BAB II
BAB II
Istilah Hak Cipta mula-mula diusulkan oleh St. Moh. Syah pada Tahun 1951 di
Bandung dalam kongres kebudayaan (yang kemudian diterima oleh kongres tersebut) sebagai
pengganti istilah Hak Pengarang yang dianggap kurang luas lingkup pengertiannya. Istilah
16
Hak Pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari bahasa Belanda Auteursrecht.
Dinyatakan kurang luas karena istilah Hak Pengarang itu memberikan kesan penyempitan
arti, seolah-olah yang dicakup oleh Hak Pengarang itu hanyalah berasal dari Hak Pengarang
saja yang ada sangkut pautnya dengan karang-mengarang. Sedangkan istilah Hak Cipta
adalah luas, dan mencakup juga tentang karang-mengarang. Untuk lebih jelasnya batasan
pengertian Hak Cipta dan Pencipta ini dapat dilihat pada Pasal 1 Undang-undang Hak Cipta
a. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk
b. Pencipta atau pemegang Hak Cipta atas karya Sinematografi dan Program Komputer
(Software) memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang orang lain yang tanpa
Menurut Anteurswet 1912 Pasal 1 menyebutkan “Hak Cipta adalah Hak tunggal dari
pada pencipta, atau hak dari pada yang mendapat hak tersebut, atas hasil ciptaannya dalam
Naning Ramdlon, Perihal Hak Cipta Indonesia, Tinjauan Terhadap Auteursrecht 1912 Dan
16
undang”.17
Hak Cipta meliputi Hak Tunggal dari si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan memberi
kuasa untuk membuat terjemahan dari pada karya yang dilindungi perjanjian ini. 18 Jika
dibandingkan batasan pengertian yang diberikan oleh ketentuan tersebut di atas, maka dapat
“Hak Tunggal” sedangkan Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002 menggunakan
istilah “Hak Eksklusif” bagi pencipta. Jika dilihat penjelasan Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, yang dimaksud Hak Eksklusif dari pencipta ialah tidak ada
orang lain yang boleh melakukan hak itu kecuali dengan izin pencipta. Perkataan “tidak ada
orang lain” mempunyai pengertian yang sama dengan hak tunggal, yang menunjukkan bahwa
Sebagai Hak Khusus (Exclusive Rights), Hak Cipta mengandung 2 (dua) esensi hak,
yaitu Hak Ekonomi (Economic Rights) dan Hak Moral (Moral Right). Kandungan hak
ekonomi meliputi hak untuk mengumumkan dan hak untuk memperbanyak ciptaan tersebut.
Kandungan hak moral meliputi hak untuk menuntut agar nama pencipta tetap dicantumkan
Menurut M. Hutauruk ada 2 (dua) unsur penting yang terkandung dari rumusan
pengertian Hak Cipta, yakni Hak yang dapat dipindahkan, dialihkan kepada pihak lain dan
hak moral yang dalam keadaan bagaimanapun dan dengan jalan apapun tidak dapat
17
Ibid. Hal.15.
18
Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaaan Intelektual (Intelecctual Property Rights), Jakarta,
Raja Grafindo Persada, 1997.
nama sebenarnya atas nama samarannya dan mempertahankan keutuhan atau integritas
ceritanya).19
pengertian yang lebih luas, karena disana memuat kata-kata menerbitkan terjemahan. Yang
pada akhirnya tidak saja melibatkan pencipta tetapi juga pihak penerbit dan pencetak.
Menurut Ajip Rosidi mengandung sifat economic interest (kepentingan atau arti ekonomi).20
Bagian akhir Pasal 2 Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002, menyebutkan bahwa
dalam penggunaan hak tersebut diberikan ketentuan harus sesuai dan tidak mengurangi
mengurangi hak-hak orang lain dan tidak menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga.
Dalam konsep Hak Cipta, tersimpul 3 (tiga) jenis hak khusus yang dilindungi undang-
undang. Ketiga hak khusus itu adalah hak untuk mengumumkan ciptaan, hak untuk
memperbanyak ciptaan, hak untuk memberi izin mengumumkan dan memperbanyak ciptaan,
Cipta yaitu:
menyiarkan, atau menyebarkan ciptaan dengan menggunakan alat apa pun dan dengan
cara sedemikian rupa, sehingga ciptaan itu dapat dibaca, didengar atau dilihat oleh orang
lain. Termasuk hak mengumumkan adalah distribution right, public performance right,
19
M. Hutauruk, Pengaturan Hak Cipta Nasional, Erlangga, Jakarta, 1997 hal: 60
20
Ajip Rosidi. Undang-Undang Hak Cipta 1982. Pandangan Seorang Awam Djambatan.
Jakarta. 1984, hal. 40.
Yang dimaksud dengan "memperbanyak" adalah menambah jumlah suatu ciptaan dengan
pembuatan yang sama, hampir sama, atau menyerupai ciptaan tersebut dengan
suatu ciptaan. Termasuk hak memperbanyak adalah printing right, copying right.
Yang dimaksud dengan “memberi izin” adalah memberi lisensi kepada pihak lain
memperbanyak ciptaan. Perbuatan hak khusus ini harus dilaksanakan dengan perjanjian
tertulis dalam bentuk akta otentik atau tidak otentik. Perbuatan yang diizinkan untuk
Setiap ciptaan seseorang atau badan hukum dilindungi oleh undang-undang karena
pada ciptaan itu melekat Hak Cipta. Setiap pencipta atau pemegang Hak Cipta bebas
kebebasan penggunaan Hak Cipta yaitu Karena sudah ditentukan pembatasannya, maka
Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh melanggar kesusilaan dan ketertiban umum.
Termasuk contoh melanggar kesusilaan adalah penggunaan hak untuk mengumumkan atau
memperbanyak dan menyabarkan buku yang berisi ajaran yang memperbolehkan wanita
21
Ibid, hal 44.
Kebebasan penggunaan Hak Cipta tidak boleh meniadakan atau mengurangi, fungsi sosial
secara lengkap.
Pemegang Hak Cipta memberi lisensi (Compulsory Licensing) kepada pihak lain untuk
lisensi wajib didasari pertimbangan bila negara memandang perlu atau menilai suatu
ciptaan sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat dan negara, misalnya untuk
diartikan sama dengan Hak Salinan berpangkal pada atau berasal dari Hak Cipta yang bersifat
asal (origin).22 Hak Turunan ini dilindungi karena banyak berhubungan dengan perangkat
teknologi, yaitu fasilitas rekaman, fasilitas pertunjukan, dan fasifitas penyiaran. Perlindungan
Hak Turunan terutama ditujukan kepada orang yang berprofesi di bidang pertunjukan,
Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) merupakan padanan kata yang biasa digunakan
untuk Intellectual Property Rights (IPR)23. Istilah atau terminologi Hak Kekayaan Intelektual
(HAKI) digunakan untuk pertama kalinya pada tahun 1790. Fichte yang pada tahun 1793
mengatakan tentang hak milik dari si pencipta ada pada bukunya. Yang dimaksud dengan hak
milik disini bukan buku sebagai benda, tetapi buku dalam pengertian isinya 24. Istilah HaKI
terdiri dari tiga kata kunci, yaitu Hak, Kekayaan, dan Intelektual.
22
Ibid, hal 48.
23
Syafrinaldi, Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era
Globalisasi, Jakarta, 2010, Hlm 3
24
Ibid
Adapun kekayaan intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi
kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis,
karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia 25. Secara garis besar HaKI dibagi
menjadi dua bagian, yaitu26: Hak Cipta (Copyrights) dan Hak Kekayaan Industri (Industrial
Property Rights).
Istilah Copyright (Hak Cipta) pertama kali dikemukakan dalam Berne Convention
yang diadakan tahun 1886. Dalam Berne Convention, pengertian Hak Cipta tidak
dirumuskannya dalam Pasal tersendiri namun tersirat dalam Article 2, Article 3, Article 11
dan Article 13 yang isinya diserap dalam Pasal 2 jo Pasal 10 Auteurswet 1912 27. Dalam
Auteurswet 1912 Pasal 1 diatur bahwa : “Hak Cipta adalah hak tunggal dari Pencipta atau
hak dari yang mendapat hak tersebut, atas hasil Ciptaannya dalarn lapangan kesusastraan,
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, mengatur :
“Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip
deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi
pengertian Hak Cipta menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta, arti dari hak eksklusif adalah hak yang semata-mata diperuntukan bagi
pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin
penciptanya.
25
Sutedi A, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, Hlm. 6
26
Buku Panduan Hak Kekayaan Intelektual, Ditjen HKI, 2006, hlm. 3
27
Ok. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Right), Rajawali
Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 61
Berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
tentang Hak Cipta, maka diuraikan lebih lanjut mengenai pengertian dan sifat Hak Cipta itu 28:
1. Hak Cipta merupakan hak yang bersifat khusus, istimewa atau eksklusif (Exclusive Rights)
yang diberikan kepada Pencipta atau Pemegang Hak Cipta. Ini berarti, orang lain tidak
boleh menggunakan hak tersebut, kecuali dengan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta
yang bersangkutan;
2. Hak yang bersifat khusus meliputi hak Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk
Pemegang Hak Cipta, maupun orang lain yang diberi izin, harus dilakukan menurut
4. Hak Cipta dianggap sebagai benda bergerak yang bersifat immaterial yang dapat beralih
Pengaturan Hak Cipta di Indonesia sudah ada pada jaman penjajahan Belanda yaitu
Auteurswet 1912 Staatsblad No. 600 yang berlaku pada waktu itu di negeri Belanda, dan
Auteurswet 1912 tersebut terus berlaku setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
berdasarkan Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945, selama belum diadakan
Auteurswet 1912 adalah suatu ketentuan atau undang-undang yang mengatur masalah
Hak Cipta dan bertujuan untuk memberikan perlindungan hukum bagi pencipta atas karya-
karya yang diciptakannya. Indonesia baru berhasil menciptakan Undang-undang Hak Cipta
Nasional pada tahun 1982 yakni dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 6 Tahun
1982 Tentang Hak Cipta. Dalam konsiderannya menyatakan bahwa Auteurswet Staatsblad
28
Rachmadi Usman,Hukum HAKI: Perlindungan dan Dimensi Hukumnya, Alumni,
Bandung, 2003, Hlm. 86
No.600 Tahun1912 perlu dicabut karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan dan cita-cita
Hukum Nasional. Selain itu dimaksudkan pula untuk mendorong dan melindungi penciptaan,
penyebarluasan hasil kebudayaan dibidang karya ilmu, seni, dan sastra serta mempercepat
Menurut Harsono Adisumarto, SH, MPA bahwa “Auteurswet” pada hakekatnya tidak
mempunyai dampak terhadap perlindungan hak cipta. Mengingat masyarakat Indonesia pada
waktu itu, yaitu pada waktu berlakunya “Auteurswet” tersebut belum cukup mencapai tingkat
pemahaman mengenai arti dan kegunaan hak cipta, sehingga terdapat hambatan cultural atas
Beberapa tahun kemudian Undang-undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 tersebut
dirasakan kurang dapat menyesuaikan perkembangan akan kebutuhan perlindungan hak cipta,
pada saat itu pembajakan begitu merajalela dinegeri ini, karena desakan dunia internasional
dan ancaman pembatalan GSP (General System of Preference) oleh AS waktu itu, maka
Undang-undang Hak Cipta Nomor 6 Tahun 1982 diubah dengan Undang-undang Nomor 7
Tahun 1987.31 Perubahan yang mendasar adalah peningkatan ancaman pidana dari 5 tahun
menjadi 7 tahun dan denda paling banyak 100 juta rupiah, serta dimasukannya Program
Komputer sebagai karya cipta yang dilindungi Hak Cipta di Indonesia. Perkembangan
tahun 1994, maka Undang-undang Hak Cipta Nomor 7 Tahun 1987 direvisi dengan Undang-
29
Adi Supanto, Perspektif Perlindungan Hak Cipta di Indonesia dan Permasalahannya.
Disampaikan dalam rangka Pemahaman HKI pada Universitas Negeri Semarang, 8
Nopember 2000.
30
Harsono Adisumarto, Hak Milik Intelektual Khususnya Hak Cipta, Akademika Pressindo,
Jakarta, 1990, hal. 49.
31
Budi Santoso, Globalisasi Ekonomi dan Kaitannya dengan Penegakan Hukum terhadap
Pelanggaran Hak Cipta. Bahan Bacaan Kuliah HKI-Hmi. Fakultas Hukum UNDIP.
undang Nomor 12 Tahun 1997 sebagai konsekuensi logis sekaligus harmonosasi terhadap
persetujuan tersebut.32
mencakup berbagai ketentuan tentang perlindungan ciptaan yang tidak diketahui penciptanya,
juga perlu diadakan pengecualian dari pada pelanggaran terhadap Hak Cipta, jangka waktu
perlindungan ciptaan, hak dan wewenang untuk melakukan gugatan, dan berbagai ketentuan
mengenai PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) dan aparat Polisi Negara dalam melakukan
penyidikan atas dugaan terjadinya tindak pidana pelanggaran Hak Cipta. Juga dianggap perlu
mengenai:33
a. Penambahan ketentuan baru yang mengakui adanya hak atau penyewaan ciptaan atau
Rental Right bagi pemegang Hak Cipta rekaman video, film dan Program Komputer
(Software).
b. Penambahan ketentuan baru yang mengatur perlindungan bagi hak-hak yang berkaitan
dengan Hak Cipta atau Neighbouring Right, yang meliputi perlindungan bagi pelaku
c. Penambahan ketentuan baru yang mengatur mengenai lisensi Hak Cipta, dan masih harus
(Software) atau Komputer Program yang dilindungi sebagai karya tulis atau literary works
menjadi 50 tahun.
Perubahan dari pada Undang-undang Hak Cipta itu telah memuat beberapa
penyesuaian pasal yang sesuai dengan Agreement On Trade Related Aspects Of Intellectual
Property Rights (TRIP’s) dan World Intellectual Property Organization (WIPO), namun
32
Adi Supanto, Op.cit. hal 3.
33
Sudargo Gautama, Konvensi-konvensi Hak Milik Intelektual Baru Untuk Indonesia, PT.
Citra Aditya Bakti, Bandung. Hal. 50
masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan lagi untuk memberi perlindungan
bagi karya-karya intelektual di bidang Hak Cipta, termasuk upaya memajukan perkembangan
karya intelektual yang berasal dari keanekaragaman seni dan budaya, selain itu perlu
ditegaskan dan memilah kedudukan Hak Cipta, di satu pihak dan hak terkait di lain pihak
dalam rangka memberikan perlindungan bagi karya intelektual yang bersangkutan secara
jelas.
Sesuatu yang dilindungi Hak Cipta adalah ekspresi dari sebuah ide, jadi bukan
melindungi idenya sendiri. Artinya hukum Hak Cipta tidak melindungi ide semata, tetapi
pengungkapan dari ide tersebut dalam bentuk yang nyata 34. Lebih lanjut dalam Article 9 sub
(2) TRIPs Agreement diatur : “PerlindunganHak Cipta diberikan untuk pengungkapan bukan
Objek perlindungan Hak Cipta dalam Berne Convention adalah karya-karya dalam
bidang seni dan sastra yang meliputi segala hasil bidang sastra, ilmiah, dan kesenian dalam
cara atau bentuk pengutaraan apa pun. Karyakarya intelektual yang mendapat perlindungan
Hak Cipta dalam TRIPs Agreement, yaitu : Karya-karya yang dilindungi dalam Berne
Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta, ditentukan
bahwa : Ciptaan adalah hasil karya Pencipta yang menunjukkan keasliannya dalam lapangan
ilmu pengetahuan, seni atau sastra. Untuk mengetahui Ciptaan-Ciptaan apa saja di bidang
ilmu pengetahuan, seni atau sastra yang dilindungi Hak Cipta, Pasal 1 angka 3 ini perlu
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014
34
Gatot Supramono, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, Rineka Cipta,Jakarta,2010.
Hlm. 6
35
Endang Purwaningsih, Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights, Ghalia
Yudistira, Jakarta, 2005, Hlm. 3
tentang Hak Cipta yang menetapkan Ciptaan-Ciptaan yang dilindungi adalah Ciptaan dalam
1. Buku, pamflet, perwajahan (Lay Out), karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil
6. Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni
9. Peta;
12. Potret;
14. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,
tradisional;
16. Kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang bisa dibaca dengan program
17. Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan karya
yang asli;
18. Permainan video;
Hak eklusif adalah hak yang hanya diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada
pihak lain yang dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin 36. Suatu perbuatan dapat
dikatakan sebagai suatu pelanggaran Hak Cipta apabila perbuatan tersebut melanggar hak
eksklusif dari Pencipta atau Pemegang Hak Cipta37. Hak eksklusif dalam hal ini adalah
Ciptaan yang bersumber dari hasil kreasi akal dan budi manusia melahirkan suatu hak
yang disebut dengan Hak Cipta. Hak Cipta tersebut melekat pada diri seseorang Pencipta atau
Pemegang Hak Cipta, sehingga lahir dari Hak Cipta tersebut hak ekonomi (economic rights)
dan hak moral (moral rights). Hak Moral adalah hak yang melekat pada diri Pencipta atau
pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apa pun, walaupun Hak Cipta
atau Hak Terkait telah dialihkan. Dalam Pasal 8 UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014
dijelaskan bahwa Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau pemegang Hak Cipta
Hak ekonomi merupakan hak untuk mengeksploitasi yaitu hak untuk mengumumkan
dan memperbanyak suatu Ciptaan, sedangkan hak moral merupakan hak yang berisi larangan
untuk melakukan perubahan terhadap isi Ciptaan, judul Ciptaan, nama Pencipta, dan Ciptaan
itu sendiri39. Menurut pasal 5 ayat (1) UU Hak Cipta Nomor 28 Tahun 2014 merupakan hak
36
Penjelasan Undang- Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta
37
Tamotsu Haozumi, Asian Copyright Handbook, Asia/ Pacific Cultural Centre for Unesco,
Jakarta, 2006, Hlm. 97
38
Penjelasan Umum Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak CIpta
39
Budi Agus Riswandi, Hak Kekayaan Intelektual dan Budaya HU, Rajawali Pers,
Jakarta,2009, Hlm. 187
yang melekat secara pribadi pada diri pencipta. Hak moral diatur dalam Article 6 bis Berne
perubahan lain atau tindakan-tindakan yang dapat menurunkan kualitas dari suatu
Pada pokoknya terdapat dua prinsip utama dalam hak moral, yaitu41:
1. Hak untuk diakui dari karya, yaitu hak dari Pencipta untuk dipublikasikan sebagai
Pencipta atas karyanya, dalam rangka untuk mencegah pihak lain mengaku sebagai
2. Hak keutuhan, yaitu hak untuk mengajukan keberatan atas penyimpangan atas
karyanya atau perubahan lain atau tindakan-tidakan lain yang dapat menurunkan
kualitas Ciptaannya.
program pengolahan kata42. Komputer tidak mungkin bisa bekerja tanpa adanya program
yang dimasukkan ke dalamnya, program ini bisa berupa prosedur pengoperasian dari
komputer itu sendiri ataupun prosedur dalam hal pemrosesan data, dan program-program
inilah yang disebut software. Dalam artiyang luas, software bisa diartikan sebagai prosedur
pengoperasian, contohnya proses pemasukan dokumen ke dalam disk, lagu yang sedang
40
Ok Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights),
Rajawali Pers, Jakarta, 2004, Hlm. 210
41
Suyud Margono, Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2003, Hlm. 49
42
Andino Maseleno, Kamus Istilah Komputer dan Informatika, Yogyajakrta,2003.Hlm 9.
diputar, dll, keduanya merupakan software karena sedang mengoperasikan musik dan lagu
tersebut.
a. Software berfungsi dalam mengatur berbagai hardware untuk bekerja secara bersama-
sama.
ke dalam bahasa mesin sehingga dapat di terima oleh hardware (perangkat keras).
Secara garis besar, software dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara lain:
mesin komputer. Beberapa contoh sistem operasi: Macintosh, Linux, Unix dan
Microsft Windows
2. Program Aplikasi (Siap Pakai) adalah suatu program yang ditulis dalam bahasa
dibedakan dalam beberapa jenis aplikasi antara lain: Pengolah kata (word processor),
contohnya : Ms. Word, Word Star, Word Perfect; Pengolah angka (spread sheet),
contohnya : Exel, Lotus, Quattro pro; Pengolah data (database), contohnya : Ms.
3. Program Bantu (Utility) adalah suatu program yang berfungsi untuk membantu sistem
43
www. Artikelsiana.com/Pengertian software, fungsi, dan jenis-jenisnya. Di akses pada 7
Agustus 2015
4. Bahasa Pemrograman adalah suatu program yang berbentuk assambler compiler atau
2. Pengertian Pembajakan
Menurut BSA (Business Software Alliance) Adalah : Pembajakan software adalah
penyalinan atau penyebaran secara tidak sah atas software yang dilindungi Undang-Undang.
Hal ini dapat dilakukan dengan penyalinan, pengunduhan, sharing, penjualan, atau
penginstallan beberapa salinan ke komputer personal atau kerja. Secara sederhana, membuat
atau mendownload salinan tidak resmi dari software adalah tindakan melanggar hukum, tidak
mendownload software bajakan dari internet, maupun membeli satu program software dan
apakah tindakan tersebut dilakukan untuk menghasilkan uang ataupun tidak, jika pelaku
Hardisk Loading
Jenis pembajakan software yang tergolong pada Hardisk Loading adalah pembajakan
software yang biasanya dilakukan oleh para penjual komputer yang tidak memiliki lisensi
untuk komputer yang dijualnya, tetapi software-software tersebut dipasang (install) pada
komputer yang dibeli oleh pelanggannya sebagai bonus. Hal ini banyak terjadi pada
perangkat komputer yang dijual secara terpisah dengan software.45 Pada umumnya ini
dilakukan oleh para penjual komputer rakitan atau komputer jangkrik (Clone Computer).
Under Licensing
44
http://tekno.kompas.com/modus
operandi.pmbajakan.software.beserta.hukumannya.Diakses pada tanggal 25 Juli 2015
45
Ibid
Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong pada Under Licensing
adalah pembajakan dan pendistribusian software yang biasanya dilakukan oleh perusahaan
yang mendaftarkan lisensi untuk sejumlah tertentu, tetapi pada kenyataanya software
tersebut dipasang (install) untuk jumlah yang berbeda dengan lisensi yang dimilikinya
(bisanya dipasang lebih banyak dari jumlah lisensi yang dimiliki perusahaan tersebut.
3. Conterfeiting
Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong pada Conterfeiting adalah
(Packaging) yang dibuat sedemikian rupa mirip sekali dengan produk aslinya. Seperti CD
Mischanneling
software yang biasanya dilakukan oleh suatu institusi yan menjualnya produknya ke
institusi lain dengan harga yang relatif lebih murah, dengan harapan institusi tersebut
Jenis pembajakan dan pendistribusian software yang tergolong pada End user copying
adalah pembajakan dan pendistribusian software yang biasanya dilakukan oleh sesorang
atau institusi yang memiliki 1 (satu) buah lisensi suatu produk software, tetapi software
Internet
Jenis pembajakan software banyak dilakukan dengan menggunakan media internet untuk
menjual atau menyebarluaskan produk yang tidak resmi (bajakan), seperti software, lagu
(musik), film (video), buku, dll dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan (bisnis).
Pada dasarnya semua sama karena terdapat master atau Installer yangdigunakan, yang
membedakan software Asli dan bajakan adalah lisensi yang digunakan. Biasanya pada setiap
program atau Windows bisa dilihat di Menu About, disitu akan ada lisensi/serial number
ataupun informasi mengenai lisensi pengguna aplikasi Windows atau software yang
digunakan. Disinilah peran hacker dan cracker berperan untuk menciptakan sebuah program
(crack atau patch) agar software, windows, dan aplikasi lainnya bisa menjadi asli atau
Original dan semua fungsi dari software atau sistem operasi bisa menjadi sama seperti versi
asli/originalnya.46 Biasanya setiap antivirus akan mendeteksi program crack atau patch dan
lain-lain sebagai virus. Tanpa Hacker dan Cracker mungkin akan banyak pengguna komputer
yang tidak mampu untuk membeli software asli akan bisa mencicipi maupun mempelajari
aplikasi-aplikasi seperti Microsoft Office, Windows, Adobe, Corel, dan berbagai software
C. Tinjauan Umum tentang TRIPs Agreement dan UUHC No. 28 Tahun 2014 Sebagai
Hukum Internasional Mengenai Hak Cipta di Indonesia
Sistem HaKI modern di Indonesia diawali dengan diratifikasinya Convention
WTO/persetujuan TRIPs) dengan UU No. 7 Tahun 1994. Ratifikasi ini diikuti dengan
berbagai langkah penyesuaian, yaitu47 revisi peraturan perundang-undangan yang telah ada
program ini telah dilakukan beberapa perubahan peraturan di bidang HaKI menjelang
46
Hacker adalah seorang yang mempunyai keinginan untuk mengetahui secara mendalam
mengenai kerja suatu system, komputer atau jaringan komputer, sehingga menjadi orang
yang ahli dalam penguasaan system, komputer atau jaringan komputer.Sedangkan cracker
(black hat Hacker) adalah jenis hacker yang menggunakan kemampuannya untuk
melakukan hal-hal yang merusak dan melanggar hukum.
47
S.M. Hutagalung,Hak Cipta, Kedudukan & Peranannya dalam Pembangunan,(Jakarta:
Sinar Grafika, 2012). Hlm. 123
a. UU No. 12 Tahun 1997 tentang hak cipta perubahan dari UU No. 6 Tahun 1982
sebagaimana telah diubah dengan UU No. 7 Tahun 1987 tentang Hak Cipta;
b. UU No. 13 tahun 1997 Tentang perubahan UU No. 6 Tahun 1989 tentang Paten;
c. UU No. 14 tahun 1997 Tentang perubahan UU No. 19 Tahun 1992 tentang Merek.
Pemerintah juga telah berhasil membuat peraturan baru di bidang HaKI, yaitu:
3. UU No.32 Tahun 2000 tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu (IC).
Disamping itu, pada Tahun 2001 dan 2002, pemerintah juga telah menyesuaikan
Sejalan dengan berbagai perubahan UU di bidang HaKI tersebut, Indonesia juga telah
1. Paris Convention for the Protection of Industrial Property (Keppres No. 15 tahun
1997);
2. Paten Cooperation Treaty (PCT) and regulation under the PCT (Keppres No. 16
tahun 1997);
4. Berne Convention for the Protection of Liberty and Artistic Work (Keppres No. 18
tahun 1997);
Dengan demikian semenjak menjadi anggota WTO, ragam serta pengaturan Hak
Milik Intelektual menjadi demikian banyak, yang tadinya hanya mengenal UU Merek, Paten,
dan Hak Cipta, maka sekarang harus membuat aturan juga untuk bidang yang lainnya, seperti
halnya Desain Industri, Rahasia Dagang, serta pengaturan mengenai Layout Design.
Disamping itu kewajiban yang tidak kalah pentingnya adalah memberlakukan UU tersebut
Jerman, Haiti, Italia, Liberia, Spanyol, Swis. Tunisia dan Inggris yang menjadi peserta
dengan cara aksesi menandatangani naskah asli Konvensi Bern.48 Latar belakang diadakan
konvensi seperti tercantum dalam Mukadimah naskah asli Konvensi Bern adalah : “ .....Being
equally animated by the desire to protect, in as effective and uniform a menner as possible,
Semenjak mulai berlakunya, Konvensi Bern yang tergolong sebagai Law Making
Treaty, terbuka bagi semua negara yang belum menjadi anggota. Keikutsertaan sebagai
negara anggota baru harus dilakukan dengan cara meratifikasinya dan menyerahkan naskah
kepada Direktur Jenderal WIPO. Keikutsertaan suatu negara sebagai anggota Konvensi Bern,
nasionalnya di bidang hak cipta, tiga prinsip dasar yang dianut konvensi Bern, yaitu49:
Ciptaan yang berasal dari salah satu negara peserta perjanjian (yaitu ciptaan seorang warga
negara, negara peserta perjanjian, atau suatu ciptaan yang pertama kali diterbitkan disalah
satu negara peserta perjanjian) harus mendapat perlindungan hukum hak cipta yang sama
48
Edy Damian, Hukum Hak Cipta,(Bandung: PT Alumni Bandung, 2002), hlm. 59
49
Ibid
2) Prinsip Automatic Protection
Pemberian perlindungan hukum harus diberikan secara langsung tanpa harus memenuhi
syarat apapun (must not be conditional upon compliance with any formality).
hak-hak pencipta dan jangka waktu perlindungan yang diberikan, pengaturannya adalah:
1. Ciptaan yang dilindungi adalah semua ciptaan dibidang sastra,ilmu pengetahuan dan seni
2. Kecuali jika ditentukan dengan cara reservasi (reservation), pembatasan (limitation) atau
musik.
ciptaan.
Konvensi Bern juga mengatur sekumpulan hak yang dinamakan hak-hak moral (droit
moral), hak pencipta untuk mengklaim sebagai pencipta suatu ciptaan dan hal penciptan
reputasi pencipta.50
Merupakan suatu hasil kerja PBB melalui sponsor UNESCO untuk mengakomodasi
dua aliran falsafah berkenaan dengan hak cipta yang berlaku di kalangan masyarakat
internasional. Disatu pihak ada sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut
civil law system, berkelompok keanggotaannya pada Konvensi Bern, dan dipihak lain ada
sebagian anggota masyarakat internasional yang menganut common law system, berkelompok
Untuk menjembatani dua kelompok yang berbeda sistem pengaturan tentang hak cipta
ini, PBB melalui UNESCO menciptakan suatu kompromi yang merupakan: A new common
copyright relations throughout the world, without weakening or supplanting the Bern
Convention52. Pada 6 September 1952 untuk memenuhi kebutuhan adanya suatu Common
1. Adequate and Effective Protection. Menurut article I setiap Negara peserta perjanjian
oleh warga negara dari satu negara pesera perjanjian dan ciptaan-ciptaan yang
50
Ibid. Hlm. 63
51
Ibid. Hlm. 68
52
Ibid.
diterbitkan pertama kali di salah satu negara peserta perjanjian, akan memperoleh
perlakukan perlindungan hukum hak cipta yang sama seperti diberikan kepada warga
negara nya sendiri yang menerbitkan untuk pertama kali di negara tempat dia menjadi
warga negara.
terhadap dua aliran falsafah yang ada, menetapkan bahwa suatu negara peserta
tertentu sebagai formalitas bagi timbulnya hak cipta, seperti wajib simpan (deposit),
royalti dari penerbit (payment of fees), akan dianggap merupakan bukti timbulnya hak
4. Duration of Protection. Article IV, suatu jangka waktu minimum sebagai ketentuan
untuk perlindungan hukum selama hidup pencipta ditambah paling sedikit 25 tahun
5. Translations Rights. Article V, hak cipta mencakup juga hak eksklusif pencipta untuk
membuat, menerbitkan dan memberi izin untuk menerbitkan suatu terjemahan dari
ciptaannya. Namun setelah tujuh tahun terlewatkan, tanpa adanya penerjemahan yang
ditetapkan konvensi
6. Juridiction of the international Court of Justice, article XV, suatu sengketa yang
timbul antara dua atau lebih negara anggotakonvensi mengenai penafsiran atau
7. Bern safegueard Clause. article XVII UCC beserta appendixnya merupakan kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan dari Pasal ini dan salah satu saran penting untuk
3. Konvensi Roma 1961 tentang Perlindungan Pelaku, Produser Rekaman dan Lembaga
Penyiaran Konvensi Roma diprakarsai oleh Bern Union, dalam rangka untuk lebih
internasional terhadap mereka yang mempunyai hak-hak yang dikelompok dengan nama hak-
pemegang hak cipta atas hak-hak yang berkaitan. Tiga kelompok pemegang hak cipta
dimaksud adalah54: Artis-artis pelaku (Performing Artist), terdiri dari penyanyi, aktor, musisi,
penari, dan lain-lain pelaku yang menunjukkan karya-karya cipta sastra dan seni; Produser-
TRIPs atau Trade Aspects of Intelectual Property Rights merupakan lampiran dan
persetujuan pembentukan organisasi perdagangan dunia (WTO) yang disahkan pada tanggal
4 april di marakesh. Tujuan dari perjanjian TRIPs ini adalah meningkatkan perlindungan HKI
dalam produk perdagangan, menjamin prosedur pelaksaan HaKI yang tidak menghambat
TRIPs ini mewajibkan negara peserta untuk mengakui 3 (tiga) konvensi dasar dalam HKI
yaitu Berne Convention dan Washington Treaty. Konvensi ini juga memberlakukan 3 prinsip
lain perlakuan yang sama seperti yang diberikan kepada warga negara sendiri
keistimewaan, dan hak untuk didahulukan atau pengecualian yang diberikan oleh satu
negara anggota akan diberikan dengan langsung dan tanpa syarat kepada warga
3. Minimal Standart artinya perjanjian ini telah menetapkan standar minimal yang harus
dipatuhi dalam pengaturan HKI seperti ruang lingkup perlindungan, jangka waktu
Aturan-aturan dasar yang berkaitan dengan hak cipta diatur dalam ketentuan Pasal 14
organisasi penyiaran, aturan dasar dalan TRIPs ini telah diakomodasi dalam Undang-Undang
internasional di bidang HAKI terkait perdagangan. Perjanjian ini merupakan salah satu
kesepakatan di bawah organisasi perdagangan dunia atau WTO (World Trade Organization)
yang bertujuan menyeragamkan sistem HAKI di seluruh negara anggota WTO. TRIPs
merupakan rezim peraturan HAKI dengan obyek perlindungan paling luas dan paling ketat.
Karena merupakan bagian dari WTO maka, pelaksanan TRIPs dilengkapi dengan sistem
Persetujuan TRIPs ini memuat berbagai norma – norma dan standard perlindungan
bagi karya intelektual dari manusia dan merupakan perjanjian internasional di bidang
56
Pasal 3 TRIPs
57
Pasal 4 TRIPs
58
Bagian II TRIPs
HAKI .Menurut TRIPs Agreement, HaKI yang dilindungi sebagai berikut 59: Hak Cipta (Copy
Indications), Desain Industri (Industrial Designs), Paten (Patent), Desain Tata Letak Sirkuit
Terpadu (Lay out Designs (Topographies) Of Intergrated Circuits) dan Informasi yang
Copy Right and Related Right, termasuk didalamnya neighboring rights (hak - hak
terkait) Pencipta atau pemegang Hak Cipta menjadi satu bagian dari Hak Cipta. Related Right
dimaksud adalah ketentuan- ketentuan Hak Cipta di bidang program-program komputer dan
Trade Organization (ITO). Akan tetapi, pembentukan ITO mengalami kegagalan karena
Amerika Serikat tidak mendukungnya. Sebagai gantinya dibentuk The General Agreement on
Tariffs and Trade (GATT).61 Perjanjian ini ditandatangani pada tanggal 30 Oktober 1947 oleh
8 negara, yaitu Australia, Belgia, Kanada, Perancis, Luxemburg, Belanda, Inggris, dan
Amerika Serikat.
putaran URUGUAY di Jenewa dengan menerima kesepakatan naskah Final Act Uruguay
Round pada tanggal 15 Desember 1993, sebagai hasil konret perundingan Uruguay yang
dimulai tahun 1986. Final Act Uruguay Round secara resmi ditanda tangani di Marakesh,
Maroko oleh 125 negara, termasuk di dalamnya Indonesia. Perundingan tersebut menghasilan
59
Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 1997, Pembaharuan Undang – Undang Hak
Cipta, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm 2
60
Eddy Damian, 2003, Hukum Hak Cipta, PT. Alumni, Bandung, hlm 12
61
H.S Kartadjoemena, Substansi Perjanjian GATT/WTO dan Mekanisme Penyelesaian
Sengketa : Sistem Kelembagaan, Prosedur Implementasi, dan Kepentingan Negara
Berkembang, Jakarta, Universitas Indonesia Press, 2000. Hlm 19-20
perjanjian untuk membentuk World Trade Organization(WTO), yang merupakan lembaga
merupakan dampak dari kondisi perdagangan dan ekonomi intenasional yang dirasakan
semakin meluas yang tidak lagi mengenal batas-batas negara. Negara yang pertama sekali
mengemukakan lahirnya TRIPs adalah, Amerika, sebagai antisipasi yang menilai bahwa
WIPO (Word Intellectual Property Organization) yang bernaung di bawah PBB,tidak mampu
adalah:63 WIPO merupakan suatu organisasi dimana anggotanya terbatas (tidak banyak),
tidak memiliki mekanisme untuk menyelesaikan dan menghukum setiap pelanggaran HaKI.
Disamping itu WIPO dianggap juga tidak mampu mengadaptasi perubahan struktur
perdagangan internasional dan perubahan tingkat invasi teknologi. Sejak tahun 1982,
Pemasukan HaKI ini pada mulanya ditentang oleh negara-negara berkembang dengan alas an
bahwa pembicaraan HaKI dan GATT tidaklah tepat (kompeten). GATT merupakan forum
perdagangan multirateral, sedangkan HaKI tidak ada kaitannya dengan perdagangan. Namun
teknologinya termasuk perlindungan HaKInya. Dengan masuknya HaKI, GATT yang semula
62
Adrian Sutedi, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta,20 , Hlm. 60
63
Munaroh siti,” Peranan Trips (Trade Related Aspects of Intelectual Property Rights)
terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual di Bidang Teknologi Informasi di Indonesia”
Jurnal Teknologi Informasi DINAMIK Volume XI, No. 1, Januari 2006, hlm. 23-29
kelompok New Issues, yaitu TRIPs ( masalah HaKI), TRIMs (masalah investasi), Trade is
TRIPs bertujuan melindungi dan menegakkan hukum hak milik intelektual guna
bersama pembuat dan pemakai pengetahuan teknologi, dengan cara yang menciptakan
kesejahteraan sosial dan ekonomi serta berkeseimbangan antara hak dan kewajiban. Untuk itu
perlu dikurangi gangguan dan hambatan dalam perdagangan internasional, dengan mengingat
kebutuhan untuk meningkatkan perlindungan yang efektif dan memadai terhadap hak milik
intelektual, serta untuk menjamin agar tindakan dan prosedure untuk menegakkan hak milik
TRIPs terdiri dari satu bagian mukadimah dan tujuh bagian isi yang terdiri dari 73
pasal, yang mencakup tidak hanya semata-mata standar substantif HaKI tetapi juga mendasari
prinsip-prinsip yang berlaku terhadap sistem HaKI, serta bagaimana hak-hak tersebut
dilaksanakan, dikelola dan ditegakkan agar mencapai keseimbangan antar kepentingan yang
dan prinsip-prinsip dasar ini tertuang dalamBAB I dari Pasal 1 sampai 8 perjanjian ini.
praktek hukum mereka. Mereka dapat menerapkan sistem perlindungan yang lebih
luas dari yang diwajibkan oleh TRIPs, sepanjang tidak bertentangan dengan
negara masing-masing.
3. Ketentuan National Treatment (Article 3 sub [1]): ketentuan yang mengharuskan para
anggotanya memberikan perlindungan hak milik intelektual yang sama antara warga
negaranya sendiri dengan warga negara anggota lainnya. Prinsip perlakuan sama ini
tidak hanya berlaku untuk warga negara perseorangan, tetapi juga untuk badan
hukum. Ketentuan ini merupakan kelanjutan dari apa yang tercantum dalam Article 2
negara lain dalam memberikan perlindungan hak milik intelektual. Setiap negara
lainnya.
untuk tidak menggunakan suatu ketentuan pun di dalam persetujuan TRIPs sebagai
alasan tidak optimalnya pengaturan hak milik intelektual di dalam negeri mereka.
6. Ketentuan Alih Teknologi (Article 7): HaKI diharapkan akan terjadi alih teknologi,
dalam situasi kondusif bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi, juga keseimbangan
tidak terlepas dari teori-teori mengenai hubungan antara hukum Internasional dan hukum
Nasional. Secara umum terdapat 3 teori mengenai hubungan antara hukum Internasional dan
hukum Nasional yaitu teori dualisme, teori monisme dan teori masalah primat hukum, yang
juga teori – teori baru, antara lain teori transformasi, teori adopsi khusus, dan teori delegasi.
1. Teori Dualisme
Teori dualisme menganggap bahwa hukum Internasional dan hukum Nasional adalah
2 sistem hukum yang terpisah, berbeda satu sama lain. 65 Penganut teori ini antara lain adalah
Triepel dan Anzilotti. Menurut kedua ahli tersebut, perbedaan mendasar antara hukum
Internasional dan hukum Nasional antara lain subjek hukum Internasional yang utama adalah
Negara sedangkan subjek hukum Nasional adalah individu-individu dalam suatu Negara
tersebut, sumber hukum Internasional yang utama adalah perjanjian Internasional dan
kebiasaan internasional sedangkan sumber hukum Nasional adalah hukum kebiasaan dan
hukum positif suatu Negara, hukum Internasional bersifat mengatur hubungan antara Negara
2. Teori Monisme
Menurut teori monisme semua hukum merupakan satu sistem kesatuan hukum yang
mengikat apakah terhadap individu-individu dalam suatu Negara ataupun terhadap Negara-
65
Boer Mauna, Hukum Intenasional Pengertian Peranan dan Fungsi dalam Era
DinamikaGlobal, P.T. Alumni, Bandung, 2003. Hlm. 12
negara dalam masyarakat Internasional.66 Penganut teori ini antara lain adalah Kelsen dan
Georges Scelle. Hukum Internasional dan hukum Nasional merupakan kaidah hukum yang
saling berkaitan dan mengikat secara universal baik secara kolektif maupun individual,
dengan kata lain akar dari suatu subjek hukum, baik hukum Internasional maupun hukum
Teori Primat Hukum ini maksudnya hukum mana yang kedudukannya lebih tinggi
dari pada hukum yang lain. Terdapat 2 teori dalam menentukan primat yang lebih tinggi
yaitu:
Primat hukum Nasional adalah hukum Nasional yang mempunyai kedudukan yang lebih
tinggi dibandingkan hukum Internasional, jadi hukum Internasional harus tunduk pada
aturan-aturan dan konstitusi yang terdapat pada suatu negara. Menurut aliran dualistik
primat yang tertinggi adalah primat hukum Nasional, disebabkan karena teori ini lebih
menganut paham monisme berpendapat bahwa primat yang tertinggi bisa saja terdapat
dalam hukum Internasional ataupun hukum Nasional, namun ia lebih menekankan pada
Internasional yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dibandingkan dengan hukum
validitasnya hanya dari konstitusi Negara, maka hukum Internasional tidak akan berlaku
lagi apabila konstitusi yang menjadi sandaran otoritasnya tersebut tidak berlaku. Bukti
66
Ibid.
67
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Sinar Grafika, Jakarta:1989. Hlm. 99
lainnya adalah telah menjadi ketetapan bahwa hukum Internasional mengikat Negara-
negara baru tanpa harus ada persetujuan dari Negara tersebut, dan persetujuan demikian
apabila dinyatakan secara tegas hanya merupakan suatu pernyataan mengenai kedudukan
4. Teori Transformasi
kaidah-kaidah traktat terhadap individu-individu dalam suatu Negara. Menurut teori ini
adanya perbedaan mendasar antara traktat yang memiliki sifat janji-janji (promises) dan
secara langsung dalam hukum Nasionalsuatu Negara. Menurut teori kaum positivis, hukum
Internasional dan hukum Nasional merupakan 2 sistem yang berbeda, oleh karena itu hukum
6. Teori Delegasi
Teori delegasi adalah suatu pendelegasian kepada setiap konstitusi negaraoleh kaidah-kaidah
konstitusional dari hukum Internasional yaitu hak untuk menetukan kapan ketentuan-
ketentuan suatu traktat atau konvensi berlaku dan bagaimana cara ketentuan-ketentuan
tersebut dimasukkan ke dalam hukum Nasional.70 Prosesnya dimulai dari penutupan traktat
kemudian dilakukan perpanjangan dari suatu pembentukan hukum, disini tidak ada