Anda di halaman 1dari 32

Sanjaya, Wina.

Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses BAB I


PENDAHULUAN
Pendidikan. Jakarata: Kencana Prenada Media. 2006. Kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran sebagai suatu
Sardiman, A.M. Intreaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: sistem intruksional antara guru dengan peserta didik dengan
komponen-komponen yang diperlukan dalam proses belajar
Rajawali Press. 2009. /mengajar. Sebagai penyelenggara kegiatan belajar mengajar, seorang
pengajara hendaknya memikirkan seoptimal dan seefesiensi mungkin
Sidjabat, B.S. Mengajar Secara Profesional. Bandung: Kalam Hidup. serta mengupayakan terjadinya komunikasi atau interaksi dengan
peserta didik dengan komponen-komponen lainnya dioptimalkan.
t.t.
Untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan
Tim Penyusun KBBI. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai komponen-komponen yang lainnya dari sistem pembelajaran, maka
pengajar harus mengkonsetrasikan tiap-tiap aspek-aspek dari
Pustaka. 2010. komponen-komponen yang terbentuk sistem instruksional, dengan
kata lain guru harus memikirkan dan mengupayakan, konsentrasikan
INTERNET
aspek-aspek kompionen sistem instruksional dengan tertentu. Inilah
diakses pukul 14:00 wib yang disebut strategi belajar mengajar. Dengan demikian strategi
belajar mengajar atau pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan
https://ujione.id/mengenal-model-pembelajaran-kooperatif-dan-jenis- guru untuk memikirkan dan mengupayakan terjadinya konsentrasi
jenisnya/ diakses pukul 14:00 wibs aspek-aspek dari komponen-komponen pembentukan sistem
intruksional dimana untuk itu guru mengunakan siasat tertentu.
http://zainalmasrizaina.blogspot.com/2012/09/strategi-pembelajaran-
afektif.html diakses 2 maret 2023 14:41 1.1 Hakekat Strategi Pembelajaran
Hakekat strategi pembelajaran pada dasarnya adalah cara yang
digunakan Guru untuk menyampaikan materi kepada peserta didik
dengan tujuan materi yang akan disampaikan akan muda diterima,
dipahami, dan terus melekan pada peserta didik. Untuk mewujudkan
hal tersebut, maka proses belajar mengajar hendaknya lebih
mengajak siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut.

1.2 Pengertian Strategi Pembelajaran


Proses dalam mewujudkan pembelajaran yang sasaran nya
dapat tercapai maka seorang pendidik atau guru memiliki strategi
tertentu didalam menyampaikan suatu materi sehingga materi itu
dapat tersampaikan dengan baik. Secara etimologi kata streategi
berasal dari bahasa Yunani yaitu, “strategos ” yang artinya suatu
64 | P a g e 1|Page
usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan, DAFTAR PUSTAKA
awalnya digunakan dilingkungan militer namun istilah strategi
digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki esensi yang relative ALKITAB, JAKARTA: LAI, 2006.
sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal . Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. Belajar dan
dengan istilah strategi pembelajaran . Pembelajaran.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata “ strategi ”
adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai Jakarta: Rineka Cipta. 2002.
sasaran khusus ”1. Strategi digunakan untuk memperoleh
kesuksesaan atau keberhasilan dalam mencapi tujuan. Strategi Hamalik , Oemar. Kurikulum & Pembelajaran. Jakarta: Bumi Askara.
berbeda dengan metode, strategi menunjuk pada sebuah perencanaan
2008.
untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi. Syaiful bahri Djamarah dan ______________. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar
Aswan Zain mengatakan strategi pembelajaran diartikan “ sebagai
pola-pola umum kegiatan Guru-anak didik dalam perwujudan belajar Berdasarkan CBSA. Bandung: Sinar Baru.
–mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, suatu garis-
Ibrahim, R. dan Nana Syaodih S. Perencanaan Pengajaran. Jakarta:
garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran
yang telah ditentukan 2. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan Rineka Cipta. 2010.
pembelajaran yang harus dikerjakan Guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien atau strategi K., Roestiyah N. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur pembelajaran
2008.
yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa. 3 Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK. Bandung: Jurnal Info Media.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang menggunakan teknik atau 2007.
cara dalam interaksinya dengan peserta didik untuk mencapi tujuan
pembelajaran. Dengan demikian strategi pembelajaran berarti cara Nurdin, H. Syafruddin. Guru Profesional & Implementasi
dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya Kurikulum.
membelajarkan peserta didik yang merupakan suatu pendekatan Jakarta: Quantum Teaching. 2005.

1 Panggabean, Yusri dkk. Strategi, Model, Dan Evaluasi Pembelajaran


Tim penyusun KBBI “ Strategi” dalam kamus besar bahasa Indonesia (
Jakarta: Balai Pustaka, 2002),1092. Kurikulum 2006. Bandung: Bina Media Informasi. 2007.
2
Syaiful Bahri Djamarah dan aswan zain, strategi belajar dan pembelajaran
( Jakarta: Rineka Cipta,2002), 5. Prayitno. Dasar Teori & Praktis Pendidikan. Jakarta: Gramedia.
3
Istarani 58 model pembelajaran inovatif ( Medan: Media Persada,
2014),1. 2009.
2|Page 63 | P a g e
5. Kegiatan pembelajaran dalam mengelola kegiatan, dengan mengintegrasikan urutan kegiatan
- Pendahuluan , peralatan dan bahan serta waktu yang digunakan dalam proses
- Kegiatan inti pembelajaran yang telah ditentukan secara aktif dan efesien.
- Penutup
6. Lampiran. 1.3 Tujuan Strategi Pembelajaran
Sebagai seorang pengajar yang professional dan supaya materi
yang diajarkan mudah dipahami tidak terlepas dari sterategi dalam
mengajarkan materi pembelajaran tersebut. Seorang guru yang
profesional harus mengetahui keadaan pelajar ketika ia mengajarkan
materi yang disampaikannya harus bisa memilih strategi yang tepat
dan benar. Setiap penggunaan strategi pembelajaran dalam proses
belajar mengajar tentunya memiliki tujuan yang hendak dicapai.
Sardiman.A.M mengatakan: “ tujuan pembelajaran merupakan hasil
belajar mengajar bagi siswa setelah melakukan proses belajar
dibawah bimbingan guru dalam kondisi yang kondusif”4 sementara
itu Karli Hilda mengutip pendapat Benjamin Bloom bahwa: “
mengelompokkan kemampuan manusia kedalam dua ranah (domain)
utama yaitu ranah kognitif dan ranah non kognitif. Rana non kognitif
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu ranah efektif dan ranah
psikomotorik.”5
Oleh karena itu tujuan dalam kegiatan belajar mengajar atau
pembelajaran dibagi dalam tiga ranah, yakni :
1. Kognitif : tujuan ini berorientasi pada kemampuan “berfikir ”
mencakup intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat
sampai kemampuan untuk memecahkan suatu masalah yang
menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
gagasan, metode, yang di pelajari dalam taksonomi bloom. Tujuan
kognitif dijelaskan sebagai berikut: pengetahuan,pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.

4
Sadiman, AM. Interaksi & motivasi belajar mengajar ( Jakarta: Rajawali
Press, 2009),67.
5
Karli Hilda, sertifikasi Guru dilaksanakan? ( Bandung: Generasi info
media.2009),84.
62 | P a g e 3|Page
2. Afektif : tujuan ini berhubungan dengan : perasaan,emosi,system 4.5 LANGKAH-LANGKAH KURIKULUM MERDEKA
nilai,dan sikap hati (attitude) yang menunjukan penerimaan atau
penolakan terhadap sesuatu . tujuan efektif terdiri dari yang paling RPP perlu direncanakan agar RPP bisa dikreasikan, langkah-langkah
sederhana yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai dengan kurikulum merdeka :
yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti 1. Pahami profil peserta didik.
kepribadian dan hati nurani. Menurut taksonomi efektif fersi Dengan assesmen diagnostic, jadi penting bagi guru memahami
krathwohl, dkk adapun tingkatannya sebagai berikut: pengenalan siswanya agar bisa membuat tujuan.
pemberian respon penghargaan terhadap nilai, pengorganisasian,
pengamalan. Profil siswa : ................................................................
3. Psikomotorik : tujuan pembelajaran ini dikelompokkan oleh ia Minat siswa : ...............................................................
menyusun tujuan psikomotorik secara hirarki dalam tingkatan, Cara belajar : ...............................................................
yakni: peniruan, memanipulasi, kesamaan, ketelitian, Pekerjaan Orangtua : ...................................................
ketepatan,kebiasaan.
2. Menentukan Tujuan pembelajaran.
1.4 Manfaat Strategi Pembelajaran Jadi tujuan pembelajaran merupakan arah yang ingin dituju dari
Dalam penggunaan strategi pembelajaran tentu sangatlah keseluruhan rangkaian aktivitas pembelajaran, dari sini kita bisa
bermanfaat baik bagi pengajar maupun bagi yang diajarkan. Dengan memahami bersama bahwa menyusun tujuan pembelajaran mengacu
demikian manfaat penggunaan strategi pembelajaran itu adalah pada kopetensi dasar dan memperhatikan indikator capaian dan
menjadi pedoman atau acuan untuk pendidik dalam mendidik anak tujuan pembelajaran itu sangat penting agar bisa memberikan
didiknya. Dalam kenyataan akan mudah mengetahui bagaimana petunjuk dalam pemilihan materi, strategi, model, metode, media,
seorang peserta didik yang sangat menguasai trategi tersebut, dia yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
dapat dengan baik mengaplikasikan strateginya dalam pengajaran nya 3. Memilih strategi assesmen yang sesuai dengan profil murid.
sehingga tercapai tujuan dalam pembelajaran yang diajarkan. Jadi Setelah dipilih strategi pembelajaran, mempersiapkan murid untuk
dengan adanya strategi pembelajaran itu sangatlah bermanfaat seperti mencapai tujuan pembelajaran, intinya yah RPP kurikulum merdeka
yang diungkapkan diatas dan hal itu sama sama ada manfaatnya baik itu adalah setiap murid unik dan beragam, tentu memiliki tujuan
bagi pendidik maupun yang dididik dimana pendidik menjadi belajar masing-masing. Tujuan belajar ini akan mengarah dab
acuannya didalam mendidik dan dengan adanya strategi itu akan berlanjut pada pemilihan assessment nantinya, jadi guru memilih
memudahkan bagi pengajar untuk mengetahui seseorang yang assessmentnya sesuai dengan file ( profil) dan tujuan belajar, untuk
dididiknya itu memudahkan bagi mereka untuk mengerti materi yang mencapai tujuan pembelajaran.
disampaikan oleh gurunya dan dapat mengaplikaskan strategi
tersebut dalam kehidupan kedepan. 4. Cakupan
- Topik berupa bentuk-bentuk perubahan sosial contoh di
kehidupan nyata
- Sumber belajar berupa modul dan rangkaian materi

4|Page 61 | P a g e
disebut praktis bila pemeriksaannya mudah dan dapat dianalisis BAB II
dalam waktu relatif singkat. (Erman Suherman, 2003: 179) JENIS-JENIS STRATEGI PEMBELAJARAN
Menurut Iis (2015: 77) “kepraktisan dapat dilihat dari proses
siswa mengerjakan bahan ajar dimana siswa dapat menjawab semua Suatu proses pembelajaran atau disebut dengan
pertanyaan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan peneliti dan belajar/mengajar tidak terlepas dari siswa dan Guru atau yang sering
siswa dapat menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu yang kita kenal dengan pengajar dan apa yang diajarkan. Sebagai seorang
ditetapkan.” pengajar supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik
Menurut Titik (2014: 915) “perangkat pembelajan dikatakan maka sebagai pengajar tidak terlepas dari strategi dalam
paraktis jika memenuhi aspek kepraktisannya yaitu bahwa perangkat menyampaikan materi tersebut sehingga hasil belajar atau tujuan
yang dikembangkan dapat diterapkan.” Sedangkan menurut Putrawan pembelajaran tercapai. Pada strategi pembelajaran ini terdapat
(dalam Asih, 2015: 14) mengatakan “kepraktisan perangkat banyak hal, jenis-jenis atau macam-macam seorang Guru dalam
pembelajaran matematika yang dikembangkan diukur dari mengajarkan materi pembelajaran sehingga materi yang disampaikan
keterlaksanaan perangkat tersebut dalam pembelajaran yang dapat diterima dan sesuai dengan tujuan dari pembelajaran, oleh
dilakukan di kelas.” karena itu penulis menguraikan beberapa macam strategi
pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang pendidik.
Daryanto dan Aris (2014: 89) mengatakan bahwa:
Secara umum, ciri-ciri RPP yang praktis adalah sebagai berikut: 2.1 STRATEGI PEMBELAJARAN EXPOSITORI ( SPE)
Strategi pembelajaran expositori menurut Wina Sanjaya
1) Memuat aktivitas proses belajar mengajar yang akan merupakan “ strategi pembelajaran yang menekankan pada proses
dilaksanakan oleh guru yang akan menjadi pengalaman
penyampaian materi secara verbal dari guru kepada siswa dengan
belajar bagi siswa .
maksut agar siswa dapat menguasai materi secara optimal ”.6 dalam
2) Langkah-langkah pembelajaran disusun secara sistematis hal ini pendekatan strategi pembelajaran expositori penekanan pada
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. penyampaian materi secara verbal. Kata verbal dalam kamus besar
3) Langkah-langkah pembelajaran disusun serinci mungkin, Bahasa Indonesia adalah “ secara lisan ( bukan tertulis ), bersifat
sehingga apabila RPP digunakan oleh guru lain (misalnya, khayalan. 7 ini berarti kemampuan seseorang pengajar secara lisan
ketika guru mata pelajaran tidak hadir), mudah dipahami dalam menjelaskan materi yang diajarkan. Jadi, seorang pengajar
dan tidak menimbulkan penafsiran ganda. dituntut untuk mampu menyampaikan dengan lisan dan itu tujuannya
agar materi dapat dikuasai oleh siswa secara optimal.
Berdasarkan pendapat di atas maka perangkat pembelajaran Kegiatan belajar yang bersifat menerima terjadi karena guru
yang praktis adalah perangkat pembelajaran yang mudah dipahami menggunakan pendekatan mengajar yang bersifat expositori baik
siswa dan ringkas dalam pelaksanaanya sehingga memudahkan guru dalam tahap perencanaan maupun dalam pada tahap pelaksanaan
dan murid dalam mencapai tujuan belajar.
6
Wina Sanjaya , Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses
pendidikan ( Jakarta: Kencana prenada Media, 2006), 126
7
Tim Penyusun KBBI, KBBI, 1260.
60 | P a g e 5|Page
mengajar dengan demikian R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. dalam 4) Sumber belajar sesuai dengan perkembangan siswa, materi
bukunya mengatakan: “ pendekatan ini seseorang guru atau pengajar ajar, lingkungan kontekstual dengan siswa dan bervariasi.
harus berperan lebih aktif, lebih banyak melakukan aktifitas 5) Ada scenario pembelajarannya (awal, inti, akhir), secara
dibandingkan dengan siswa-siswanya. Guru telah mengelola dan rinci, lengkap, dan langkah pembelajaran mencerminkan
mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikannya metode/ model pembelajaran yang dipergunakan.
kepada siswa. Sebaliknya, para siswa berperan lebih pasif, tanpa 6) Langkah pembelajaran sesuai tujuan, menggambarkan
banyak melakukan pengolahan bahan, karena menerima bahan ajaran metode dan media yang dipergunakan, memungkinkan
yang disampaiakan oleh Guru.”8 Penggunaan strategi ini tentu untuk siswa terlibat secara optimal, memungkinkan terbentuknya
melaksanakannya tidak secara lansung namun ada tahapan atau dampak pengiring, memungkinkan terjadinya proses inkuiri
langkah-langkah yang harus dilakukan mengenai penggunaan bagi siswa.
pendekatan pembelajaran strategi ini sehingga tujuan pembelajaran 7) Teknik pembelajaran tersurat dalam langkah pembelajaran,
dapat tercapai dengan optimal. Adapun langkah-langkah penggunaan sesuai tujuan pembelajaran, mendorong siswa untuk
strategi pembelajaran expositori yaitu : persiapan, penyajian, berpartisipasi aktif, memotivasi, dan berpikir aktif.
menghubungkan, menyimpulkan atau menggenaralisasikan dan 8) Tercantum kelengkapan RPP berupa prosedur dan jenis
penerapan dalam kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran penilaian sesuai tujuan pembelajaran, ada instrument
expositori memiliki keunggulan dan kelemahan yang akan digunakan penilaian yang bervariasi (tes dan non tes), rubrik penilaian.
dalam setiap kegiatan belajar mengajar. Adapun keunggulan dan
kelemahan yakni: Maka berdasarkan beberapa uraian di atas validitas dilakukan agar
perangkat pembelajaran dikatakan valid sehingga dapat menciptakan
Keunggulan
a. Dengan strategi pembelajaran expositori guru bisa mengontrol hasil belajar yang baik. Perangkat pembelajaran yang valid itu
urutan dan keluasan materi pembelajaran, dengan demikian ia dikembangkan berdasarkan pada penilaian dan proses validasi yang
dapat mengetahui sejauh mana siswa menguasai bahan dilakukan validator.
pelajaran yang disampaikan.
b. Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
b. Strategi pembelajaran expositori dianggap sangat efektif
Kepraktisan mengandung arti kemudahan suatu tes, baik dalam
apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas,
mempersiapkan, menggunakan, mengolah, dan menafsirkan, maupun
sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.
mengadministrasikannya. Dimyati dan Mudjiono (1994)
c. Melalui strategi pembelajaran expositori selain siswa dapat mengemukakan factor- faktor yang memengaruhi kepraktisan
mendengar melalui penuturan tentang suatu materi pelajaran
instrument evaluasi meliputi “kemudahan mengadministrasi, waktu
juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi ( melalui
yang didiakan untuk melancarkan evaluasi, kemudahan menskor,
pelaksanaan demonstrasi).
kemudahan interpretasi dan aplikasi, tersedianya bentuk instrument
evaluasi yang ekuivalen atau sebanding”. (Zainal Arifin, 2009: 264)
Tes yang baik harus bersifat praktis, dalam arti mudah
8
R. Ibrahim dan Nana Syaodih S. , perencanaan pengajaran ( Jakarta: dilaksanakan dan efisien dari segi biaya dan tenaga. Sebuah tes juga
Rineka Cipta, 2010), 43
6|Page 59 | P a g e
menganalisis, (5) mensintesis, (6) mengevaluasi. d. Keuntungan lainnya adalah strategi pembelajaran ini bisa
digunakan untuk jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.
Validitas dan Praktikalitas Perangkat Pembelajaran
Kelemahan
a. Validitas perangkat pembelajaran a. Strategi pembelajaran espositori ini hanya mungkin dapat
Sebelum guru meggunakan suatu tes, hendaknya guru mengukur dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan
terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu. mendengar dan menyimak secara baik, untuk siswa yang tidak
Dengan kata lain, unuk melihat apakah tes tersebut valid (sahih), kita memiliki kemampuan seperti itu perlu digunakan strategi yang
harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes lain.
dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. (Zainal Arifin, 2009: b. Strategi expositori ini tidak mungkin dapat melayani
247). perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan,
pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.
Menurut Erman Suherman (2003: 102), suatu alat evaluasi disebut
valid apabila alat tersebut mampu mengevaluasi apa yang seharusnya
2.2 STRATEGI PEMBELAJARAN PENEMUAN
dievaluasi. Oleh karena itu keabsahannya tergantung pada sejauh
(DISCOVERY)
mana ketepatan alat evaluasi itu dalam melaksanakan fungsinya.
Menurut Roetiyah S.K. mengatakan “discovery adalah proses
Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut valid jika ia dapat
mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu.
mirip.”9 Yang dimaksut dengan proses mental tersebut antara lain
Menurut Anas (2012: 163) “validitas adalah salah satu ciri yang ialah “ mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan,
menandai tes hasil belajar yang baik.” Sedangkan menurut Purwanto membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan.”10
(2013: 114) “validitas berhubungan dengan kemampuan untuk Jadi, strategi pembelajarn discovery ( penemuan) adalah strategi
mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur.” mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak
memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu
Sa’dun Akbar (2013: 144-145) menyatakan bahwa: tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau keseluruhannya
ditemukan sendiri. Dalam konteks strategi pembelajaran discovery (
RPP bernilai tinggi (validitasnya tinggi), adalah RPP yang
penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian
komponen- komponennya memenuhi kriteria sebagai berikut:
rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-
1) Ada rumusan tujuan pembelajaran yang jelas, lengkap,
prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep,
disusun secara logis, mendorong siswa untuk berpikir
siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan,
tingkat tinggi.
menjelaskan, menarik kesimpulan, dan sebagainya untuk menemukan
2) Deskripsi materi jelas, sesuai dengan tujuan pembelajaran, beberapa konsep atau prinsip.
karakteristik siswa, dan perkembangan keilmuan.
3) Pengorganisasian materi pembelajaran jelas cakupan 9
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar ( Jakarta: Rineka Cipta, 2008),
materinya, kedalaman dan keluasannya, sistematik, dan
20.
sesuai dengan alokasi waktu. 10
Ibid , 20
58 | P a g e 7|Page
Penggunaan strategi pembelajaran ini harus berusaha 1) Sikap
meningkatkan aktivitas-aktivitas peserta didik dalam proses belajar Penilaian kompetensi sikap adalah penilaian yang dilakukan guru
mengajar. Strategi pembelajaran discovery memiliki keunggulan dan untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi sikap dari peserta
kelemahan, yakni: didik yang meliputi aspek menerima atau memperhatikan (receiving
atau attending), merespon atau menanggapi (responding), menilai
Keunggulan atau menghargai (valuing), mengorganisasi atau mengelola
a. Teknik ini mampu membuat siswa untuk mengembangkan ,
(organization), dan berkarakter (characterization). Dalam kurikulum
memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam 2013 sikap dibagi menjadi dua, yakni sikap spiritual dan sikap sosial.
proses kognitif/ pengenalan siswa. Bahkan kompetensi sikap masuk menjadi kompetensi inti, yakni
b. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat kompetensi inti 1 (KI 1) untuk sikap spiritual dan kompetensi inti 2
pribadi/individual sehingga dapat kokoh /mendalam tertinggal
(KI 2) untuk sikap sosial.
dalam jiwa siswa tersebut.
2) Keterampilan
c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
Keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur
d. Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang
untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya
meliputi, aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan
masing-masing.
naturalisasi. Kompetensi inti 4 (KI 4), yakni keterampilan tidak bisa
e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
dipisahkan dengan kompetensi inti 3 (KI 3) yakni pengetahuan.
memiliki motivasi yang kuat untuk lebih belajar lebih giat.
Artinya kompetensi pengetahuan itu menunjukkan peserta didik tahu
f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
tentang keilmuan tertentu dan kompetensi keterampilan itu
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
menunjukkan peserta didik bisa (mampu) tentang keilmuan tertentu
g. Strategi ini berpusat kepada siswa tidak pada guru. Guru hanya
tersebut. Dalam kurikulum 2013 kompetensi keterampilan menjadi
sebagai teman belajar saja, membantu bila diperlukan.
kompetensi inti 4 (KI 4).
Kelemahan 3) Pengetahuan
a. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk Penilaian kompetensi pengetahuan atau kognitif adalah penilaian
cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian atau
mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik. penugasan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi
b. Bila kelas terlalu besar penggunaan teknik ini akan kurang ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis,
berhasil. sintesis, dan evaluasi. Dalam kurikulum 2013 kompetensi
c. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3
pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila (KI 3). Kompetensi inti 3 merefleksikan konsep-konsep keilmuan
digantikan dengan teknik penemuan. yang harus dikuasai peserta didik melalui proses belajar mengajar.
d. Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental Jadi, dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif terdapat
ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang enam jenjang proses berpikir, yakni: (1) kemampuan menghafal, (2)
memahami, (3) menerapkan, (4)
8|Page 57 | P a g e
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang memperhatikan perkembangan/ pembentukan sikap dan
mencerminkan kemampuan yang diukur. keterampilan bagi siswa.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan e. Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. berfikir secara kreatif.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus 2.3 STRATEGI PEMBELAJARAN PENUGASAN
serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat ( MASTERY LEARNING )
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Strategi pembelajaran penugasan (mastery learning) adalah
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi
satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan peserta didik untuk mencapai penguasaan terhadap kopetensi tertentu
pembelajaran. dengan menempatkan pembelajaran tuntas sala satu prinsip utama
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kopetensi, berarti
dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan
pihak yang berkepentingan. dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah.
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian Oleh karna itu perlu adanya panduan yang memberikan arahan serta
petunjuk bagi guru dan warga sekolah tentang bagaimana
oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan
pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan. Oemar Hamalik
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
mengutip asumsi John B. Carol pada tahun 1963, mengatakan “
untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik. penemuannya mengenai model belajar yaitu model of school
learning. Model ini menguraikan factor-faktor yang mempengaruhi
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana
keberhasilan belajar siswa. Ia menyatakan bahwa bakat siswa untuk
dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
suatu pelajaran tentu dapat diramalkan dari waktu yang disediakan
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada untuk mempelajari pelajaran tersebut atau waktu yang dibutuhkan
ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. untuk belajar dan untuk mencapai tingkat penguasaan tertentu.”11
Jadi strategi pembelajaran penugasan ini dapat diartikan bahwa
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat belajar tuntas adalah suatu strategi pengajaran yang
dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, diindividualisasikan dengan pendekatan kelompok. Hal ini dapat
maupun hasilnya. diterapkan cecara tuntas untuk meningkatkan kualitas pendidikan
10) Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan guna untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam
dan kemajuan pendidikan peserta didik pembelajaran. Adapun keunggulan dan kelemahan dari strategi
Menurut Kunandar (2013: 66) “dalam kurikulum 2013 ada beberapa pembelajaran penugasan ini yakni:
aspek yang menjadi pokok utama dalam penilaian yaitu meliputi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan.”
11
Hamalik Oemar, Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan
CBSA .( Bandung: Sinar Baru,2001),27.
56 | P a g e 9|Page
Keunggulan dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan peserta
a. Strategi ini sejalan dengan pandangan psikologi belajar didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan
modern yang berpegang pada prinsip perbedaan individual, penilaian, guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap
belajar kelompok. kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah metode, strategi,
b. Dalam strategi ini guru dan siswa diminta bekerja sama secara media, model pembelajaran dan hal lain yang dilakukan dalam proses
partisipatif dan persuasive, baik dlam proses belajar maupun belajar mengajar itu tepat dan efektif atau sebaliknya bisa dilihat dari
dalam proses bimbingan terhadap siswa lainnya. hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Penilaian proses
c. Strategi ini berorientasi pada peningkatan produktifitas hasil pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic
belajar. assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar
d. Penilain yang dilakukan terhadap kemajuan belajar siswa secara utuh.”(Kunandar, 2013: 10
mengandung unsur objektifitas yang tinggi.
c. Penilaian
Kelemahan Menurut Permendikbud, Nomor 81A Tahun 2013 Penilaian
a. Para guru pada umumnya masih mengalami kesulitan dalam adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran,
membuat perencanaan belajar tuntas karena harus dibuat untuk menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti
jangka satu semester, disamping penyusunan satuan-satuan hasil pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil
pelajaran yang lengkap dan menyeluruh pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran.
b. Strategi ini sulit dalam pelaksanaan nya karena melibatkan “Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar
berbagai kegiatan yang berarti menuntut macam-macam adalah melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar
kemampuan yang memadai. secara esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran
c. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara-cara lama akan yang dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan
mengalami hambatan untuk menyelenggarakan strategi ini peserta didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan.
yang lebih relatif sulit dan masi baru. Dengan penilaian, guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi
d. Strategi ini membutuhkan berbagai fasilitas, perlengkapan, terhadap kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah
alat, dana, dan waktu yang cukup besar. metode, strategi, media, model pembelajaran dan hal lain yang
e. Untuk melaksanakan strategi ini mengacu kepada penguasaan dilakukan dalam proses belajar mengajar itu tepat dan efektif atau
materi belajar secara tuntas sehingga menuntut para guru agar sebaliknya bisa dilihat dari hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
menguasai materi tersebut secara lebih luas, menyeluruh, dan Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian
lebih lengkap. Sehingga para guru harus lebih banyak autentik (authentic assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses,
menggunakan sumber-sumber yang lebih luas. dan hasil belajar secara utuh.”(Kunandar, 2013: 10)

2.4 STRATEGI PEMBELAJARAN INQUIRY Berdasarkan Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013,
Inquiry adalah istilah dalam bahasa inggris merupakan suatu Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar
teknik atau cara yang digunakan guru untuk mengajar didepan kelas. dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
Strategi pembelajaran inquiry adalah rangkaian kegiatan
10 | P a g e 55 | P a g e
8) Menentukan Media, Alat, Bahan dan Sumber Belajar pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis
disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari
penjabaran proses pembelajaran. suatu masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri
biasanya dilakukan melalui Tanya jawab antara guru dan siswa.
a. Penilaian Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristik,
Menurut Permendikbud, Nomor 81A Tahun 2013 Penilaian yang berarti saya menemukan. Roestiyah mengatakan “ strategi
adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, pembelajaran inquiri merupakan “ bentuk dari pendekatan
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Dikatakan demikian
hasil pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil karna dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan
pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. dalam proses pembelajaran.”12
“Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar adalah Penerapan strategi ini merupakan upaya untuk membangkitkan
melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar secara rasa ingin tahu siswa. Dorongan itu berkembang melalui proses
esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang merumuskan pertanyaan, merumuskan masalah, mengamati, dan
dilakukan oleh guru dan sekaligus mengukur keberhasilan peserta menerapkan informasi baru dalam meningkatkan pemahaman
didik dalam penguasaan kompetensi yang telah ditentukan. Dengan mengenai suatu masalah. Rasa ingin tahu itu terus ditumbuhkan
penilaian, guru bisa melakukan refleksi dan evaluasi terhadap untuk meningkatkan semangat bereksplorasi sehingga siswa belajar
kualitas pembelajaran yang telah dilakukan. Apakah metode, strategi, secara aktif. Roestiyah menjelaskan strategi pembelajaran inquiry ini
media, model pembelajaran dan hal lain yang dilakukan dalam proses menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri materi
belajar mengajar itu tepat dan efektif atau sebaliknya bisa dilihat dari pembelajaran, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Penilaian proses membimbing siswa untuk belajar. Strategi pembelajaran inquiry ini
pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian autentik (authentic memiliki keunggulan dan kelemahan yakni:
assessment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar
secara utuh.”(Kunandar, 2013: 10 Tujuan pengemasan materi Keunggulan
pembelajaran dalam bentuk LKS antara materi pembelajaran dalam a. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi
bentuk LKS antara lain pembelajaran yang menekan kepada pengembangan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang sehingga
b. Penilaian pemebelajaran melalui ini dianggap lebih bermakna.
Menurut Permendikbud, Nomor 81A Tahun 2013 Penilaian b. Dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai
adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, dengan gaya belajar mereka.
menafsirkan, mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti c. Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi yang
hasil pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan membandingkan hasil dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar
pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. d. modern yang mengaggap belajar adalah proses perubahan
“Kegiatan guru setelah melakukan proses belajar mengajar adalah tingkah laku berkat adanya pengalaman.
melakukan penilaian hasil belajar. Penilaian hasil belajar secara
12
esensial bertujuan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran yang Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, 76.
54 | P a g e 11 | P a g e
e. Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini dapat F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan belajar 1. Teknik Penilaian
2. Instrumen Penilaian
baik tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam a. Pertemuan Pertama
belajar. b. Pertemuan Kedua
c. Pertemuan seterusnya
Kelemahan G. Media/alat, Bahan, dan Sumber Belajar
a. Jika strategi pembelajaran inquiry sebagai strategi 1. Media/alat
2. Bahan
pembelajaran, maka akan sulit terkontrol kegiatan dan 3. Sumber Belajar
keberhasilan siswa.
b. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran karena Langkah - langkah penyusunan RPP :
terbentuk dalam kebiasaan siswa dalam belajar. 1) Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi
c. Kadang-kadang dalam mengimplementasikannya memerlukan pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) penilaian
waktu yang panjang sehingga sering guru sulit pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;
menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan. 2) Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-
3, dan KI-4;
2.5 STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH 3) Materi Pembelajaran dapat berasal dari buku teks
( SPBM) pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain
SPBM atau PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks
yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi pembelajaran dari lingkungan sekitar yang
secara ilmiah. ciri utama dari SPMB di antaranya: Rangkaian dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran
aktivitas pembelajaran yang harus dilakukan anak: berpikir, reguler, pengayaan, dan remedial;
berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan menyimpulkan; 4) Penjabaran Kegiatan Pembelajaran yang ada pada silabus
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah; dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan
Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan
berpikir secara ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah (proses satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat,
berpikir deduktif dan induktif) secara sistematis melalui tahapan- bahan, dan sumber belajar;
tahapan tertentu dan empiris didasarkan pada data dan fakta yang 5) Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan
jelas. berdasarkan alokasi waktu pada silabus, selanjutnya
SPBM memberikan kesempatan pada anak untuk bereksplorasi dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
6) Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuannya agar anak dapat
menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian,
berpikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan
serta membuat pedoman penskoran;
alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
7) Menentukan strategi pembelajaran remedial segera
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Adapun keunggulan dan
setelah dilakukan penilaian; dan
kelemahan yakni:
12 | P a g e 53 | P a g e
Sekolah : ……………………………………………… Keunggulan
Mata pelajaran : ……………………………………… Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa
Kelas/Semester : ………………………………………
keunggulan, di antaranya:
Alokasi Waktu : ………………………………………
a. Pemecahan maslah (problem solving) merupakan teknik yang
A. Kompetensi Inti (KI) cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.
B. Kompetensi Dasar b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang
1. KD pada KI-1 kemampuan siswa sera memberikan kepuasan untuk
2. KD pada KI-2 menemukan pengetahuan baru bagi siswa.
3. KD pada KI-3
4. KD pada KI-4 c. Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan
C. Indikator Pencapaian Kompetensi*) aktivitas pembelajaran siswa.
1. Indikator KD pada KI-1 d. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
2. Indikator KD pada KI-2
bagaimana menstransfer pengetahuan mereka untuk
3. Indikator KD pada KI-3
4. Indikator KD pada KI-4 memahami masalah dalam kehidupan nyata.
D. Materi Pembelajaran (dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa
panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan local, materi untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang
dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran regular,
jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping
pengayaan, dan remedial) itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk
E. Kegiatan Pembelajaran melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses
1. Pertemuan Pertama: (…JP) belajarnya.
a. Kegiatan Pendahuluan
b. Kegiatan Inti **) f. Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa
 Mengamati memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran
 Menanya (matematika, IPA, sejarah, dan lain sebagainya), pada dasarnya
 Mengumpulkan informasi/ mencoba merupakan cara berfikir, dan sesuatu yang harus dimengerti
 Menalar/ mengasosiasi oleh siswa, bukan hanya sekadar belajar dari guru atau dari
 Mengomunikasikan
c. Kegiatan Penutup buku-buku saja.
2. Pertemuan Kedua (…JP) g. Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih
a. Kegiatan Pendahuluan menyenangkan dan disukai siswa.
b. Kegiatan Inti **) h. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan
 Mengamati
 Menanya
kemampuan siswa untuk berfikir kritis dan mengembangkan
 Mengumpulkan informasi/ mencoba kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan
 Menalar/ mengasosiasi baru.
 Mengomunikasikan i. Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan
c. Kegiatan Penutup kesempatan pada siswa untuk mengamplikasikan pengetahuan
3. Pertemuan seterusnya.
yang mereka miliki dalam dunia nyata.

52 | P a g e 13 | P a g e
j. Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana
minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus,
belajar pada pendidikan formal telah berakhir. buku teks pembelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1)
k. Siswa merasa puas dan senang,siswa lebih mudah memahami identitas sekolah madrasah, mata pelajaran, dan kelas / semester, (2)
materi,mengembangkan keterampilan untuk belajar seumur alokasi waktu, (3) KI, KD, dan indicator pencapaian kompetensi, (4)
hidup. materi pembelajaran, (5) kegiatan Pembelajaran, (6) penilaian, dan
(7) media / alat, bahan dan sumber belajar.
Kelemahan M. Fadlillah (2014: 143) mengatakan: “Rencana Pelaksanaan
Di samping keunggulan, SPBM juga memiliki kelemahan, di Pembelajaran atau dikenal dengan istilah RPP merupakan suatu
antaranya: bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh
a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai pendidik dalam kegiatan pembelajaran.” Menurut Trianto (2012:
kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk 108) “Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk
mencoba. mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi
b. Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving yang dijabarkan dalam silabus.”
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. Menurut Marno dan M. Idris (2014: 172) “rencana
c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk pembelajaran bersifat khusus dan kondisional, dimana setiap sekolah
memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak sama kondisi siswanya dan juga sarana prasarana sumber
tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajar. belajarnya.” Sedangkan menurut Daryanto dan Aris (2014: 87)
“Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu bentuk
2.6 STRATEGI PEMBELAJARAN KOPERATIF (SPK) prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai kompetensi
Sesuai dengan namanya, pembelajaran kooperatif dapat dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi (standar kurikulum).”
diartikan sebagai kegiatan belajar bersama-sama. Pembelajaran ini Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa RPP adalah
dilakukan agar siswa dapat saling membantu antara satu dengan yang suatu perencanaan yang dibuat dan dilaksanakan oleh guru dalam
lain dalam belajar. Keberhasilan belajar dari kelompok tergantung proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang telah
pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara ditetapkan dalam standar isi Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014
individual maupun secara kelompok. Ada banyak hal yang perlu menjelaskan bahwa: Komponen-komponen RPP diwujudkan dalam
diketahui terkait pembelajaran kooperatif ini agar bisa dijalankan bentuk format berikut ini.
dengan efektif.
Berikut adalah pengertian pembelajaran kooperatif menurut beberapa
ahli.
Bern & Erickson (2001:5) menyebutkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengorganisir

14 | P a g e 51 | P a g e
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan pembelajaran dengan menggunakan kelompok belajar kecil dimana
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya siswa bekerja sama untuk mencapai tujuan belajar.
si sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metode sesuai Warsono & Hariyanto (2014:161) mengatakan bahwa
kaidah keilmuan. pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang melibatkan
sejumlah kelompok kecil siswa bekerja sama dan belajar bersama
Tabel 1. silabus dengan saling membantu secara interaktif untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang dirumuskan.
Kompetensi Materi Kegiatan Instrumen Alokasi Sumber
No
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Penilaian Waktu Belajar
Menurut Hamdayama (2016:145) pembelajaran kooperatif
adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
Disesuaikan Disesuaikan Disesuaikan kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
Disesuaikan
dengan dengan dengan dirumuskan.
Disesuaikan dengan Disesuaikan
materi kegiatan penilaian Riyanto (2010:267) mengatakan pembelajaran kooperatif
dengan alokasi dengan
pembelajaran pembelajaran yang akan
kompetensi waktu yang kompetensi adalah metode pembelajaran yang dirancang untuk melatih
1 pada setiap pada setiap digunakan
dasar tiap-
kompetensi kompetensi pada tiap-
dibutuhkan tiap-tiap kecakapan akademis (academic skills), keterampilan sosial (social
tiap mata sesuai mata
inti yang inti yang tiap skill), serta interpersonal skill.
pelajaran. kompetensi pelajaran.
akan akan kompetensi
inti.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
disampaikan. disampaikan. inti. pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang
melibatkan kelompok belajar di mana terdiri dari siswa-siswa dengan
(M. Fadlillah , 2014: 140)
kemampuannya masing-masing. Hasil yang diharapkan dari
4.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penggunaan metode ini adalah siswa mampu meningkatkan
Menurut Permendikbud (dalam Kunandar, 2013: 5) “Rencana kemampuan akademik, keterampilan sosial,serta kemampuan
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran tatap interpersonal.
muka untuk 1 (satu) pertemuan atau lebih”. Setiap guru pada satuan Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan pembelajaran kooperatif adalah sebuah model pembelajaran yang
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, melibatkan kelompok belajar di mana terdiri dari siswa-siswa dengan
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk kemampuannya masing-masing. Hasil yang diharapkan dari
berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang cukup bagi kreativitas, penggunaan metode ini adalah siswa mampu meningkatkan
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik kemampuan akademik, keterampilan sosial,serta kemampuan
serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang interpersonal.
dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru
merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif
dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Berikut adalah beberapa tujuan dari pelaksanaan kegiatan
belajar dengan model pembelajaran kooperatif.
Dalam Permendikbud no 103 Tahun 2014 menyatakan bahwa:

50 | P a g e 15 | P a g e
a. Menciptakan situasi di mana keberhasilan individu bergantung h. Alokasi waktu sesuai dengan jumlah jam pelajaran dalam
pada keberhasilan kelompok. struktur kurikulum untuk satu semester atau satu tahun;
b. Menjadikan teman sebaya sebagai sumber belajar selain guru dan
dan buku. i. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
c. Menjadikan siswa yang lebih mampu sebagai narasumber bagi elektronik, alam sekitar atau sumber belajar lain yang
siswa yang kurang mampu, yang memiliki orientasi dan bahasa relevan.
yang sama.
d. Memberi peluang agar siswa dapat menerima teman–temannya 4.3 FORMAT SILABUS K13
yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan
itu tersebut antara lain Format Silabus Kurikulum 2013 sebagai berikut.
e. Perbedaan suku, agama, kemampuan akademik dan tingkat
Satuan Pendidikan : ……………………......
sosial. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti
Mata Pelajaran : ……………………......
berbagi tugas, aktif bertanya, mengemukakan pendapat dan
Kelas : ……………………......
lain sebagainya.
Kompetensi Inti : ……………………......
Suprijono (2015) memaparkan sintak, langkah, atau penerapan model
pembelajaran kooperatif terdiri dari enam fase sebagai berikut.
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
a. Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa
 Tahap pertama ini digunakan oleh guru untuk menjelaskan KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tujuan pembelajaran dan mempersiapkan siswa untuk tanggung jawab,
mengikuti kegiatan pembelajaran
b. Menyajikan Informasi peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun,
 Guru mempresentasikan informasi kepada siswa secara verbal. responsive dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
c. Mengorganisir Siswa ke dalam Kelompok Belajar solusi atas berbagai permasalahan dan berinteraksi secara efektif
 Guru memberikan penjelasan kepada siswa tentang cara dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri
membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok dalam sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
melakukan transisi agar efisien. KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual,
d. Membantu Kerja kelompok dan Belajar konseptual, prosedural, berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
 Pada tahap ini, guru berperan dalam membantu kelompok- pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
kelompok belajar selama kegiatan mengerjakan tugas wawasan kemansiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
kelompok. penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
e. Evaluasi prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat
 Guru menguji pengetahuan siswa terkait berbagai materi minatnya untuk memecahkan masalah.
pembelajaran yang ditugaskan atau melalui presentasi oleh
kelompok-kelompok masing-masing.
16 | P a g e 49 | P a g e
(8) Menyeluruh, artinya komponen silabus mencakup f. Memberikan Pengakuan atau Penghargaan
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif,  Guru memberikan apresiasi terkait apa yang sudah dilakukan
psikomotor) sebagaimana yang dikemukakan oleh Bloom. siswa secara individu maupun kelompok.13
(Trianto, 2010: 96)
2.7 STRATEGI PEMBELAJARAN KONSTEKTUAL (CTL)
Menurut Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 (dalam Kunandar, Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and
2013: 4) tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah Learning (CTL) adalah kegiatan pembelajaran yang menyampaikan
silabus paling sedikit memuat: materi dengan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehari-
hari dari peserta didik. Seperti yang diungkapkan Komalasari bahwa
a. Identitas mata pelajaran (khusus
pembelajaran kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang
SMP/MTS/SMPLB/Paket B dan
mengaitkan antara materi yang dipelajari dengan kehidupan nyata
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK/Paket C/Paket C
siswa sehari-hari, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah,
kejuruan);
masyarakat maupun warga negara, dengan tujuan untuk menemukan
b. Identitas sekolah meliputi nama satuan pendidikan dan
makna materi tersebut bagi kehidupannya.Pembelajaran kontekstual
kelas;
atau contextual teaching and learning merupakan hasil dari buah
c. Kompetensi inti, marupakan gambaran secara kategorial
pemikiran meaningful learning dari Meaningful learning ini berarti
mengenai kompetensi dalam aspek sikap, pengetahuan
pembelajaran seharusnya bermakna atau bermanfaat bagi siswa, tidak
dan keterampilan yang harus dipelajari peserta didik
hanya sekedar hafalan, pelatihan, atau persyaratan akademik saja.
untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran;
Bagaimana pembelajaran kontekstual dapat menjadi bermakna
d. Kompetensi dasar, merupakan kemampuan spesifik yang bagi siswa? cara utamanya adalah dengan menarik konteks dari dunia
mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan yang nyata. Tidak jarang konteks dari dunia nyata tersebut dijadikan
terkait muatan atau mata pelajaran; Tema (khusus contoh atau bahkan menjadi inti dari pembelajaran. Dengan
SD/MI/SDLB/Paket A); demikian, siswa tidak hanya mendapatkan ilmu dan kompetensi
e. Materi pokok, memuat fakta, konsep, prinsip dan akademik saja, melainkan mendapatkan keterampilan dunia nyata
prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir- yang dihadirkan dalam pembelajaran.
butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian Dengan demikian, CTL merupakan salah satu model
kompetensi; pembelajaran yang sangat kuat, karena sesuai dengan Berikut adalah
f. Pembelajaran, yaitu kegiatan yang dilakukan oleh berbagai uraian mengenai pembelajaran kontekstual mulai dari
pendidik dan peserta didik untuk mencapai kompetensi
yang diharapkan;
g. Penilaian, merupakan proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil
belajar peserta didik; 13
https://ujione.id/mengenal-model-pembelajaran-kooperatif-dan-jenis-
jenisnya/ diakses pukul 14:00 wibs

48 | P a g e 17 | P a g e
pengertian, karakteristik, hingga sintaks atau acuan pelaksanan, dan kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sebagainya.14 penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar untuk mengetahui
Ejalan dengan Komalasari, Taconis, Brok & Pilo ketercapaian kompetensi yang telah ditentukan.
mengungkapkan bahwa metode pembelajaran CTL adalah
pembelajaran yang menggunakan konteks nyata sebagai langkah Dalam mengembangkan silabus harus memenuhi beberapa
awal untuk belajar sehingga memberikan makna untuk isi materi dan prinsip, yaitu sebagai berikut.
makna bagi pembelajar. Jelas bahwa konteks atau situasi nyata yang (1) Ilmiah, bahwa keseluruhan materi dan kegiatan yang
berhubungan dengan materi menjadi kunci utama dari strategi menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat
pembelajaran CTL. Inti dari pendekatan CTL adalah keterkaitan dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
setiap materi atau topik pembelajaran dengan kehidupan nyata. (2) Relevan, artinya cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
15
Lebih jauh lagi, Suprijono menjelaskan bahwa pembelajaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan
kontekstual merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata dan dan spiritual peserta didik.
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang (3) Sistematis, bahwa komponen-komponen silabus saling
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai berhubungan secara fungsional dalam mencapai
anggota keluarga dan masyarakat16. Selanjutnya, Komalasari kompetensi.
menjelaskan bahwa ciri utama atau karakteristik pembelajaran (4) Konsisten, artinya adanya hubungan yang konsisten (ajeg,
kontekstual adalah sebagai berikut. taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi
1. Berbasis masalah (Problem based) pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar,
2. Menggunakan berbagai konteks (Using multiple contexts) dan sistem penilaian.
3. Menggambarkan keanekaragaman siswa (Drawing upon (5) Memadai, artinya cakupan indikator, materi
student diversity) pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar,
4. Mendukung pembelajaran mandiri (supporting self- dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
regulated learning) kompetensi dasar.
5. Menggunakan kelompok belajar dalam suasana saling (6) Aktual dan Kontekstual, bahwa cakupan indikator, materi
ketergantungan (using independent learning groups) pokok/pembelajaran, pengalaman belajar, sumber belajar,
6. Memanfaatkan penilaian asli (employing authentic dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu,
assessment) teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
14
Komalasari, Kokom. Pembelajaran kontekstual: konsep dan aplikasi.
(7) Fleksibel, bahwa keseluruhan komponen silabus dapat
(Bandung: Refika Aditama.2017), 7 mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta
15
Taconis, R. , Brok, P. D, & Pilo , A. Teachers creating context. AW dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan
Rotterdam, (The Netherlands: Sense Publishers,2016), 1. masyarakat.
16
Suprijono, Agus. Cooperative learning teori dan aplikasi paikem.
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015), 79
18 | P a g e 47 | P a g e
BAB IV Sehingga bukan hanya berdasarkan konteks, namun CTL juga
PERANGKAT PEMBELAJARAN menerapkan , dan pembelajaran yang berbasis pada siswa seperti
mutakhir lainnya.
4.1 PENGERTIAN PERANGKAT PEMBELAJARAN Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL adalah
Perangkat pembelajaran adalah media, alat, atau perlengkapan kegiatan pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan
untuk melaksanakan proses yang memungkinkan pendidik dan nyata sehari-hari siswa yang dilaksanakan dengan suasana kerja sama
peserta didik melakukan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang dalam menyelesaikan suatu masalah dengan penilaian asli (bukan
berlaku. Maka dari itu perangkat pembelajaran terdiri dari ( Buku, sekedar skor).
Silabus, RPP/ Modul ajar, lembar kegiatan siswa, instrument evaluasi
atau Tes Hasil Belajar, dan Media Pemebelajaran). Komponen CTL
Menurut Kunandar (2013: 3) mengatakan bahwa:Guru yang Lalu seperti apa pendekatan pembelajaran kontekstual ini
baik harus menyusun perencanaan sebelum melaksanakan dalam penerapan atau aplikasinya? Sebelum menuju langkah-langkah
pembelajaran di kelas. Proses belajar mengajar yang baik harus atau prosedur pembelajaran kontekstual (CTL), perlu diketahui
didahului dengan persiapan yang baik, tanpa persiapan yang baik beberapa komponen utama dari model ini agar tercipta sintaks atau
sulit rasanya menghasilkan pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, langkah yang sesuai dalam pengaplikasiannya. Komponen CTL
sudah seharusnya guru sebelum mengajar menyusun perencanaan Komponen pembelajaran kontekstual menurut Johnson adalah
atau perangkat pembelajaran. Program atau perencanaan yang harus sebagai berikut.
disusun oleh guru sebelum melakukan pembelajaran antara lain: (1) 1. Menjalin hubungan-hubungan yang bermakna (making a
program tahunan, (2) program semester, (3) silabus, (4) Rencana meaningful connection)
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2. Mengerjakan pekerjaan-pekerjaaan yang berarti (doing
significant work)
4.2 SILABUS 3. Melakukan proses belajar yang diatur sendiri (self-
Menurut Rusman (2012: 127), silabus adalah rancangan regulated learning)
program pembelajaran satu atau dua kelompok mata pelajaran yang 4. Mengadakan kolaborasi (collaborating)
berisi tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus 5. Berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking)
dicapai oleh siswa, pokok materi harus dipelajari siswa, serta 6. Memberikan layanan secara individual (nurturing the
bagaimana cara mempelajarinya dan bagaimana cara untuk individual)
mengetahui ketercapaian kompetensi yang telah ditentukan. 7. Mengupayakan pencapaian standar yang tinggi (reaching
Menurut Kunandar (2013: 4), silabus digunakan sebagai acuan high standards)
dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas tersebut maka
dapat disimpulkan bahwa silabus merupakan rencana dalam kegiatan
pembelajaran yang digunakan sebagai bahan acuandalam membuat
dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran pada suatu
mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,
46 | P a g e 19 | P a g e
dengan mudah, peserta menjadi aktif dalam merespon, memberikan
umpan balik dengan cepat, mendorong peserta didik untuk
No. Fase Kegiatan
melaksanakan kegiatan praktek dengan tepat.”28 Berangkat dari
Siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan kedua asumsi tersebut media pembelajaran adalah : bahan
awalnya tentang konsep yang dibahas. Guru pembelajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk
memancing dengan memberikan pertanyaan yang menyajikan informasi kepada siswa agar dapat mencapai tujuan.
problematik tentang fenomena kehidupan sehari-
1. Invitasi hari melalui kaitan konsep-konsep yang dibahas
Fungsi media pembelajaran dalam proses belajar mengajar tidak
dengan pendapat yang siswa miliki. Siswa hanya sebagai alat yang digunakan oleh guru, tetapi juga mampu
diberikan kesempatan untuk mengomunikasikan mengkomunikasi pesan kepada peserta didik. Jadi media
dan mengikutsertakan pemahamannya tentang pembelajaran tidak hanya terbatas pada perangkat keras (hardware),
konsep tersebut.
akan tetapi media dapat juga berbentuk perangkat lunak (software).
Siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan
menemukan konsep melalui pengumpulan, 3.6 EVALUASI
pengorganisasian, dan penginterpretasian data Evaluasi alat alat untuk mengukur dan menilai proses kegiatan
dalam sebuah kegiatan yang telah dirancang guru.
2. Eksplorasi Secara berkelompok siswa melakukan kegiatan dan
belajar mengajar. Yusri Panggabean dkk menjelaskan tentang
berdiskusi tentang masalah yang mereka bahas. Evaluasi sebagai berikut : “ Evaluasi adalah bagian penting yang
Secara keseluruhan, tahap ini akan memenuhi rasa tidak bisa dilepaskan dari keseluruhan proses pembelajaran. Strategi
keingintahuan siswa tentang fenomena kehidupan pembelajaran yang baik baik, model yang sangat variatif, bila tidak
lingkungan sekelilingnya.
disertai dengan evaluasi yang baik akan membuat pembelajaran tidak
Siswa memberi penjelasan-penjelasan solusi yang sempurna.’’ 29Dengan demikian evaluasi adalah : cara yang
didasarkan pada data hasil observasi ditambah dipergunakan guru untuk menilai suatu proses kegiatan belajar
3. Penjelasan dengan penguatan guru, maka siswa dapat mengajar, dan melihat sejauh mana tingkat berhasil dari proses
menyampaikan gagasan, membuat model,
membuat rangkuman, dan ringkasan. kegiatan belajar mengajar tersebut. Ketujuh komponen-komponen
dalam kegiatan pembelajaran tersebut saling berhubungan satu
Siswa dapat membuat keputusan, menggunakan dengan yang lain, artinya saling membutuhkan satu dengan lainnya,
pengetahuan dan keterampilan, berbagai informasi kesemuaan hal tersebut demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Pengambilan dan gagasan, mengajukan pertanyaan lanjutan,
4. Dalam kegiatan belajar mengajar guru menjadi titik sentral, oleh
Tindakan mengajukan saran baik secara individu maupun
kelompok yang berhubungan dengan pemecahan karena itu seorang guru disebut; seorang profesional yakni guru
masalah. mampu bekerja dengan baik sesuai dengan tuntutan pekerjaan dan
norma yang berlaku.

28
H. Syafruddin Nurdin. Guru Profesional & Implementasi Kurikulum.
(Jakarta : Quantum Teaching, 2005), 97.
29
Panggabean, Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum
2006, 152
20 | P a g e 45 | P a g e
penamanan sikap mental/nilainilai. Materi Materi dalam kegiatan 8. Menggunakan asesmen autentik (using authentic
belajar mengajar adalah bahan dipergunanakan. Yusri Panggabean assessment)17
menjelaskan bahwa materi/bahan ajar, “Bahan ajar adalah media
pencapaian tujuan pengajaran, pendalaman bahan ajar memiliki Langkah Langkah Model Pembelajaran CTL
kemungkinan banyak dalam pembentukan diri siswa”25Pada Sintaks (langkah-langkah) atau fase-fase model pembelajaran
prinsipnya materi / bahan ajar, adalah segala informasi berupa fakta, kontekstual (CTL) menurut Sa’ud (2014, hlm. 173-174) adalah
konsep, prinsip yang diperlukan untuk mencapai tujuan. sebagai berikut.

3.4 METODE Contoh Penerapan Pembelajaran Kontekstual


Metode yakni suatu cara yang teratur untuk memberikan Sementara itu, menurut Shoimin contoh implementasi langkah
kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi dari orang lain, pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut.
dimana informasi tersebut sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan No. Kegiatan Perilaku Guru
pembelajaran. Daniel Nuhamara, mengatakan : “ Metode adalah
suatu hal yang mempunyai dua sisi yakni teori dan praktik. Kita bisa Guru menyiapkan siswa secara
psikis dan fisik untuk mengikuti
mempelajari berbagai metode secara teoritis, namun hal itu tidak
proses pembelajaran.
menjamin keberhasilan tanpa keterampilan melakukan atau Apersepsi sebagai penggalian
menggunakannya.”26Metode yang seharusnya di gunakan dalam Kegiatan
pengetahuan awal siswa terhadap
kegiatan belajar mengajar harus bervariasi, sebagai contoh; metode 1. materi yang akan diajarkan.
Awal/Pendahuluan
Guru menyampaikan tujuan
ceramah, Tanya-jawab, diskusi, kerja kelompok, bermain peran, dsb. pembelajaran dan pokok-pokok
Media Media alat alat untuk memperjelaskan materi yang ingin materi yang akan dipelajari.
disampaik dalam kegiatan belajaran mengajar. Penjelasan tentang pembagian
kelompok dan cara belajar
3.5 MEDIA Siswa bekerja dalam kelompok
Yusri Panggabean dkk, mengatakan : “ Media pengajaran menyelesaikan permasalahan yang
adalah alat penyalur pesan pengajaran baik secara langsung maupun diajukan guru. Guru berkeliling
tidak lansung (melalui rekaman).”27 Sedangkan H. Syafruddin Nurdin untuk memandu proses
penyelesaian permasalahan.
menjelaskan tentang media yakni: “Pada dasarnya media: adalah 2. Kegiatan Inti Siswa wakil kelompok
menumbuhkan motivasi peserta didik, dapat mengingat pelajaran mempresentasikan hasil
penyelesaian dan alasan atas
jawaban permasalahan yang
25
Panggabean, Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum diajukan guru.
2006, 27. Siswa dalam kelompok
26
Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK (Bandung : Jurnal Info Media, 2007),
136
27 17
Yusri Panggabean, Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran Kurikulum Rusman. (2018). Model-model pembelajaran.( Depok: Raja Grafindo
2006, 28. Persada,2o18),192.
44 | P a g e 21 | P a g e
Panggabean, dkk menjelaskan tentang fungsi guru, yakni: “Guru
No. Kegiatan Perilaku Guru
hendaknya menguasai secara fungsional tentang pendekatan system
menyelesaikan lembar kerja yang dalam perencanaan pelaksanaan pengajaran, menguasai asa-asas
diajukan guru. pengajaran, menguasai prosedur-metode strategi-teknik pengajaran,
Guru berkeliling untuk mengamati, menguasai bahan ajar, mampu merancang dayaguna falisistas-
memotivasi, dan memfasilitasi
kerjasama. fasilitas-media sumber pengajaran; secara akumulatif guru
Siswa wakil kelompok diharapkan mampu menyusun rencana pengajaran (SP) yang
mempresentasikan hasil kerja berbobot (dalam mengembangkan unsurnya dan sistematisnya).”22
kelompok dan kelompok yang lain Tugas seorang guru dalam kegiatan mengajar sangat sentral, karna
menanggapi hasil kerja kelompok
yang mendapat tugas. keberhasilan dan suksesnya suatu proses pembelajaran sangat
Dengan mengacu pada jawaban tergantung pada kreaktivitas seorang guru.
siswa, melalui tanya jawab guru Sardiman. AM, mengatakan ; “Guru sebagai pendidik, karena
dan siswa membahas cara
di samping menyampaikan ilmu pengetahuan, juga transfer of values,
penyelesaian masalah yang tepat.
Guru mengadakan refleksi dengan menanamkan nilai-nilai dan sikap mentap serta melatih berbagai
menanyakan kepada siswa tentang keterampilan dalam upaya mengantarkan anak didik kea rah
halhal yang dirasakan siswa, materi kedewasaannya” 23 Jadi peran seorang guru dalam kegiatan belajar
yang belum dipahami dengan baik,
kesan dan pesan selama mengikuti
mengajar sangat penting dan kemampuan seorang guru dalam
pembelajaran. mengelola kelas sangat menentukan keberhasil proses kegiatan
belajar tersebut.
Guru dan siswa membuat
kesimpulan cara menyelesaikan 3.3 TUJUAN
soal cerita. Menurut Oemar Hamalik, “Tujuan belajar adalah sejumlah
Siswa mengerjakan lembar tugas.
Siswa menukarkan lembar tugas hasil yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan
Kegiatan belajar, yang umumnya meliputi ; pengetahuan, keterampilan dan
3. satu dengan yang lain, lembar
Akhir/Penutup
tugas sekaligus memberi nilai pada sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.“24
lembar tugas sesuai kesepakatan Tujuan belajar dalam kegiatan belajar mengajar adanya perubahan
yang telah diambil (ini dapat
dilakukan apabila waktu masih perilaku yang terjadi pada peserta didik (siswa) setelah mengikuti
tersedia). kegiatan belajar mengajar. Adapun tujuan belajar tersebut adalah
ingin mendapatkan, yakni: pengetahuan, keterampilan dan
22
Kelebihan Pembelajaran Kontekstual Yusril Panggebean, dkk. Strategi, Model, dan Evaluasi Pembelajaran
Kurikulum 2006 (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), 161.
Menurut Putra (2015, hlm. 259) penerapan pendekatan CTL 23
6Sardiman, AM. Intreaksi & Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali
memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut. Press, 2009), 27.
1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil (nyata). Siswa 24
Oemar Hamalik, Kurikulum & Pembelajaran (Jakarta: Bumi Askara, 2008),
dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman 73
22 | P a g e 43 | P a g e
BAB III belajar di sekolah dengan kehidupan nyata, sehingga materi
KOMPONEN-KOMPONEN STRATEGI BELAJAR yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa dan
lebih sulit untuk dilupakan.
Komponen-Komponen Dalam Kegiatan Belajar Mengajar 2. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan
Kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran merupakan satu penguatan konsep kepada siswa karena CTL menganut aliran
kesatuan dari dua kegiatan yang searah. Kegiatan belajar mengajar kontruktivisme. Siswa dituntut untuk menemukan
adalah primer dalam kegiatan belajar mengajar tersebut. Sedangkan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis
kegiatan mengajar merupakan kegiatan sekunder yang dimaksudkan kontruktivisme, siswa diharapkan belajar melalui “
untuk dapat terjadinya kegiatan belajar yang optimal. Agar dapat mengalami” dan bukan dari “menghafal”.
diketahui tentang keefektifan kegiatan belajar mengajar, maka setiap 3. Kontekstual adalah model pembelajaran yang menekankan
proses dan hasilnya harus dievaluasi. Oleh sebab itu ada beberapa pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
komponen-komponen yang membentuk kegiatan belajar mengajar, 4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai tempat
yakni : untuk memperoleh informasi, tetapi sebagai tempat untuk
menguji data hasil temuan di lapangan.
3.1 PESERTA DIDIK 5. Materi pelajaran dapat ditemukan sendiri oleh siswa bukan
Prayitno, mengatakan :“Peserta didik adalah manusia yang hasil pemberian guru.
sepenuhnyan memiliki harkat dan martabat manusia dengan segenap 6. Penerapan pembelajaran kontekstual bisa menciptakan suasana
kandungnya Peserta didik berhak hidup sesuai dengan harkat dan pembelajaran yang bermakna.
martabatnya diperlukan perkembangannya melalui
pendidikan“20sedangkan B.S. Sidjabat menjelaskan “Peserta didik Kelemahan Pembelajaran Kontekstual
merupakan pribadi-pribadi yang memliki pontensi moral,intelektual, Sedangkan kekurangan CTL yang disampaikan oleh Putra
atau mental bahkan keindahan (estitis).“21 Jadi berdasarkan pendapat adalah sebagai berikut.
Prayitno dan B.S. Sijabat ; peserta didik adalah salah obyek dalam 1. Diperlukan waktu yang cukup lama saat proses pembelajaran
kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian peserta didik adalah kontekstual berlangsung.
seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima; dan penyimpan 2. Jika guru tidak dapat mengendalikan kelas, maka bisa
isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. menciptakan situasi kelas yang kurang kondusif.
3. Guru lebih intensif dalam membimbing, karena dalam CTL
3.2 GURU guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru
Guru ; yakni seseorang yang bertindak sebagai pengelola adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja
kegiatan belajar mengajar, katalisator kegiatan belajar mengajar dan bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan
memiliki peran yang sentral dalam proses belajar mengajar. Yusri yang baru.
4. Guru memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau
20
Prayitno, Dasar Teori & Praktis Pendidikan (Jakarta: Gramedia, 2009), 43. menerapkan sendiri ide-ide serta mengajak siswa
21
B.S. Sidjabat, Mengajar Secara Profesional (Bandung: Kalam Hidup, t.t.), menggunakan strateginya sendiri dalam belajar. Namun,
136.
42 | P a g e 23 | P a g e
tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang d. Tujuan dan Hasil Problem Based Learning (PBL)
ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan
yang diterapkan semula.18 Berdasarkan Pusat Pengembangan Profesi Pendidik (2014: 55)
menjelaskan bahwa tujuan dan hasil dari model pembelajaran
2.8 STRATEGI PEMBELAJARAN AFEKTIF berbasis masalah ini adalah:
Strategi pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam 1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan
proses pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang masalah Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan
diukur, oleh karena itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
dari dalam. tinggi.
Dalam pengaplikasian terhadap pembelajaran yang diberikan guru, 2) Pemodelan peranan orang dewasa
dalam pemberian contoh terhadap yang diberikan guru hendaknya Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani
siswa difasilitasi dengan lingkungan yang baik, saya lihat sebagian gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental
sekolah, bahwasanya lingkungan sekitar sekolah tidak nyaman untuk yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Aktivitas-aktivitas
melakukan pembelajaran yang afektif, dan juga lingkungan mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan adalah :
masyarakat, maka dari itu pembentukan sikap akan sulit a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.
dilaksanakan. b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong
Misalnya ketika anak diajarkan tentang keharusan bersifat jujur dan pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga siswa secara
disiplin, maka sifat tersebut akan sulit diinternalisasi manakala bertahap dapat memiliki peran yang diamati tersebut.
lingkungan diluar sekolah anak banyak melihat prilaku-prilaku c) PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri,
ketidakjujuran dan ketidakdisiplinan. Walaupun guru sekolah begitu yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan
keras menekankan pentingnya sikap tertib berlalu lintas. menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya
Maka sikap tersebut akan sulit diadopsi oleh anak manakala ia tentang fenomena itu.
melihat begitu banyak orang-orang yang melanggar lalu lintas, 3) Belajar pengarahan sendiri (self directed learning)
demikian juga walaupun disekolah guru-guru menerangkan dan
menegaskan perlunya bagi anak untuk bekata sopan dan halus Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada siswa. Siswa
disertai contoh prilaku guru, akan tetapi sifat itu sulit diterima oleh harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari
anak manakala diluar sekolah begitu banyak manusia yang berkata mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.
kasar dan tidak sopan.

1. Hakekat Strategi Pembelajaran Efektif


Strategi pembelajaran afektif merupakan suatu metode dalam
proses pembelajaran yang menekankan pada nilai dan sikap yang

18
Putra, Sitiatava Rizema, Desain belajar mengajar kreatif berbasis sains.
(Yogyakarta: Diva Press,2015), 259.
24 | P a g e 41 | P a g e
1) Menekankan pada makna, bukan fakta, siswa menjadi terlibat diukur, oleh karena itu menyangkut kesadaran seorang yang tumbuh
dalam pembelajaran bermakna. dari dalam
2) Meningkatkan pengarahan diri, siswa cenderung menganggap Strategi pembelajaran afektif adalah strategi yang bukan hanya
tanggung jawab untuk pembelajaran mereka meningkat. bertujuan untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga
3) Pemahaman lebih tinggi dan pengembangan keterampilan yang bertujuan untuk mencapai dimensi yang lainnya. Afeksi juga dapat
lebih baik. muncul dalam kejadian behavioral yang di akibat dari proses
4) Keterampian-keterampilan interpersonal dan kerja tim. pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
5) Sikap memotivasi diri sendiri. Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia
6) Hubungan tutor siswa, peningkatan kontak antar siswa akan yang sifatnya tersembunyi, tidak berada didalam dunia yang empiris,
nilai tersebut berhubungan langsung dengan pandangan seseorang
bermanfaat bagi pertumbuhan kognitif siswa.
yang tidak bisa dilihat, diraba tapi bisa dirasakan langsung oleh orang
7) Tingkat pembelajaran, pencapaian skor siswa dengan model
yang bersangkutan.
pembelajaran berdasarkan masalah lebih tinggi dari pada siswa
Oleh karena itu pada hakekatnya strategi pembelajaran afektif
tradisional.
proses penamaan nilai-nilai yang positif pada peserta didik, yang
Sedangkan menurut Armis dan Sehatta (2006: 105-106)
diharapkan pada peserta didik tersebut mampu berbuat dan
kelebihan dan kelemahan metode pemecahan masalah yaitu:
mempunyai pandangan yang dianggap tidak baik dan tidak
Kelebihan metode pemecahan masalah. bertentangan dengan norma-norma yang berlaku artinya disini bahwa
1) Siswa aktif belajar. dalam strategi ini dituntut kesadaran dan kemauan bagi peserta didik
2) Memupuk kemampuan mentransfer pengetahuan kedalam untuk bisa mempunyai kepribadian baik, berprilaku yang sopan dan
situasi baru. bretindak sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.
3) Memupuk kemampuan berpikir analitis dalam mengambil Aspek afektif yang berhubungan dengan penilaian terhadap
keputusan. sikap dan minat siswa terhadap materi pembelajaran dalam proses
pembelajaran sebab sikap dan minat siswa terhadap materi
4) Memupuk kemampuan siswa untuk melakukan penemuan
pembelajaran sangat berpengaruh dan saling berkaitan dalam hasil
melalui proses pemecahan masalah.
belajar siswa tersebut, betapa pintar guru dalam menguasai materi
pelajaran, tetapi seleranya siswa kurang berminat, dan perhatian serta
Kelemahan metode pemecahan masalah
sikapnya terhadap materi pelajaran, maka pelajaran yang akan
1) Bagi guru yang kurang aktif akan sulit dalam membuat
disampaikan tidak mencapai tujuan pembelajaran.
dan menyelesaikan masalah.
Hal ini bisa dilakukan oleh seorang guru dalam strategi ini
2) Umumnya waktu untuk menyelesaikan masalah cukup
yaitu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran efektif
panjang sehingga masalah yang dapat diselesaikan dikelas
yang bervariasi, yang bisa memancing minat perhatian serta kemauan
relatif sedikit.
peserta didik atas siswa. Misalnya menciptakan suasana dalam proses
pembelajaran berlandaskan kekeluargaan dan menciptakan suasana
girang dalam proses pembelajaran.

40 | P a g e 25 | P a g e
Oleh karena itu nilai pada dasarnya standar prilaku, ukuran Fase Indikator Tingkah Laku Guru
yang menentukan atau kriteria seorang tentang baik atau tidak baik,
indah atau tidak indah , layak atau tidak layak dan lain sebagainya.
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
Sehingga standar itu yang akan mewarnai prilaku seseorang. 1
Orientasi siswa diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat
Dalam masyarakat yang cepat berubah seperti saat sekarang pada masalah pada aktivitas pemecahan masalah
ini, pendidikan nilai bagi anak-anak merupakan hal yang sangat
Mengorganisasi
penting, ini disebabkan pada era globalisasi dewasa ini, anak akan 2 siswa untuk Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
dihadapkan pada banyak pemilihan tentang nilai yang mungkin belajar tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
dianggapnya lebih baik sesuai dengan pandangannya pada saat itu.
Membimbing
Komitmen seseorang terhadap suatu nilai tertentu terjadi Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
pengalaman
melalui pembentukan sikap yakni kecendrungan seseorang terhadap 3 sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan
individual/
suatu objek misalnya: jika seseorang berhadapan dengan suatu objek, penjelasan dan pemecahan masalah
kelompok
ia akan menunjukkan gejala senang atau tidak senang, suka atau tidak
suka terhadap objek tersebut. Gulo (2005) menyimpulkan, tentang Mengembangkan Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
nilai sebagai berikut: 4 dan menyajikan yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk
hasil karya berbagai tugas dengan temannya
a. Nilai tidak bisa diajarkan tapi diketahui dari penampilannya
b. Pengembangan dominan afektif pada nilai tidak bisa dipisahkan
Menganalisis dan
dari aspek kognitif mengevaluasi Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
c. Masalah nilai adalah masalah emosional dan karena itu dapat 5 proses terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka
berkembang sehingga bisa dibina pemecahan gunakan.
d. Perkembangan nilai atau moral masalah

Pernyataan senang atau tidak senang seseorang terhadap objek


yang dihadapinya, akan sangat dipengaruhi oleh tingkat Dalam penelitian ini langkah pada Problem Based Learning (PBL)
pemahamannya(aspek mognitif) terhadap objek tersebut oleh karena dilakukan dengan pendekatan saintifik. Karena pada kurikulum 2013
itu tingkat penataan (kognitif) terhadap sesuatu objek dan mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
kemampuan untuk bertindak terhadapnya (psikomotorik) turut Pendekatan saintifik dalam pembelajaran meliputi: Mengamati,
menentukan sikap seseorang terhadap objek yang bersangkutan. Menanyakan, Mengumpulkan Informasi, Mengasosiasikan, dan
Sekurang-kurangnya ada dua macam kecakapan kognitif siswa Mengkomunikasikan.
sangat perlu dikembangkan secara khususnya yakni:
a. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran bagi peserta c. Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning (PBL)
didik Menurut Teo (dalam Nur, 2008: 33) kelebihan dari
b. Strategi menjalani arti penting isi materi pelajaran dan pembelajaran berbasis masalah adalah:
pengaplikasiannya, serta menyerap pesan-pesan moral yang

26 | P a g e 39 | P a g e
berpikir kritis dan keterampilan pemmecahan masalah serta untuk terkandung dalam materi pelajaran tersebut. Keberhasilan
memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pengembangan ranah kognitif tidak hanya akan membuahkan
pelajaran. kecakapan kognitif tetapi juga menghasilkan ranah afektif.
Berdasarkan pendapat Abdurrakhman Problem Based Sebab kalau seorang siswa mempunyai kemampuan dalam
Learning (PBL) diartikan dengan belajar dan pembelajaran pemahaman materi agama (kognitif) maka hal tersebut akan
diorientasikan kepada pemecahan berbagai masalah terutama yang menimbulkan atau kesadaran, penilaian yang positif pada
terkait dengan aplikasi materi pelajaran di dalam kehidupan nyata. dirinya serta mampu menolak terhadap segala sesuatu yang
Sedangkan menurut Barrow (dalam Miftahul 2013: 271) akan membawa pengaruh buruk. Misalnya: seorang siswa
pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/ PBL) mempunyai pengetahuan dan dapat memberikan penjelasan
sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses menuju dari berbagai sudut bahwa mencuri tersebut tidak baik dan
pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut dilarang oleh norma apapun termasuk norma agama (aspek
dipertemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. kognitif) berdasarkan pengetahuan itulah tidak suka
Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti menyimpulkan melakukannya (aspek afektif), akan tetapi sikap negatif
Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah terhadap perbuatan mencuri baru bisa kita lihat dari tindakan
pembelajaran inovatif dengan memanfaatkan masalah sebagai nyata bahwa walaupun ada kesempatan untuk mencuri ia tidak
motivasi belajar dalam melatih kemampuan siswa untuk akan pernah melakukannya.
menyelesaikan masalah yang diperoleh melalui proses berpikir 2. Hakekat Pendidikan Nilai Dan Sikap
menuju pemahaman resolusi suatu masalah. dengan model PBL Sikap afektif erat kaitannya dengan nilai yang dimiliki
siswa yang tadinya pasif menjadi aktif dan pola pikir siswa seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki
berkembang ketahap berpikir kritis dalam proses penyelesaian seseorang. Oleh karenanya pendidikan sikap pada dasarnya adalah
masalah. pendidikan nilai.
Dalam mengaplikasikan model Problem Based Learning Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran yang
(PBL) guru bertindak sebagai fasilitator dan mentor dengan sifatnya tersembunyi, tidak berada dalam dunia empiris. Nilai
pembelajaran berpusat pada siswa, peran guru membimbing dan berhubungan dengan pandangan seseorang tentang baik dan buruk,
mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan tujuan indah dan tidak indah, dan lain sebagainya. Pandangan seseorang
pembelajaran. Kondisi ini akan mengubah kegiatan belajar mengajar tentang semua itu tidak bisa diraba, kita mungkin dapat mrngetahui
yang berorientasi pada guru menjadi berorientasi pada siswa. dari prilaku yang bersangkutan, oleh karena itulah nilai pada
dasarnya standar prilaku, ukuran yang menentukan atau kriteria
b. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) seseorang tentang baik dan tidak baik, sehingga standar itu akan
Dalam buku Rusman (2012: 243), Ibrahim dan Nur (2000: 13) mewarnai prilaku seseorang.
dan Ismail (2002: 1) mengemukakan bahwa langkah-langkah Dengan demikian, pendidikan nilai pada dasarnya proses
Pembelajaran Berbasis Masalah adalah sebagai berikut. penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan oleh
karenanya siswa dapat berprilaku sesuai dengan pandangan yang
Tabel 2. langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah.
dianggapnya baik atau tidak bertentangan dengan norma-norma yang

38 | P a g e 27 | P a g e
berlaku. Douglas graham (gulo, 2003) melihat empat faktor yang 2.10 Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based
merupakan dasar kepatuhan seseorang terhadap nilai tertentu, yaitu: Learning)
a. Normatifizh adalah kepatuhan kepada norma-norma hokum a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
b. Integralist adalah kepatuhan yang didasarkan kepada Menurut Ridwan (2013: 140) “Problem Based Learning (PBL)
kesadaran dengan pertimbangan-pertimbangan yang rasional merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan
c. Fenomenalist adalah kepatuhan berdasarkan suara hati atau cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-
sekedar basa-basi pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog.”
d. Hedonist adalah kepatuhan berdasarkan kepentingan diri Menurut Ngalimun (2013: 163) “model pembelajaran
sendiri
Dari keempat faktor yang menjadi dasar kepatuhan setiap Problem Based Learning (PBL) melatih dengan mengembangkan
individu tentu saja yang kita harapkan adalah kepatuhan yang bersifat kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
normatifist sebab kepatuhan semacam itu adalah kepatuhan yang masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang
didasari kesadaran yang akan dinilai, tanpa mempedulikan apakah kemampuan berpikir tingkat tinggi.”
prilaku itu menguntungkan untuk dirinya atau tidak. Dalam buku Rusman(2012: 229), menurut Tan (2003)
Thurstone & Chave (dalam Mitchell, 1990) mengemukakan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam
definisi sikap yaitu, Sikap adalah keseluruhan dari kecenderungan pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa benar-
dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan- benar dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
ketakutan, tantangan-tantangan, dan keyakinan manusia mengenai sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah,
topik tertentu. menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara
Pendapat Allport (1921) mengenai sikap lebih memperkaya berkesinambungan. Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami
pandangan yang dikemukakan sebelumnya. Menurut Allport sikap konsep PBM tersebut, baik disebabkan oleh kurangnya keinginan dan
adalah kondisi mental dan neural yang diperoleh dari pengalaman, motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena
yang mengarahkan dan secara dinamis mempengaruhi respon-respon kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan
individu terhadap semua objek dan situasi yang terkait. tenaga pendidik.
Menurut Krech & Crutchfield sikap adalah pengorganisasian Dalam buku Rusman (2012: 241), Ibrahim dan Nur (2002:
yang relatif berlangsung lama dari proses motivasi, persepsi dan 12) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah
kognitif yang relatif menetap pada diri individu dalam berhubungan merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan
dengan aspek kehidupannya. untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang
Dari berbagai defensi diatas maka dapat disimpulkan bahwa, berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar
Sikap adalah kecenderungan seseorang untuk menerima atau bagaimana belajar.
menolak suatu objek berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau Dalam buku Rusman (2012: 241), Moffit (Depdiknas, 2012:
tidak baik. Dengan demikian, belajar sikap berarti memperoleh 12) mengemukakan bahwa Pembelajaran Berbasis Masalah
kecenderungan untuk menerima atau menolak suatu objek merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan
berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang

28 | P a g e 37 | P a g e
3) Kesulitan Dalam Pembelajaran Efektif atau berharga (sikap positif) dan tidak berharga atau tidak berguna
Disamping aspek pembentukan kemampuan intelektual untuk (sikap negatif).
membentuk kecerdasan peserta didik dan dan pembentukan
keterampilan untuk mengembangkan kompetensi agara peserta didik Sikap merupakan suatu kemampuan internal yang berperanan sekali
memiliki kemampuan motorik, maka pembentukan sikap peserta dalam mengambil tindakan (action), lebih-lebih apabila terbuka
didik merupakan aspek yang tidak kalah pentingnya, ada beberapa berbagai kemungkinan untuk bertindak atau tersedia beberapa
kesulitan yang disebabkan dalam proses pembelajaran dan alternatif (winkel,2004).
pembentukan akhlak, yaitu: Pernyataan senang atau tidak senangnya seseorang terhadap objek
a. Selama ini proses pendidikan sesuai dengan kurikulum yang yang dihadapinya, akan sangat dipengaruhi oleh tingkat
berlaku, cenderung diarahkan untuk membentuk intelektual, pemahamannya (aspek kognitif) terhadap objek tersebut. Oleh karena
akibatnya upaya yang dilakukan oleh seorang guru diarahkan itu tingkat penalaran (kognitif) terhadap suatu objek dan kemampuan
kepada bagaimana anak dapat menguasai pengetahuan sesuai untuk bertindak terhadapnya (psikomotorik) turut menentukan sikap
dengan standar isi kurikulum yang berlaku, oleh karena seseorang terhadap objek yang bersangkutan.
kemampuan intelektual identik dengan penguasaan materi Misalnya seseorang dapat memberikan penjelasan dari
pelajaran. berbagai sudut bahwa mencuri itu tidak baik dan dilarang oleh norma
b. Sulitnya melakukan control karena banyaknya factor yang apapun (aspek kognitif), berdasarkan pengalaman itu ia tidak suka
dapat mempengaruhi perkembangan sikap seseorang, melakukannya (aspek afektif), akan tetapi sifat negative dan sifat
pengembangan kemampuan sikap baik melalui proses mencuri baru bisa kita lihat dari tindakan nyata walaupun ada
pembiasaan maupun model bukan hanya ditentukan oleh kesempatan untuk mencuri ia tidak melakukannya, dan penilaian
factor guru, akan tetapi terutama dari factor lingkungan. terhadap sikap negative terhadap mencuri itu lebih meyakinkan
c. Keberhasilan pembentukan sikap tidak bisa dievaluasi bahwa perbuatan mencuri itu memang tidak pernah ia lakukan,
dengan segera, berbeda dengan pengembangan aspek walaupun banyak kesempatan untuk itu.
kognitif, an aspek keterampilan yang hasilnya dapat
diketahui setelah pembelajaran berakhir, maka keberhasilan 2.9 Model Strategi Pembelajaran Sikap
dari pembentukan sikap baru dapat dilihat dari rentang waktu Setiap startegi pembelajaran sikap pada umumnya
yang cukup panjang. menghadapkan siswa pada situasi yang mengandung konflik atau
d. Pengaruh kemajuan teknologi, khususnya teknologi situasi yang problematic. Melalui situasi ini diharapkan siswa dapat
informasi yang menyuguhkan aneka program acara, mengambil keputusan berdasarkan nilai yang dianggapnya baik,
berdampak pada pembentukan karakter anak.19 dibawah ini disajikan beberapa model strategi pembelajaran
pembentukan sikap:

a. Model konsiderasi
Model konsiderasi (the condiration model) dikembangkan oleh
19
http://zainalmasrizaina.blogspot.com/2012/09/strategi-pembelajaran- Mc.Paul, seorang humanis, paul menganggap bahwa pembentukan
afektif.html diakses 2 maret 2023 14:41 moral tidak sama dengan pengembangan kognitif yang rasional.
36 | P a g e 29 | P a g e
Pembelajaran moral siswa menurutnya adalah pembentukan 2) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam
kepribadian bukan pengembangan intelektual. Oleh sebab itu, model dirinya didepan umum, artinya bila kita menganggap nilai itu
ini menekankan kepada strategi pembelajaran yang dapat membentuk suatu pilihan, maka kita akan berani dengan penuh kesadaran
kepribadian. untuk menunjukkan didepan orang lain.
Tujuannya adalah agar siswa menjadi manusia yang memiliki c) Berbuat
kepedulian terhadap orang lain. Kebutuhan yang fundamental pada Terdiri atas:
manusia adalah bergaul secara harmonis dengan orang lain, saling 1) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya.
memberi dan menerima dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. 2) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, artinya nilai
Dengan demikian pembelajaran sikap pada dasarnya adalah yang menjadi pilihan itu harus tercermin dalam kehidupan
membantu anak agar dapat mengembangkan kemampuan agar bisa sehari-hari.
hidup bersama secara harmonis, peduli dan merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain (tepo salero). VCT menekankan bagaimana sebenarnya seorang membangun
Atas dasar asumsi diatas guru harus menjadi model didalam nilai yang menurut anggapannya baik, pada gilirannya nilai-nilai
kelas dalam memperlakukan setiap siswa dengan rasa hormat, tersebut akan mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari
menjauhi sikap otoriter. Guru perlu menciptakan kebersamaan, saling dimasyarakat. Dalam praktis pembelajaran, VCT dikembangkan
membantu, saling menghargai dan lain sebagainya. melalui proses dialog antara guru dan siswa, proses tersebut
Simplementasi model konsideransi guru dapat mengikuti tahapan hendaknya berlangsung dalam suasana langsung dan terbuka,
pelajaran seperti dibawah ini: sehingga setiap siswa dapat mengungkapkan secara bebas
1) Menghadapkan siswa pada suatu masalah yang mengandung perasaannya, beberapa yang harus diperhatikan guru dalam
konflik, yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. mengimplementasikan VCT melalui proses dialog:
Ciptakan situasi “seandainya siswa mengalami masalah a. Hindari penyampaian pesan melalui proses pemberian
tersebut”. nasehat, yaitu pemberian pesan-pesan moral yang
2) Menyuruh siswa untuk menganalisis situasi masalah melihat menuntut guru dianggap baik
bukan hanya yang tampak, tapi juga yang tersirat dalam b. Jangan memaksa siswa untuk memberi respon tertentu
permasalahan tersebut, misalnya perasaan, kebutuhan dan apabila memang siswa menghendakinya
kepentingan orang lain. c. Usahakan dialog dilakukan secara bebas dan terbuka,
3) Menyuruh siswa untuk menuliskan tanggapannya terhadap sehingga siswa akan mengungkapkan perasaannya secara
permasalahan yang dihadapi. jujur dan apa adanya
4) Mengajak siswa untuk menganalisis respon orang lain serta d. Dialog dilaksanakan kepada individu, bukan kepada
membuat kategori dari setiap respon yang diberikan siswa. kelompok kelas
5) Mendorong siswa merumuskan akibat atau konsekuensi dari e. Hindari respon yang dapat menyebabkan siswa terpojok
setiap tindakan yang diusulkan siswa. sehingga ia menjadi despensif
6) Mengajak siswa untuk memandang permasalahan dari berbagai f. Tidak mendesak siswa pada pendirian tertentu
sudut pandang (interdisipliner) untuk menambah wawasan agar g. Jangan mengorek alasan siswa lebih dalam

30 | P a g e 35 | P a g e
siswa kemudian menyelaraskannya dengan nilai-nilai baru hendak mereka dapat mengimbang sikap tertentu sesuai dengan nilai
ditanamkan. yang dimilikinya.
7) Mendorong siswa agar merumuskan sendiri tindakan yang
VCT sebagai suatu model dalam strategi pembelajaran moral VCT harus dilakukan sesuai dengan pilihannya berdasarkan
bertujuan: pertimbangannya sendiri.
1) Untuk mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa
terhadap nilai. b. Model pengembangan kognitif
2) Membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya, Model pengembangan kognitif (the cognitive development
baik tingkatan maupun sifatnya (positif atau negatif) untuk model) dikembangkan oleh Lawrence Kohlberg. Model ini banyak
kemudian dibina kearah peningkatan dan pembetulannya. diilhami oleh pemikiran jhon dewey dan jean piaget yang
3) Untuk menanamkan nilai-nilai tertentu kepada siswa melalui cara berpendapat bahwa perkembangan manusia terjadi sebagai proses
yang rasional diterima siswa, sehingga pada akhirnya nilai dari restrukturisasi kognitif yang berlangsung secara berangsur-
tersebut menjadi milik siswa. angsur menurut urutan tertentu. Menurut Kohlberg, moral manusia
4) Melatih siswa bagaimana cara menilai, menerima serta mengambil itu berkembang melalui tiga tingkat, dan setiap tingkat terdiri dari
keputusan terhadap suatu persoalan dalam hubungannya dengan dua tahap:
kehidupan sehari-hari dimasyarakat. 1) Tingkat prakonvensional
Pada tingkat ini setiap individu memandang moral berdasarkan
John Jarolimex (1974) menjelaskan langkah pembelajaran
dengan VCT dalam tujuh tahap yang dibagi kedalam tiga tingkatan, kepentingan sendiri artinya pertimbangan moral berdasarkan
setiap tingkatan dijelaskan dalam tahap ini.: pada pandangannya secara individual tanpa menghiraukan
rumusan dan aturan yang dibuat oleh masyarakat, pada tingkat
a) Kebebasan memilih
Pada tingkatan ini terdapat tiga tahap: para konvensional ini terdiri atas dua tahap:
1) Memilih secara bebas, artinya kesempatan untuk menentukan a) Orientasi Hukum dan Kepatuhan.
pilihan yang menurutnya baik, nilai yang dipaksakan tidak Pada tahap ini prilaku anak didasarkan kepada konsekuensi
menjadi miliknya secara penuh. fisik yang akan terjadi, artinya anak hanya berpikir bahwa
2) Memilih dari beberapa alternative, artinya untuk menentukan prilaku yang benar itu adalah prilaku byang tidak akan
pemilihan dari beberapa alternative pilihan secara bebas mengakibatkan hukuman. Dengan demikian setiap peraturan
3) Memilih setelah dilakukan analisis pertimbangan konsekuensi harus dipatuhi agar tidak menimbulkan konsekuensi negative.
yang akan timbul sebagai akibat pilihannya b) Orientasi Instrument – Relatif
Pada tahap ini prilaku anak didasarkan kepada rasa “adil”
b) Menghargai
Terdiri dari dua tahap pembelajaran: berdasarkan aturan permainan yang telah disepakati. Dikatakan
1) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi adil manakala orang membalas prilaku yang dianggap baik.
Dengan demikian prilaku itu didasarkan kepada saling
pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagian integral
dari dirinya. menolong dan saling memberi.
2) Tingkat Konvensional

34 | P a g e 31 | P a g e
Pada tahap ini anak mendekati masalah didasarkan pada Pada tahap terakhir, prilaku manusia didasrkan pada prinsip-
hubungan individu masyarakat. Kesadaran dalam diri anak prinsip universal. Segala macam tindakan bukan hanya
mulai tumbuh bahwa prilaku itu sesuai dengan norma-norma didasarkansegala kontrak social yang harus dipatuhi, akan
dan aturan yang berlaku dimasyarakat, dengan demikian tetapi didasarkan kepad suatu kewajiban sebagai manusia.
pemecahan masalah itu sesuai dengan norma masyarakat atau Setiap individu wajib menolong orang lain. Apaka orang itu
tidak. Pada tingkat konvensional itu mempunyai dua tahap: sebagai orang yang kita benci ataupun tidak, apakah orang itu
a) Keselarasan Interpersonal kita cintai atau tidak,, orang yang kita suka atau tidak,
Pada tahap ini ditandai dengan setiap prilaku yang ditampilkan pertolongan yang diberikan bukan didasarkan pada kesadaran
individu yang didorong oleh keinginan untuk memenuhi yang bersifat universal.
harapan orang lain. Kesadaran individu mulai tumbuh bahwa Sesuai dengan prinsip bahwa moral terjadi secara bertahap,
ada orang lain diluar dirinya untuk berprilaku sesuai dengan maka strategi pembelajaran model kohleberg diarahkan untuk
harapan. Artinya anak sadar bahwa ada hubungan antara membantu agar setiap individu meningkat dalam perkembangan
dirinya dengan orang lain. Dan hubungan itu tidak boleh rusak. moralnya.
b) Sistem Social dan Kata Hati
Pada tahap ini prilaku individu bukan berdasarkan pada c. Teknik Mengklarifikasi Nilai
dorongan untuk memenuhi harapan orang lain yang Teknik mengklasifikasi nilai (value clarivication technique)
dihormatinya, akan tetapi berdasarkan pada tuntutan dan atau sering disingkat VCT dapat diartikan sebagai teknik pengajaran
harapan masyarakat, ini berarti telah terjadi pergeseran dari untuk membantu siswa dalam mencari dan menentukan status nilai
kesadaran individu kepada keadaran social yang mengatur yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui
prilaku individu. proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri
3) Tingkat postkonvensional siswa.
Pada tingkat ini rilaku individu berdasarkan pada kepatuhan Kelemahan yang sering terjadi dalam proses pembelajaran nilai atau
terhadap norma-norma masyarakat yang berlaku, akan tetapi sikap adalah poses pembelajaran yang dilakukan secara langsung
didasari oleh adanya kesadaran sesuai dengan nilai-nilai yang oleh guru, artinya guru menanamkan nilai-nilai yang dianggapnya
dimilikinya secara individu, seperti pada tingkatan baik tanpa memperhatikan nilai yang sudah tertanam dalam diri
sebelumnya, pada tingkat ini terdiri juga atas dua tahap: siswa, akibatnya sering terjadi benturan dan konflik dalam diri siwa
a) Kontrak Social karena ketidak cocokan antara nilai lama yang sudah terbentuk
Pada tahap ini prilaku individu berdasarkan pada kebenaran- dengan nilai baru yang ditanamkan oleh guru.
kebenaran yang diakui dimasyarakat. Kesadaran individu Siswa sering sering mengalami kesulitan dalam menyelaraskan nilai
untuk berprilaku tumbuh karena kesadaran untuk menerapkan lama yang sudah terbentuk dengan nilai baru yang ditanamkan oleh
prinsip-prinsip social. Dengan demikian kewajiban moral guru. Salah satu karakteristik VCT sebagai suatu model dalam
dipandang sebagai kontrak social yang harus dipatuhi bukan pembelajaran siap adalah proses penamaan nilai yang dilakukan
sekedar pemenuhan system nilai. melalui proses analisis nilai yang sudah ada. Sebelumnya dalam diri
b) Prinsip Etis yang Universal

32 | P a g e 33 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai