Anda di halaman 1dari 32

BAB II.

TINJAUAN UMUM TERKAIT HAK CIPTA SOFTWARE

A. Tinjauan Umum Tentang Hak Cipta

Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan padanan kata yang

digunakan dalam Intellectual Property Rights (IPR)29 yang terdiri atas

tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual. Sehingga HaKI

diartikan sebagai kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya

pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya

tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia 30. HaKI dibagi

menjadi dua bagian, yaitu31 Hak Cipta (Copyrights) dan Hak Kekayaan

Industri (Industrial Property Rights).

Istilah “Hak Cipta” (Copyright) pertama kali dikemukakan dalam

Berne Convention pada tahun 1886 tetapi pengertian “Hak Cipta” tidak

dirumuskan dalam Pasal tersendiri namun tersirat dalam Article 2, Article

3, Article 11 dan Article 13 yang isinya diserap dalam Pasal 2 jo Pasal 10

Auteurswet 191232. Dalam Auteurswet 1912 Pasal 1 menyatakan bahwa

“Hak Cipta” adalah hak tunggal dari pencipta atau hak dari yang

mendapat hak tersebut atas hasil ciptaannya dalarn lapangan

29
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi
Era Globalisasi, Jakarta, 2010, Hlm 3
30
Sutedi A, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm. 6
31
Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Ditjen HKI, 2006, hlm. 3
32
Ok. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), Rajawali
Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 61

25
26

kesusastraan, pengetahuan dan kesenian untuk mengumumkan dan

memperbanyak dengan mengingat pembatasan-pembatasan yang

ditentukan oleh Undang-Undang.” Menurut Neighbouring Right “Hak

Cipta” diartikan sebagai hak turunan atau hak salinan yang dilindungi

karena berhubungan dengan perangkat teknologi yang bersifat asli.33

Pada tahun 1951 istilah Hak Cipta mula-mula diusulkan oleh St.

Moh. Syah pada kongres kebudayaan di Bandung sebagai pengganti

istilah Hak Pengarang yang dianggap kurang luas lingkup pengertiannya

karena arti Hak Pengarang merupakan terjemahan dari bahasa Belanda

Auteursrecht34 yang memberikan kesan penyempitan arti dan mengarah

pada kegiatan karang-mengarang.

Universal Copyright Convention dalam Pasal 5 menyebutkan

“Hak Cipta” meliputi hak tunggal dari pencipta untuk membuat,

menerbitkan dan memberi kuasa dari karya ciptanya yang yang

dilindungi oleh suatu perjanjian.35 Penggunaan “Hak Cipta” oleh

Auteurswet 1912 dan Universal Copyright Convention adalah “hak

tunggal” sedangkan UUHC Nomor 19 Tahun 2002 pemakaian istilah

“Hak Cipta” lebih mengarah pada hak eksklusif pencipta dengan

memberikan izin atas ciptaan tersebut.

Auteurswet 1912 adalah sebuah undang-undang yang mengatur

masalah Hak Cipta dan bertujuan memberikan perlindungan hukum bagi

33
Ibid, hal 48.
34
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912
Dan Undang-undang Hak Cipta 1997, Yogyakarta, Liberty, 1997
35
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaaan Intelektual (Intelecctual Property Rights),
Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1997.
27

pencipta atas karya-karya yang diciptakannya. Auteurswet 1912 telah

mengalami ratifikasi menjadi UUHC Nasional pada 1982 di Indonesia

karena Auteurswet 1912 sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan cita-

cita Hukum Nasional yang mendorong atau melindungi penciptaan,

penyebarluasan hasil kebudayaan dibidang karya ilmu, seni, dan sastra

serta mempercepat pertumbuhan kecerdasan kehidupan bangsa dalam

Wahana Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-

undang Dasar 1945.36 UUHC Nomor 6 Tahun 1982 kembali mengalami

ratifikasi menjadi UUHC Nomor 7 Tahun 1987 karena UUHC Nomor 6

Tahun 1982 tidak dapat beradaptasi dengan perkembangan kebutuhan

perlindungan hak cipta.37 Perubahan tersebut berdasarkan pada

peningkatan ancaman pidana dari 5 tahun menjadi 7 tahun dan denda

paling banyak 100 juta rupiah, serta dimasukannya software sebagai

karya cipta yang dilindungi “Hak Cipta” di Indonesia. Akibat terjadinya

kecenderungan Internasional dalam perlindungan “Hak Cipta” dengan

keikutsertaan Indonesia dalam persetujuan permbentukan Organisasi

Perdangan Dunia (WTO) yang telah diratifikasi dalam UU Nomor 7

Tahun 1994, maka UUHC Nomor 7 Tahun 1987 direvisi menjadi UUHC

Nomor 12 Tahun 1997 sebagai konsekuensi logis sekaligus harmonosasi

terhadap persetujuan tersebut.38

36
Adi Supanto, Perspektif Perlindungan Hak Cipta di Indonesia dan Permasalahannya.
Disampaikan dalam rangka Pemahaman HKI pada Universitas Negeri Semarang, 8 Nopember
2000.
37
Budi Santoso, Globalisasi Ekonomi dan Kaitannya dengan Penegakan Hukum terhadap
Pelanggaran Hak Cipta. Bahan Bacaan Kuliah HKI-Hmi. Fakultas Hukum UNDIP.
38
Adi Supanto, Op.cit. hal 3.
28

Penyempurnaan pada UUHC Nomor 12 Tahun 1997 mencakup

berbagai ketentuan tentang perlindungan ciptaan yang tidak diketahui

oleh penciptanya sehingga perlu diadakan pengecualian daripada

pelanggaran terhadap Hak Cipta, jangka waktu perlindungan ciptaan, hak

dan wewenang untuk melakukan gugatan, dan berbagai ketentuan

mengenai PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan aparat Polisi

Negara dalam melakukan penyidikan atas dugaan terjadinya tindak

pidana pelanggaran Hak Cipta sehingga dianggap perlu dilakukan

penambahan mengenai perubahan ketentuan mengenai:39

a. Penambahan ketentuan baru yang mengakui adanya hak atau

penyewaan ciptaan atau Rental Right bagi pemegang Hak Cipta

rekaman video, film dan Program Komputer (Software).

b. Penambahan ketentuan baru yang mengatur perlindungan bagi hak-

hak yang berkaitan dengan Hak Cipta atau Neighbouring Right, yang

meliputi perlindungan bagi pelaku produser rekaman suara dan

lembaga penyiaran.

c. Penambahan ketentuan baru yang mengatur mengenai lisensi Hak

Cipta, dan masih harus peraturan pemerintah yang khusus mengatur

implementasinya.

d. Penyesuaian ketentuan mengenai jangka waktu perlindungan bagi

Program Komputer (Software) atau Komputer Program yang

dilindungi sebagai karya tulis atau literary works menjadi 50 tahun.

39
Sudargo Gautama, Konvensi-konvensi Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal. 50
29

Perubahan UUHC Nomor 12 Tahun 1997 telah memuat beberapa

penyesuaian pasal yang sesuai dengan Agreement On Trade Related

Aspects Of Intellectual Property Rights (TRIP’s) dan World Intellectual

Property Organization (WIPO) tetapi terdapat beberapa hal yang perlu

disempurnakan dalam memberikan perlindungan karya-karya intelektual

di bidang Hak Cipta termasuk upaya memajukan perkembangan karya

intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya, serta

penegasan dan pemilahan kedudukan Hak Cipta di satu pihak dan hak

terkait di lain pihak dalam rangka memberikan perlindungan bagi karya

intelektual yang bersangkutan secara jelas. UUHC Nomor 12 Tahun

1997 telah mengalami ratifikasi menjadi UUHC Nomor 19 Tahun 2002

dan kembali di revisi menjadi UUHC Nomor 28 Tahun 2014 yang saat

ini telah berlaku di Indonesia.

Pasal 1 UUHC Nomor 19 Tahun 2002 menjelaskan pengertian

Hak Cipta mencakup:

a. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang

Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaanya,

yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaanya dilahirkan tanpa

mengurangi pembatasan menurut perundang-undangan yang berlaku.

b. Pencipta atau pemegang Hak Cipta atas karya Sinematografi dan

Program Komputer (Software) memiliki hak untuk memberikan izin

atau melarang orang lain yang tanpa persetujuan menyewakan

ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.


30

Sebanding dengan Pasal 1 angka 1 UUHC Nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta menyatakan bahwa “Hak Cipta” adalah hak eksklusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UUHC Nomor 28 tahun 2014

menguraikan perngertian tentang Hak Cipta, yaitu40:

1. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau

eksklusif (Exclusive Rights) yang diberikan kepada Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta. Ini berarti, orang lain tidak boleh

menggunakan hak tersebut, kecuali dengan izin Pencipta atau

Pemegang Hak Cipta yang bersangkutan;

2. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta untuk mengumumkan Ciptaannya, memperbanyak Ciptaannya

dan memberi izin kepada orang lain untuk mengumumkan atau

memperbanyak hasil Ciptaannya tersebut;

3. Dalam pelaksanaan untuk mengumumkan atau memperbanyak

Ciptaannya,baik Pencipta, Pemegang Hak Cipta, maupun orang lain

yang diberi izin, harus dilakukan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku;

Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat

immaterial yang dapat beralih atau dialihkan kepada orang lain. Menurut

40
Rachmadi Usman, Hukum HAKI: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya, Alumni,
Bandung, 2003, Hlm. 86
31

Hutauruk (1997) terdapat dua unsur penting yang terkandung dari istilah

“Hak Cipta” yaitu hak yang dapat dipindahkan atau dialihkan kepada

pihak lain dan hak moral yang mengumumkan karyanya, menetapkan

judulnya, mencantumkan nama sebenarnya atas nama samarannya dan

mempertahankan keutuhan atau integritas ciptaannya.41 Sebanding

dengan Pasal 2 UUHC Nomor 19 Tahun 2002 menyatakan bahwa arti

“Hak Cipta” diberikan ketentuan yang harus sesuai dan tidak mengurangi

pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang

berlaku serta tidak mengurangi hak-hak orang lain tanpa menimbulkan

kerugian bagi pihak ketiga, yaitu:

1. Hak Untuk Mengumumkan Ciptaan

Yang dimaksud dengan "mengumumkan" adalah membacakan,

menyuarakan, menyiarkan, atau menyebarkan ciptaan dengan

menggunakan alat apa pun dan dengan cara sedemikian rupa,

sehingga ciptaan itu dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang

lain. Termasuk hak mengumumkan adalah distribution right, public

performance right, broadcasting right, cable-casting right.

2. Hak Untuk Memperbanyak Ciptaan

Yang dimaksud dengan "memperbanyak" adalah menambah jumlah

suatu ciptaan dengan pembuatan yang sama, hampir sama, atau

menyerupai ciptaan tersebut dengan menggunakan bahan-bahan

yang sama maupun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan suatu

41
M. Hutauruk, Pengaturan Hak Cipta Nasional, Erlangga, Jakarta, 1997 hal: 60
32

ciptaan. Termasuk hak memperbanyak adalah printing right, copying

right.

3. Hak Untuk Memberi Izin

Yang dimaksud dengan “memberi izin” adalah memberi lisensi

kepada pihak lain berdasarkan surat perjanjian lisensi untuk

melaksanakan perbuatan mengumumkan atau memperbanyak

ciptaan. Perbuatan hak khusus ini harus dilaksanakan dengan

perjanjian tertulis dalam bentuk akta otentik atau tidak otentik.

Perbuatan yang diizinkan untuk dilaksanakan adalah perbuatan yang

secara tegas disebutkan di dalam akta.

Setiap ciptaan seseorang berupa Hak Cipta harus dilindungi oleh

badan hukum berdasarkan undang-undang yang berlaku. Setiap pencipta

Hak Cipta bebas menggunakan Hak Ciptanya tetapi mendapatkan

pembatasan terhadap kebebasan penggunaan Hak Cipta tersebut

berdasarkan UUHC42 yang meliputi:

a. Kesusilaan Dan Ketertiban Umum

Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh melanggar kesusilaan

dan ketertiban umum. Termasuk contoh melanggar kesusilaan adalah

penggunaan hak untuk mengumumkan atau memperbanyak VCD

kebebasan seks. Termasuk melanggar ketertiban umum adalah

memperbanyak dan menyabarkan buku yang berisi ajaran yang

memperbolehkan wanita bersuami lebih dari 1 (satu) poliandri.

b. Fungsi Sosial Hak Cipta


42
Ibid, hal 44.
33

Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh meniadakan atau

mengurangi, fungsi sosial Hak Cipta memberi kesempatan kepada

masyarakat memanfaatkan ciptaan seseorang untuk kepentingan

pendidikan dan ilmu pengetahuan, bahan pemecahan masalah,

pembelaan perkara di pengadilan, bahan ceramah, tetapi harus

disebutkan sumbernya secara lengkap.

c. Pemberi Lisensi Wajib.

Pemegang Hak Cipta memberi lisensi (Compulsory Licensing)

kepada pihak lain untuk menerjemahkan atau memperbanyak

ciptaannya dengan imbalan yang wajar. Pemberian lisensi wajib

didasari pertimbangan bila negara memandang perlu atau menilai

suatu ciptaan sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat dan

negara, misalnya untuk kepentingan pendidikan, ilmu pengetahuan,

penelitian, keamanan dan ketertiban.

1. Jenis-jenis Kekayaan Intelektual yang Mendapat Perlindungan


Hak Cipta
Sesuatu yang dilindungi Hak Cipta adalah ekspresi dari sebuah

ide, jadi bukan melindungi idenya sendiri. Artinya hukum Hak Cipta

tidak melindungi ide semata, tetapi pengungkapan dari ide tersebut dalam

bentuk yang nyata43. Lebih lanjut dalam Article 9 sub (2) TRIPs

Agreement diatur : “Perlindungan Hak Cipta diberikan untuk

pengungkapan bukan ide-ide, tata cara, metode dari pengoperasian

konsep matematika” .
43
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka
Cipta,Jakarta,2010. Hlm. 6
34

Objek perlindungan Hak Cipta dalam Berne Convention adalah

karya-karya dalam bidang seni dan sastra yang meliputi segala hasil

bidang sastra, ilmiah, dan kesenian dalam cara atau bentuk pengutaraan

apa pun. Karyakarya intelektual yang mendapat perlindungan Hak Cipta

dalam TRIPs Agreement, yaitu : karya-karya yang dilindungi dalam

Berne Convention, program komputer, database, pertunjukkan (baik

secara langsung maupun rekaman), dan siaran-siaran44.

Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang

Hak Cipta, ditentukan bahwa : Ciptaan adalah hasil karya Pencipta yang

menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni atau

sastra yang berlandaskan pada ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta yang menetapkan

ciptaan-ciptaan yang dilindungi mencakup :

1. Buku, pamflet, perwajahan (Lay Out), karya tulis yang diterbitkan,

dan semua hasil karya tulis lainnya;

2. Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

3. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan

pengetahuan

4. Lagu dan /atau musik dengan atau tanpa text;

5. Drama, drama musikal, tari, koreografi, perwayangan, dan

pantonim;

44
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Ghalia
Yudistira, Jakarta, 2005, Hlm. 3
35

6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar,

ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;

7. Karya seni terapan;

8. Karya seni arsitektur;

9. Peta;

10. Karya seni batik atau seni motif lain;

11. Karya sinemtografi;

12. Potret;

13. Karya potografi;

14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi,

aransemen, modifikasi, dan karya lainnya dari hasil transformasi;

15. Terjemahana, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modihkasi

ekspresi budaya tradisional;

16. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang bisa dibaca

dengan program komputer maupun lainnya;

17. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut

merupakan karya yang asli;

18. Permainan video;

19. Program Komputer

2. Hak – Hak Yang Terkandung di Dalam Hak Cipta


36

Hak eksklusif adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi

pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat memanfaatkan hak

tersebut tanpa izin45. Suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan

pelanggaran Hak Cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak

eksklusif dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta 46 seperti

mengumumkan dan memperbanyak, termasuk kegiatan menerjemahkan,

mengadaptasi, menjual, mengaransemen, mengalih wujudkan,

menyewakan, mengimpor, memamerkan, atau mempertunjukkan kepada

publik melalui sarana apapun tanpa izin dari penciptanya.47

Ciptaan yang bersumber dari hasil kreasi akal dan budi manusia

melahirkan suatu hak disebut dengan Hak Cipta. Hak Cipta tersebut

melekat pada diri seseorang Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sehingga

menghasilkan hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral

rights). Pada Pasa 8 UUHC Nomor 28 Tahun 2014 menjelaskan bahwa

hak moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau pelaku yang

tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak

Cipta atau Hak Terkait telah dialihkan serta hak ekonomi merupakan hak

eksklusif Pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan manfaat

ekonomi atas ciptaan.

Menurut pasal 5 ayat (1) UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014

merupakan hak yang melekat secara pribadi pada diri pencipta. Hak

45
Penjelasan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
46
Tamotsu Haozumi, Asian Copyright Handbook, Asia/ Pacific Cultural Centre for
Unesco, Jakarta, 2006, Hlm. 97
47
Penjelasan Umum Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
37

moral diatur dalam Article 6 bis Berne Convention, ketentuan ini secara

garis besar berisi48:

1. Pencipta mempunyai hak untuk menuntut hasil Ciptaannya;

2. Pencipta dapat mengajukan keberatan atas segala penyimpangan,

pemotongan atau perubahan lain atau tindakan-tindakan yang dapat

menurunkan kualitas dari suatu karya, yang dapat merusak reputasi

dari Pencipta.

Pada pokoknya terdapat dua prinsip utama dalam hak moral,

yaitu49:

1. Hak untuk diakui dari karya, yaitu hak dari Pencipta untuk

dipublikasikan sebagai Pencipta atas karyanya, dalam rangka untuk

mencegah pihak lain mengaku sebagai Pencipta atas karya tersebut;

2. Hak keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas

penyimpangan atas karyanya atau perubahan lain atau tindakan-

tidakan lain yang dapat menurunkan kualitas Ciptaannya.

B. Tinjauan Umum Tentang Pembajakan dan Pendistribusian


Software
1. Pengertian Software
Dalam kamus istilah komputer disebutkan bahwa software adalah

program komputer yang dibuat untuk mengerjakan atau menyelesaikan

masalah-masalah khusus, misalnya program pengolahan kata 50.

Komputer tidak dapat beroperasi tanpa adanya program yang


48
Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Rajawali Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 210
49
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, Hlm.
49
50
Andino Maseleno, Kamus Istilah Komputer dan Informatika, Yogyajakrta,2003.Hlm 9.
38

dimasukkan ke dalamnya, program ini bisa berupa prosedur

pengoperasian ataupun prosedur dalam hal pemrosesan data yang disebut

software.

Software menyediakan fungsi dasar untuk kebutuhan komputer.

Beberapa fungsi komputer antara lain51:

a. Software berfungsi dalam mengatur berbagai hardware untuk

bekerja secara bersama-sama.

b. Sebagai penghubung antara software-software yang lain dengan

hardware.

c. Sebagai penerjemah terhadap software-software lain dalam setiap

instruksi-instruksi ke dalam bahasa mesin sehingga dapat di terima

oleh hardware (perangkat keras).

Secara garis besar, software dapat dibedakan menjadi beberapa

bagian antara lain:

1. Sistem Operasi adalah perangkat lunak yang mengorganisasikan

semua komponen mesin komputer. Beberapa contoh sistem

operasi: Macintosh, Linux, Unix dan Microsft Windows

2. Program Aplikasi (Siap Pakai) adalah suatu program yang ditulis

dalam bahasa pemrograman tertentu untuk diterapkan pada bidang

tertentu. Program Aplikasi dibedakan dalam beberapa jenis aplikasi

antara lain: Pengolah kata (word processor), contohnya : Ms. Word,

Word Star, Word Perfect; Pengolah angka (spread sheet),

51
www. Artikelsiana.com/Pengertian software, fungsi, dan jenis-jenisnya. Di akses pada
7 Agustus 2015
39

contohnya : Exel, Lotus, Quattro pro; Pengolah data (database),

contohnya : Ms. Access, Dbase, Foxpro; Pengolah citra (drawing),

contohnya : Adobe photoshop, Corel Draw dan 3DStudio.

3. Program Bantu (Utility) adalah suatu program yang berfungsi untuk

membantu sistem operasi.Contoh-contoh Program Bantu (Utility)

seperti mozilla firefox, Anti Virus, Winamp, FLV Player dan PC

Tools

4. Bahasa Pemrograman adalah suatu program yang berbentuk

assambler compiler atau interpreter.Contoh-Contoh Bahasa

Pemrograman seperti ASP, HTML, Visual Basic, Pascal, Java,

Delphi dan PHP.

2. Pengertian Pembajakan
Menurut Business Software Alliance (BSA) adalah: pembajakan

software adalah penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas

software yang dilindungi Undang-Undang yang dapat dilakukan dengan

penyalinan, pengunduhan, sharing, penjualan, atau penginstallan

beberapa salinan ke komputer personal atau kerja secara tidak resmi yang

melanggar hukum. Pembajakan software digolongkan ke dalam beberapa

jenis seperti:52

1. Hardisk Loading

52
http://tekno.kompas.com/
modusoperandi.pmbajakan.software.beserta.hukumannya.Diakses pada tanggal 25 Juli 2015
40

Jenis pembajakan software yang tergolong pada Hardisk Loading

adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh para

penjual komputer yang tidak memiliki lisensi untuk komputer yang

dijualnya, tetapi software-software tersebut dipasang (install) pada

komputer yang dibeli oleh pelanggannya sebagai bonus. Hal ini

banyak terjadi pada perangkat komputer yang dijual secara terpisah

dengan software.53 Pada umumnya ini dilakukan oleh para penjual

komputer rakitan atau komputer jangkrik (Clone Computer).

2. Under Licensing

Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong

pada Under Licensing adalah pembajakan dan pendistribusian

software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan yang

mendaftarkan lisensi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada

kenyataanya software tersebut dipasang (install) untuk jumlah yang

berbeda dengan lisensi yang dimilikinya (bisanya dipasang lebih

banyak dari jumlah lisensi yang dimiliki perusahaan tersebut.

3. Conterfeiting

Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong

pada Conterfeiting adalah pembajakan dan pendistribusian software

yang biasanya dilakukan oleh perusahaan pembuat software-

software bajakan dengan cara memalsukan kemasan produk

(Packaging) yang dibuat sedemikian rupa mirip sekali dengan

53
Ibid
41

produk aslinya. Seperti CD Installer, Manual Book, Dus

(Packaging):

a. Mischanneling

Jenis pembajakan software yang tergolong pada Mischanneling

adalah pembajakan software yang biasanya dilakukan oleh suatu

institusi yan menjualnya produknya ke institusi lain dengan harga

yang relatif lebih murah, dengan harapan institusi tersebut

mendapatkan keuntungan lebih (revenue) dari hasil penjualan

software tersebut.

b. End user copying

Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong

pada End user copying adalah pembajakan dan pendistribusian

software yang biasanya dilakukan oleh sesorang atau institusi yang

memiliki 1 (satu) buah lisensi suatu produk software, tetapi

software tersebiut dipasang (install) pada sejumlah komputer.

c. Internet

Jenis pembajakan software banyak dilakukan dengan menggunakan

media internet untuk menjual atau menyebarluaskan produk yang

tidak resmi (bajakan), seperti software, lagu (musik), film (video),

buku, dll dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (bisnis).

Pada dasarnya semua software sama karena terdapat master atau

Installer yang digunakan, yang membedakan software Asli dan bajakan

adalah lisensi yang digunakan. Pada setiap program atau Windows bisa
42

dilihat di Menu About terdapat lisensi/serial number ataupun informasi

mengenai lisensi pengguna aplikasi Windows atau software yang

digunakan. Sehingga hacker dan cracker berperan sangat untuk

menciptakan sebuah program (crack atau patch) yang melindungi agar

software dan fungsi dari software dapat menjadi asli.54 Biasanya setiap

antivirus akan mendeteksi program crack atau patch dan lain-lain sebagai

virus. Tanpa adanya Hacker dan Cracker, banyak pengguna komputer

yang tidak mampu untuk membeli software asli dapat menggunakan dan

mempelajari aplikasi-aplikasi seperti Microsoft Office, Windows, Adobe,

Corel dan berbagai software secara ilegal.

C. Tinjauan Umum tentang TRIPs Agreement dan UUHC No. 28


Tahun 2014 Sebagai Hukum Internasional Mengenai Hak Cipta
di Indonesia
Sistem HaKI modern di Indonesia diawali dengan diratifikasinya

Convention Establishing the WTO/Agreement on Related Aspect of

Intellectual Property Right (Konvensi WTO/persetujuan TRIPs) dengan

UU No. 7 Tahun 1994. Ratifikasi ini diikuti dengan berbagai langkah

penyesuaian, yaitu55 revisi peraturan perundang-undangan yang telah ada

serta pembuatan peraturan perundang-undangan baru di bidang HaKI.

Beberapa perubahan peraturan tersebut mengenai:

54
Hacker adalah seorang yang mempunyai keinginan untuk mengetahui secara mendalam
mengenai kerja suatu system, komputer atau jaringan komputer, sehingga menjadi orang yang ahli
dalam penguasaan system, komputer atau jaringan komputer.Sedangkan cracker (black hat
Hacker) adalah jenis hacker yang menggunakan kemampuannya untuk melakukan hal-hal yang
merusak dan melanggar hukum.
55
S.M. Hutagalung,Hak Cipta, Kedudukan & Peranannya dalam Pembangunan,(Jakarta:
Sinar Grafika, 2012). Hlm. 123
43

a. UU No. 12 Tahun 1997 tentang hak cipta perubahan dari UU No. 6

Tahun 1982 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7 Tahun

1987 tentang Hak Cipta;

b. UU No. 13 tahun 1997 Tentang perubahan UU No. 6 Tahun 1989

tentang Paten;

c. UU No. 14 tahun 1997 Tentang perubahan UU No. 19 Tahun 1992

tentang Merek. Pemerintah juga telah berhasil membuat peraturan

baru di bidang HaKI, yaitu:

1. UU No. 30 Tahun 2000 tentang Rahasia Dagang;

2. UU No. 31 Tahun 2000 tentang Desain Industri;

3. UU No.32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit

Terpadu (IC).

Disamping itu, pada Tahun 2001 dan 2002, pemerintah juga telah

menyesuaikan kembali beberapa UU di bidang HaKI, antara lain:

1. UU No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;

2. UU No. 15 Tahun 2001 tentang Merek;

3. UU No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

Sejalan dengan berbagai perubahan UU di bidang HaKI tersebut,

Indonesia juga telah meratifikasi 5 konvensi internasional di bidang

HaKI dalam menegakkan hukum atas pelanggaran yang terjadi pada

HaKI, yaitu

1. Paris Convention for the Protection of Industrial Property

(Keppres No. 15 tahun 1997);


44

2. Paten Cooperation Treaty (PCT) and regulation under the PCT

(Keppres No. 16 tahun 1997);

3. Trademark Law Treaty (Keppres No. 17 tahun 1997);

4. Berne Convention for the Protection of Liberty and Artistic Work

(Keppres No. 18 tahun 1997);

5. WIPO Copyright Treaty (Keppres No. 19 tahun 1997)

Pengaturan Internasional tentang hak cipta dapat dilakukan

berdasarkan perjanjian bilateral atau berdasarkan perjanjianmultilateral:

1. Konvensi Bern 1886 tentang Perlindungan Karya Sastra dan Seni

Terdapat sepuluh negara-negara peserta asli (original members);

Belgia, Prancis, Jerman, Haiti, Italia, Liberia, Spanyol, Swis. Tunisia dan

Inggris yang menjadi peserta dengan cara aksesi menandatangani naskah

asli Konvensi Bern.56 Latar belakang diadakan konvensi seperti

tercantum dalam Mukadimah naskah asli Konvensi Bern adalah :

“ .....Being equally animated by the desire to protect, in as effective and

uniform a menner as possible, the right of authors in their literary and

artistic works”.

Berlakunya Konvensi Bern sebagai Law Making Treaty menjadi

terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota untuk

bergabung. Keikutsertaan sebagai negara anggota baru harus dilakukan

dengan cara meratifikasinya dan menyerahkan naskah kepada Direktur

Jenderal WIPO yang menimbulkan kewajiban negara peserta untuk

56
Edy Damian, Hukum Hak Cipta,(Bandung: PT Alumni Bandung, 2002), hlm. 59
45

menetapkan Konvensi Bern dalam perundang-undangan nasionalnya di

bidang hak cipta, yaitu57:

1) Prinsip National Treatment

Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian

(yaitu ciptaan seorang warga negara, negara peserta perjanjian, atau

suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan disalah satu negara

peserta perjanjian) harus mendapat perlindungan hukum hak cipta

yang sama seperti diperoleh ciptaan seorang pencipta warga negara

sendiri.

2) Prinsip Automatic Protection

Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung

tanpa harus memenuhi syarat apapun (must not be conditional upon

compliance with any formality).

3) Prinsip Independence of Protection

Suatu perlindungan hukum diberikan tanpa harus bergantung

kepada pengaturan perlindungan hukum negara asal pencipta.

Mengenai pengaturan standar-standar minimum perlindungan

hukum ciptaan-ciptaan, hak-hak pencipta dan jangka waktu perlindungan

yang diberikan, pengaturannya adalah:

1. Ciptaan yang dilindungi adalah semua ciptaan dibidang sastra,ilmu

pengetahuan dan seni dalam bentuk apapun perwujudannya.

57
Ibid
46

2. Kecuali jika ditentukan dengan cara reservasi (reservation),

pembatasan (limitation) atau pengecualian (exception), yang

tergolong sebagai hak-hak eksklusif :

a. Hak untuk menerjemahkan.

b. Hak mempertunjukkan di muka umum ciptaan drama, drama,

musik, danciptaan musik.

c. Hak mendeklamasi (to recite) di muka umum suatu ciptaan

sastra.

d. Hak penyiaran (broadcast).

e. Hak membuat reproduksi dengan cara dan bentuk perwujudan

apapun.

f. Hak menggunakan ciptaannya sebagai bahan untuk ciptaan

audiovisual.

g. Hak membuat aransemen (arrrangements) dan adaptasi

(adaptations) dari suatu ciptaan.

Konvensi Bern juga mengatur sekumpulan hak yang dinamakan

hak-hak moral (droit moral), hak pencipta untuk mengklaim sebagai

pencipta suatu ciptaan dan hal penciptan untuk mengajukan keberatan

terhadap setiap perbuatan yang bermaksud mengubah, mengurangi atau

menambah keaslian ciptaannya yang dapat merugikan kehormatan dan

reputasi pencipta.58

2. Konvensi Hak Cipta Universal 1955


58
Ibid. Hlm. 63
47

Merupakan suatu hasil kerja PBB melalui sponsor UNESCO

untuk mengakomodasi dua aliran falsafah berkenaan dengan hak cipta

yang berlaku di kalangan masyarakat internasional. Disatu pihak ada

sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut civil law

system, berkelompok keanggotaannya pada Konvensi Bern, dan dipihak

lain ada sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut

common law system, berkelompok pada konvensi-konvensi Hak Cipta

Regional yangterutama berlaku di negara-negara Amerika Latin dan

Amerika Serikat.59

Dalam menjembatani dua kelompok yang berbeda sistem

pengaturan tentang hak cipta ini, PBB melalui UNESCO menciptakan

suatu kompromi yang merupakan: A new common dinamisator

convention that was itended to establist a minimum level of international

copyright relations throughout the world, without weakening or

supplanting the Bern Convention60. Pada 6 September 1952 untuk

memenuhi kebutuhan adanya suatu Common Dinaminator Convention

lahirlah Universal Copyright Convention (UCC) yang ditandatangani di

Genewa dan kemudian ditindaklanjuti dengan 12 ratifikasi yang

diperlukan untuk berlakunya pada 16 September 1955. Ketentuan-

ketentuan yang ditetapkan dalam konvensi ini antara lain:

1. Adequate and Effective Protection. Menurut article I setiap Negara

peserta perjanjian berkewajiban memberikan perlindungan hukum

59
Ibid. Hlm. 68
60
Ibid.
48

yang memadai dan efektif terhadap hak-hak pencipta dan pemegang

hak cipta.

2. National Treatment. Article II menetapkan bahwa ciptaan-ciptaan

yang diterbitkan oleh warga negara dari satu negara pesera perjanjian

dan ciptaan-ciptaan yang diterbitkan pertama kali di salah satu

negara peserta perjanjian, akan memperoleh perlakukan

perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diberikan kepada

warga negara nya sendiri yang menerbitkan untuk pertama kali di

negara tempat dia menjadi warga negara.

3. Formalities. Article III yang merupakan manifestasi kompromistis

dari UUHC terhadap dua aliran falsafah yang ada, menetapkan

bahwa suatu negara peserta perjanjian yang menetapkan dalam

perundang-undangan nasionalnya syarat-syarat tertentu sebagai

formalitas bagi timbulnya hak cipta, seperti wajib simpan (deposit),

pendaftaran (registration), akta notaris (notarial certificates) atau

bukti pembayaran royalti dari penerbit (payment of fees), akan

dianggap merupakan bukti timbulnya hak cipta, dengan syarat pada

ciptaan bersangkutan dibubuhkan tanda C dan di belakangnya

tercantum nama pemegang hak cipta kemudian disertaai tahun

penerbitan pertama kali.

4. Duration of Protection. Article IV, suatu jangka waktu minimum

sebagai ketentuan untuk perlindungan hukum selama hidup pencipta

ditambah paling sedikit 25 tahun setelah kematian pencipta.


49

5. Translations Rights. Article V, hak cipta mencakup juga hak

eksklusif pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi izin

untuk menerbitkan suatu terjemahan dari ciptaannya. Namun setelah

tujuh tahun terlewatkan, tanpa adanya penerjemahan yang dilakukan

oleh pencipta, negara peserta konvensi dapat memberikan hak

penerjemahan kepada warga negaranya dengan memenuhi syarat-

syarat seperti ditetapkan konvensi

6. Juridiction of the international Court of Justice, article XV, suatu

sengketa yang timbul antara dua atau lebih negara anggotakonvensi

mengenai penafsiran atau pelaksanaan konvensi, dapat diajukan ke

muka Mahkamah Internasional untuk dimintakan penyelesaian

sengketa yang diajukan kecuali jika pihak-pihak yang bersengketa

untuk memakai cara lain.

7. Bern safegueard Clause. article XVII UCC beserta appendixnya

merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari Pasal ini dan

salah satu saran penting untuk pemenuhan kebutuhan ini.

3. Konvensi Roma 1961 tentang Perlindungan Pelaku, Produser Rekaman

dan Lembaga

Penyiaran Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern Union dalam

rangka memajukan perlindungan hak cipta di seluruh dunia khususnya

perlindungan hukum internasional terhadap HaKI yang berkaitan

(Neighboring Rights/related Rights).61 Tujuan diadakannya konvensi

adalah menetapkan pengaturan secara internasional perlindungan hukum


61
Ibid., Hlm. 71
50

tiga kelompok pemegang hak cipta atas hak-hak yang berkaitan. Tiga

kelompok pemegang hak cipta dimaksud adalah 62: Artis-artis pelaku

(Performing Artist), terdiri dari penyanyi, aktor, musisi, penari, dan lain-

lain pelaku yang menunjukkan karya-karya cipta sastra dan seni;

Produser-produser rekaman (Producers of Phonogram); dan Lembaga-

lembaga penyiaran.

4. Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights (TRIPs)

TRIPs atau Trade Aspects of Intelectual Property Rights

merupakan lampiran dan persetujuan pembentukan organisasi

perdagangan dunia (WTO) yang disahkan pada tanggal 4 april di

marakesh. Tujuan dari perjanjian TRIPs adalah meningkatkan

perlindungan HKI dalam produk perdagangan, menjamin prosedur

pelaksaan HaKI yang tidak menghambat perdagangan, merumuskan

aturan dan disiplin pelaksanaan perlindungan HaKI. 63 Perjanjian TRIPs

mewajibkan negara peserta untuk mengakui 3 (tiga) konvensi dasar

dalam HKI yaitu Berne Convention dan Washington Treaty yaitu:

1. National Treatment artinya anggota akan memberikan kepada

warga negara anggota lain perlakuan yang sama seperti yang

diberikan kepada warga negara sendiri menyangkut perlindungan

HaKI.64

2. Most Favoured Nation artinya dalam perlindungan HaKI, setiap

keinginan, keistimewaan, dan hak untuk didahulukan atau


62
Ibid.
63
S.M. Hutagalung,Op.Cit., hlm. 221
64
Pasal 3 TRIPs
51

pengecualian yang diberikan oleh satu negara anggota akan

diberikan dengan langsung dan tanpa syarat kepada warga negara

lain dari seluruh anggota.65

3. Minimal Standart artinya perjanjian ini telah menetapkan standar

minimal yang harus dipatuhi dalam pengaturan HKI seperti ruang

lingkup perlindungan, jangka waktu perlindungan, prosedur

perolehan hak dan pemanfaatan HaKI.66

Aturan-aturan dasar yang berkaitan dengan hak cipta diatur dalam

ketentuan Pasal 14 TRIPs meliputi: Hak persewaan, jangka waktu

perlindungan, pengecualian/pembatasan, perlindungan terhadap artis

penampil, prosedur rekaman suara dan organisasi penyiaran, aturan dasar

dalan TRIPs telah diakomodasi pada UUHC Nomor 28 Tahun 2014.

TRIPs (Trade Related aspects of Intellectual Property Rights)

merupakan perjanjian internasional di bidang HAKI terkait perdagangan.

Perjanjian TRIPs merupakan salah satu kesepakatan di bawah organisasi

perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization) yang

bertujuan menyeragamkan sistem HAKI di seluruh negara anggota WTO

dan rezim peraturan HAKI dengan obyek perlindungan paling luas dan

paling ketat dari WTO yang dilengkapi dengan sistem penegakan hukum

serta penyelesaian sengketa.

Persetujuan TRIPs memuat berbagai norma – norma dan standard

perlindungan bagi karya intelektual dari manusia dan merupakan

65
Pasal 4 TRIPs
66
Bagian II TRIPs
52

perjanjian internasional di bidang HAKI .Menurut TRIPs Agreement,

HaKI yang dilindungi sebagai berikut67: Hak Cipta (Copy Right and

Related Right), Merek (Trademarks), Indikasi Geografis (Geogradhical

Indications), Desain Industri (Industrial Designs), Paten (Patent), Desain

Tata Letak Sirkuit Terpadu (Lay out Designs (Topographies) Of

Intergrated Circuits) dan Informasi yang dirahasiakan (Protection Of

Udisclosed Information).

Copy Right and Related Right, termasuk didalamnya neighboring

rights (hak - hak terkait) Pencipta atau pemegang Hak Cipta menjadi satu

bagian dari Hak Cipta. Related Right dimaksud adalah ketentuan-

ketentuan Hak Cipta di bidang program-program komputer dan

kompilasi-kompilasi data, hak penyewaan, pelaku-pelaku pertunjukkan,

produser rekaman suara dan lembaga penyiaran.68 Untuk mewujudkan

hubungan perdagangan Internasional, negara-negara yang memenangkan

perang telah berusaha untuk membentuk Internasional Trade

Organization (ITO). Akan tetapi, pembentukan ITO mengalami

kegagalan karena Amerika Serikat tidak mendukungnya. Sebagai

gantinya dibentuk The General Agreement on Tariffs and Trade

(GATT)69 ditandatangani pada tanggal 30 Oktober 1947 oleh 8 negara,

67
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 1997, Pembaharuan Undang – Undang Hak
Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 2
68
Eddy Damian, Op.cit. hlm 12
69
H.S Kartadjoemena, Substansi Perjanjian GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian
Sengketa : Sistem Kelembagaan, Prosedur Implementasi, dan Kepentingan Negara Berkembang,
Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2000. Hlm 19-20
53

yaitu Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Luxemburg, Belanda, Inggris,

dan Amerika Serikat.

Dalam perkembangannya, negara-negara anggota GATT

mengadakan perundingan putaran URUGUAY di Jenewa dengan

menerima kesepakatan naskah Final Act Uruguay Round pada tanggal 15

Desember 1993, sebagai hasil konret perundingan Uruguay pada tahun

1986. Final Act Uruguay Round secara resmi ditanda tangani di

Marakesh, Maroko oleh 125 negara termasuk di dalamnya Indonesia

yang menghasilan perjanjian untuk membentuk World Trade

Organization(WTO) sebagai lembaga penerus GATT, perjanjian

perdagangan, perjanjian perdagangan jasa-jasa, serta perjanjian hak atas

kekayaan Intelektual.70

Lahirnya persetujuan TRIPs dalam Putaran Uruguay (GATT)

pada dasarnya merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan

ekonomi intenasional yang dirasakan semakin meluas yang tidak lagi

mengenal batas-batas negara. TRIPs bertujuan melindungi dan

menegakkan hukum hak milik intelektual guna mendorong timbulnya

inovasi, pengalihan serta penyebaran teknologi, diperolehnya manfaat

bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara yang

menciptakan kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan

antara hak dan kewajiban.

TRIPs terdiri dari satu bagian mukadimah dan tujuh bagian isi

yang terdiri dari 73 pasal, yang mencakup tidak hanya semata-mata


70
Adrian Sutedi, Op.cit, Hlm. 60
54

standar substantif HaKI tetapi juga mendasari prinsip-prinsip yang

berlaku terhadap sistem HaKI, serta pelaksanaan, pengelolaan dan

penegakannya agar mencapai keseimbangan antar kepentingan yang

menjadi tujuan pembentukan TRIPs.71 TRIPs memiliki ketentuan dan

prinsip-prinsip dasar bagi para anggotanya dalam melaksanakan

ketentuan dalam TRIPs. Ketentuan-ketentuan dan prinsip-prinsip dasar

ini tertuang dalam BAB I dari Pasal 1 sampai 8. Ketentuan dan prinsip

tersebut antara lain yang terpenting yakni :

1. Ketentuan free to determine (Article 1) : ketentuan yang

memberikan kebebasan bagi para anggotanya untuk menentukan

cara-cara yang dianggap sesuai untuk menerapkan ketentuan-

ketentuan yang tercantum dalam TRIPs ke dalam sistem praktek

hukum mereka. Mereka dapat menerapkan sistem perlindungan

yang lebih luas dari yang diwajibkan oleh TRIPs, sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam

persetujuan tersebut. Ketentuan seperti ini secara langsung

mengisyaratkan bahwa pengaturan mengenai hak milik intelektual

di dalam persetujuan TRIPs hanyalah menyangkut masalah-

masalah pokok saja atau global. Pengaturan selanjutnya yang lebih

spesifik diserahkan sepenuhnya pada negara masing-masing.

2. Ketentuan Intelektual Property Convention (Article 2 sub [2]):

ketentuan yang mengharuskan para anggotanya menyesuaikan

peraturan perundang-undangan dengan berbagai konvensi


71
Ok. Saidin. Op.cit. Hlm. 205
55

internasional di bidang hak milik intelektual, khususnya Paris

Convention, Berne Convention, Rome Convention dan Treaty On

Intelectual Property In Respect Of Integrated Circuit.

3. Ketentuan National Treatment (Article 3 sub [1]): ketentuan yang

mengharuskan para anggotanya memberikan perlindungan hak

milik intelektual yang sama antara warga negaranya sendiri dengan

warga negara anggota lainnya. Prinsip perlakuan sama ini tidak

hanya berlaku untuk warga negara perseorangan, tetapi juga untuk

badan hukum. Ketentuan ini merupakan kelanjutan dari apa yang

tercantum dalam Article 2 Paris Convention mengenai hal yang

sama.

4. Ketentuan Most-Favoured-Nation-Treatment (Article 4): ketentuan

yang mengharuskan para anggotanya memberikan perlindungan

hak milik intelektual yang sama terhadap seluruh anggotanya.

Ketentuan ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya perlakuan

istimewa yang berbeda (diskriminasi) suatu negara terhadap negara

lain dalam memberikan perlindungan hak milik intelektual. Setiap

negara anggota diharuskan memberikan perlindungan yang sama

terhadap anggota-anggota lainnya.

5. Ketentuan Exhaution (Article 6) : ketentuan yang mengharuskan

para anggotanya, untuk tidak menggunakan suatu ketentuan pun di

dalam persetujuan TRIPs sebagai alasan tidak optimalnya

pengaturan hak milik intelektual di dalam negeri mereka.


56

Ketentuan Alih Teknologi (Article 7): HaKI diharapkan akan

terjadi alih teknologi, dengan tujuan mengembangkan inovasi teknologi,

serta penyemaian teknologi untuk kepentingan bersama antara produsen

dan pengguna pengetahuan teknologi, serta dalam situasi kondusif bagi

kesejahteraan sosial dan ekonomi, juga keseimbangan antara hak dan

kewajiban.

Anda mungkin juga menyukai