Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

GAS RUMAH KACA

Dibuat Sebagai Salah Satu Tugas Mata Kuliah Energi dan Lingkungan
Program Studi Teknik Energi Terbarukan
Program Magister Terapan

Disusun Oleh :

A.Fadhil Fairuzi 062250443226


Mitha Pratiwi 062250443215
Ricky Kurniawan 062250443218

Dosen Pengampu:

Prof. Dr. Ir. Rusdianasari, M.Si., IPM.

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA


PALEMBANG
2023
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Energi
dan Lingkungan dengan judul “Efek Gas Rumah Kaca”. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada dosen pengampu mata kuliah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Palembang, 20 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 4
2.1 Gas Rumah Kaca ...................................................................................... 4
2.1.1 Uap air ............................................................................................... 4
2.1.2 Karbondioksida ................................................................................. 5
2.1.3 Metana ............................................................................................... 5
2.1.4 Nitrogen Oksida ................................................................................ 5
2.1.5 Gas lainnya ........................................................................................ 6
2.2 Efek Rumah Kaca ..................................................................................... 6
2.3 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca ....................................................... 7
2.4 Dampak Gas Rumah Kaca........................................................................ 8
2.4.1 Dampak Negatif ................................................................................ 8
2.4.2 Dampak Positif ................................................................................ 11
2.5 Hubungan Pemansan Global dengan Efek Rumah Kaca ....................... 11
2.6 Solusi Untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca ........................................... 13
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 15
3.2 Saran ....................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca ................................................ 8


Gambar 2.2 Efek Gas Rumah Kaca ..................................................................... 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang
menyentuh permukaan bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan
bumi . Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke
angkasa luar sebagai radiasi infra merah gelombang panjang. Sebagian panas sinar
matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer yang
menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida / CO2
dan metana) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi. Peristiwa
ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (Green House Effect = GHE) karena
peristiwanya sama dengan rumah kaca, di mana panas yang masuk akan
terperangkap di dalamnya, tidak dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat
menghangatkan seisi rumah kaca tersebut. Peristiwa alam ini menyebabkan bumi
menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena jika tidak ada Efek Rumah
Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 oC lebih dingin . Akan tetapi, bila gas-
gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya pemanasan bumi
akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut.
Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824,
merupakan sebuah proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars,
Venus, dan benda langit beratmosfer lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan)
memiliki efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua
hal berbeda: efek rumah kaca alami yang terjadi secara alami di bumi, dan efek
rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia (lihat juga
pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama
diterima kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.
Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas
karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas
CO2 ini terjadi akibat kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara,
dan bahan bakar organic lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-
tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Bahan- bahan di permukaan bumi yang

1
2

berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh- tumbuhan,
hutan dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutan semakin gundul , maka panas di
bumi akan semakin naik. Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk
radiasi infra merah olehawan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar
inframerah tersebut tertahan olehawan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul
kembali ke permukaan bumi . Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-
gas lain di atmosfir maka semakin banyak pula gelombang panas yang dipantulkan
bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banya jumlah gas
rumah kaca yang berada di atmosfir , maka semakin banyak pula panas matahari
yang terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan
naik.
Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi,
10 energi radiasi matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34%
dipantulkan oleh awan dan permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas,
23% menguapkan air, dan hanya 0,023% dimanfaatkan tanaman untuk
perfotosintesis.
Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah
kaca. Radiasi sinar matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca.
Pantulan dari benda dan permukaan di dalam rumah kaca adalah berupa sinar
inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan udara di dalam rumah kaca
menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah yang
disebut efek rumah kaca atau ”Green House Effect”. Gas-gas yang berfungsi
bagaikan pada rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”Green House Gasses”.
Sebagai negara kepulauan yang memiliki berbagai sumber daya alam,
keanekaragaman hayati yang tinggi serta populasi penduduk yang sangat besar,
Indonesia sangat rentan terhadap dampak negatif meningkatnya konsentrasi gas
rumah kaca di atmosfer dan sekaligus memiliki potensi yang besar untuk turut andil
dalam mengatasi perubahan iklim. Salah satu langkah penting yang di lakukan oleh
Pemerintah Indonesia adalah dengan mengesahkan Paris Agreement to the United
Nation Framework Convention on Climate Change (Persetujuan Paris atas
Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan BangsaBangsa mengenai Perubahan Iklim)
melalui Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2016 pada tanggal 24 Oktober 2016.
3

Melalui kesepakatan tersebut, Indonesia bersama dengan negara-negara di dunia


berkomitmen untuk menahan laju peningkatan suhu rata-rata global dibawah 2°C
dan melanjutkan upaya untuk menekan kenaikan suhu rata-rata global ke 1,5°C
diatas tingkat pra–industrialisasi.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam pembuatan makalah ini, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan gas rumah kaca?
2. Bagaimana proses terbentuknya gas rumah kaca?
3. Apa dampak yang ditimbulkan akibat adanya gas rumah kaca?
4. Bagaimana solusi menangani efek gas rumah kaca?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan pengertian dan gas – gas rumah kaca.
2. Mendeskripsikan proses terbentuknya gas rumah kaca.
3. Menjelaskan dampak gas rumah kaca terhadap lingkungan.
4. Memberikan solusi menanggani efek rumah kaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gas Rumah Kaca


Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfer yang menyebabkan efek
rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di lingkungan, tetapi
dapat juga timbul akibat aktivitas manusia.
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer
akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Karbondioksida adalah gas
terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan vulkanik;
pernapasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan
karbondioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan).
Karbondioksida dapat berkurang karena terserap oleh lautan dan diserap
tanaman untuk digunakan dalam proses fotosintesis. Fotosintesis memecah
karbondioksida dan melepaskan oksigen ke atmosfer serta mengambil atom
karbonnya.
2.1.1 Uap air
Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan
bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap
air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung
mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
Dalam model iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan
efek rumah kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya
kandungan uap air di troposfer, dengan kelembapan relatif yang agak konstan.
Meningkatnya konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca;
yang mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan sampai
mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap air berperan
sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan manusia yang
melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO2. Perubahan dalam jumlah uap air di
udara juga berakibat secara tidak langsung melalui terbentuknya awan.

4
5

2.1.2 Karbondioksida
Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke
atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk
menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik.
Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbondioksida
semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk
perluasan lahan pertanian.
Walaupun lautan dan proses alam lainnya mampu mengurangi
karbondioksida di atmosfer, aktivitas manusia yang melepaskan karbondioksida ke
udara jauh lebih cepat dari kemampuan alam untuk menguranginya. Pada tahun
1750, terdapat 281 molekul karbondioksida pada satu juta molekul udara (281
ppm). Pada Januari 2007, konsentrasi karbondioksida telah mencapai 383 ppm
(peningkatan 36 persen). Jika prediksi saat ini benar, pada tahun 2100,
karbondioksida akan mencapai konsentrasi 540 hingga 970 ppm. Estimasi yang
lebih tinggi malah memperkirakan bahwa konsentrasinya akan meningkat tiga kali
lipat bila dibandingkan masa sebelum revolusi industri.
2.1.3 Metana
Metana yang merupakan komponen utama gas alam juga termasuk gas rumah
kaca. Ia merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih
banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi dan
transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari
pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan
dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk
samping dari pencernaan. Sejak permulaan revolusi industri pada pertengahan
1700-an, jumlah metana di atmosfer telah meningkat satu setengah kali lipat.
2.1.4 Nitrogen Oksida
Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan
terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen
oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.
Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 % bila dibandingkan masa pre-industri.
6

2.1.5 Gas lainnya


Gas rumah kaca lainnya dihasilkan dari berbagai proses manufaktur.
Campuran berflourinasi dihasilkan dari peleburan alumunium. Hidrofluorokarbon
(HCFC-22) terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk
insulasi, perabotan (furniture), dan temoat duduk di kendaraan. Lemari pendingin
di beberapa negara berkembang masih menggunakan klorofluorokarbon (CFC)
sebagai media pendingin yang selain mampu menahan panas atmosfer juga
mengurangi lapisan ozon (lapisan yang melindungi Bumi dari radiasi ultraviolet).
Selama masa abad ke-20, gas-gas ini telah terakumulasi di atmosfer, tetapi sejak
1995, untuk mengikuti peraturan yang ditetapkan dalam Protokol Montreal tentang
substansi-substansi yang menipiskan lapisan ozon, konsentrasi gas-gas ini mulai
makin sedikit dilepas ke udara.

2.2 Efek Rumah Kaca


Istilah efek rumah kaca dalam bahasa inggris disebut green house efect, pada
awalnya berasal dari pengalaman para petani yang tinggal di daerah beriklim
sedang yang memanfaatkan rumah kaca untuk menanam dan menyimpan sayur
mayur dan bunga-bungaan di musim dingin. Para petani tersebut menggunakan
rumah kaca karena sifat kaca yang mudah menyerap panas dan sulit melepas panas,
di dalam rumah kaca suhunya lebih tinggi dari pada di luar rumah kaca, karena
cahaya matahari yang menembus kaca akan dipantulkan kembali oleh benda-benda
di dalam ruanagn rumah kaca sebagai gelombang panas berupa gelombang sinar
infra merah, tetapi gelombang panas tersebut terperangkap di dalam ruangan rumah
kaca dan tidak bercampur dengan udara dingin di luar ruangan.
Rumah kaca (greenhouse) sebenarnya berupa gas yang ada di atmosfer
(lapisan pelindung bumi) secara natural untuk menjaga planet bumi tetap hangat.
Temperatur suhu yang hangat tersebut didapatkan dari cahaya matahari yang
menyinari bumi, lalu sebagian dipantulkan lagi ke angkasa. Cahaya matahari yang
dipantulkan kembali ke angkasa oleh bumi diserap sejumlah gas yang ada disekitar
atmosfer. Peristiwa tersebut disebut efek rumah kaca. Efek rumah kaca ini
sebenarnya berguna untuk menjaga kestabilan temperatur suhu di bumi sehingga
planet bumi menjadi tempat yang paling nyaman untuk tempat tinggal makhluk
7

hidup daripada planet lainnya. Tanpa sejumlah gas rumah kaca (greenhouse gasses)
tersebut, planet bumi akan mempunyai temperatur suhu sedingin permukaan bulan,
sekitar -18°C (Buchdahl et al, 1999 dalam Martusa, 2009).

2.3 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca


Gas rumah kaca dapat dihasilkan baik secara alamiah maupun dari hasil
kegiatan manusia. Namun sebagian besar yang menyebabkan terjadi perubahan
komposisi gas rumah kaca di atmosfer adalah gas-gas buang yang teremisikan
keangkasa sebagai hasil dari aktifitas manusia untuk membangun dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya selama ini. Aktifitas-aktifitas yang menghasilkan gas rumah
kaca diantarnya dari kegiatan perindustrian, penyediaan energi listrik, transportasi
dan hal lain yang bersifat membakar suatu bahan. Sedangkan dari peristiwa secara
alam juga menghasilkan/ mengeluarkan gas rumah kaca seperti dari letusan gunung
berapi, rawa-rawa, kebakaran hutan, peternakan hingga kita bernafaspun
mengeluarkan gas rumah kaca. Selain itu aktifitas manusia dalam alih guna lahan
juga mengemisikan gas rumah kaca.
Mekanisme kerja gas rumah kaca adalah sebagai berikut, lapisan atmosfir
yang terdiri dari, berturut-turut : troposfir, stratosfir, mesosfir dan termosfer:
Lapisan terbawah (troposfir) adalah bagian yang terpenting dalam kasus efek
rumah kaca.
Sekitar 35% dari radiasi matahari tidak sampai ke permukaan bumi. Hampir
seluruh radiasi yang bergelombang pendek (sinar alpha, beta dan ultraviolet)
diserap oleh tiga lapisan teratas. Yang lainnya dihamburkan dan dipantulkan
kembali ke ruang angkasa oleh molekul gas, awan dan partikel. Sisanya yang 65%
masuk ke dalam troposfir. Di dalam troposfir ini, 14 % diserap oleh uap air, debu,
dan gas-gas tertentu sehingga hanya sekitar 51% yang sampai ke permukaan bumi.
Dari 51% ini, 37% merupakan radiasi langsung dan 14% radiasi difus yang telah
mengalami penghamburan dalam lapisan troposfir oleh molekul gas dan partikel
debu. Radiasi yang diterima bumi, sebagian diserap sebagian dipantulkan. Radiasi
yang diserap dipancarkan kembali dalam bentuk sinar inframerah.
Sinar inframerah yang dipantulkan bumi kemudian diserap oleh molekul gas
yang antara lain berupa uap air atau H2O, CO2, metan (CH4), dan ozon (O3). Sinar
8

panas inframerah ini terperangkap dalam lapisan troposfir dan oleh karenanya suhu
udara di troposfir dan permukaan bumi menjadi naik, terjadilah efek rumah kaca .

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Efek Rumah Kaca

2.4 Dampak Gas Rumah Kaca


Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan
iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk
menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan
mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu
air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang
mengakibatkan negara Kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.
2.4.1 Dampak Negatif
Berikut ini merupakan beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari efek
gas rumah kaca:
a. Iklim Mulai Tidak Stabil
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan
daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara
9

tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak


akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan didaerah subtropis, bagian yang
ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan malam
hari akan cenderung untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembab
karena lebih banyak air yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin
apakah kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan
pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas
rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa
luar, dimana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air).
Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar
1 % untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah
meningkat sebesar 1 % dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi lebih
sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa
daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih
kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar.
Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin
mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.
b. Peningkatan Permukaan Laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama
sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut
di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan
para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi)
pada abad ke-21.Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan
di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen
daerah Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai
10

muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara
kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan
evakuasi dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat
mempengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan
menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa
baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades.
c. Suhu Global Cendrung meningkat.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat
keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di
lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin
tidak dapat tumbuh. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
d. Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam
pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas
pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah
baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan
manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke
utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.
11

Gambar 2.2 Efek Gas Rumah Kaca

2.4.2 Dampak Positif


Efek rumah kaca sangat berguna bagi kehidupan di bumi karena gas gas
dalam atmosfer dapat menyerap gelombang panas dari sinar matahari menjadikan
suhu di bumi tidak terlalu rendah untuk dihuni makhluk hidup. Seandainya tidak
ada gas rumah kaca jadi tidak ada efek rumah kaca, suhu di bumi rata-rata hanya
akan -180 C, suhu yang terlalu rendah bagi sebagian besar makhluk hidup,
termasuk manusia. Tetapi dengan adanya efek rumah kaca suhu rata-rata di bumi
menjadi 33 oC lebih tinggi. Dengan adanya efek rumah kaca membuat manusia
menjadi berhati hati dan berhemat terhadap penggunaan bahan bakar fosil,
penggunaan listrik karena pembangkitan yang masih banyak menggunakan PLTU
batubara. Selain itu, adanya efek rumah kaca manusia menjadi sadar bahwa pohon
dan hutan memiliki arti penting sekali bagi kelangsungan kehidupan, yaitu salah
satunya dapat menyerap gas polutan dan menghasilkan oksigen. Maka reboisasi
kembali digalakkan dan penanaman pohon di kota-kota besar mulai dilakukan.
Manusia menjadi kreatif, karena mengolah limbah seperti plastik, kertas untuk
didaur ulang menjadi barang yang ekonomis.

2.5 Hubungan Pemansan Global dengan Efek Rumah Kaca


Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas
matahari yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi
lalu dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di
12

antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas
tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat
(60oF/16oC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan hidup.
Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas rumah kaca,
suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18oC. Sayangnya, karena sekarang ini terlalu
banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya.
Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.
Pemanasan global akibat adanya meningkatnya gas-gas rumah kaca yang
menyebabkan efek rumah kaca yang berlebihan pada atmosfer bumi diyakini
merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim global secara ekstrem
ini. Gas-gas yang dihasilkan lewat proses alami di Bumi ataupun merupakan hasil
sampingan dari aktivitas manusia saat memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang
dihasilkan oleh letusan gunung berapi, kebakaran hutan , rawa-rawa , proses
photosintesa , proses pembusukan hingga proses bernafaspun merupakan sumber
Gas Rumah Kaca alami. Sedangkan sisa pembakaran hasil industri , pembakaran
bahan bakar fosil, emisi gas buang kendaraan bermotor adalah sumber Gas Rumah
Kaca akibat dari aktivitas manusia.
Meningkatnya Gas Rumah Kaca dimulai sejak abad 18 saat manusia
menemukan teknologi industri yang banyak menggunakan bahan bakar fosil seperti
minyak bumi, gas maupun batubara untuk menghasilkan energi dan menyisakan
gas-gas rumah kaca yang kemudian kian banyak terkumpul pada lapisan atmosfer
melampaui batas kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya. Lantas
apa hubungan meningkatnya efek rumah kaca dengan perubahan iklim ?
Meningkatnya kadar gas rumah kaca pada atmosfer yang merupakan mesin
pengendali alami iklim di Bumi dapat mengganggu mekanismenya. Karena sifat
dasar dari gas-gas rumah kaca yang melewatkan cahaya sinar tampak (gelombang
pendek) Matahari namun menyerap gelombang panjang (sinar infra merah) . Saat
pancaran / radiasi dari Matahari masuk ke Bumi, 25% dipantulkan kembali ke ruang
angkasa oleh atmosfer dan atau partikel-partikel gas di atmosfer, 25% diserap oleh
atmosfer, 45% diteruskan ke permukaan bumi dan oleh permukaan bumi seperti
permukaan air , es dan permukaan refletif lainnya 5% dipantulkan kembali dalam
bentuk gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah). Proses
13

inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca. Sesungguhnya , tanpa adanya efek
rumah kaca pada sistem perikliman di bumi, maka suhu menjadi sangat rendah dan
Bumi menjadi tidak layak huni .
Dalam keadaan normal, Energi yang dipantulkan kembali oleh permukaan
bumi dalam bentuk radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh atmosfer , namun
saat kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, Sinar infra merah tersebut
terhambat dan memantul kembali ke permukaan bumi, yang jika hal ini berlangsung
terus-menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan pemanasan global
di permukaan Bumi. Meningkatnya suhu pada pemukaan bumi dapat
mengakibatkan terganggunya ekosistem dan mekasnisme biota di bumi, terutama
hutan sebagai sarana pendaur ulang karbon dioksida di udara. Selain itu
mengakibatkan mencairnya es di wilayah kutub hingga meningkatkan volume air
laut dan mengancam kebedaraan daratan. Karena suhu merupakan salah satu
parameter dari iklim maka saat terjadi perubahan suhu secara global akan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global yang ekstrim pula . Kini tidak
ada salahnya jika kita yang di Bumi hidup lebih “santun” terhadap alam dan mulai
merawat kelestarian lingkungan . Sloganslogan seperti “back to nature” atau pun
“Go Green” jangan hanya diucapakan semata, tapi harus direalisasikan dalam
bentuk nyata demi kelangsungan hidup seluruh mahluk di Bumi ini .

2.6 Solusi Untuk Mengatasi Efek Rumah Kaca


Berikut ini merupakan beberapa solusi untuk mengatasi efek yang
ditimbulkan dari gas rumah kaca:
a. Penggunaan alat listrik
Menghemat penggunaan Listrik antara pukul 17.00 sampai 22.00.
Memadamkan listrik jika sedang tidak digunakan. Karena pada kondisi stand by,
alat elektronik masih mengalirkan listrik sebesar 5 watt. Kabel dari barang
elektronik akan lebih baik jika dilepas dari stop kontak bila sudah tidak digunakan.
Menggunakan lampu hemat energi (CFL) dan lampu sensor cahaya untuk lampu
taman, sehingga lampu akan hidup dan mati secara otomatis tergantung cahaya
matahari. Memanfaatkan cahaya matahari untuk penerangan di dalam ruangan di
14

pagi dan siang hari. Selain menghemat listrik juga dapat menurunkan emisi
penyebab pemanasan global
b. Penggunaan kendaraan bermotor
c. Penanaman pohon
Untuk mengatasi pengurangan polusi udara pada di atmosfer, maka dapat
dilakukan juga penanaman tanaman. Penanaman tanaman dapat berupa pohon
dapat dilakukan di halaman dan tempat-tempat yang banyak menghasilkan polusi
udara, seperti di pinggir-pinggir jalan. Selain itu juga, melakukan reboisasi pada
gunung-gunung yang gundul dan membuat taman-taman di perkotaan atau biasa
disebut dengan taman kota.
d. Pengelolaan sampah
Pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan sebagai berikut:
• Mengurangi penggunaan sampah
• Memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organik.
• Menghemat penggunaan kertas.
• Mengurangi penggunaan tisu
• Mendaur ulang kertsa, plastik, dan logam
• Membuat kompos
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Efek rumah kaca ditimbulkan oleh gas uap air, karbondioksida, metana dan
nitrogen oksida. Dalam lingkungan hidup efek rumah kaca memberikan dampak
tidak stabilnya iklim bumi, peningkatan permukaan laut karena panasnya suhu
bumi, meningkatnya panas dari suhu bumi, perubahan geologis bumi, hingga
membawa dampak pada kehidupan social dan ekonomi serta politik.
Untuk mencegah atau menanggani efek rumah kaca dapat dilakukan hal – hal
menggunakan alat listrik seperlunya dan sehemat mungkin, serta menggunakan
peralatan elektronik yang hemat daya. Mengontrol penggunaan kendaraan
bermotor karena tidak dapat di pungkiri asap kendaraan sangat berbahaya bagi
kebersihan udara, melakukan penanaman pohon, melakukan pengelolaan sampah
memisahkan antara sampah organik dengan sampah non organic dan mendaur
ulang kertsa, plastik, dan logam

3.2 Saran
Kegiatan mencengah efek rumah kaca sebaiknya dilakukan sedini mungkin
dan melibatkan seluruh lapisan masyrakat instansi dan sekolah karena
penangganan efek rumah kaca tidak cukup hanya memberikan himbauan namun
juga kesadaran pada diri masing – masing untuk melakukan pencegahan efek
rumah kaca.

15
DAFTAR PUSTAKA

Badan Meteorologi, Klimatologi, Dan Geofisika (BMKG). (2020). Laporan


Nasional Perubahan Iklim Indonesia 2020. Jakarta: BMKG.
Indrajati, Febianti. Dampak Pemanasan Global Terhadap Kelestarian Lingkungan
Hidup Di Indonesia. Diss. Perpustakaan, 2016.
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan (KLHK). (2018). Rencana Aksi
Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) 2020-2030. Jakarta:
AKLHK.
Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan. Laporan Inventari GRK Dan
Mnitoring, Pelaporan, Verifikasi.
Pratama, Riza. 2019. Efek Rumah Kaca Terhadap Bumi. Buletin Utama Teknik,
Vol. 14(2). Universitas Islam Sumatera Utara.
Priyotamtama, P. Wiryono. Merawat Bumi, Rumah Kita Bersama. Sanata Dharma
University Press, 2021.
Rahmayanti, Henita, And S. K. M. Feryl Ilyasa. Pendidikan Lingkungan Dan
Perubahan Iklim. Selat Media, 2022.
Saidal Siburian, M. M., And M. Mar. Pencemaran Udara Dan Emisi Gas Rumah
Kaca. Kreasi Cendekia Pustaka, 2020.

16

Anda mungkin juga menyukai