Rekom - Rangkuman Modul 5 Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan PDGK4306
Rekom - Rangkuman Modul 5 Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan PDGK4306
Modul 5
Pembelajaran
Berwawasan
Kemasyarakatan
PDGK4306
Rangkuman tugas kelompok pada mata kuliah
Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan
PDGK4306
Wednesday, November 28, 2018
1. Konteks Lokal
Pembelajaran keaksaraan fungsional ini dikembangkan
berdasarkan konteks lokal. Artinya, kegiatannya mengacu
pada konteks sosial lokal dan Kebutuhan khusus dari setiap
Warga Belajar dan masyarakat sekitarnya. Tujuannya adalah
untuk mencari dan mengumpulkan informasi tentang potensi,
masalah-masalah, dan sumber-sumber pemecahannya sesuai dengan
situasi, kondisi, dan pekerjaan Warga Belajar.
2. Desain Lokal
Tutor bersama Warga Belajar perlu merancang sendiri kegiatan
belajamya di kelompok belajar berdasarkan minat, kebutuhan,
masalah, kenyataan, dan potensi setempat. Rancangan kegiatan
belajamya (kurikulum) harus fleksibel, mudah dimodifikasi,
diganti, dan ditambah sehingga sesuai dengan minat, kebutuhan,
kesepakatan, situasi, dan kondisi Warga Belajar.
3. Proses Partisipatif
Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran
pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan
keaksaraan fungsional harus dilakukan berdasarkan strategi
partisipatif. Oleh sebab itu, sebagai tutor perlu melibatkan
Warga Belajar secara aktif dalam setiap tahap kegiatan
pembelajaran di kelompok belajar.
4. Fungsionalisasi Hasil Belajar
Hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran tersebut
adalah Warga Belajar dapat memfungsikan keaksaraannya untuk
menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam rangka
meningkatkan mutu dan taraf hidupnya. Berikut ini adalah
beberapa contoh perkiraan hasil program keaksaraan fungsional,
di antaranya WB dapat :
a. Memanfaatkan kemampuan bacanya untuk memperoleh informasi
dan ide-ide baru;
b. Memanfaatkan keterampilan menulisnya untuk menggambarkan
pengalaman, peristiwa-peristiwa, kegiatan yang dilakukan,
membuat rencana, dan menulis proposal;
c. Memanfaatkan keterampilan berhitungnya untuk mengatur
keuangan, menentukan batas dan melakukan penghitungan-
penghitungan yang berkaitan dengan tugasnya sehari-hari, dan
menghitung banyaknya sumber-sumber atau masalah;
d. Berdiskusi dan menganalisis masalah dan sumber-sumber, atau
potensi yang ada di lingkungannya;
Mencoba ide-ide baru yang dipelajari dari bahan bacaan,
dapat menulis dengan benar, menganalisis dan berdiskusi, dan
dapat melaksanakan kegiatan belajamya secara mandiri.
E. PENILAIAN PEMBELAJARAN
Tahapan penilaian yang dikembangkan dalam program
pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan
keaksaraan fungsional terdiri atas penilaian awal, penilaian
proses, dan penilaian hasil belajar.
I. Tahap Penilaian Sebelum Kegiatan Pembelajaran
Penilaian tahap ini bertujuan untuk memperoleh informasi
tentang kemampuan awal Warga Belajar baik aspek keterampilan
CALISTUNG dasarnya maupun minat dan kebutuhan.
II. Tahap Penilaian Selama Kegiatan Pembelajaran
1. Menilai kemajuan Warga Belajar
2. Menilai kemajuan kelompok belajar
III. Tahap Penilaian Setelah Kegiatan Pembelajaran
Penilaian setelah pembelajaran pada intinya adalah untuk
mengetahui hasil kemampuan Warga Belajar dan proses
pembelajaran di kelompok belajar.
KEGIATAN BELAJAR 2
PROGRAM PENGEMBANGAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT
Program pendidikan dalam masyarakat lainnya yang masih
berhubungan dengan program pemberantasan buta aksara adalah
Taman Bacaan Masyarakat yang diharapkan dapat mewujudkan
masyarakat gemar belajar dengan gemar membaca.
3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya kegiatan TBM adalah
membangkitkan dan meningkatkan minat baca sehingga tercipta
masyarakat yang cerdas, mempunyai taraf hidup yang baik, dan
pemberantas buta aksara.
2. Koleksi
Jumlah koleksi TBM minimal 300 judul, terdiri atas buku,
majalah, surat kabar, leaflet, dan bahan audiovisual yang
semua ini diharapkan dapat mengembangkan dan menumbuhkan minat
baca masyarakat.
3. Perlengkapan
Sarana dan prasarana yang harus mendukung TBM minimal
memiliki perlengkapan/mebeler yang disesuaikan dengan kondisi
dan kebutuhan setiap TBM.
4. Ruang TBM
Ruang TBM merupakan ruangan yang diperuntukan bagi sejumlah
koleksi sebagaimana telah dipaparkan dalam subbab perlengkapan
sesuai dengan kebutuhan TBM.
5. Tenaga Pengelola
Fasilitas TBM dalam tenaga pengelola merupakan komponen
utama dalam kegiatan TBM. Perkembangan dan pembinaan serta
pemberdayaan TBM banyak ditentukan oleh kemampuan tenaga
pengelolanya.
KEGIATAN BELAJAR 3
PROGRAM PEMBINAAN KEPEMUDAAN
A. LATAR BELAKANG PERLUNYA LEMBAGA KEPEMUDAAN
Berlakukannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
pemerintah Daerah, terjadi perubahan yang mendasar dalam
bidang pemerintahan, dari pemerintahan yang bersifat
sentralistik ke desentralisasi. Pemerintah daerah memiliki
peran yang sangat besar sehingga memerlukan sumber daya yang
berkualitas, berpotensi dalam pembangunan, kreatifitas, dan
meningkatkan potensi agar sumber daya yang ada di suatu daerah
dapat dikelola dengan baik melalui pembelajaran (informal,
formal, dan nonformal).
1. Lembaga Kepemudaan
Lembaga atau institusi menurut Auki (2001), memiliki ciri-
ciri si yang berhierarki dengan sifat hubungannya yang
komplementarian. Lembaga kepemudaan memilik peran utama dalam
pembangunan apabila dilihat sektor publik. Peran sektor publik
pada dasamya terdiri dari peran-peran :
a. Memonitoring kebijakan pemerintah dan swasta
b. Data assessment
c. Pendidikan masyarakat dan penyebaran informasi.
6. Dinas Sosial
Peran Dinas Sosial dalam penanganan masalah kepemudaan
adalah meningkatkan kemampuan dan peran pemuda melalui karang
taruna. Karang taruna didirikan dengan tujuan memberikan
pembinaan kepada para remaja, terutama yang putus sekolah dan
menganggur. Program pendidikan yang dapat ditawarkan melalui
lembaga karang taruna antara lain:
a. pelatihan di bidang elektronik;
b. pelatihan kerajinan tangan;
c. pelatihan memasak dan menjahit;
d. kegiatan di berbagai bidang olahraga;
e. pendidikan kesenian.
Pemilihan program dan cara pelaksanaan program disesuaikan
dengan situasi dan kondisi daerah setempat.
a. Badan Bina Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat
Bertugas mengurusi keberadaan lembaga kepemudaan di daerah
tingkat II.
b. Perencanaan Program Pelatihan Pemuda yang disesuaikan
dengan kemampuan dan sumber daya manusia yang tersedia untuk
menciptakan program yang sesuai dengan situasi dan kondisi
daerah.