua kebijakan pembangunan yaitu pembangunan
kawasan perdesaan dan pembangunan desa;
b. Ditjen PKP, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi sebagai
penanggung jawab pelaksanaan Program UBK;
c. Penyediaan alat dan bahan produksi kepada Komunitas dipergunakan untuk pengembangan
usaha bersama komunitas.

Berdasarkan pada hal tersebut, maka kriteria Komunitas sasaran sebagai berikut:
a. Komunitas yang diputuskan sebagai hasil Musyawarah Antar Desa dan diperkuat dengan
beberapa hal berikut ini; (1) Berita Acara Musyawarah Antar Desa, (2) Daftar Hadir, serta (3)
Alasan pembentukan kelompok;
b. Anggota komunitas yang akan dibentuk mempunyai pengalaman dalam kelembagaan
masyarakat, antara lain; Kelompok Masyarakat, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga
Pendidikan, Lembaga Keagamaan, dan Lembaga Kesehatan;
c. Jumlah minimal anggota komunitas sebagai pembentuk awal UBK adalah 20 (dua puluh) orang.

Dari rumusan kriteria tersebut, Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten dapat menambahkan kriteria
sepanjang tidak bertentangan dengan rumusan kriteria yang telah ditetapkan oleh Tim Pelaksana UBK
Pusat.

2. Mekanisme Targeting Komunitas Sasaran


Mekanisme pemilihan dan penetapan Komunitas sasaran Program UBK ini adalah mekanisme umum
(standar), Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten diharapkan melakukan modifikasi atau
pengembangan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing Kabupaten. Adapun
mekanisme umumnya sebagai berikut :
a. Penetapan Kriteria Komunitas Sasaran. Tim Pelaksana Program UBK Pusat menetapkan kriteria,
Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten dapat menambahkan kriteria Komunitas sasaran;

LAPORAN AKHIR [2-11]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

b. Tim Pelaksana Program UBK Kabupaten c.q. Badan/Dinas Pemberdayaan Masyarakat


melakukan koordinasi lintas SKPD Kabupaten tentang kriteria dan mekanisme pemilihan dan
penetapan Komunitas sasaran;
c. Tim Pelaksanan Program UBK Kabupaten menetapkan Komunitas sasaran dan
menginformasikan kembali kepada Pemerintah Pusat, Provinsi dan Komunitas.

2.4.4. Penyiapan Sosial


Dalam wacana pemberdayaan masyarakat penggunaan istilah sosialisasi tidak lazim digunakan.
Sebagai penggantinya adalah penyiapan sosial. Perbedaan mendasar antara sosialisasi dan
penyiapan sosial pada intensitas dan pola komunikasi antara pendamping dengan komunitas.

Intensitas dimaknai sebagai frekuensi atau jumlah tatap muka dengan warga masyarakat pertemuan
baik formal maupun informal dengan masyarakat. Jika sosialiasi tatap muka dengan masyarakat
dilaksanakan sedikit sekali, bahkan seringkali hanya dilakukan sekali pada saat pengenalan di awal
saja. Sedangkan penyiapan sosial tatap muka dengan masyarakat sangat sering dilakukan baik secara
formal maupun informal. Disamping itu tema pembicaraan atau komunikasi yang dilakukan digunakan
untuk menggali informasi tentang kondisi sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat yang didampingi.

Pola komunikasi dalam pelaksanaan sosialisasi akan cenderung satu arah. Hal ini disebabkan warga
masyarakat baru mengetahui tentang program atau kegiatan pembangunan pada saat pertemuan
sosialisasi itu saja. Disamping itu juga adanya bias status pendamping dan masyarakat dalam
hubungan patronase, dimana pendamping sebagai pratron dan masyarakat sebagai client. Jika dalam
penyiapan sosial pola komunikasi yang dibangun adalah dua arah dan pada kondisi yang tidak formal,
sehingga masyarakat memungkinkan untuk melakukan klarifikasi atas penjelasan yang diberikan oleh
pendamping.

Penyiapan sosial masyarakat merupakan koridor hasil dan proses pada saat melaksanakan persiapan
sosial masyarakat pada UBK. Adapun indikatornya adalah :
a. Pendamping memahami tentang karakteristik masyarakat yang didampingi. Terutama mengenai
key person atau tokoh masyarakat, kondisi sosial-ekonomi masyarakat, dan pelapisan sosial;
b. Pendamping dikenal oleh komunitas yang didampingi;
c. Komunitas mengetahui peran dan fungsi pendamping dalam Program UBK;
d. Komunitas termotivasi untuk melakukan perubahan;
e. Berkaitan dengan substansi UBK indikatornya adalah Komunitas memahami tentang UBK,
adapun materi yang minimal dipahami oleh komunitas adalah :
- Peran atau konstribusi UBK dalam perbaikan kualitas hidup masyarakat;
- Tujuan pelaksanaan UBK;
- Komponen kegiatan dalam UBK;
- Bentuk stimulasi atau bantuan yang diterima;
- Mekanisme pelaksanaan UBK;
- Posisi masyarakat dalam pelaksanaan UBK.

LAPORAN AKHIR [2-12]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Prasyarat keberhasilan dalam penyiapan sosial masyarakat adalah pendamping dapat diterima oleh
masyarakat yang didampingi. Dalam hal ini diterima bukan secara formal melainkan secara psikologis
memiliki relasi yang baik. Kondisi ini bisa terjadi jika terdapat saling percaya antara pendamping
dengan masyarakat.

Sedangkan prasyarat dalam membangun dan membangkitkan kepercayaan masyarakat kepada


pendamping adalah :
a. Memandang masyarakat sebagai sekumpulan warga, kelompok dan komunitas yang memiliki
potensi yang bisa dikembangkan. Dengan kata lain masyarakat memiliki tata nilai, budaya, dan
kearifan lokal yang dapat dikembangkan;
b. Harus dipahami bahwa memfasilitasi masyarakat merupakan tindakan untuk belajar bersama
masyarakat dan berkerja bersama masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
masyarakat yang didampingi;
c. Hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan dan saling ketergantungan dengan warga
masyarakat. Salah satu caranya ada tinggal bersama masyarakat yang didampingi untuk
melakukan interaksi yang intensif dan mengarah pada hubungan interpersonal.
d. Tidak secara vulgar berpendapat berseberangan dengan masyarakat terutama dalam hal
berlakunya nilai, norma, dan aturan masyarakat yang didampingi;
e. Memberikan keteladanan/contoh di tengah masyarakat;
f. Menghormati adat istiadat yang berlaku di masyarakat;
g. Bergaul atau berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat, tidak melakukan pemilihan interaksi
dengan lapisan tertentu saja.

Mekanisme penyiapan sosial masyarakat dalam Program UBK adalah sebagai berikut :
1. Orientasi dan identifikasi kondisi komunitas
Langkah ini ditujukan untuk menemu kenali kondisi dan karakteristik komunitas yang akan
didampingi. Kegiatan dalam melakukan indentifikasi kondisi komunitas antara lain :
a. Melakukan observasi tentang tokoh-tokoh kunci masyarakat;
b. Melakukan observasi partisipasi yaitu melakukan pengamatan terhadap aktivitas atau
fenomena sosial di masyarakat sambil terlibat langsung dalam aktivitas sosial masyarakat;
c. Melakukan pemetaan sosial masyarakat, misalnya dengan tema mata pencaharian, tokoh
kunci, sistem Kelembagaan, adat istiadat.

2. Analisis Sosial
Analisis sosial adalah suatu bentuk kajian sosial untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
tentang situasi (keadaan, senyatanya) menyangkut kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan politik
masyarakat dan interaksi yang terjadi sebagai akibat adanya struktur-struktur itu sehingga
mengakibatkan terjadinya ketidak adilan sosial ekonomi dan lain sebagainya.

Gambaran lengkap yang dimaksud dalam pengertian itu adalah gambaran mengenai hubungan
struktural, kultural dan historis dari situasi sosial yang diamati sehingga memberikan gambaran
yang senyatanya tentang ketidakadilan.

LAPORAN AKHIR [2-13]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Tahapan melakukan analisa sosial (ansos) terdiri empat tahap atau langkah yaitu:
a. Tahap Pertama, Orientasi atau Penetapan Posisi
Pelaku analisis perlu mempertegas posisinya apakah sebagai pengembang masyarakat yang
berpihak kepada masyarakat, atau seorang birokrasi yang akan melakukan kegiatan
berdasarkan kepentingan institusinya. Hal ini penting karena sudut pandang dan kepentingan
akan menentukan bagaimana orientasi akan dilakukan. Dan pada tahapan ini harus
diungkapkan pula apa yang menjadi motif dari kegiatan analisis dan argumentasi yang
menguatkan tindakan itu.
b. Tahap Kedua, Pengumpulan dan Penyusunan Data
Pengumpulan dan penyusunan data dimaksudkan agar analisis memiliki dasar rasionalitas
yang dapat diterima akal sehat. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara :
wawancara, pengamatan, FGD dan masih banyak lagi cara pengumpulan data yang lebih
partisipatif. Sasaran dari pengumpulan data ini adalah individu-individu anggota masyarakat
atau siapa saja yang dapat memberikan informasi sekaligus menjadi bagian dari unit analisis.
Hasil dari kegiatan ini adalah tergambarnya suatu persoalan yang dihadapi masyarakat.
c. Tahap Ketiga, Menganalisa Kondisi Masyarakat
Data yang telah terkumpul dan tersusun dikategorikan sesuai dengan kebutuhan.
Diupayakan untuk dicari atau ditemukan hubungan-hubungan diantaranya. Bisa jadi
banyaknya masalah yang terjadi di masyarakat hanya disebabkan oleh satu persoalan.
Kemudian, apa yang akan terjadi apabila masalah itu tidak segera dipecahkan, bagaimana
memecah-kannya dan sebagainya.
d. Tahap Keempat, Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan merupakan gambaran untuk suatu situasi yang didasarkan dari suatu analisa.
Kesimpulan menjadi salah bentuk informasi yang akan digunakan untuk pengambilan
keputusan.

3. Refleksi Bersama Masyarakat


Tujuan refleksi adalah membangun kesadaran masyarakat tentang kondisi dirinya dan memotivasi
untuk berkembangan kearah kehidupan yang lebih baik.

Kegiatan ini pendamping mengajak masyarakat untuk merenungkan, berfikir, dan mengambil
pelajaran terhadap kondisi atau realitas yang di hadapi masyarakat yang didampingi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan refleksi bersama-sama dengan masyarakat
adalah:
a. Rasa saling percaya antara pendamping dan warga masyarakat merupakan prasyarat utama
dalam melakukan komunikasi dengan warga masyarakat termasuk dalam hal pelaksanaan
refleksi;
b. Memberikan apresiasi (atau memberikan penghargaan) terhadap kondisi yang dihadapi,
sedapat mungkin tidak memberikan komentar yang negatif, nyatakan dengan pernyataan
positif;

LAPORAN AKHIR [2-14]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

c. Tidak ada ungkapan atau kata terlambat untuk maju dan berubah. Selalu masih ada waktu
untuk melangkah dan bertindak menuju perubahan;
d. Melakukan komunikasi interpersonal atau informal;
e. Warga masyarakat adalah fokus dari perubahan. Warga masyarakat yang akan melakukan
bukan pendamping atau pihak luar. Sekecil apapun konstribusinya warga masyarakat dalam
perubahan tetap mereka yang paling berkompenten untuk mela-kukan perubahan.

Tahapan melakukan refleksi bersama masyarakat (rumusan ini hanya merupakan rambu-rambu
saja, pendamping diharapkan berkreasi) sebagai berikut:
a. Membuka komunikasi dengan pernyataan atau cerita inspiratif atau positif;
b. Bersama-sama dengan masyarakat menemukan kembali (menggali) tentang fenomena yang
terjadi di desa;
c. Bersama-sama dengan masyarakat menemukan kembali kearifan lokal yang fokus pada
perbaikan kualitas hidup;

GAMBAR 2-3:
BAGAN TAHAP PERSIAPAN PROGRAM UBK

2.5. Tahap Perencanaan


2.5.1. Pengertian
Perencanaan adalah proses pendampingan kepada pelaku Program UBK di suatu Kawasan
(khususnya Komunitas sasaran) dalam menyusun dokumen perencanaan Program UBK di lokasi
sasaran.

Pelaku utama kegiatan perencanaan Program UBK adalah Komunitas. Proses perencanaan pelaku
utama didampingi oleh pendamping. Tugas dan peran pendamping adalah melakukan fasilitasi,
katalisasi, dan motivasi para pelaku utama.

LAPORAN AKHIR [2-15]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Tujuan umum tahap perencanaan adalah peningkatan kapasitas komunitas, sasaran pada tahap
perencanaan difokuskan pada pengetahuan, keterampilan, dan motivasi dalam menyusun dokumen
rencanan UBK untuk Komunitasnya.

Hasil atau keluaran pada tahap perencanaan adalah Rumusan Dokumen Perencanaan UBK yang
terdiri dari : (1) Dokumen Arah Pengembangan Komunitas; (2) Dokumen Rencana Kegiatan Usaha
Ekonomi Produktif; dan (3) Dokumen Persiapan Pelaksananaan.

Indikator keberdayaan masyarakat pada saat pelaksanaan tahap perencanaan dalam UBK berpusat
pada ukuran peningkatan kapasitas masyarakat yaitu:
1. Mampu merumuskan harapan/cita-cita tentang perubahanan dalam pembangunan desanya;
2. Melakukan identifikasi sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat;
3. Memberikan apresiasi atau penghargaan atas kondisi yang dihadapi dan bergerak maju;
4. Memiliki keyakinan dengan sumberdaya yang dimiliki saat ini adalah modal utama untuk menuju
peningkatan kualitas hidup.

2.5.2. Perumusan Arah UBK


Arah UBK berisi tentang : (1) Rumusan harapan/cita-cita Komunitas di kawasan perdesaan; (2)
Potensi-potensi sumberdaya yang dimiliki Komunitas di kawasan perdesaan; (3) Rancangan tindakan
yang memungkinkan dilakukan oleh Komunitas di kawasan perdesaan; dan (4) Komitmen bersama
antara anggota Komunitas, dan pemerintah desa dalam UBK di kawasan perdesaan.

Kegunaan Dokumen Arah UBK adalah sebagai acuan bersama antara anggota Komunitas di kawasan
perdesaan, pengurus Komunitas, pemerintah desa, dalam pelaksanaan UBK.
Pendamping : memfokuskan diri agar Komunitas berfikir positif dan meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan motivasi untuk menuju perubahan.

2.5.3. Penyusunan Rencana Kegiatan UBK


Rencana kegiatan ini sebagai acuan/rujukan pelaksanaan kegiatan Program UBK di komunitas
sasaran. Rencana kegiatan ini merupakan upaya untuk menyusun rincian dari tindakan/langkah-
langkah yang memungkinkan dilakukan oleh Komunitas untuk mencapai harapan/cita-cita sesuai
dengan sumberdaya yg dimiliki. Kegiatan tersebut difokuskan pada kegiatan usaha ekonomi produktif.

1. Ragam Usaha Bersama Komunitas


Pembangunan Kawasan Perdesaan dapat dikembangkan, dilaksanakan, dan direncanakan pada
pelaksanaan Program UBK yang berbasis pada kebutuhan konsumsi sehari-hari.
2. UBK Berdasarkan Pengelolaan
UBK dikelompokan menjadi dua yaitu (1) UBK yang dikelola oleh sendiri oleh anggota Komunitas
sasaran; dan (2) UBK yang dikelola secara bersama-sama antar anggota Komunitas sasaran.
UBK adalah himpunan dari dua atau lebih anggota Desa sasaran di suatu wilayah/kawasan untuk
mengelola Usaha Bersama Komunitas secara bersama-sama. Usaha Bersama Komunitas ini

LAPORAN AKHIR [2-16]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

dicirikan dengan pengelolaan secara bersama-sama dalam potensi yang sama dalam suatu
kawasan perdesaan, dan ada kesempakatan dalam pembagian tugas dan tanggungjawab.
3. UBK berdasarkan Kegiatan Usahanya
Dalam Tahun Anggaran 2015, terdapat 25 jenis hasil produksi, dimana setiap satu UBK akan
memproduksi tiga (3) jenis produk yang sejenis/paket. Misalnya:
Paket A : Sabun krim, sabun cuci pakaian cair dan sabun cuci piring cair;
Paket B : Sabun cuci pakaian cair, pelembut dan pewangi pakaian, dan sabun cuci piring cair;
Paket C : Sabun mandi cair, shampoo, dan losion anti nyamuk;
Paket D : Sabun mandi cair, shampoo, dan pasta gigi;
Paket E : Nuget ayam, sosis ayam dan baso sapi;
Paket F : Nuget ikan, sosis ikan, dan terasi kemasan;
Paket G : Kornet, sosis sapi, dan baso sapi;
Paket H : Minuman kemasan jeruk, apel dan manga;
Paket I : Kecap manis, asin dan bumbu masak kemasan;
Paket J : Saus sambal, saus tomat dan bumbu masak kemasan;

2.6. Tahap Pelaksanaan


2.6.1. Pengertian
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah melaksanakan apa yang telah dimulai dan disepakati untuk
menuju perubahan kualitas hidup. Dengan kata lain pelaksanaan dari hasil kegiatan perencanaan.
Tahap pelaksanaan secara umum dikelompokan menjadi dua kegiatan utama yaitu : (1) Pengadaan
Alat Produksi dan Pengadaan Bahan untuk produksi; (2) Pendampingan/fasilitasi anggota Komunitas,
Pengurus Komunitas, dan Desa.

Indikator keberhasilan pada tahap pelaksanaan adalah :


1. Anggota masyarakat sukarela dalam turut serta (berpartisipasi) pelaksanaan kegiatan UBK;
2. Kemanfaatan hasil pelaksanaan kegiatan UBK menuju pada perubahan kualitas hidup dan sesuai
dengan koridor yang rumusan cita-citanya;
3. Semua lapisan sosial masyarakat dapat mengakses informasi tetang perkembangan pelaksanaan
UBK, seperti penggunaan dana;
4. Ada peningkatan pengetahuan yang diperoleh masyarakat dalam pelaksanaan UBK, mulai dari
pengetahuan teknis, administrasi, pengorganisasian kelompok.

2.6.2. Pengadaan Alat Produksi dan Bahan

Bantuan Peralatan Produksi dan Bantuan Bahan Produksi diberikan Pemerintah kepada Komunitas
Sasaran Program UBK, yang bertujuan;
1. Bagi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, sebagai instrumen untuk meningkatkan kapasitas
(pengetahuan, keterampilan, perubahan sikap, dan motivasi) pelaku-pelaku UBK untuk mengatasi
sebagian masalah ketertinggalan di desanya.

LAPORAN AKHIR [2-17]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

2. Apabila UBK sudah terbentuk, maka bantuan ini merupakan bantuan tambahan untuk
melaksanakan kegiatan Usaha Bersama Komunitas.

Kegiatan ini ditujukan untuk pengadaan dan penyaluran Alat Produksi dan Bahan dalam rangka
pelaksanaan Program UBK yang sudah ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

2.6.3. Pendampingan

Pada saat pelaksanaan UBK, Pendamping bertugas melakukan pendampingan dan/atau fasilitasi.
Kegiatan pendampingan yang dapat dilakukan selama pelaksanaan UBK sebagai berikut :
1. Pendampingan dan peningkatan kapasitas pengelolaan administrasi;
2. Pendampingan dan peningkatan kapasitas teknis usaha;
3. Pendampingan dan peningkatan kapasitas manajemen kelompok;
4. Pendampingan dan peningkatan kapasitas kerjasama, kemitraan dengan pihak lain;
5. Pendampingan dan fasilitasi kebutuhan informasi-informasi yang berkaitan dengan peningkatan
kapasitas anggota Komunitas, pengurus Komunitas, dan aparat pemerintahan desa.

2.7. Pengendalian
2.7.1. Pelaporan
Pelaporan adalah serangkaian kegiatan penyampaian data dan/atau informasi mengenai kemajuan
pelaksanaan Program UBK. Tujuan kegiatan pelaporan adalah sebagai instrumen atau alat dalam
kegiatan pengendalian pelaksanan UBK. Kegiatan pengendalian tersebut pemantauan, evaluasi, dan
penanganan masalah. Kriteria penyusunan laporan adalah :
1. Sederhana: laporan dibuat secara sederhana dan diupayakan seringkas mungkin;
2. Akurat: data yang dijadikan bahan laporan harus akurat dan sesuai kondisi yang terjadi;
3. Informatif: Isi dari laporan tersebut harus informatif dan mudah dimengerti;
4. Tepat waktu: laporan disampaikan tepat pada waktunya; dan
5. Up to date : Data yang terlaporkan adalah data terbaru (terkini) sesuai dengan periode laporan.

2.7.2. Monitoring
1. Pengertian
Monitoring pada makna aslinya adalah proses untuk mengikuti jejak/mengawasi penyaluran input
dan ketentuan-ketentuan yang didasarkan atas pembandingan antara tingkat pencapaian aktual
dengan target pencapaianya.

Sedangkan monitoring pada penerapan pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan


monitoring yang dapat memberdayakan masyarakat atau membantu masyarakat menuju
perubahan perbaikan kualitas hidup sesuai dengan rumusan cita-citanya.

LAPORAN AKHIR [2-18]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

Hakikat dari monitoring yang memberdayakan masyarakat adalah : (i) Memberikan dampak pada
peningkatan kapasitas masyarakat mulai dari pengetahuan dan keterampilan melakukan
monitoring; (ii) Tumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas hasil pekerjaan; (iii) Sebagai
sarana belajar masyarakat dalam memberikan apresiasi terhadap semua pekerjaan; (iv) Fokus
pada perbaikan dan mencari jalan keluar dibandingkan pada mempertajam permasalahan yang
kemungkinan muncul; dan (v) Terjadi tumbuhnya saling percaya antar warga masyarakat untuk
menuju perubahan kualitas hidupnya.

2. Lingkup Monitoring
Monitoring meliputi kegiatan mengamati/ meninjau kembali/mempelajari dan kegiatan menilik
(mengawasi), yang dilakukan secara terus menerus atau berkala oleh siapa saja yang merasa
berkepentingan terhadap program disetiap tingkatan pelaksanaan kegiatan, untuk memastikan
kegiatan yang ditargetkan berjalan sesuai rencana.

Pada saat pelaksanaan kegiatan monitoring ini pendamping bersama-sama dengan masyarakat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Merumuskan bagian atau bidang yang menjadi fokus kegiatan monitoring;
 Merumuskan dan menentukan indikator atau ukuran-ukuran untuk monitoring;
 Merancang sistem pengumpulan data dan informasi;
 Mengumpulkan data dan informasi sesuai yang disepakati;
 Melakukan interpretasi data dan informasi.;
 Merumuskan solusi terhadap temuan-temuan yang muncul dan tidak sesuai dengan
desainya.

3. Langkah-Langkah Monitoring
Langkah-langkah atau proses selama monitoring lebih difokuskan kepada
pendamping/pendamping atau Tim Pelaksana UBK yang akan melakukan monitoring. Prosesnya
sebagai berikut :
 Sampaikan kepada masyarakat tentang arti kegiatan monitoring adalah sebuah kesempatan
pembelajaran bagi warga masyarakat dan pendamping;
 Ajak sebanyak mungkin warga masyarakat terlibat dalam kegiatan monitoring;
 Mencatat dan memastikan informasi penting terlihat oleh warga masyarakat, khususnya
warga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan UBK;
 Mengajak warga masyarakat untuk berdialog yang di antara mereka sendiri dengan selalu
memegang prinsip untuk mencari solusi bukan masalah;
 Memastikan bahwa setiap warga masyarakat orang memiliki kesempatan untuk memberikan
konstribusi (khususnya masyarakat miskin dan perempuan);
 Memfasilitatasi warga masyarakat sehingga tetap fokus pada solusi;
 Ajukan pertanyaan yang bersifat menggali/probing (khususnya mengenai penanggulangan
kemiskinan, isu-isu gender, kemandirian, keswadayaan).

LAPORAN AKHIR [2-19]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

2.7.3. Evaluasi
1. Pengertian
Hakikat dari pengertian evaluasi adalah proses penilaian secara sistematis, reguler dan obyektif
mengenai relevansi, kinerja dan keberhasilan kegiatan yang sedang berjalan dan telah
diselesaikan. Tidak seperti monitoring yang pelaksanaannya dilakukan pada setiap program dan
proyek, evaluasi dapat dilakukan secara selektif.

Sedangkan evaluasi penerapan pendekatan pemberdayaan masyarakat adalah bagaimana


kegiatan evaluasi tersebut dapat memberdayakan masyarakat atau meningkatakan keberdayaan
masyarakat menuju peningkatan kualitas hidup sesuai cita-cita yang telah dirumuskan.

Hakikat dari evaluasi yang memberdayakan masyarakat adalah : (i) Memberikan dampak pada
peningkatan kapasitas masyarakat mulai dari pengetahuan dan keterampilan melakukan
monitoring; (ii) Tumbuhkan kepedulian masyarakat terhadap kualitas hasil pekerjaan; (iii) Sebagai
sarana belajar masyarakat dalam memberikan apresiasi terhadap semua pekerjaan; (iv) Fokus
pada perbaikan dan mencari jalan keluar dibandingkan pada mempertajam permasalahan yang
kemungkinan muncul; dan (v) Terjadi tumbuhnya saling percaya antar warga masyarakat untuk
menuju perubahan kualitas hidupnya.

2. Lingkup Evaluasi
Pada saat pelaksanaan kegiatan evaluasi ini pendamping bersama-sama dengan masyarakat
melakukan hal-hal sebagai berikut :
 Merumuskan bagian atau bidang yang menjadi fokus kegiatan evaluasi;
 Merumusakan dan menentukan indikator atau ukuran-ukuran untuk evaluasi;
 Bersama-sama menentukan waktu yang tepat untuk dalam melaksanakan kegiatan evaluasi;
 Merancang sistem pengumpulan data dan informasi;
 Mengumpulkan data dan informasi sesuai yang disepakati;
 Melakukan interpretasi data dan informasi;
 Merumuskan solusi terhadap temuan-temuan yang muncul dan tidak sesuai dengan
desainnya.

3. Langkah-langkah Evaluasi
Langkah-langkah atau proses selama evaluasi lebih difokuskan kepada pendamping atau Tim
Pelaksana Program UBK. Prosesnya sebagai berikut :
 Semua yang terlibat dalam suatu program harus merumuskan secara bersama untuk
menggunakan pendekatan partisipatif;
 Jika diperlukan atau disepakati, harus memilih siapa yang melakukan evaluasi;
 Merumuskan suatu metode untuk pencapaian tujuan evaluasi;
 Bagaimana, kapan, dimana, siapa yang terlibat untuk melaksanakan evaluasi;
 Setiap yang terlibat harus cakap (semakin memahami metode evaluasi semakin mudah
melaksanakan);

LAPORAN AKHIR [2-20]


PT. ARTISTIKA PRASETIA

 Pengumpulan fakta dan informasi;


 Analisis data dan informasi;
 Hasil analisis tertulis atau dalam bentuk visual;
 Bagaimana hasil-hasil evaluasi digunakan untuk dapat meningkatkan relevansi dan daya
guna dalam peningkatan kapasitas masyarakat.

2.7.4. Pengawasan
Lingkup pengawasan ada dua yaitu pengawasan program dan pengawasan administrasi keuangan.
Pengawasan pelaksanan pilot project Program UBK Tahun Anggaran 2015 dilakukan oleh Inspektorat
Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).

Mekanisme dan waktu pelaksanaan pengawasan sesuai dengan jadwal pengawasan Inspektorat
Jenderal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi serta Badan
Pemeriksa Keuangan.

LAPORAN AKHIR [2-21]

Anda mungkin juga menyukai