Anda di halaman 1dari 5

SOSIOLOGI PEDESAAN

MENGANALISIS PARADIGMA PEMBANGUNAN


DARI ATAS DAN DARI BAWAH

Disusun Oleh:
Wendi Irawan Dediarta
(150310080137)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNVERSITAS PADJADJARAN
2009
PENDAHULUAN

Disadari bahwa pembangunan pedesaan telah dilakukan secara luas, tetapi hasilnya dianggap
belum memuaskan dilihat dari pelibatan peran serta masyarakat dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan pedesaan bersifat multi dimensional dan
multi aspek, oleh karena itu perlu dilakukan analisis atau pembahasan yang lebih terarah dan
dalam konteks serba keterkaitan dengan bidang atau sektor dan aspek di luar pedesaan (fisik
dan non fisik, ekonomi dan non ekonomi, sosial-budaya, spasial, internal dan eksternal).
Rencana pembangunan daerah harus disusun berdasarkan pada potensi yang dimiliki dan
kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang ada itu meliputi sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, sumberdaya modal, prasarana dan sarana pembangunan, teknologi, kelembagaan,
aspirasi masyarakat setempat, dan lainnya. Karena dana anggaran pembangunan yang
tersedia terbatas, sedangkan program pembangunan yang dibutuhkan relatif banyak, maka
perlu dilakukan: (1) penentuan prioritas program pembangunan yang diusulkan, penentuan
prioritas program pembangunan harus dilakukan berdasarkan kriteria yang terukur, dan (2)
didukung oleh partisipasi masyarakat untuk menunjang implementasi program pembangunan
tersebut. Tujuan akhir dari pembangunan pedesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
penduduknya secara langsung dan secara tidak langsung adalah untuk meletakkan dasar-dasar
pembangunan yang kokoh untuk memperkuat pembangunan daerah dan pembangunan
nasional. Sebagai tujuan antara (atau sasaran) dari pembangunan pedesaan adalah
mengupayakan agar desa-desa yang merupakan satuan administrasi pemerintahan terkecil
(terbawah) dapat mempercepat pertumbuhan tingkat keswadayaannya mencapai desa
swasembada.
PEMBAHASAN

 Pembangunan dari Atas (top-down)


Pembangunan dari atas merupakan suatu pola pembangunan dimana pemerintah berwenang
mengatur masyarakat dan tingkat pemerintahan dibawahnya dengan berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan dari pemerintah itu sendiri.

 Pembangunan dari Bawah (partisipatif)


Partisipasi merupakan proses anggota masyarakat sebagai individu maupun kelompok sosial dan
organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan
pemantauan kebijakan-kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka (Sumarto,
2004). Pembangunan partisipatif merupakan lawan dari pendekatan linear, pendekatan
keproyekan dan pendekatan dari atas (top-down).

 Contoh Kasus Pembangunan dari Atas (top-down)

Departemen Pertanian saat ini sedang mengembangkan Program Desa Mandiri Energi
(DME). Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan masyarakat desa
terhadap bahan bakar minyak, terutama minyak tanah, untuk keperluan sehari-hari.
Program ini juga dipandang sebagai bagian dari usaha untuk mendorong ekonomi
pedesaan. Desa Mandiri Energi (DME) merupakan desa yang memenuhi kebutuhan
energinya secara mandiri yang berasal dari sumber-sumber energi baru dan terbarukan,
seperti biofuel, terutama yang didapat dari minyak jarak pagar, energi bayu, energi surya
maupun mikrohidro. Pada prinsipnya, program ini mendorong masyarakat untuk
menyediakan energi yang cukup bagi desanya sendiri. Sehingga dapat membuka
kesempatan kerja baru, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan kegiatan-kegiatan lain
yang produktif. Desa-desa ini tidak termasuk dalam kategori derah tertinggal, namun
mempunyai potensi untuk mandiri dalam energi, sehingga dapat memberikan kelebihan
energi kepada pihak-pihak lain.

Sepanjang tahun 2007, program ini dilaksanakan di 200 desa, sedangkan pada tahun
2006, kegiatan yang sama dilaksanakan di 100 desa (menggunakan bio-fuel), dan 40 desa
(menggunakan non bio-energi) sehingga total mencapai 120 desa di 81 kabupaten.
Sebelum tahun 2009, 2.000 desa dari sekitar 7.000 desa di Indonesia diharapkan
mencapai swasembada energi. Lokasi program ini dipilih desa-desa yang mempunyai
ketergantungan sangat tinggi terhadap pasokan energi dari luar wilayahnya.

Program ini secara resmi diluncurkan pada tanggal 14 Pebruari 2007 oleh Presiden yang
sekaligus juga mengumumkan keterlibatan tujuh departemen untuk berperan dalam
kegiatan-kegiatan program yang terkait dengan kewenangannya. Ketujuh departemen
tersebut adalah Departemen Energi dan Sumberdaya Alam, Departemen Pertanian,
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Departemen Dalam Negeri, Kementrian
Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, Kementrian Negara BUMN, dan Departemen
Kelautan dan Perikanan.

Desa Mandiri Energi merupakan strategi untuk mempercepat pembangunan di daerah-


daerah yang kurang subur. Pemerintah akan menyediakan tanaman bioenergi seperti
Japonica curcas, tebu, kelapa sawit, dan ubikayu sebagai sumber bahan bakar bio (bio-
fuel) untuk dikembangkan di desa-desa tertentu. Departemen Pertanian akan memimpin
pengkajian daerah-daerah potensial dan mendiseminasikan paket-paket teknologi terapan
untuk setiap jenis tanaman tersebut.

Analisis
Program Desa Mandiri yang di kembangkan Departemen Pertanian dalam beberapa
tahun terakhir ini dengan melibatkan tujuh departemen untuk kegiatan-kegiatan yang
sudah di rencanakan termasuk kedalam paradigma pembangunan dari atas
(pemerintah/struktural) karena keterlibatan pemerintah dalam mengadakan program
tersebut, masyarakat desa hanya sebagai sasaran penerima manfaat pembangunan daerah,
berbagai keputusan umumnya sudah diambil dari atas, dan sampai ke masyarakat dalam
bentuk kegiatan-kegiatan sosialisasi yang tidak bisa ditolak. dengan tujuan
memswasembadakan energi minyak tanah ke energi seperti biofuel, terutama yang
didapat dari minyak jarak pagar, energi bayu, energi surya maupun mikrohidro. Program
ini turut memajukan masyarakat desa karena program ini mendorong masyarakat untuk
menyediakan energi yang cukup bagi desanya sendiri. Sehingga dapat membuka
kesempatan kerja baru, mengurangi kemiskinan, dan menciptakan kegiatan-kegiatan lain
yang produktif.Strategi yang dibuat oleh Departemen Pertanian ini juga turut
berpartisipasi dalam pembangunan nasional pertanian
 Contoh Kasus Pembangunan dari Bawah (Partisipatif)
BKAD merupakan sebuah badan kerjasama antar desa yang di bentuk untuk mengelola
kegiatan atau pembangunan antar wilayah desa. Dan dibentuk atas dasar kesepakatan
masing-masing desa di suatu wilayah kecamatan atau antar kecamatan lokasi PNPM MP
yang diputuskan dalam F-MAD dengan tujuan melindungi dan melestarikan serta
mengembangkan hasil-hasil kegiatan PNPM MP. BKAD juga merupakan sistem
pembangunan partisipatif (perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian hasil kegiatan).
Tujuan di buatnya BKAD ialah Mengintegrasikan sistem pembangunan partisipatif ke
dalam sistem pembangunan daerah (perencanaan, pelaksanaan dan pelestarian kegiatan),
Melestarikan lembaga-lembaga pengelola kegiatan partisipatif (TPK, TPU, TV, UPK,
BP UPK), Mendayagunakan kader-kader pembangunan partisipatif (FD/PKMD,
Pengurus : TPK, TPU, UPK, BP UPK, PL) Melestarikan dan memelihara sarana
prasarana, kesehatan dan pendidikan,Melestarikan dan mengembangkan dana bergulir
UEP (PPK I) dan SPP,Mengembangkan jaringan kerjasama antar desa atau kerjasama
dengan pihak lainnya (misalnya dengan PEMDA, Swasta dll).

Analisis
Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) merupakan Badan kelembagaan masyarakat yang
terbentuk atas kesadaran antar masyarakat setempat. BKAD merupakan lembaga
pengelola pembangunan dari bawah (partisipatif) karena dikelola oleh masyarakat
partisipatif keikutsertaan masyarakat mengambil bagian untuk mendukung dan
menyukseskan kebijakan / program yang telah di bentuk itu . BKAD dalah salah satu
solusi yang digagas oleh PNPM, menterjemah PP 72 dan PP 73 serta UU no 32
mengenai OTODa, tentunya jika sentuhan BKAD difasilitasi oleh para fasilitator yang
sangat diakui jiwa militansinya terhadap advokasi hak-hak rakyat, idealnya BKAD
adalah wilayah rakyat Murni untuk berproses merencanakan secara partisipatif
pembangunan di wilayahnya. diharapkan proses pembangunan partisipatif dapat
memberikan jaminan kontinuitas (keberlangsungan) peningkatan dan perkembangan
pembangunan daerah saat ini.

Anda mungkin juga menyukai