Episemiologi Syariah Akhirat
Episemiologi Syariah Akhirat
A. Definisi
a) Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari kata yunani yaitu (epi=pada,
demos=penduduk, logos=ilmu) dengan demikian epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari hal-hal yang terjadi pada rakyat (Eliana, 2016).
Beberapa definisi epidemiologi sebagai berikut (Eliana, 2016):
W.H. Welch Epidemiologi adalah Suatu ilmu yang mempelajari tentang
timbulnya perjalanan dan pencegahan penyakit terutama penyakit infeksi
menular.
Mac Mahon dan Pugh Ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit
dan faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit pada manusia.
Last, Beagehole et al, (1993) Studi tentang distribusi dan faktor-faktor yang
menentukan keadaan yang berhubungan dengan kesehatan atau kejadian-
kejadian pada kelompok penduduk tertentu.
W.H. Frost Ilmu yang mempelajari timbulnya distribusi dan jenis penyakit
pada manusia menurut waktu dan tempat.
Azrul azwar Ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia/masyarakat serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya.
b) Syariah
Terdapat istilah syarî’ah dalam hukum Islam yang harus dipahami
sebagai sebuah intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Syarî’at atau ditulis juga
syarî’ah secara etimologis (bahasa) sebagaimana dikemukakan oleh Hasbi as-
Shiddieqy adalah “Jalan tempat keluarnya sumber mata air atau jalan yang
dilalui air terjun” yang kemudian diasosiasikan oleh orang-orang Arab
sebagai at-thariqah al-mustaqîmah, sebuah jalan lurus yang harus diikuti oleh
setiap umat muslim. Pergeseran makna dari denonatif, sumber mata air,
menjadi jalan yang lurus tersebut memiliki alasan yang bisa dinalar. Setiap
makhluk hidup pasti membutuhkan air sebagai sarana menjaga keselamatan
dan kesehatan tubuh, guna bisa bertahan hidup di dunia. Demikian juga
halnya dengan pengertian “jalan yang lurus” di dalamnya mengandung
maksud bahwa syariat sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai
kebaikan serta keselamatan baik jiwa maupun raga. Jalan yang lurus itulah
yang harus senantiasa dilalui oleh setiap manusia untuk mencapai
kebahagiaan dan keselamatan dalam hidupnya.
Secara terminologis (istilah) syarî’ah diartikan sebagai tata aturan
atau hukum-hukum yang disyariatkan oleh Allah kepada hamba-Nya untuk
diikuti. Diperjelas oleh pendapat Manna’ al- Qhaththan, bahwa syarî’at
berarti “segala ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya,
baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak, maupun muamalah (Rohidin, 2019).
Secara bahasa, syariah bermakna sumber air, jalan yang lurus,
hukum dan lain sebagainya. Kata ini dalam Al Qur’an juga sudah muncul baik
dalam bentuk fi’il madhi (kata kerja lampau), atau bentuk yang lainnya.
Bahkan dalam bentuk isim maf’ul yang kita pakai juga bisa kita jumpai.
Sedangkan pengertian mudahnya dalam terminologi ulama, bisa
difahami sebagai agama Islam beserta semua ajaran-ajarannya yang Allah
turunkan kepada kita melalui Nabi-Nya. Ajaran- ajaran tersebut tertuang
dalam Al Qur’an maupun As Sunnah. Ajaran-ajaran tersebut meliputi
i'tiqadiyah (tauhid), khuluqiyyah (akhlak) dan amaliyah (aktivitas lahir).
Itulah Syariah.
Tentu saja antara makna bahasa (etimologi) dan makna terminology
dari kata syariah memiliki korelasi. Barangkali korelasi yang paling nampak
adalah bahwa keduanya merupakan sumber kehidupan. Jika air merupakan
sumber kehidupan jasmani, maka syariah adalah sumber kehidupan rohani
(Nashr, 2018 ).
c) Akhirat
Kehidupan akhirat adalah kehidupan yang kekal dan lebih baik dari
kehidupan dunia. Kehidupan akhirat dimulai ketika hari kiamat datang,
berkenaan dengan hari kiamat ini, hanya Allah SWT sajalah yang mengetahui
waktunya (Istinganatul, 2021).
Kehidupan akhirat merupakan kelanjutan kehidupan dunia, dalam arti
bahwa dalam kehidupan akhirat ini manusia harus mempertanggungjawabkan
segala apa yang telah ia jalani ketika masih hidup di dunia. Di akhirat kelak
Allah melakukan perhitungan atas amal perbuatan manusia dengan adil dan
cermat, bagi hamba-hambanya yang beriman dan beramal saleh serta
melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang
menjadi larangan Allah, maka mereka akan diganjar dengan kenikmatan,
sedangkan di antara manusia yang tidak beriman kepada Allah, maka mereka
akan disiksa di dalam neraka (Mujahidin, 2021).
al-akhirah merupakan antonym dari al-dun-ya. Artinya ketika
disebutkan al-akhirah maka ia mengacu kepada sebuah kehidupan yang
hakiki dan kekal, sebagai lawan dari ad-dun-ya yakni kehidupan yang
artifisial dan bersifat sementara. Penyebutan al-yaum al-akhir, yang dirangkai
dengan iman kepada Allah, pada hakikatnya dimaksudkan sebagai hari
perhitungan (al-hisab) dan pembalasan (al-jaza’), sehingga oleh Alquran ia
dijadikan sebagai sarana yang efektif untuk menumbuhkan kejujuran,
ketakwaan, kedermawanan, berani berkorban demi kebenaran dan kadilan,
dan sebagainya. Begitu juga, ia bisa dijadikan tameng dari perilaku-perilaku
buruk, misalnya kemunafikan, riya, dan sebagainya (Hadiyanto, 2018).
d) Kesehatan
Menurut WHO (World Health Organization), sehat adalah
“Memperbaiki kondisi manusia, baik jasmani, rohani ataupun akal, sosial dan
bukan semata-mata memberantas penyakit” (Muadz et al., 2016).
Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari tentang kondisi manusia,
baik fisik, mental,ataupun akal ataupun sosial secara lengkap dalam keadaan
baik atau tidak dan terdapat penyakit atau kelemahan.
Oleh karenanya Islam menyeru kepada umat muslim untuk
mempelajari ilmu kesehatan dan tentunya Allah memberikan keutamaan
tersendiri bagi hambanya yang berbuat baik. Keutamaan-keutamaan
mempelajari ilmu kesehatan diantaranya adalah (Muadz et al., 2016):
a) Mempertebal keimanan: Dengan mempelajari ilmu kesehatan, kita bisa
mengungkap kebenaran al- Quran dan hadist tentang kesehatan. Hal ini
telah menambah khazanah pengetahuan dan iman serta menjadikan
teguhnya hati pada nilai-nilai ajaran Islam.
b) Mendapatkan kebaikan dan pahala: Allah menghendaki kita untuk selalu
menambah ilmu pengetahuan. Dalam hadist Rasulullah juga telah jelas
diperintahkan bahwa “Menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim”. Dari
kedua anjuran tersebut, jika kita melakukannya, maka akan bernilai
pahala.
c) Terbebas dari penyimpangan akidah: Melalui ilmu kesehatan Islam,
membebaskan ilmu kedokteran dan medis dari otoritas agama, bahkan
membebaskan taklid, khurafat, dan pemikiran sesat yang menyebabkan
penyimpangan akidah.
d) Mempertebal rasa syukur: Dengan memahami ilmu kesehatan, kita bisa
menjaga dan merawat kesehatan yang diamanahkan oleh Allah kepada
hambaNya. Hal ini menjadi pengingat bahwa jasmani dan ruhani hanya
milik Allah, sehingga mempertebal rasa syukur kita.
e) Mempunyai jiwa sosial yang tinggi: Jika kita mempunyai ilmu,
kewajiban kita adalah menyampaikannya. Begitu juga ketika keilmuan
tentang kesehatan sudah kita miliki, maka pertanggung jawabannya
adalah menolong orang lain yang membutuhkan dengan jiwa sosial yang
tinggi.
ََ َوتَذَ ُر
َون آاْل ِخ َر َة
Artinya: “dan meninggalkan (kehidupan) akhirat.”
(Dan meninggalkan kehidupan akhirat) karena itu mereka tidak beramal
untuk menyambut hari akhirat (Tafsir Jalalayn).
2) Surat Al insan ayat 27
ََ َعذ
َاب َي آومَ ع َِظيم َ علَ آي ُك آَم َُ ِإ ِني أ َ َخ
َ اف
Artinya: “Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar"
(Sesungguhnya aku takut kalian akan ditimpa azab hari yang besar") di
dunia dan di akhirat jika kalian durhaka kepadaku (Tafsir Jalalayn).
5) Surat Al-Isra’ ayat 10
عذَابًا أ َ ِلي ًمَا
َ َوأَنَ الذِينََ َََل يُ آؤ ِمنُونََ بِ آاْل ِخ َر َِة أ َ آعت َ آدنَا لَ ُه آَم
Artinya: “dan sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada
kehidupan akhirat, Kami sediakan bagi mereka azab yang pedih.”
ي ِ ِفي ََ َعذ
َ اب ا آل ِخ آز َ ساتَ ِلنُذِيقَ ُه آَم َ ص ًرا ِفي أَيامَ نَ ِح َ ص آر َ علَ آي ِه آَم ِري ًحا َ س آلنََا َ فَأ َ آر
ََ ص ُر
ون ََٰ اب آاْل ِخ َر َِة أ َ آخ َز
َ ىَۖ َو ُه آَم َََل يُ آن َُ َا آل َحيَا َِة ال ُّد آنيََاَۖ َولَعَذ
Artinya: “Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka
dalam beberapa hari yang sial, karena Kami hendak merasakan kepada
mereka itu siksaan yang menghinakan dalam kehidupan dunia. Dan
Sesungguhnya siksa akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi
pertolongan.”
(Maka Kami meniupkan angin yang amat gemuruh kepada mereka)
yakni angin dingin yang sangat keras suaranya, tetapi tanpa hujan (dalam
beberapa hari yang sial) dapat dibaca Nahisaatin atau Nahsaatin, artinya hari-
hari yang penuh dengan kesialan bagi mereka (karena Kami hendak merasakan
kepada mereka itu siksaan yang menghinakan) azab yang menghinakan (dalam
kehidupan dunia. Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan) lebih
keras penghinaannya (sedangkan mereka tidak diberi pertolongan) yang dapat
mencegah azab dari diri mereka (Tafsir Jalalayn).
10) Surat Al-kahf ayat 36
ى َر ِبي َْل َ ِجدَنَ َخ آي ًرا ِم آن َها ُم آنقَلَ ًبَا َن الساع ََةَ قَا ِئ َم َةً َولَ ِئ آ
ََٰ َن ُر ِددآتَُ إِل ُ َ َو َما أ
َُّ ظ
Artinya: “Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika
sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu."
Aku juga tidak pernah menyangka bahwa hari kiamat itu benar-benar
akan terjadi. Kalau saja hal itu benar dan aku akan dikembalikan kepada Tuhan
sesudah hari kebangkitan nanti, sebagaimana kamu katakan, pasti aku akan
mendapatkan yang lebih baik dari kesenangan saat ini. Karena bagaimanapun
aku adalah orang yang berhak mendapatkan kesenangan hidup." Orang kafir
itu menganalogikan hari akhirat yang gaib dengan kehidupan duniawi. Dia
sama sekali tidak mengerti bahwa kehidupan akhirat merupakan hari
pemberian pahala bagi yang beriman dan berbuat kebajikan (Tafsir Quraish
Shihab).
ار
َِ صةَ ِذك َآرى الد ِإنا أ َ آخلَ آ
َ صنَا ُه آَم ِب َخا ِل
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan
(menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu
mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat.”