5901 25647 1 PB
5901 25647 1 PB
258-267
Ela Nurlaela
Alumni Program Studi Magister Kenotariatan,
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Email : ellanurlaela1672@gmail.com
Abstrak : Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diubah menjadi UU No. 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, telah memberikan kewenangan kepada notaris untuk melakukan
pembuatan akta otentik tentang pengikatan hukum. Dalam praktik bank syariah, akad tersebut dituliskan
dengan menggunakan dua bentuk akta. Salah satunya dibuat menggunakan akta notaris. Mengingat
urgensi dari akad yang dituangkan dalam bentuk akta notaris sebagai konkretisasi dari adanya hubungan
hukum antara bank syariah dengan nasabah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perumusan akad produk pembiayaan yang berbentuk akta notaris dan untuk mengetahui penerapan prinsip
syariah pada akad produk pembiayaan dalam bentuk akta notaris. Penelitian ini menggunakan metode
yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik Pengambilan data melalui studi
kepustakaan. Hasil penelitian diperoleh perumusan akad produk pembiayaan yang berbentuk akta notaris
didasarkan pada UUJN 2014 Pasal 1 angka (1) menyebutkan, Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang ini atau undang-undang lainnya.Terkait pemenuhan prinsip syariah pada akad produk
pembiayaan dalam bentuk akta notaris belum sepenuhnya ditaati sehingga berpotensi tidak sah
berdasarkan ketentuan hukum Islam.
Abstract : Law Number 30 Year 2004 concerning the Notary Position, which was amended into Law
Number 2 Year 2014 concerning the Notary Position, has given the authority to notary to make authentic
deeds about legal binding. In sharia banking practice, the contract is written using two forms of deeds,
one of which is made using a notary deed. Given the urgency of the contract as outlined in the form of a
notary deed as a concretization of the existence of a legal relationship between sharia banks and
customers, this study aimed at determining the formulation of financing product contracts in the form of a
notary deed and discovering the application of sharia principles to financing product contracts in a
notary form. This study used a normative juridical method by using secondary data through library study
as its data collection technique. The results showed that the formulation of financing product contracts in
the form of a notary deed based on UUJN 2014 Article 1 number (1) states that a notary is a public
official who has the authority to make an authentic deed and has other powers as referred to in this Law
or other laws. Regarding the fulfillment of sharia principles in the financing product contracts in the form
of a notary deed, it has not been fully complied with so that it is potentially invalid based on the
provisions of Islamic law.
umum, baik perbankan syariah maupun pihak yang melakukan kejahatan seperti
perbankan konvensional. Salah satu asas memberikan surat palsu dan keterangan
perundang-undangan adalah lexspecialis palsu kedalam akta yang dibuat notaris.
derogat lex generalis,yaitu undang- Sehingga untuk mencegah terjadinya
undang yang bersifat khusus kejahatan-kejahatan yang dapat
mengenyampingkan undang-undang yang menjerumuskan notaris terlibat dalam
bersifat umum. Dengan demikian jika permasalahan hukum, perlu diatur kembali
dalam UU Perbankan Syariah ada dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
pengaturan yang berbeda dengan yang tentang pedoman dan tuntunan notaris untuk
diatur dalam UU Perbankan, maka bagi bertindak lebih cermat, teliti dan hati-hati
Perbankan Syariah undang-undang yang dalam proses pembuatan akta autentik.
digunakan adalah UU Perbankan Syariah.
(Neni Sri Imaniati, Ada dua isu hukum yang dikaji
Syariah. Sedangkan Notaris dalam tetapi karena dibuat oleh atau di hadapan
menjalankan tugas dan jabatannya sangat seorang pejabat umum. Otentisitas dari akta
”pejabat umum”, sehingga akta yang dibuat dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan
oleh untuk memastikan hak dan kewajiban para
Notaris dalam kedudukannya pihak demi kepastian, ketertiban, dan
tersebut memperoleh sifat akta otentik. perlindungan hukum bagi pihak yang
Dengan perkataan lain, akta yang dibuat berkepentingan sekaligus bagi masyarakat
oleh Notaris mempunyai sifat otentik, bukan secara keseluruhan. (Penjelasan Atas
oleh karena undang-undang menetapkan Undang-Undang Undang-undang Nomor 30
sedemikian, akan tetapi oleh akta itu dibuat Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, TLNRI
oleh atau di hadapan pejabat umum, seperti Nomor 4432). Dalam melaksanakan
yang dimaksud dalam Pasal 1868 tugasnya membuat akta otentik, seorang
KUHPerdata. Adapun unsur-unsur yang notaris wajib menjalankan ketentuan dalam
terdapat dalam Pasal 1868 KUHPerdata UUJN. Notaris diwajibkan untuk bertindak
adalah sebagai berikut : jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
1. Bahwa akta itu dibuat dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
diresmikan dalam bentuk menurut hukum; dalam perbuatan hukum, sesuai dengan
2. Bahwa akta itu dibuat oleh atau Pasal 16 UUJN. Karenanya Notaris harus
dihadapan pejabat umum; bertindak hati-hati dan cermat serta teliti
3. Bahwa akta itu dibuat dihadapan dalam menjalankan proswedur untuk
yang berwenang membuat akta otentik.
Notaris adalah pejabat umum yang Tugas dan wewenang notaris jika
berwenang untuk membuat akta otentik dilihat dari jabatannya, maka seorang notaris
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak bertugas menjalankan sebagian kewibawaan
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. pemerintah, karena notaris menurut
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan Peraturan Jabatan Notaris selaku Pejabat
oleh peraturan perundang-undangan dalam Umum yang ditunjuk oleh undang-undang
rangka menciptakan kepastian, ketertiban, untuk membuat akta otentik yang
dan perlindungan hukum. Selain akta otentik sebenarnya menurut hemat peneliti
yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, pekerjaan membuat akta otentik itu adalah
bukan saja karena diharuskan oleh peraturan pekerjaan pemerintah.
perundang-undangan, tetapi juga karena
Sedangkan wewenang notaris adalah antara lain sebagai ahli penemuan hukum
membuat akta autentik sebagaimana yang dan penasehat hukum. Selain
diperintahkan oleh pasal 1868 Kitab kewenangannya untuk membuat akta otentik
Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu akta dalam arti “verlijden” (menyusun,
yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk membacakan dan menanda-tangani), akan
menurut hukum (undang-undang), dibuat tetapi juga berdasarkan dalam pasal 16 huruf
oleh atau dihadapan pejabat umum, dan d Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
ditempat dimana akta itu dibuat. Selain dari Tentang Jabatan Notaris Notaris wajib untuk
pada itu juga mengacu dan berkaitan dengan membuatnya, kecuali terdapat alasan yang
pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum mempunyai dasar untuk menolak
Perdata dan Undang-Undang Nomor 30 pembuatannya. (G.H.S. Lumban Tobing,
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. 1999 : 32).
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 30
Berdasarkan latar belakang yang
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
telah diuraikan diatas, maka permasalahan
menyatakan secara tegas bahwa notaris
yang akan di bahas dalam penelitian ini
adalah satu-satunya pejabat umum
adalah :
(openbaar ambtenaar) yang berwenang
untuk membuat akta otentik, kecuali jika 1. Bagaimana peran Notaris dalam
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Effendi, Husni Syawal, Penerapan Prinsip
Notaris, serta untuk mengetahui status akta Syariah Dalam Akad Pembiayaan
Notaris apabila terjadi pemalsuan di Berbentuk Akta Notaris Pada Bank Syariah,
Perbankan Syariah menurut Undang-undang Fakultas Hukum Islam Bandung, 2017,
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosi
Notaris. al/article/view/958).
B. PEMBAHASAN Pertama, memperhatikan bentuk
Undang-undang Jabatan Notaris dan akad produk pembiayaan yang dipakai dan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak digunakan sebagai dasar hukum berbuat dari
mengatur secara khusus mengenai akad para pihak yang mengikatkan diri pada
produk perbankan syariah. Akad Produk perjanjian dalam hubungannya dengan
Pembiayaan yang berbentuk Akta Notaris ketentuan prinsip syariah dalam bidang
pedoman pengaturannya masih tersebar. muamalah seharusnya dituliskan secara tegas
Dalam bentuk Fatwa DSN-MUI, terdiri atas lafadz basmallah. Penulisan lafadz basmallah
Fatwa tentang Murabahah, Salam, dan dimaksudkan sebagai pemenuhan prinsip syariah
Istisna, menggunakan akad Tijarah dengan yang menjunjung tinggi nilai ke-Tauhid-an
bahwa segala sesuatu pekerjaan, baik pekerjaan
konsep jual beli. Fatwa tentang Ijarah, Ijarah
membuat akta bagi notaris atau para pihak
Muntahia Bittamlik, menggunakan akad
masing-masing, maupun klausul-klausul yang
Ijarah dengan konsep sewa dan sewa beli.
dituangkan dalam akad disadari tidak mungkin
Lalu Fatwa tentang Musyarakah,
terlaksana kecuali dengan bantuan dan
Mudharabah, menggunakan akad Syirkah kekuasaan Allah SWT. Bahkan selain terlaksana
dengan konsep kerja sama modal usaha. hal yang diperjanjikan, juga mempunyai nilai
Berpijak dari ketentuan prinsip ibadah yang bermanfaat dan membawa berkah
syariah serta rukun dan syarat akad dalam dikemudian hari.
hukum Islam berikut ketentuan lain yang Kedua, bertitik tolak dari ketentuan
berhubungan dengan kegiatan perbankan rukun dan syarat akad yang pada intinya
syariah, khususnya berkenaan dengan akad menyangkut subjek dan objek belum dipahami
produk perbankan syariah berbentuk akta secara semestinya oleh para pihak, khususnya
bank syariah. Pernyataan kehendak dalam suatu
notaris dapat dideskripsikan sebagai berikut
akad dinyatakan dalam ijab qabul yang terjadi
: (Asep Rozali, Neni Sri Imaniyati, Deddy
antara para pihak seyogyanya dilakukan secara hukum Islam keadaan demikian digolongkan
bersama-sama antara nasabah dengan bank. sebagai riba. Dalam kondisi demikian maka
Namun dalam implementasinya misalnya dalam akad-akad bank syariah berpotensi tidak sah
bentuk pembiayaan, kesepakatan yang dilakukan
berdasarkan ketentuan hukum Islam, namun
oleh subjek akad itu dilakukan terlebih dahulu
demikian masih sah berdasarkan hukum
oleh nasabah dengan penyedia barang dalam
perdata.
bentuk MoU. Lalu kemudian MoU yang sama
Notaris, selain berwenang membuat
dibuat juga oleh bank dengan penyedia barang.
Keadaan demikian memungkinkan terjadinya
akta otentik baik oleh maupun
B. Peraturan perundang-undangan