Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TENTANG INTEGRASI ISLAM

DAN BUDAYA MINANGKABAU

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Islam dan Budaya Minangkabau

DISUSUN OLEH:

Silvi Oktari (2316010179)

Alesya Hendrinata (2316010171)

Erni Fitriani (2316010195)

DOSEN PENGAMPU:

Dr. Erman, M.Ag., M.Hum

Egi Gianturi, M.Hum

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah yang berjudul “Integrasi Islam
dan Budaya Minangkabau”.Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Sehingga untuk kedepannya kami dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 2 April 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
A. Pengertian Integrasi………....……………………………………………………….. 2
B. Integrasi Islam dengan Adat Minangkabau………………………………………….. 2
C. Masuknya Islam di Minangkabau………....…………………………………………. 4
D. Persinggungan Islam dengan Adat Minangkabau………………...……………..…… 6
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………. 8
A. Simpulan........................................................................................................................ 8
B. Saran.............................................................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Minangkabau adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi seluruh hukum adat
istiadatnya, sesuai dengan pepatah Minangkabau adat basandi syarak. syarak basandi
kitabullah. Yang artinya di mana adat Minangkabau di dasarkan oleh syariat agama
islam dan syariat tersebut berdasarkan atas Al-Quran dan Hadist. Berbicara mengenai
Minangkabau sama artinya berbicara mengenai ajaran - ajaran Islam. Bagi masyarakat
Minangkabau, adat merupakan jalan kehidupan, cara berpikir, cara berlaku, dan cara
bertindak. Dari cara-cara tersebut maka terlahirlah sebuah kebudayaan.
Setiap nagari atau wilayah dihuni oleh beberapa kaum atau suku yang dimana dalam
setiap kaum atau suku dipimpin oleh seorang kepala suku yang di sebut Datuak. Kepla
suku yang menjabat dipilih secara demokratis oleh kaum atau sukunya masing-masing,
laki-laki dan perempuan, untuk masa seumur hidup. Sistem sosialnya ialah fraterniti,
yang artinya semua orang bersaudara yang diikat oleh hubungan darah dan perkawinan.
Di dalam masyarakat Minangkabau terdapat empat peristiwa penting di kehidupan,
yakni pada saat perkawinan, pengangkatan penghulu atau kepala kaum, mendirikan
rumah gadang, dan kematian, Empat peristiwa ini dinilai penting karena merupakan
tonggak penentuan status sosial bagi seseorang ataupun kaum di Minangkabau.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian integrasi ?
2. Bagaimana integrasi islam dengan adat minangkabau ?
3. Jelaskan bagaimna masuknya islam ke minangkabau ?
4. Jelaskan persinggungan islam dengan adat minangkabau?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu integrasi
2. Untuk mengetahui integrasi islam dengan adat Minangkabau
3. Untuk mengetahui bagaimana masuknya islam ke Minangkabau
4. Untuk mengetahui persinggungan islam dengan adat minangkabau

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Integrasi
Integrasi adalah proses atau tindakan menyatukan komponen yang lebih kecil ke
dalam satu sistem yang berfungsi sebagai satu. Integrasi berarti menggabungkan,
mempersatukan, dan menyatupadukan sesuatu yang berbeda hingga menjadi kesatuan
yang utuh atau bulat. Integrasi dapat terjadi pada berbagai bidang, seperti sosial, politik,
ekonomi, budaya, dan lain-lain. Integrasi mengacu pada keterikatan individu dengan
masyarakat yang lebih luas.

Integrasi merupakan suatu pendekatan/proses yang dapat digunakan dalam bidang


pendidikan untuk menciptakan generasi madani yang berpengetahuan multidisiplin.
Integrasi diartikan sebagai penggabungan antara dua atau beberapa ras (faktor, sektor
dll) sebagai kesatuan atau konsolidasi. Umat Islam wajib menguasai berbagai bentuk
ilmu mulai dari ilmu tradisional Islam tentang keimanan (akidah), syariah, dan akhlak
(akhlak). Pemahaman ilmu-ilmu Islam bersama dengan pemahaman dunia modern
dapat menyebabkan munculnya ilmu-ilmu modern baru yang sejalan dengan tuntutan
Islam.

B. Integrasi Islam dengan Adat Minangkabau


Sesudah Islam masuk di Kerajaan Minangkabau dan setelah orang Belanda menetap
di Sumatera pada abad ke-17 M, maka Minangkabau kembali bergejolak. Akibat
adanya perselisihan raja-raja Minangkabau waktu itu, maka kerajaan Minangkabau
terbagi tiga yakni: Sungai Tarab, Saruaso dan Pagaruyuang. Pada saat itu terjadi
perpecahan dalam negeri perihal penetapan raja, karena hak untuk menduduki tahta
tidak diakui oleh beberapa pembesar.

Sesaat setelah pecahnya perang saudara, keluarga raja pindah ke Marapalam dan
lambat-laun memantapkan kedudukannya sebagai mitra dagang Malaka. Anggota
keluarga raja menetap di berbagai tempat: di lembah-lembah Sinamar, Sumpurkudus,
dan di daerah Pagaruyung. Pada waktu tinggal di sinilah keluarga raja berhubungan
dengan pedagang muslim dan pada akhir abad ke-16 M secara bertahap mereka menjadi
Islam. Kedatangan pengaruh Hindu tidak mengubah keadaan yang demikian itu. Secara
umum pengaruh Hindu terasa di Minangkabau hanya pada waktu raja yang berkuasa
adalah seorang raja yang kuat seperti Adityawarman.
2
Sesudah raja itu meninggal, maka pengaruhnya makin lama makin hilang, karena adat
Minangkabau muncul kembali. Aditiyawarman merupakan seorang raja yang besar dan
berkuasa penuh atas kerajaannya, banyak prasasti yang ditinggalkan menunjukkan
kebesaran kekuasaannya. Tetapi Putera Mahkota yang bernama Ananggawarman tidak
sempat memerintah, karena telah digantikan oleh orang Minangkabau sendiri yang
dibantu oleh "Basa Ampat Balai".

Sebaliknya pengaruh agama Islam membawa perubahan secar fundamental terhadap


adat Minangkabau. Tetapi sejak kapan pengaruh Islam memasuki tubuh adat
Minangkabau secara pasti, masih suka dibuktikan. Dengan masuknya agama Islam,
maka aturan ada Minangkabau yang bertentangan dengan ajaran Islam dihilangkan, dan
hal-hal yang pokok dalam adat Minangkabau gigantic dengan aturan agama Islam. Hal
itu dapat terjadi, karena sebetulnya antara adat Minangkabau dengan ajaran agama
Islam tidak terdapat pertentangan.

Hal pokok yang berubah dari adat Minangkabau sesudah masuknya agama Islam,
antara lain seperti yang disebutkan oleh papatah adat "Adat basandi syarak, syarak
basandi Kitabullah", artinya adat Minangkabau bersendikan pada agama Islam,
sedangkan agama Islam bersendikan pada Al-quran. Pengaruh agama Islam sangat
besar terhadap adat Minangkabau, karena sendi-sendinya yang diubah. Agama Islam
melengkapi yang kurang, membetulkan yang salah, mengulas yang singkat,
mengurangi yang berlebih, sehingga adat Minangkabau tidak menyimpang dari
kebenaran sejati, dan adat yang seperti itulah yang dijalankan di Sumatera Barat sampai
saat ini.

Perkenalan pertama Minangkabau dengan Islam, sebagai yang masih diasumsikan,


adalah melalui dua jalur. Pertama, melalui pesisir Timur Minangkabau atau
Minangkabau Timur antara abad ke-7 dan ke 8 Masehi. Kedua, melalui pesisir Barat
Minangkabau yaitu pada abad ke- 16 Masehi. Teori jalur Timur didasarkan oleh
intensifnya jalur perdagangan melalui sungai-sungai yang mengalir dari gugusan bukit
barisan ke Selat Malaka yang dapat dilayari oleh pedagang untuk memperoleh komoditi
lada dan emas.
3
Bahkan diperkirakan sudah ada pedagang-pedagang Arab muslim yang mencapai
wilayah pedalaman ini sejak abad ke-7 dan 8 Masehi (Mansoer,dick, 1970: 44-45).

Selain itu, gerakan keagamaan yang telah berlangsung pada peralihan abad ke-18 M
dan ke-19 M, juga diwarnai dengan konflik keagamaan antara Syathariyah dan
Naqsyabandiah. Setelah berakhirnya Perang Paderi 1837 M, perdebatan internal
seputar paham tarikat in ternyata tidak makin mereda, meski perhatian pada perbedaan
pendapat itu teralihkan pada saat menghadapi musuh bersama. Polemik keagamaan ini
kembali meruncing dan bahkan berimplikasi terhadap tumbuhnya motivasi sebagian
masyarakat untuk berangkat ke Mekah untuk memperdalam pengetahuan agama Islam
yang benar sambil menunaikan ibadah Haji.

Kontak kedua kalangan ulama Minangkabau dengan Timur Tengah ini telah
membawa pemikiran-pemikiran keagamaan yang sangat berpengaruh bagi perubahan-
perubahan sosial di Minangkabau pada waktu-waktu berikutnya.

C. Masuknya Islam di Minangkabau


Masuknya Islam di Minangkabau menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat, karena
sejarawan pun berbeda pendapat menentukan kapan masuknya Islam di Minangkabau.
Ada yang mengatakan Islam masuk di Minangkabau pada abad ke 12 M, pada abad ke-
14 M dan bahkan ada yang menyimpulkan bahwa suatu almanak Tiongkok
menyebutkan bahwa sudah didapatinya satu kelompok masyarakat Arab di Sumatera
bahagian Barat pada tahun 674 M. Dengan demikian. Islam telah masuk ke daerah ini
sejak tahun 674 Masehi atau abad pertama hijriah. (Taufik, Abdullah, 1987:111-2).

Berbagai versi sejarah tentang Islam di Minangkabau, namun yang lebih bisa
diterima oleh banyak pihak bahwa Islam baru dikenal oleh masyarakat Minangkabau
dalam arti sebagai sebuah agama diperkirakan sekitar tahun 1600 Masehi. William
Marseden, dalam bukunya. The History of Sumatera, mengakui betapa cepatnya proses
peng-Islaman itu.

4
la heran melihat masyarakat Minangkabau telah sepenuhnya memeluk agama Islam,
ketika ia mengunjugi daerah tersebut pada tahun 1778 M. Padahal dalam sebuah
manuskrip tahun: 1761 M digambarkan bahwa masyarakat di sana kebanyakan masih
menyembah berhala. (Koto 1997:16-7).

Khusus fase awal Islam masuk ke Minangkabau menurut suatu pendapat


mengungkapkan bahwa penduduk asli telah di-Islamkan oleh pedagang-pedagang
Islam yang berlayar dari Malaka menyusuri sungai Kampar dan Indragiri, pada abad 15
dan 16 M (Slamet Mulyana, 1963:261). Pada sisi lain, kerajaan Pasai di Aceh yang
telah bercorak Islam menanjak naik di bawah kekuasaan Sultan Iskandar Muda pada
tahun 1607-1638 M. membawa akibat dikuasainya kerajaan kecil Minangkabau oleh
kekuasaan Aceh. (Uka Tjandrasasmita, 1976:80) Dalam kondisi seperti ini, menurut
pendapat lain, Islam mulai masuk dari kota-kota di pantai Barat Sumatera menuju ke
pedalaman Minangkabau. Pada saat kebesaran Kerajaan Pasai, saudagar-saudagar
Islam Ace telah sampai ke pesisir Barat pulau Sumatera yang lebih dikenal denga
Minangkabau. Di samping berdagang mereka juga memperkenalka agama baru yang
mereka anut, yaitu Islam. Kejayaan kerajaan Ace selanjutnya membawa pengaruh yang
berarti bagi perluasan Islam d Minangkabau pada masa-masa berikutnya.

Pengembangan Islam lebih diterima masyarakat di Minangkabau karena Islam


disebarkan melalui surau (masjid). Di surau banyak aktifitas keagaman yang dilakukan,
sehingga melalui metode ini banyak masyarakat Minangkabau yang antusias dengan
Islam. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya masyarakat Minangkabau yang memeluk
agama Islam. Di samping itu, Islam juga menjadi panutan oleh Raja Pangaruyung.

Pengembangan agama Islam yang demikian pesat, masuk jauh ked pedalaman
Minangkabau melalui lembaga surau. Surau dapat memainkan perannya sebagai unsur
kebudayaan asli suku Melayu, dan berkaitan dengan keyakinan yang dianutnya. Setelah
Islam masuk ke Nusantara, surau menjadi bangunan Islam. (Sidi Gazalba, 1989:314-
15). Surau menurut pola adat Minangkabau adalah kepunyaan kaum atau Indu. Indu
ialah bagian dari suku, dapat juga disamakan dengan Clan.

5
Surau adalah pelengkap rumah gadang (rumah adat). Namun tidak setiap rumah
gadang memilikinya, karena surau yang telah ada masih dapat menampung para
pemuda untuk bermalam, para musafir dan pedagang bila melewati suatu desa dan
kemalaman dalam perjalanannya. Dengan demikian, para pemuda yang tinggal dan
bermalam di surau dapat mengetahui informasi yang terjadi di luar desa mereka, serta
situasi kehidupan di rantau. Jadi surau mempunyai multi fungsi, karena ia juga pusat
informasi dan tempat terjadinya sosialisasi pemuda (Mulyani, 1999:7).

D. Persinggungan Islam dengan Adat Minangkabau


Sebelum masuknya Islam, masyarakat Minangkabau banyak menganut kepercayaan
Hindu-Budha. Namun setelah Islam menyebar di Minangkabau, orang Minangkabau
baru sadar bahwa apa yang mereka sembah adalah bertentangan dengan syariat yang
qath. Sebelumnya adat Minangkabau tidak mengenal ajaran "spiritisme-animisme" apa
pun. Ajaran spiritisme animisme adalah ajaran yang berhubungan dengan pemujaan
terhadap roh nenek-moyang dan kepercayaan bahwa benda-benda alam seperti pohon-
pohon, gua, gunung, dan lain-lain benda mempunyai roh. Oleh karena itu, orang
Minang hampir tidak mengenal tempat-tempat sakti atau kuburan yang dikeramatkan.
(Amir, 2003: 119).

Islam masuk ke Minangkabau secara bergelombang sejak abad ke- 7 hingga akhir
abad ke-17. Penyebaran Islam di Minangkabau ini dilakukan melalui proses integrasi
damai yang disebut juga dengan istilah Islamisasi kultural (Amir, 2003: 121). Hal itu
berarti adanya. percampuran antara ajaran Islam dan aturan adat. Adat yang telah ada
hanya menyesuaikan aturannya dengan aturan Islam. Salah satunya dapat dilihat pada
susunan pemerintahan istana yang mulai diatur berdasarkan pada Hukum Islam dan
Hukum Adat. Raja dijadikan "tigo selo" (tiga sela), yaitu Raja Alam, Raja Adat, dan
Raja Ibadat. Pembesar-pembesar kerajaan dijadikan "ampek balai” (empat balai)," dua
menjaga adat-istiadat lama, dan dua lagi menyebarkan dan menunjukkan bahwa negeri
Minang sudah Islam (Hamka, 1984: 10)

6
Islam secara cepat tersebar luas di Minangkabau, yang pada dasarnya merupakan
daerah yang kaya dan (masyarakatnya) taat kepada adat. Ditambah lagi dengan
kehadiran Islam di daerah Minangkabau, maka daerah Minangkabau menjadi daerah
yang komplit karena adat yang dipakai selama ini memiliki tuntunan dan patokan yaitu
agama Islam. Berlandaskan hal di ataslah, maka Islam pun kemudian menjadi "identitas
etnis" orang Minangkabau. Artinya, jika seseorang mengaku sebagai orang Minang,
pastilah ia beragama Islam, sebaliknya jika tidak Islam jangan mengaku sebagai orang
Minang. Hal ini tertuang dalam pepatah adat, adat basandi syarak, syarak basandi
kitabullah, syarak mangato, adat mamakai (Amir, 1998: 24

Minangkabau dikenal sebagai daerah yang kaya akan ragam budaya dan tradisi.
Setiap perayaan yang diadakan di Minangkabau, baik perayaan yang berkaitan dengan
adat maupun agama, selalu mendapat tempat yang spesial di tengah masyarakatnya.
Hari-hari besar agama Islam dirayakan dengan meriah, seperti saat Maulid Nabi, Isra
Mi'raj. Idul Fitri, Idul Adha, dan Nuzul Alquran. Dalam perayaan tersebut masyarakat
memasak makanan tradisional Minang, seperti lamang tapai, rendang dan gulai.
Masakan favorit orang Minangkabau adalah rendang, karena rendang merupakan
masakan yang tahan lama tanpa bahan pengawet. Selain itu juga ditampilkan berbagai
kesenian yang bernuansa Islam, antara lain: Badikia, Baikayaik, dan Salawat Dulang.
Dalam perayaan hari-hari besar agama islam tersebut, kesenian yang lebih sering
ditampilkan adalah salawat Dulang.

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Minangkabau adalah masyarakat yang sangat menjunjung tinggi seluruh hukum adat
istiadatnya, sesuai dengan pepatah Minangkabau adat basandi syarak. syarak basandi
kitabullah. Yang artinya di mana adat Minangkabau di dasarkan oleh syariat agama
islam dan syariat tersebut berdasarkan atas Al-Quran dan Hadist. Berbicara mengenai
Minangkabau sama artinya berbicara mengenai ajaran - ajaran Islam. Bagi masyarakat
Minangkabau, adat merupakan jalan kehidupan, cara berpikir, cara berlaku, dan cara
bertindak. Dari cara-cara tersebut maka terlahirlah sebuah kebudayaan.

B. Saran
Setelah menerima dan memahami materi yang telah disajikan dalam makalah ini,
pemakalah berharap agar pembaca dapat mengkaji lebih dalam lagi dan mencari sumber
dan referensi yang lebih banyak lagi agar mendapat kebenaran yang valid

8
DAFTAR PUSTAKA

Researchgate.net. 13 Oktober 2023. Integrasi Pengetahuan dalam Islam: Konsep dan


Tantangan. Diakses pada 2 April 2024, dari https://www.researchgate.net/publication/
290920180_The_Integration_of_Knowledge_in_Islam_Concept_and_Challenges
Abdullah, Taufik 1987. Sejarah dan Masyarakat Lintasan Historis Islam di Indonesia,
Jakarta: Pustaka Firdaus.
Azra, Azyumardi. 1994. Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara
Abad XVII dan XVIII. Bandung:

Anda mungkin juga menyukai