Anda di halaman 1dari 10

AKTUALITA, Vol. 3 No. 1 2020 hal.

258-267

STATUS AKTA PERBANKAN SYARIAH YANG DIBUAT OLEH NOTARIS


DIHUBUNGKAN DENGAN KEWENANGAN YANG DIATUR OLEH UNDANG-
UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2014 SEBAGAI PERUBAHAN ATAS UNDANG-
UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

Ela Nurlaela
Alumni Program Studi Magister Kenotariatan,
Pascasarjana Universitas Islam Bandung
Email : ellanurlaela1672@gmail.com
Abstrak : Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang diubah menjadi UU No. 2
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, telah memberikan kewenangan kepada notaris untuk melakukan
pembuatan akta otentik tentang pengikatan hukum. Dalam praktik bank syariah, akad tersebut dituliskan
dengan menggunakan dua bentuk akta. Salah satunya dibuat menggunakan akta notaris. Mengingat
urgensi dari akad yang dituangkan dalam bentuk akta notaris sebagai konkretisasi dari adanya hubungan
hukum antara bank syariah dengan nasabah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
perumusan akad produk pembiayaan yang berbentuk akta notaris dan untuk mengetahui penerapan prinsip
syariah pada akad produk pembiayaan dalam bentuk akta notaris. Penelitian ini menggunakan metode
yuridis normatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik Pengambilan data melalui studi
kepustakaan. Hasil penelitian diperoleh perumusan akad produk pembiayaan yang berbentuk akta notaris
didasarkan pada UUJN 2014 Pasal 1 angka (1) menyebutkan, Notaris adalah pejabat umum yang
berwenang untuk membuat akta otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Undang-undang ini atau undang-undang lainnya.Terkait pemenuhan prinsip syariah pada akad produk
pembiayaan dalam bentuk akta notaris belum sepenuhnya ditaati sehingga berpotensi tidak sah
berdasarkan ketentuan hukum Islam.

Kata Kunci : Prinsip Syariah, Akta Notaris, Status akta.

Abstract : Law Number 30 Year 2004 concerning the Notary Position, which was amended into Law
Number 2 Year 2014 concerning the Notary Position, has given the authority to notary to make authentic
deeds about legal binding. In sharia banking practice, the contract is written using two forms of deeds,
one of which is made using a notary deed. Given the urgency of the contract as outlined in the form of a
notary deed as a concretization of the existence of a legal relationship between sharia banks and
customers, this study aimed at determining the formulation of financing product contracts in the form of a
notary deed and discovering the application of sharia principles to financing product contracts in a
notary form. This study used a normative juridical method by using secondary data through library study
as its data collection technique. The results showed that the formulation of financing product contracts in
the form of a notary deed based on UUJN 2014 Article 1 number (1) states that a notary is a public
official who has the authority to make an authentic deed and has other powers as referred to in this Law
or other laws. Regarding the fulfillment of sharia principles in the financing product contracts in the form
of a notary deed, it has not been fully complied with so that it is potentially invalid based on the
provisions of Islamic law.

Keyword : Sharia Principle, Notary Deed, Deed Status

ISSN : 2620-9098 258


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

A. PENDAHULUAN Perbankan Syariah sebagai salah


satu sistem perbankan nasional
Seiring dengan perkembangannya
memerlukan berbagai sarana pendukung
bank syariah yang secara konseptual telah
agar dapat memberikan kontribusi yang
diterima oleh masyarakat dan sebagai
maksimum bagi perekonomian nasional.
perbankan alternatif bagi masyarakat yang
Salah satu sarana pendukung vital adalah
memiliki keyakinan untuk melaksanakan
adanya pengaturan yang memadai dan
syariat Islam yang sesuai dengan fitrah
sesuai dengan karakteristiknya. UU
hidup manusia. Perkembangan ini, ternyata
perbankan yang telah ada dirasakan masih
juga diikuti dengan tumbuhnya beberapa
kurang mengakomodir karakteristik
lembaga keuangan yang berbasis syariah.
operasional bank syariah. Untuk menjamin
Hal ini ditandai dengan tumbuhnya
kepastian hukum bagi stakeholder,
Lembaga Keuangan Mikro Syariah seperti
memberikan keyakinan kepada masyarakat
KSM-BMT, Koperasi Pesantren
dalam menggunakan produk dan jasa bank
(Koppontren), Koperasi Serba Usaha (KSU),
syariah, menjamin terpenuhnya prinsip-
Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dalam
prinsip Syariah, prinsip-prinsip kesehatan
operasionalnya menggunakan prinsip-
Bank Syariah dan terutama untuk
prinsip syariah. (Mahfudz Junaedi, 2005 :
memobilisasi dana dari negara lain
2). Praktek perbankan syariah berdasarkan
yang mensyaratkan pengaturan terhadap
prinsip syariah adalah Bank Umum Syariah
Bank Syariah dalam undang-undang
(BUS), Bank Perkreditan Rakyat Syariah
tersendri, sangat mendesak disusun dan
(BPRS) yang beroperasi sesuai dengan
diundangkannya UU Perbankan Syariah.
prinsip-prinsip syariah Islam atau dengan
kata lain yaitu bank yang tata cara
Kedudukan Undang-undang
beroperasinya mengacu pada ketentuan-
Perbankan Syariah adalah merupakan lex
ketentuan Islam (AlQuran dan Hadits).
specialis dari UU Perbankan. Hal ini
(Moh. Rifai, 2002 : 1). Salah satunya adalah
dikarenakan UU Perbankan Syariah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
merupakan undang-undang yang khusus
yang memiliki produk-produk pembiayaan
mengatur perbankan syariah sedangkan UU
dengan prinsip-prinsip Syariah.
Perbankan mengatur perbankan secara

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 259


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

umum, baik perbankan syariah maupun pihak yang melakukan kejahatan seperti
perbankan konvensional. Salah satu asas memberikan surat palsu dan keterangan
perundang-undangan adalah lexspecialis palsu kedalam akta yang dibuat notaris.
derogat lex generalis,yaitu undang- Sehingga untuk mencegah terjadinya
undang yang bersifat khusus kejahatan-kejahatan yang dapat
mengenyampingkan undang-undang yang menjerumuskan notaris terlibat dalam
bersifat umum. Dengan demikian jika permasalahan hukum, perlu diatur kembali
dalam UU Perbankan Syariah ada dalam Undang-Undang Jabatan Notaris
pengaturan yang berbeda dengan yang tentang pedoman dan tuntunan notaris untuk
diatur dalam UU Perbankan, maka bagi bertindak lebih cermat, teliti dan hati-hati
Perbankan Syariah undang-undang yang dalam proses pembuatan akta autentik.
digunakan adalah UU Perbankan Syariah.
(Neni Sri Imaniati, Ada dua isu hukum yang dikaji

https://www.neliti.com/publications/25226/p dalam penelitian ini, yakni bentuk-bentuk

erkembangan-regulasi-perbankan-syariah- prinsip kehati-hatian notaris dalam proses

di-indonesia-peluang-dan-tantangan). pembuatan akta autentik yang dilakukan di


Bank syariah, dan status hukum terhadap
Pasal 1 angka 13 UU No.21 Tahun akta Notaris tersebut dihubungkan dengan
2008 tentang Perbankan Syariah akad adalah kewenangan yang diatur dalam
kesepakatan antara Bank Syariah atau Undang_Undang Nomor 12 Tahun 2014.
UUS dan pihak lain yang memuat
adanya hak dan kewajiban bagi masing- Suatu akta adalah otentik, bukan

masing pihak sesuai dengan Prinsip karena penetapan undang-undang, akan

Syariah. Sedangkan Notaris dalam tetapi karena dibuat oleh atau di hadapan

menjalankan tugas dan jabatannya sangat seorang pejabat umum. Otentisitas dari akta

penting untuk melaksanakan prinsip kehati- Notaris bersumber dari Pasal 1

hatian dalam proses pembuatan akta UndangUndang Nomor 30 Tahun 2004

autentik, mengingat seringnya terjadi Tentang Jabatan Notaris (selanjutnya disebut


UUJN), di mana Notaris dijadikan sebagai
permasalahan hukum terhadap akta autentik
yang dibuat notaris karena terdapat pihak-

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 260


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

”pejabat umum”, sehingga akta yang dibuat dikehendaki oleh pihak yang berkepentingan
oleh untuk memastikan hak dan kewajiban para
Notaris dalam kedudukannya pihak demi kepastian, ketertiban, dan
tersebut memperoleh sifat akta otentik. perlindungan hukum bagi pihak yang
Dengan perkataan lain, akta yang dibuat berkepentingan sekaligus bagi masyarakat
oleh Notaris mempunyai sifat otentik, bukan secara keseluruhan. (Penjelasan Atas
oleh karena undang-undang menetapkan Undang-Undang Undang-undang Nomor 30
sedemikian, akan tetapi oleh akta itu dibuat Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris, TLNRI
oleh atau di hadapan pejabat umum, seperti Nomor 4432). Dalam melaksanakan
yang dimaksud dalam Pasal 1868 tugasnya membuat akta otentik, seorang
KUHPerdata. Adapun unsur-unsur yang notaris wajib menjalankan ketentuan dalam
terdapat dalam Pasal 1868 KUHPerdata UUJN. Notaris diwajibkan untuk bertindak
adalah sebagai berikut : jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan
1. Bahwa akta itu dibuat dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
diresmikan dalam bentuk menurut hukum; dalam perbuatan hukum, sesuai dengan
2. Bahwa akta itu dibuat oleh atau Pasal 16 UUJN. Karenanya Notaris harus
dihadapan pejabat umum; bertindak hati-hati dan cermat serta teliti
3. Bahwa akta itu dibuat dihadapan dalam menjalankan proswedur untuk
yang berwenang membuat akta otentik.
Notaris adalah pejabat umum yang Tugas dan wewenang notaris jika
berwenang untuk membuat akta otentik dilihat dari jabatannya, maka seorang notaris
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak bertugas menjalankan sebagian kewibawaan
dikhususkan bagi pejabat umum lainnya. pemerintah, karena notaris menurut
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan Peraturan Jabatan Notaris selaku Pejabat
oleh peraturan perundang-undangan dalam Umum yang ditunjuk oleh undang-undang
rangka menciptakan kepastian, ketertiban, untuk membuat akta otentik yang
dan perlindungan hukum. Selain akta otentik sebenarnya menurut hemat peneliti
yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, pekerjaan membuat akta otentik itu adalah
bukan saja karena diharuskan oleh peraturan pekerjaan pemerintah.
perundang-undangan, tetapi juga karena

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 261


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

Sedangkan wewenang notaris adalah antara lain sebagai ahli penemuan hukum
membuat akta autentik sebagaimana yang dan penasehat hukum. Selain
diperintahkan oleh pasal 1868 Kitab kewenangannya untuk membuat akta otentik
Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu akta dalam arti “verlijden” (menyusun,
yang dibuat dan diresmikan dalam bentuk membacakan dan menanda-tangani), akan
menurut hukum (undang-undang), dibuat tetapi juga berdasarkan dalam pasal 16 huruf
oleh atau dihadapan pejabat umum, dan d Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
ditempat dimana akta itu dibuat. Selain dari Tentang Jabatan Notaris Notaris wajib untuk
pada itu juga mengacu dan berkaitan dengan membuatnya, kecuali terdapat alasan yang
pasal 1870 Kitab Undang-Undang Hukum mempunyai dasar untuk menolak
Perdata dan Undang-Undang Nomor 30 pembuatannya. (G.H.S. Lumban Tobing,
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris. 1999 : 32).
Menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 30
Berdasarkan latar belakang yang
Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris,
telah diuraikan diatas, maka permasalahan
menyatakan secara tegas bahwa notaris
yang akan di bahas dalam penelitian ini
adalah satu-satunya pejabat umum
adalah :
(openbaar ambtenaar) yang berwenang
untuk membuat akta otentik, kecuali jika 1. Bagaimana peran Notaris dalam

undang-undang menentukan lain. pelaksanaan pembuatan akta perbankan


di Bank Syariah menurut Undang-
Intisari dari tugas dan wewenang
undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang
notaris bila dilihat dari Peraturan Jabatan
Jabatan Notaris?
Notaris hanyalah membuat akta,
2. Bagaimana status akta Notaris apabila
melegalisasi akta di bawah tangan dan
terjadi pemalsuan di Perbankan Syariah
membuat grosse akta serta berhak
menurut Undang-undang Nomor 2
mengeluarkan salinan atau turunan akta
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris?
kepada pihak yang berkepentingan. Padahal
Tujuan dari penelitian ini adalah
dalam praktek tugas dan wewenang notaris
untuk mengetahui peran Notaris dalam
leibh luas dari apa yang diatur dalam
pelaksanaan pembuatan akta perbankan di
undangundang. Notaris dalam praktek, yaitu
Bank Syariah menurut Undang-undang

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 262


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Effendi, Husni Syawal, Penerapan Prinsip
Notaris, serta untuk mengetahui status akta Syariah Dalam Akad Pembiayaan
Notaris apabila terjadi pemalsuan di Berbentuk Akta Notaris Pada Bank Syariah,
Perbankan Syariah menurut Undang-undang Fakultas Hukum Islam Bandung, 2017,
Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan http://proceeding.unisba.ac.id/index.php/sosi
Notaris. al/article/view/958).
B. PEMBAHASAN Pertama, memperhatikan bentuk
Undang-undang Jabatan Notaris dan akad produk pembiayaan yang dipakai dan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata tidak digunakan sebagai dasar hukum berbuat dari
mengatur secara khusus mengenai akad para pihak yang mengikatkan diri pada
produk perbankan syariah. Akad Produk perjanjian dalam hubungannya dengan
Pembiayaan yang berbentuk Akta Notaris ketentuan prinsip syariah dalam bidang
pedoman pengaturannya masih tersebar. muamalah seharusnya dituliskan secara tegas
Dalam bentuk Fatwa DSN-MUI, terdiri atas lafadz basmallah. Penulisan lafadz basmallah
Fatwa tentang Murabahah, Salam, dan dimaksudkan sebagai pemenuhan prinsip syariah

Istisna, menggunakan akad Tijarah dengan yang menjunjung tinggi nilai ke-Tauhid-an
bahwa segala sesuatu pekerjaan, baik pekerjaan
konsep jual beli. Fatwa tentang Ijarah, Ijarah
membuat akta bagi notaris atau para pihak
Muntahia Bittamlik, menggunakan akad
masing-masing, maupun klausul-klausul yang
Ijarah dengan konsep sewa dan sewa beli.
dituangkan dalam akad disadari tidak mungkin
Lalu Fatwa tentang Musyarakah,
terlaksana kecuali dengan bantuan dan
Mudharabah, menggunakan akad Syirkah kekuasaan Allah SWT. Bahkan selain terlaksana
dengan konsep kerja sama modal usaha. hal yang diperjanjikan, juga mempunyai nilai
Berpijak dari ketentuan prinsip ibadah yang bermanfaat dan membawa berkah
syariah serta rukun dan syarat akad dalam dikemudian hari.
hukum Islam berikut ketentuan lain yang Kedua, bertitik tolak dari ketentuan
berhubungan dengan kegiatan perbankan rukun dan syarat akad yang pada intinya

syariah, khususnya berkenaan dengan akad menyangkut subjek dan objek belum dipahami

produk perbankan syariah berbentuk akta secara semestinya oleh para pihak, khususnya
bank syariah. Pernyataan kehendak dalam suatu
notaris dapat dideskripsikan sebagai berikut
akad dinyatakan dalam ijab qabul yang terjadi
: (Asep Rozali, Neni Sri Imaniyati, Deddy

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 263


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

antara para pihak seyogyanya dilakukan secara hukum Islam keadaan demikian digolongkan
bersama-sama antara nasabah dengan bank. sebagai riba. Dalam kondisi demikian maka
Namun dalam implementasinya misalnya dalam akad-akad bank syariah berpotensi tidak sah
bentuk pembiayaan, kesepakatan yang dilakukan
berdasarkan ketentuan hukum Islam, namun
oleh subjek akad itu dilakukan terlebih dahulu
demikian masih sah berdasarkan hukum
oleh nasabah dengan penyedia barang dalam
perdata.
bentuk MoU. Lalu kemudian MoU yang sama
Notaris, selain berwenang membuat
dibuat juga oleh bank dengan penyedia barang.
Keadaan demikian memungkinkan terjadinya
akta otentik baik oleh maupun

pelanggaran terhadap kebebasan membuat dihadapannya, yang memang merupakan


kesepakatan secara murni, wajar, tanpa unsur- tugas pokoknya sehari-hari notaris juga
unsur yang mempengaruhi dan menyesatkan dapat melakukan tindakan sebagai berikut:
yang merusak kehendak para pihak. Kemudian a. Bertindak sebagai penasehat hukum,
terkait dengan objek yang diperjanjikan yang terutama yang menyangkut masalah
harus dapat ditransaksikan dan tidak hukum perdata dalam arti luas (privaat);
bertentangan dengan syara, dalam
b. Melakukan pendaftaran (waarmerking)
implementasinya bank syariah sebagai lembaga
atas akta-akta atau surat-surat di bawah
yang menyediakan pembiayaan betindak
tangan dan dokumen (stukken).
sekaligus sebagai penyedia barangnya
c. Melegalisasi tanda tangan;
berdasarkan MoU dengan pihak ketiga
d. Membuat dan mensahkan
sebelumnya. Langkah ini dilakukan karena
barang yang akan dibiayai harus berada dalam (waarmerking) salinan atau turunan
kekuasaan atau milik dari pihak selain pihak berbagai dokumen (copy collationee)
yang membutuhkan. Bila tidak dilakukan hal ini e. Mengusahakan disahkannya badan-
maka yang terjadi adalah transaksi dilakukan badan seperti Perseroan
terhadap barang yang belum ada atau barang Terbatas/Yayasan agar memperoleh
yang bukan milik dari pemilik. Selain gambaran persetujuan/pengesahan sebagai badan
seperti tersebut, sudah umum dilakukan oleh
hukum dan Menteri Kehakiman dan
bank syariah dalam mengimplementasikan
HAM.
konsep bagi hasil dilakukan dengan ditetapkan
Kerja sama antara Notaris dengan
terlebih dahulu besaran dari bagi hasil bagi
bank syariah dalam pembuatan akta akad
masing-masing pihak. Sedangkan dalam
pembiayaan yang berprinsip syariah, maka

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 264


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

pembiayaan-pembiayaan yang biasa selalu membutuhkan suatu akad yang


ditangani oleh notaris secara prinsip akad mengandung klausul yang lengkap guna
terdiri dari : menjamin kepastian hukum agar dapat
1) Pembiayaan musyarakah yakni pembiayaan meminimalisir risiko oleh pihak bank
antara 2 (dua) pihak untuk melakukan usaha syariah tersebut.Secara yuridis formal ada 2
tertentu dan dari usaha tersebut keuntungan (dua) jenis akad yang dibuat oleh bank
akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. syariah, yaitu: Akad pembiayaan syariah
2) Pembiayaan Mudharabah, yakni pembiayaan dibawah tangan atau akta di bawah tangan
di mana satu pihak sebagai pengelola dan Akad pembiayaan syariah yang dibuat
sedangkan pihak lain sebagai penyedia modal. oleh dan dihadapan notaris (notariil) atau
Sedangkan pengembalian pokok pembiayaan akta otentik.
disesuaikan dengan cash flow atau arus kas C. PENUTUP
usaha nasabah tersebut sehingga tidak akan 1. Kesimpulan
memberatkan nasabah
(1) Notaris berperan sepanjang yang
3) Pembiayaan dengan prinsip ijarah atau sewa
menyangkut akta yang dibuatnya
menyewa
(Pasal 1 Undang-undang Nomor 2
4) Pembiayaan Murabahah
Tahun 2014 tentang Jabatan
Dalam pemberian tugas inilah,
Notaris), Notaris berperan sepanjang
terletak pemberian tanda kepercayaan
mengenai orang, untuk kepentingan
kepada para pejabat itu dan pemberian
siapa akta itu dibuat (Pasal 20
kekuatan pembuktian kepada akta-akta yang
Undang-undang Nomor 2 Tahun
mereka buat yang secara hukum memiliki
2014 tentang Jabatan Notaris),
tiga kekuatan pembuktian, yakni:
Notaris berperan sepanjang
a. Kekuatan Pembuktian
mengenai tempat, di mana akta itu
Lahiriah/Luar;
dibuat (Pasal 18 Undang-undang
b. Kekuatan Pembuktian Formal;
Nomor 2 Tahun 2014 tentang
c. Kekuatan Pembuktian Material.
Jabatan Notaris) dan Notaris
Oleh karena itu peranan notaris
berperan sepanjang tempat
dalam pembuatan akta akad pembiayaan di
kedudukan pembuatan akta itu (Pasal
bank syariah adalah dalam hal pembiayaan

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 265


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

19 Undang-undang Nomor 2 Tahun DAFTAR PUSTAKA


2014 tentang Jabatan Notaris). A. Buku
(2) Bahwa pihak yang berwenang
Mahfudz Junaedi, 2005. Lembaga Keuangan
membuat akta otentik adalah notaris,
Mikro Syariah Baitul Maal Wat
terkecuali wewenang tersebut
Tamwil (BMT) dalam Perspektif
diserahkan pada pejabat lain atau
Hukum Bisnis di Indonesia. Tesis.
orang lain, kemudian dari sisi Grosse
Program Magister Ilmu Hukum
Akta Pengakuan Hutang akan
Program Pascasarjana. Universitas
mempunyai kekuatan eksekutorial
Islam Sultan Agung Semarang
dan di samakan dengan keputusan
hakim. Maka di dalam Akad Moh. Rifai, 2002, Konsep Perbankan

Pembiayaan di Bank Syariah, oleh Syariah, Wicaksana, Semarang

bank tersebut diharapkan G.H.S. Lumban Tobing, Peraturan Jabatan


pelaksanaan eksekusinya. Notaris, Erlangga, Jakarta, 1999
2. Saran
Neni Sri Imaniati,
(1) Peran Notaris dalam pelaksanaan
https://www.neliti.com/publications/
pembuatan akta perbankan di Bank
25226/perkembangan-regulasi-
Syariah harus sesuai dengan prinsip
perbankan-syariah-di-indonesia-
syariah karena saat ini prinsip Syariah
peluang-dan-tantangan
sudah menjadi kebutuhan masyarakat.
(2) Notaris dalam memformulasikan Asep Rozali, Neni Sri Imaniyati, Deddy
akta-akta akad syariah wajib Effendi, Husni Syawali, Penerapan
memperhatikan dan mengacu pada Prinsip Syariah Dalam Akad
bentuk akta yang diatur dalam Pembiayaan Berbentuk Akta Notaris
UndangUndang Jabatan Notaris. Notaris Pada Bank Syariah, Fakultas Hukum
yang menangani akta-akta akad syariah Islam Bandung, 2017,
sebaiknya seorang muslim yang http://proceeding.unisba.ac.id/index.
memahami mengenai prinsip-prinsip php/sosial/article/view/958
syariah.

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 266


Ela Nurlaela, Status Akta Perbankan Syariah Yang Dibuat Oleh Notaris Dihubungkan Dengan
Kewenangan

B. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008


tentang Perbankan Syariah

Undang-Undang No. 2 Tahun 2014


dan Undang-Undang No.30
tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris

Kitab Undang-Undang Hukum


Perdata

DOI: https://doi.org/10.29313/aktualita.v0i0.5901 267

Anda mungkin juga menyukai