Anda di halaman 1dari 7

©Fakultas Pertanian Universitas Flores

AGRICA, 10 (2) : 83 – 89 (2017)


Ende NTT - Indonesia
ISSN : 1979-0368

PRODUKTIVITAS LAHAN DAN NKL PADA TUMPANGSARI TIGA


VARIETAS JAGUNG PULUT (Zea mays caratina Kulesh) DENGAN
BERBAGAI INTERVAL WAKTU TANAM
KACANG TANAH (Archis hipogaea L.) SEBAGAI TANAMAN SELA

Kristono Yohanes Fowo

Dosen Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Flores


Jl. Sam Ratulangi – Paupire, Ende-Flores, NTT
Email: kristonoyf@gmail.com

ABSTRACT
Land Productivity and NKL on Tumpangsari Three Maize Variety
Cultivation (Zea mays caratina Kulesh) With Various Interval Time Plants (Archis
hipogaea L.) as Select Plant. This study aims to determine the combination of timing
planting and planting techniques that can improve the productivity of land and NKL
values on the application of intercropping cultivation technology in dry land conditions
in Ende-NTT. The experimental design using Division Split Plot (RPT) consists of two
factors repeated three times. The treatment of corn varieties (V1: Local varieties, V2:
Uri varieties, V3: Binthe Pulu varieties) while planting time was placed as subplot (T1:
Maize planted 15 days after peanut planting T2: Corn is grown together with peanut
planting T3: Corn is grown 15 days before planting peanuts, as comparison of each
treatment is also planted in monculture, so that obtained 31 units of experiment plot The
data collection is done by calculating dry weight of seeds produced by all plant crops in
the harvest plots, and the crops in the harvest plots. The results show that intercropping
crops between pulut and peanut crops in various pulses maize varieties and peanut
planting times increased the productivity of the land 1, with the highest land
productivity dida The maize varieties of Uri corn is grown simultaneously with
groundnut planting (V2T2) of 1.52 and followed by treatment of local varieties of
pulutans planted together with peanut plant (V1T2) of 1.46.
Keywords: Intercropping, Planting time, Dry land, Intercropping, Land equity
value

PENDAHULUAN dengan penerapan teknologi pola tanam


tumpang sari.
Dalam peningkatan produksi Tumpangsari merupakan teknik
pertanian, optimalisasi produktivitas penanaman dua jenis tanaman atau lebih
lahan menjadi sangat prioritas dalam pada sebidang lahan yang sama pada
pengembangan budidaya pertanian waktu yang sama maupun berbeda
khususnya di lahan kering (Prasetyo et (Francis et al., 2006). Oleh karena itu
al., 2009). salah satu bentuk dari pada sistem tumpangsari ini melibatkan
optimalisasi produktivitas lahan adalah dua jenis tanaman, maka kehadiran
tanaman sela akan bertindak sebagai

83
AGRICA, Vol. 10 No. 2 (2017)

cover crop, sehingga akan berperan dilaksanakan pada bulan Desember


sebagai pengendali kehilangan air yang 2015 – Mei 2016.
terjadi melalui proses evaporasi (Utomo Percobaan lapangan menggunakan
et al., 1995; Suminarti, 2011). Besar Rancangan Petak Terbagi (RPT) dengan
sumbangan yang dapat diberikan dalam tiga ulangan. Perlakuan varietas jagung
sistem tanam tumpangsari terhadap pulut sebagai petak utama (V) yang
perolehan hasil, sangat ditentukan oleh terdiri dari: V1 Varietas Lokal; V2
kombinasi tanaman serta pengaturan Varietas Uri serta V3 Varietas Binthe
waktu anaman sela untuk sedapat Pulu dan perlakuan waktu penanaman
mungkin menekan terjadinya kompetisi tanaman sela kacang tanah sebagai anak
yang dapat menurunkan hasil panen. petak (T) yang terdiri dari T1: Tanaman
Sehubungan dengan hal tersebut, maka jagung ditanam 15 hari setelah tanam
perlu dilakukan pengaturan waktu kacang tanah; T2: Tanaman jagung
penanaman tanaman sela yang tepat ditanam bersamaan dengan tanam
untuk mencapai hasil yang tinggi per kacang tanah dan T3: Tanaman jagung
satuan luas lahan dan waktu. ditanam 15 hari sebelum tanam kacang
Penerapan pola tanam tumpang tanah. Jarak tanam yang digunakan
sari selain bertujuan menekan evaporasi adalah 75 x 40 cm untuk tanaman
yang terjadi pada lahan kering, juga jagung pulut dan 25 x 20 untuk
memiliki keunggulan lain yang tidak tanaman kacang tanah, sebagai
terdapat pada pola tanam monokultur pembanding masing-masing perlakuan
diantaranya dapat memanfaatkan faktor juga ditanam secara monkultur,
produksi yang lebih optimal seperti sehingga di peroleh 31 satuan petak
(keterbatasan lahan, tenaga kerga dan percobaan.
modal), pemakaian pupuk dan pertisida Pengumpulan data dilakukan
lebih efisien, mengurangi erosi, dengan cara menghitung bobot kering
konservasi lahan, stabilitas biologi biji yang dihasilkan oleh seluruh
tanah dan mendapatkan produksi total tanaman contoh dalam plot panen, dan
yang lebih besar (Safuan et al., 2008) kemudian dikonversi dalam luasan
Tujuan menentukan kombinasi varietas hektar untuk mengetahui tingkat
jagung pulut dan waktu tanam terhadap efisiensi penggunaan lahan dalam
produktifitas lahan dan nilai NKL pada sistem tumpangsari. Menurut Guritno
sistem tanam tumpang sari. (2011), Nisba Kesetaraan Lahan (NKL)
diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
METODE PENELITIAN
Yab Yba
Penelitian dilakukan di lahan kering NKL = --------- + --------
Yaa Ybb
Desa Wiwipwmo, Kecamatan Wolojita,
Kabupaten Ende-NTT pada ketinggian Keterangan:
± 988 m dpl dengan suhu rata-rata NKL : Nisba Kesetaraan Lahan
harian 20 - 35°C. Penelitian ini Yab : Hasil tanaman a dalam sistem
tumpangsari a dan b

84 83
Fowo : Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpangsari Jagung dan Kacang
Tanah

Yba : Hasil tanaman b dalam sistem lebih dari 1 sebagaimana disajikan pada
tumpangsari a dan b Tabel 1 dan 2. Hal tersebut menunjukan
Yaa : Hasil monokultur tanaman a bahwa sistem tanam tumpangsari antara
Ybb : Hasil monokultur tanaman b tanaman jagung pulut dan tanaman
kacang tanah pada berbagai varietas
HASIL DAN PEMBAHASAN
jagung pulut dan waktu tanam tanaman
Nisbah kesetaraan lahan yang sela kacang tanah mampu meningkatkan
diperoleh dari pola tanam tumpangsari produktifitas lahan. Peningkatan
tanaman jagung pulut dan kacang tanah produktifitas lahan mengindikasikan
pada lahan kering Kabupaten Ende - bahwa sistem tanam tumpangsari lebih
NTT semua perlakuan mempunyai nilai menguntungkan jika dibanding sistem
tanam monokultur.

Tabel 1. Nisbah kesetaraan lahan pada tanaman jagung pulut dan tanaman kacang tanah

NKL NKL NKL


tanaman tanaman total
Perlakuan
jagung kacang
tanah
Jagung pulut varietas Lokal ditanam 15 hari setelah
tanam kacang tanah (V1T1) 0,80 0,52 1,32

Jagung pulut varietas lokal ditanam bersamaan


dengan tanam kacang tanah (V1T2) 0,94 0,52 1,46

Jagung pulut varietas Lokal ditanam 15 hari


sebelum tanam kacang tanah (V1T3) 0,98 0,31 1,30

Jagung pulut varietas Uri ditanam 15 hari setelah


tanam kacang tanah (V2T1) 0,89 0,51 1,40

Jagung pulut varietas Uri ditanam bersamaan


dengan tanam kacang tanah (V2T2) 0,95 0,56 1,52

Jagung pulut varietas Uri ditanam 15 hari sebelum


tanam kacang tanah (V2T3) 0,97 0,31 1,29

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam 15 hari


setelah tanam kacang tanah (V3T1) 0,74 0,49 1,23

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam


bersamaan dengan tanam kacang tanah (V3T2) 0,84 0,51 1,35

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam 15 hari


0,88 0,34 1,22
sebelum tanam kacang tanah (V3T3)

85 83
AGRICA, Vol. 10 No. 2 (2017)

Tabel 2. Nilai rata-rata hasil perhutungan keseluruhan nisbah kesetaraan lahan (NKL) pada
pola tumpangsari tanaman jagung pulut dan tanaman kacang tanah pada berbagai
waktu tanam.
Perlakuan NKL
Jagung pulut varietas Lokal ditanam 15 hari setelah tanam kacang tanah
(V1T1) 1,32

Jagung pulut varietas lokal ditanam bersamaan dengan tanam kacang tanah
(V1T2) 1,46

Jagung pulut varietas Lokal ditanam 15 hari sebelum tanam kacang tanah
(V1T3) 1,30

Jagung pulut varietas Uri ditanam 15 hari setelah tanam kacang tanah
(V2T1) 1,40

Jagung pulut varietas Uri ditanam bersamaan dengan tanam kacang tanah
(V2T2) 1,52

Jagung pulut varietas Uri ditanam 15 hari sebelum tanam kacang tanah
(V2T3) 1,29

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam 15 hari setelah tanam kacang
tanah (V3T1) 1,23

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam bersamaan dengan tanam


kacang tanah (V3T2) 1,35

Jagung pulut varietas Binthe Pulu ditanam 15 hari sebelum tanam kacang
1,22
tanah (V3T3)

Tabel 1 dan 2 data rataan nilai petani. Nilai tersebut juga terdapat
nisba kesetaraan lahan (NKL) tertinggi keuntungan 0,06% apabila dilakukan
didapatkan pada kombinasi perlakuan tumpangsari tanaman jagung pulut
varietas uri dengan waktu penanaman varietas lokal dengan waktu penanaman
secara bersamaan (V2T2) yakni sebesar tanaman kacang tanah secara bersamaan
1,52 artinya makin tinggi nilai dan 0,17% jika dibandingkan dengan
kesetaraan lahan yang didapat pada perlakuan tumpangsari tanaman jagung
sebuah sistem polah tanam tumpangsari pulut varietas binthe pulu yang ditanam
jika dibandingkan dengan perlakuan bersamaan dengan tanaman kacang
lainnya maka polatanam tumpangsari tanah sebagai tanaman sela. Nilai
ini sangat cocok dikembangkan dalam kesetaan lahan (NKL) yang paling
usaha evisiensi pemanfaatan lahan rendah didapatkan pada perlakuan
untuk meningkatkan kesejeteraan varietas jagung Binthe Pulu yang
83
86
Fowo : Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpangsari Jagung dan Kacang
Tanah

ditanam sebelum penanaman kacang untuk proses fotosintesis secara baik


tanah sebagai tanaman sela. maka kebutuhan tanaman untuk masa
Hasil ini diduga bahwa rendahnya vegetatif maupun generatif dapat
Nilai kesetaraan lahan (NKL) yang terpenuhi yang semuanya ini akan
diperoleh dari perlakuan ketiga varietas bermuara pada hasil akhir dari suatu
jagung pulut yang di tanam 15 hari tanaman (Gadner et al., 2013; Sitompul
sebelum penanaman kacang tanah dan Guritno, 1995; Sabiring et al.,
sebagai tanaman sela, disebapkan 2014). Selain kurangnya terjadi
karena perbedaan marfologi dan terjadi kompotisi sejak awal pertumbuhan
kompetisi antar tanaman dalam tanaman masing-masing yang
memperoleh faktor tumbuh seperti air, ditumpangsarikan, tanaman kacang
unsur hara, cahaya dan ruang gerak tanah adalah kelompok tanaman legum
sejak awal pertumbuhan vegetatif yang yang dapat bersimbiosis dengan
dirasakan tanaman sela kacang tanah, rozobium sehingga mampu mengikat
sehingga proses fotosintesis yang Nitrogen bebas diudara dan membentuk
menghasilkan karbohidra tidak dapat bintil akar yang memiliki kemampuan
berlangsung secara sampurna dan hal untuk dapat menyuburkan tanah.
ini akan berpengaruh terhadap Menurut Dordas (2009) bahwa
pertumbuhan generatif dan berdampak tumpangsari tanaman legum dan non
terhadap produksi dari masing-masing legum sangat cocok karena tanaman
tanaman yang ditumpangsarikan legum dapat mengikat nitrogen bebas
sehingga akan berpengaruh terhadap dari udara melalui rizobium pada bintil
nilai kesetaraan lahan. akarnya, 30% dari N fiksasi tersebut
Berbeda halnya dengan perlakuan disumbang-kan kepada tanaman lain
waktu tanam secara bersamaan, secara dalam sistem tumpangsari. Pada
keseluruhan memperlihatkan hasil yang kombinasi ini nilai produktivitas lahan
lebih tinggi untuk seluruh varietas cukup tinggi.
jagung pulut, maskipun nilai NKL yang Secara keseluruhan penerapan
tertinggi terdapat pada perlakuan V2T2. pola tanama tumpang sari tanaman
Tingginya nilai Nilai Kesetaraan Lahan jagung pulut yang ditanam secara
yang ditunjukan oleh waktu penanaman bersamaan dengan kacang tanah sebagai
yang dilakukan bersamaan pada ketiga tanaman sela pada lahan kering di
varietas jagung pulut diakibatkan oleh Kabupaten Ende masih memberikan
cukupnya kebutuhan tanaman akan keuntungan jika dibandingkan dengan
faktor tumbuh, baik yang berada dalam penanaman secara monokultur.
tanah (terutama akar) maupun di atas Tingginya nilai tersebut dapat
tanah (daun). Apabila akar tanaman ditunjukan oleh hasil perhitungan dari
dapat berfungsi dengan baik dalam Nilai Kesetaraan Lahan (NKL)
menyerap air dan nutrisi karena sebagaimana tercantum pada Tabel 1
ketersediaannya dalam tanah dan 2. Waloupun secara terpisah, jika
mencukupi, dan juga daun tanaman dilihat per masing-masing tanaman
yang mampu menyerap energi cahaya dalam sistem tumpangsari

87 83
AGRICA, Vol. 10 No. 2 (2017)

memperlihatkan bahwa baik tanaman penerapan teknologi polatanam


jagung pulut maupun tanaman kacang tumpangsari dengan menggunakan
tanah menunjukan nilai yang lebih kombinasi tanaman C3 dan C4 yang
rendah jika dibandingkan dengan ditanam secara bersamaan untuk
tanaman jagung maupun tanaman meningkatkan NKL.
kacang tanah secara monokultur.
Rendahnya hasil tanaman jagung dan UCAPAN TERIMA KASIH
kacang tanah per individu dalam sistem
tanam tumpangsari sebagai akibat Penelitian ini terselenggara berkat
rendahnya jumlah populasi dari dukungan dari Yayasan Perguruan
masing–masing tanaman pada sistem Tinggi Flores yang memberikan
tanam tumpangsari jika dibandingkan kesempatan kepada saya untuk
dengan populasi tanaman secara melanjutkan Studi Megister dan juga
monokultur. Namun secara keseluruhan kepada pembimbing I dan pembimbing
pola tanam tumpangsarih mampu II dalam segala usahaNya dan
meningkatkan produktifitas lahan. bimbingan tugas akhir kepada saya.
Peningkatan produktifitas lahan yang
ditunjukan oleh nilai NKL yang pada DAFTAR PUSTAKA
perlakuan tumpangsari > 1 nilai NKL
ini mengidikasikan bahwa sistem tanam Dordas, C. 2009. Dry Matter, Nitrogen
tumpangsari lebih menguntungkan jika and Phosphorus Acumulation,
dibandingkan sistem tanam monokultur Partitioning and Remobilization
(Li et al., 2011; Guritno, 2011). as Affected by N and P
Fertilization and Source-Sink
SIMPULAN DAN SARAN Relations. European Jurnal of
Agronomy (30) : 129-139.
Simpulan Francis, C., A. Jons., K. Wittler and S.
Goodman. 2006. Strip Cropping
Kombinasi antara varietas jagung Corn and Grain Legumes: A
pulut yang ditanam secara bersamaan Review. Amer. J. I of Alternative
dengan penanaman kacang tanah Agric : 1 – 8.
sebagai tanaman sela mampu
meningkatkan Nilai Kesetaraan Lahan Gardner, F. P., Pearce, R. B dan
yang tertinggi yakni 1, 46 untuk Mitchell, R. L. 2013. Physiologi
perlakuan V1T2; 1,40 untuk perlakuan of Crop Plants. Lowe State
V2T1; 1,52 untuk perlakuan V2T2 serta University. United States. p 12.
1, 35 untuk perlakuan V3T2. Guritno, B. 2011. Pola Tanam di Lahan
Kering. Universitas Brawijaya
Saran Malang. 68 h. 45

Dalam upaya peningkatan produktivitas Li, L., Sun, J and Zhang, F. 2011.
lahan kering dapat dilakukan dengan Intercropping with Wheat to

88 83
Fowo : Produktivitas Lahan dan NKL pada Tumpangsari Jagung dan Kacang
Tanah

Greater Root Weight Density and Tumpangsari. J.


Larger below-ground Space of Agroekoteknologi. 3 (1) : 52 – 71.
Irrigated Maize at Late Growth Sitompul, S. M dan Guritno, B. 1995.
Stages. Soil Science and Plant Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Nutrition. (57) : 61 – 67. Fakultas Pertanian. Universitas
Prasetyo., Sukardjo dan Pujiwati. 2009. Brawijaya. Gadjah Mada Press.
Produkrivitas Lahan dan NKL Yogyakarta. 408 h.
pada Tumpangsari Jarak Pagar Suminarti, N.E. 2011. Teknik Budidaya
dengan Tanaman Pangan. J. Akta Tanaman Talas (Colocasia
Agrosia. 12 (1) : 51 – 55. esculenta (L) Schott var.
Safuan, L. O.,I. U. Warsono, G. Ayu, L. Antiquorum pada Kondisi Kering
Prihastuti, S. Wahyuni, Hestin, E. dan Basah. Disertasi. Program
Hernewa, Rudi, Desyanti, Elis, M. Pasca Sarjana, Fakultas Pertanian,
Suwena.2008. Pertanian terpadu Universitas Brawijaya.
suatu strategi untuk mewujudkan Utomo, W.H., Sitompul, S.M., Van
pertanian berkelanjutan. Walhi Noordwijk, M. 1995. Effect of
Jawa Barat, Bandung. leguminous cover crop on
Sembiring, S. A., Ginting, J dan Sitepu, subsequent maize and soybean
E. F. 2014. Pengaruh Populasi crops an Ultisol in Lampung.
Kacang Tanah (Arachis hypogaea Agrivita J. 15 (1): 44 – 53.
L.) dan Jagung (Zea mays L.)
terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Pada Sistem Pola

89 83

Anda mungkin juga menyukai