Anda di halaman 1dari 16

TUGAS REPRODUKSI WANITA

PERKEMBANGAN DAN PERSIAPAN


KEHIDUPAN NEONATUS DARI INTRA KE EKSTRA UTERUS

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Sri Handayani, S.SiT, M.Keb

DISUSUN OLEH :
CLARA SARTIKA (202322099)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN FAKULTAS KESEHATAN


UNIVERSITAS AISYIYAH SURAKARTA
TAHUN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb
Puji syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada saya sehingga saya berhasil
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu yang berisikan tentang
“Perkembangan dan persiapan kehidupan neonatus dari intra ke ekstra uterus” kami
harapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr Sri Handayani, S.SiT, M.Keb
serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moral
maupun materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah
ditentukan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Kami akan
sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan-masukan, kritik
serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb

Lampumg, 30 Desember 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………… 4
1.2` Tujuan Penulisan…………… ...……………………... 5
1.3 Rumusan Masalah………………………… .………. 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pernafasan…….…………………………................. .. 6
2.2 Perkembangan dan Persiapan Neonatus Pada Ekstra Uterin
Berkaitan dengan Sistem Syaraf………………….…. 10
2.3 Traktus Digestivus…………………………………... 11
2.4 Kelenjar Endokrin……………………………..…….. 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan……………………….…………………. 15
3.2 Saran………………………………….……………… 15
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem Persarafan Pada Janin yaitu Pembentukan sistem saraf pada


janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.

Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal bulan ke-7 terjadi
pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian otak yang
mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses
penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu mengenali dan
membedakan antara suara sang ibu dan anggota keluarga lainnya, meskipun
suara yang didengar belum sejernih suara aslinya. Kelopak matanya juga telah
dapat membuka dan menutup.

Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai


respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan
pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta
analgesia narkotik, tetapi kemudian beberapa refleks mulai tampak. Pada kasus
asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau kerusakan saraf, refleks tertekan
atau mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk muncul.

Dari pernyataan diatas penulis membuat makalah yang berjudul


perkembangan dan persiapan neonatus dari intra ke ekstra uterin yang
berhubungan dengan urat syaraf. Sehingga pembaca dapat mengetahui apa
yang berkaitan dengan urat syaraf dari intra ke ekstra uterin.

4
1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum


Agar pembaca dapat mengetahui tentang persiapan neonatus
1.2.2. Tujuan Khusus
Pembaca dapat mengetahui perkembangan dan persiapan neonatus dari
intra ke ekstra uterin

1.3. Rumusan Masalah

1.3.1. Bagaimana perkembangan dan persiapan neonatus dari intra uterin?


1.3.2. Bagaimana perkembangan dan persiapan neonatus pada ekstra uterin?

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik
setelah kelahiran. Pernafasan ini terjadi akibat aktivitas normal sususan saraf
pusat dan parifer yang di bantu oleh beberapa rangsangan lain seperti :
kemoreseptor carotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen,
rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu di dalam dan di luar
uterus.
Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginam
mengakibatkan paru-paru janin normal cukup bulan yang mengandung 80-100
ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir seluruhnya, paru-
paru yang berisi cairan yang hilang tadi diganti dengan udara. Paru-paru
berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula. Saat inilah
pernafasan bayi melalui paru-paru dimulai.
Perkembanagan dan Persiapan Neonatus dari Intra Uterin Berkaitan
dengan Urat Syaraf
Sistem Persarafan Pada Janin yaitu Pembentukan sistem saraf pada
janin Embrio akan terus membesar sehingga pada minggu ke-5 terdapat 3
lapisan yaitu ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Ektoderm adalah lapisan yang paling atas dan akan membentuk sistem
saraf pada janin tersebut yang seterusnya membentuk otak, tulang belakang,
kulit serta rambut.
Neurulasi adalah pembentukan lempeng neural (neural plate) dan
lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini untuk membentuk
neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi
otak dan korda spinalis. Pada mulanya, tabung ini menutup pada tempat
dimana akan terjadi pertemuan antara otak dan medula spinalis, sehingga
kedua ujungnya menjadi terbuka. Pada saat tersebut, embrio melipat pada
sumbu panjangnya sendiri dan membentuk lipatan kepala pada tabung neural
ditempat pertemuan ini. Ujung kranial tabung neural menutup, di ikuti

6
penutupan tabung kaudalnya. Selama minggu kelima, tingkat pertumbuhan
yang berbeda menimbulkan banyak lekukan pada tabung neural, sehingga
dihasilkan tiga daerah otak, yaitu :

1. Otak depan
Otak depan berkembang menjadi mata (saraf kranial II) dan hemisfer
otak. Perkembangan semua daerah korteks serebri terus berlanjut sepanjang
masa kehidupan janin dan masa kanak-kanak. Sistem olfaktorius dan
thalamus juga berkembang dari otak depan.
2. Otak tengah
Saraf kranial III dan IV (occulomotorius dan trochlearis) terbentuk dari
otak tengah.
3. Otak belakang
Otak belakang membentuk medula, spons, serebelum dan saraf kranial
lain. Gelombang otak dapat dicatat melalui elektroensefalogram (EGG)
pada minggu ke-8.
Medula spinalis terbentuk dari ujung panjang tabung neural. Pada
mudigah, korda spinalis berjalan sepanjang kolumna vertebralis, tetapi setelah
itu korda spinalis tumbuh lebih lambat. Pada minggu ke-24, korda sinalis
memanjang hanya sampai S1, saat lahir sampai L3 dan pada orang dewasa
sampai L1. Mielinisasi korda spinalis mulai pada pertengahan gestasi dan
berlanjut sepajang tahun pertama kehidupan.
Fungsi sinaps sudah cukup berkembang pada minggu ke delapan
sehingga terjadi fleksi leher dan badan. Struktur ektodermal lainnya, yaitu
neural crest, berkembang menjadi sistem saraf perifer. Sel neural crest yang
terlepas dari tepi lateral lipatan neural, menghasilkan ganglion spinal dan
ganglion sistem autonom serta sejumlah sel jenis lain. Mesoderm paraksial,
yang paling dekat dengan notokord dan neural tube yang sedang berkembang,
berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan atau somit. Somit
pertama muncul pada hari ke-20. Terdapat sekitar 30 pasagan somit pada hari
ke-30 yang meningkat menjadi total 44 pasangan. Somit berdiferensiasi
menjadi sklerotom, miotom, dan dermatom yang masing-masing
menghasilkan tulang rangka sumbu, otot rangka dan dermis kulit.

7
Perkembangan saraf janin intra uterus:
1. Trimester I (0 – 12 minggu)
a) Pada minggu ke-8, serabut-serabut saraf tersebar ke seluruh tubuh.
b) Pada usia 10 minggu, rangsangan lokal dapat memicu gerakan berkedip,
gerakan membuka mulut, penutupan jari tangan yang tidak sempurna,
dan fleksi plantar jari kaki.
c) Minggu ke-11 atau ke-12, janin membuat gerakan nafas, menggerakkan
seluruh anggota geraknya dan mengubah posisi di dalam rahim. Janin
dapat menghisap ibu jarinya dan berenang dalam kolam cairan amnion,
bersalto dan mungkin membuat simpul pada korda umbilikalis. Janin
berespons terhadap kebisingan, sinar yang kuat, stimulasi yang
mengganggu pada kulit, dan penurunan suhu dengan mengubah respons
otonom, misalnya kecepatan denyut jantung dan dengan bergerak.

2. Trimester II (12 – 28 minggu)


a) Gerakan janin dapat dirasakan sejak usia gestasi 14 minggu; “latihan
fisik” diperkirakan membantu pertumbuhan otot dan ekstremitas.
b) Pada minggu ke-16, sistem saraf janin mulai berfungsi. Stimulasi dari
otak sudah di respons oleh otot-otot sehingga janin bisa
mengoordinasikan gerakannya.
c) Setelah minggu ke 16 Janin makin aktif bergerak. Dia menendang-
nendang bahkan melakukan aksi berputar dalam rahim ibu. Apabila
gerakan cukup kuat untuk di rasakan ibu sebagai gerakan bayi maka
terjadilah quickening.

3. Trimester III (28 – 36 minggu)


a) Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal bulan ke-7 terjadi
pada sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian otak yang
mengalami perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola
proses penyampaian informasi kepada organ pendengaran serta organ
penglihatan. Perkembangan ini memungkinkan si kecil mampu

8
mengenali dan membedakan antara suara sang ibu dan anggota keluarga
lainnya, meskipun suara yang didengar belum sejernih suara aslinya.
Kelopak matanya juga telah dapat membuka dan menutup. Bola
matanya telah dapat digunakan untuk melihat. Bila si ibu berdiri di
tempat yang cukup terang, si kecil dapat melihat siluet benda-benda di
sekitar ibunya.
b) Memasuki bulan ke-9, proses yang terjadi bukanlah proses
pembentukan, tetapi lebih bersifat penyempurnaan. Selama trimester
ketiga ini, integrasi fungsi saraf otot berlangsung secara pesat.

Pada aterm, susunan saraf sudah siap untuk menerima dan mengolah
informasi. Fungsi korteks serebrum pada manusia relatif imatur dibandingkan
dengan yang ditemukan pada spesies mamalia lainnya. Mielinisasi sempurna
jalur motorik yang panjang terjadi setelah lahir, sehingga gerakan halus jari
tangan, misalnya, belum tampak sampai beberapa bulan setelah lahir.
Jika janin pada kehamilan 10 minggu dilahirkan hidup, maka dapat
dilihat bahwa janin tersebut dapat mengadakan gerakan-gerakan spontan.
Rangsangan lokal dapat membuat janin menganga dalam mengadakan fleksi
pada jari-jari tangan serta kaki. Gerakan menelan baru terjadi padakehamilan
4 bulan, sedangkan menyedot baru pada kehamilan 6 bulan.
Dalam triwulan terakhir hu bungan antara urat syaraf dan fungsi otot-
otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin yang dilahirkan sesudah
kehamilan 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan
mata janin amat sensitif untuk cahaya.bagian dalam, tengah dan luar telinga
dibentuk dalam triwulan kedua. Dewasa ini dipakai untuk penilaian adanya
kelainan organik pada urat syaraf Ultrasonografi (USG) dan Magnetic
Resonance Imaging (MRI). Meskipun pengaruh buruk dari USG dan MRI
(genetik atau onkologik) belum diketahui maka emakaiannya dalam trimester
pertama, sewaktu organogenesis sedang berlangsung dengan hebatnya
seyogianya tidak dilakukan. MRI dipakai dalam obstetri untuk menilai janin
dengan resiko tinggi. Dalam trimester terakhir keadaan paru dan otak janin
dapat dengan jelas terlihat.

9
2.2 Perkembangan dan Persiapan Neonatus Pada Ekstra Uterin Berkaitan
dengan Sistem Syaraf

Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai


respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan
pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta
analgesia narkotik, tetapi kemudian beberapa refleks mulai tampak. Pada kasus
asfiksia berat, skor Apgar yang rendah atau kerusakan saraf, refleks tertekan
atau mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk muncul.

Perkembangan syaraf janin ekstra uterin, yaitu :


a) Refleks menggenggam atau refleks Moro digunakan untuk menilai
kemampuan refleks bayi baru lahir. Bayi juga memperlihatkan
genggaman palmar yang kuat dan gerakan melangkah ritmik. Banyak
refleks yang terdapat pada neonatus akan menghilang kecuali apabila
terjadi proses patologis, yaitu refleks tersebut muncul pada masa dewasa.
b) Bayi memperlihatkan kesadaran umum akan keadaan di sekitarnya dan
bereaksi terhadap suara dan cahaya. Bayi lahir dengan jalur sensorik yang
aktif (Haith, 1996). Walaupun bayi sudah dapat melihat pada saat lahir,
terjadi perkembangan pesat kemampuan visual dalarn 6 bulan pertama.
Neonatus memperlihatkan ketajaman penglihatan yang terbatas tetapi
tampaknya berfokus pada jarak 20 cm. Sejak lahir, bayi dapat
membedakan antara kontras dan kontur serta dapat mengikuti gerakan.
Neonatus mampu mendengar dan membedakan suara, terutama yang
berfrekuensi rendah sampai sedang. Penelitian membuktikan bahwa
neonatus dapat mengenal suara ibu mereka dan lebih menyukai intonasi
ritmik mengalun seperti menyanyi (DeCasper & Fifer, 1980) Neonatus
terbuai oleh suara ritmik bernapas, denyut jantung, dan peristaltik usus,
yang mereka dengar, misalnya, selagi digendong. Bayi tampak terfokus
pada rangsang visual dan tampaknya mengolah informasi sensorik.
c) Penelitian membuktikan bahwa neonatus dapat mengenali bau ASI.
Mereka dapat membedakan rasa dan tampaknya lebih menyukai rasa
manis.

10
d) Pada keadaan terjaga aktif, kecepatan pernapasan meningkat den ireguler.
e) Terjadi perubahan warna kulit, banyak aktivitas, dan bayi
memperlihatkan peningkatan kepekaan terhadap rangsangan., Menangis
adalah cara berkomunikasi yang biasanya merupakan respons terhadap
rangsangan yang tidak menyenangkan. Biasanya neonatus menutup mata
mereka, menyeringai, dan mengeluarkan suara.Namun, bayi prematur
mungkin tidak mampu membuat keributan.
Dahulu pernah dianggap bahwa tingkat mielinisasi yang belum
sempurna dan tidak adanya pengalaman menyebabkan neonatus tidak dapat
merasakan nyeri. Persyaratan anatomis dan fungsional untuk merasakan nyeri
sudah berkembang sejak awal dan neonatus memperlihatkan respons fisiologis
setupa dengan orang dewasa (Porter, 1989). Pengeluaran katekolamin dan
kortisol meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan berubah, laju
metabolisms dan konsumsi oksigen meningkat, dan kadar glukosa darah
meningkat. Kecepatan penyaluran rangsang mungkin lebih lambat tetapi jarak
antara reseptor nyeri dan otak yang lebih pendek mengompensasi hal tersebut.
Penilaian nyeri mungkin sulit dilakukan karena nyeri dapat diekspresikan
secara berbeda; ekspresi wajah dapat digunakan, tetapi sebagian bayi
cenderung menarik diri dan meningkatkan kepasifan dan pola tidur sebagai
respons terhadap nyeri.

2.3 Traktus Digestivus

Pada kehamilan enam bulan, alat pencernaan ini telah cukup terbentuk
dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup banyak,
sehingga dengan demikian janin membantu pula dalam perputaran air ketuban.
Absorbsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh traktus digestivus. Bahwa
janin menelan air ketuban, dapat dibuktikan dengan adanya lanugo, verniks
kaseosa 5 dimekonium setelah bayi dilahirkan.

Warna hijau tua mekonium disebabkan oleh pemecahan bilirubin.


Marconium dapat keluar per anum bila timbul hipoksia berat, sehingga usus-
usus mengadakan peristaltik, sedangkan muskulus sfingter ani dalam keadaan

11
lumpuh. Dengan demikian mekonium mencampuri likuor amnii, yang
kemudian berwarna kehijau-hijauan. Juga bila ada tekanan di dalam uterus
yang meningkat hingga menekan isi abdomen janin, umpamanya pada janin
dalam letak sungsang, mekonilum secara mekanik keluar dari anus. Juga obat
yang meningkatkan mekanisme peristaltik pada ibu, dapat pula melalui
plasenta dan memberi akibat yang sama pada janin.
Pada umumnya janin menelan rata-rata 450 ml air ketuban setiap
harinya. Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan dalam
hemopoesis. Pula dalam metabolisme hidrat arang mulai berperan. Glikogen
mulai disimpan dalam hati, yang pada akhir triwulan makin meningkat.
Sesudah bayi dilahirkan, simpanan glikogen ini cepat terpakai. Vitamin A dan
D disimpan juga dalam hati.
Bahwa hepar janin masih imatur dalam fungsinya selama dalam
kandungan dan pula sesudah dilahirkan, dinyatakan oleh ketidakmampuan-
nya untuk meniadakan bekas penghancuran darah dari peredaran darah,
plasenta dan hati ibu menyelesaikan ini. Akan tetapi, sebagian kecil bilirubin
diolah oleh hepar janin dan disalurkan ke usus melalui saluran empedu dimana
dialami oksidasi dijadikan biliverdin. Pigmen inilah yang membuat warna
mekonium kehijau-hijauan.
Pada umumnya plasenta dapat meniadakan dengan cepat bekas-bekas
metabolisme bilirubin. Akan tetapi pada keadaan dimana hemadisit darah
terlalu cepat, umpamanya dalam hal eritroblastosis fetalis, mekanisme di
plasenta tidak dapat mengetahuinya.
Akan timbul hiperbilirubinemia dengan pigmen yang akibatnya dapat
ditemukan di dalam air ketuban. Adanya pigmen tersebut dalam likuor amnii
dipakai untuk membuat diagnosis dan mengadakan penilaian mengenai
kehamilan demikian itu imaturitas hepar yang menyangkut fungsinya dalam
sistem enzim ialah mengenai kekurangan enzim glukorunil transferase, yang
terjadi hingga dalam masa neonatus dan dalam waktu yang berbeda-beda.

Terutama ini terjadi pada bayi prematur yang tidak mudah meniadakan
hasil 6 pengolahan hemoglobin melalui heparnya. Timbulnya ikterus
neonatorum dalam hal ini agaknya disebabkan oleh hal tersebut di atas.

12
Pankreas telah mulai berfungsi meskipun amat terbatas. Insulin telah dapat
ditemukan pada kehamilan 13 minggu dan produksinya meningkat dengan
tuanya kehamilan. Pada ibu dengan diabetes mellitus tampak adanya hipertrofi
sel-sel longerhons. Akan tetapi, bukti bahwa insulin janin membantu ibunya
dalam hal diabetes melitus belum ada.

2.4 Kelenjar Endokrin


2.4.1. Sistem Endokrin Intra Uterin

Kelenjar –kelenjar endokrin pada intra uterin belum bisa berfungsi


secara maksimal karena pembentukan belum sempurna dan masih
mendapatkan bantuan dari plasenta dan kelenjar endokrin ibunya.
Pembentukan kelenjar-kelenjar endokrin dimulai dari trimester I.
Kelenjar-kelenjar endokrin pada ekstra uterin sudah bisa berfungsi
secara maksimal karena pembentukannya juga sudah muali sempurna
jadi neonatus sudah tidak mendapatkan bantuan dari plasenta dan
kelenjar endokrin ibunya.

2.4.2. Sistem Endokrin Ekstra Uterin

Sistem endokrin pada neonatus ekstra uterin jelas berbeda daripada


ketika berada dalam kandungan. Ketika janin berada dalam kandungan
maka masih mendapatkan segala kebutuhannya dari ibu melalui
plasenta meskipun dalam perkembangan di dalam kandungan mulai
terbentuk organ-organ bagi aktivitas hidup.

Namun, organ-organ tersebut, misalnya system endokrin masih


belum sempurna sempurna untuk dapat hidup mandiri. Setelah janin
lahir barulah system endokrin dapat bekerja sehingga bayi dapat hidup
diluar rahim ibunya kerena hilangnya ketergantungan dari plasenta dan
ibu.

13
Setelah lahir ada beberapa kelenjar yang mengalami adaptasi agar
mampu bekerja misalnya :

a) Kelenjar Tiroid
Segera setelah lahir, kelenjar tiroid mngalami perubahan-
perubahan besar funsi dan metabolisnya. Pendinginan atmosfer
membangkitkan peningkatan mendadak dan jelas sekresi
tirotropsin, yang selanjutnya menyebabkan peningkatan progresif
kadar tiroksin serum maksimal 24-26 minggu setelah lahir. Ada
peningkatan kadar tryiyodotironin serum yang terjadi hampir
bersamaan.
b) Kelenjar Timus
Pada bayi baru lahir ukurannya masih sangat kecil dan beratnya
kira-kira 10 gram atau sedikit ukurannya ertambah dan pada masa
remaja beratnya meningkat 30-40 gram kemudian mengerut lagi.

14
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Perkembangan pesat dalam tubuh janin pada awal bulan ke-7 terjadi pada
sistem saraf pusatnya, terutama pada otaknya. Bagian otak yang mengalami
perkembangan paling pesat adalah otak yang mengelola proses penyampaian
informasi kepada organ pendengaran serta organ penglihatan.
Setelah lahir, susunan saraf mengalami perkembangan pesat sebagai
respons terhadap peningkatan input sensorik. Refleks mungkin sedikit tertekan
pada 24 jam pertama, terutama apabila terjadi penyaluran transplasenta analgesia
narkotik, tetapi kemudian beberapa refleks mulai tampak.

3.2. Saran
Dengan dapat mengetahui dan mempelajari tentang perkembangan dan
persiapan neonatus dari intra ke ekstra uterin yang berhubungan dengan urat syraf
maka pembaca dapat melakukan hal-hal yang membuat persyarafan janin baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rachimhadhi triatmojo,(2007).ilmu kebidanan. Jakarta : yayasan bina pustaka


sarwono prawirohardjo
Rustam mochtar, (1998), sinopsin obstetri. Jakarta : EGC
Buku ajar Neonatus, bayi dan balita/Dwi Maryanti,S.SIT, Sujianti, SST, Tri Budianto,
SST, Jakarta ; Tim, 2011
Asuhan neonatus bayi dan balita/Aibyeyeh Rukiyah, S. Si.T, lia Yulianti, Am. Keb,
MKM, ; Jakarta: Tim, 2010
Prawirohardjo Sarwono, Ilmu Kebidanan. 2010. YBP-SP. Jakarta
https://aryaniandilambere.wordpress.com/2013/06/18/makalah-biologi-reproduksi

http://ilmu-pasti-pengungkap-
kebenaran.blogspot.com/2011/12/makalahperkembangan-dan-persiapan.html

16

Anda mungkin juga menyukai