Kajian Vitalitas Bahasa Gayo
Kajian Vitalitas Bahasa Gayo
Zainun
Wati Kurniawati
ii
MENAKAR VITALITAS BAHASA GAYO
Penulis:
Iskandar Syahputera
Zainun
Wati Kurniawati
Penyunting:
Muhammad Muis
Safrizal
Riki Fernando
ISBN: 978-979-18683-7-2
Desain Sampul dan Tata Letak
Adnan Anggita Nasution
Sabrun Jamil Tanjung
Penerbit:
Balai Bahasa Aceh
Jalan. T. Panglima Nyak Makam No.21, Lampineung,
Kec. Kuta Alam, Kota Banda Aceh, Aceh 24415
Telepon: (0651) 7551056
Faksimile: (0651) 7551687
Pos-el: balaibahasaaceh@kemdikbud.go.id
Anggota IKAPI NO.: 013/DIA/2013
iii
KATA PENGANTAR
KEPALA BALAI BAHAS ACEH
Balai Bahasa Aceh adalah salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbud, Jakarta.
Lembaga pemerintah ini diberi otoritas untuk melaksananakan
pembinaan, pengembangan, dan pelindungan bahasa dan sastra
Indonesia di wilayah Provinsi Aceh. Selain itu, lembaga ilmiah ini juga
melaksanakan konservasi dan revitalitasi bahasa dan sastra daerah yang
berkoordinasi dengan pemerintah daerah di Provinsi Aceh. Perlu
dinyatakan bahwa sejatinya, secara spesifik, penanganan masalah
bahasa dan sastra daerah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
setempat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang RI No. 24
Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan (lihat pasal 42). Akan tetapi, hal itu tidak memperlihatkan
komitmen dan tanggung jawab yang besar terhadap bahasa dan sastra
daerah setempat. Justru Undang-Undang No. 24 itu pada hakikatnya
mengimplisitkan bahwa relasi, komunikasi, dan kolaborasi yang baik
antara lembaga kebahasaan resmi di daerah dan pemerintah daerah
merupakan sesuatu yang niscaya.
Dalam konteks itu, salah satu kegiatan Balai Bahasa Aceh
dalam rangka pengembangan, pembinaan, dan pelindungan, serta
konservasi dan revitalisasi bahasa dan sastra Indonesia (dan daerah)
adalah menerbitkan buku yang bertalian dengan ihwal kebahasaan dan
kesastraan, terutama hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai
Bahasa Aceh.
Sidang pembaca yang budiman, buku yang ada di tangan Anda
ini adalah hasil penelitian kebahasaan yang dilakukan oleh para peneliti
Balai Bahasa Aceh pada tahun 2019. Buku penelitian yang berjudul
Menakar Vitalitas Bahasa Gayo ini berisi penelitian yang berfokus pada
iv
kajian bahasa. Bahasa yang menjadi fokus penelitian pada penelitian
tersebut adalah bahasa Gayo yang tersebar di dua daerah yang berbeda,
yaitu Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Selatan. Versi
cetak ini adalah versi yang telah direvisi, yang telah disesuaikan dengan
masukan tim narasumber atau pembahas.
Hasil penelitian ini telah diseminarkan di Balai Bahasa Aceh
pada tanggal 25 November 2019, dengan menghadirkan tiga
narasumber atau pembahas, yaitu Drs. Muhammad Muis, Prof. Dr.
Gufran Ali Ibrahim, dam Dr. Rajab Bahri, M.Pd. Selanjutnya, kegiatan
seminar hasil penelitian tersebut diikuti oleh para akademisi, peneliti,
mahasiswa, Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Gayo di Banda Aceh,
staf Balai Bahasa Aceh, staf BPCB, staf BPNB, dan staf PAUD Dikmas
Aceh.
Harapan kami, terbitan ini bermanfaat guna menambah
kelengkapan pustaka kebahasaan dan kesastraan. Khusus bagi
Pemerintah Provinsi Aceh dan pemerintah kabupaten/kota di Aceh,
hasil penelitian Balai Bahasa Aceh ini kiranya dapat juga menjadi salah
satu bahan masukan untuk menentukan arah kebijakan pananganan
bahasa dan sastra Aceh yang ada di Provinsi Aceh. Pemerkayaan bahan
pustaka kebahasaan dan kesastraan ini diharapkan ikut andil dan
bermaslahat untuk pencerdasan bangsa ini, terlebih -lebih dalam
semangat Gerakan Literasi Nasional (GLN).
Pada sisi lain, penerbitan tulisan ini juga memberikan sinyal
bahwa Balai Bahasa Aceh mempunyai komitmen yang kuat dan
memberikan perhatian khusus terhadap pembinaan, pengembangan,
pelindungan, serta revitalisasi bahasa Indonesia dan daerah, teristimewa
di Provinsi Aceh.
Ucapan tahniah dan terima kasih yang tulus saya sampaikan
kepada para peneliti dan staf Balai Bahasa Aceh yang mengelola
penerbitan ini, yang memperoleh bentuknya seperti yang ada di
hadapan Anda ini. Semoga ikhtiar ikhlas seperti ini untuk pemajuan
bahasa dan sastra Indonesia dan daerah, khususnya di Provinsi Aceh,
terus dapat dilakukan pada masa akan mendatang.
Pepatah bertuah orang tua-tua kita bertulis: “Tiada mawar yang
tanpa duri; Tiada gading yang tak retak.” Saya tahu pasti bahwa peneliti
dan tim penerbitan ini sudah bekerja maksimal. Walaupun demikian,
saya yakin bahwa karya ini masih tetap terdapat kekurangan. Oleh
v
karena itu, kami dengan senang hati menerima tegur sapa yang
konstruktif dan Sidang Pembaca.
Semoga Allah swt. mencatat usaha kecil Balai Bahasa Aceh ini
sebagai alam ibadah, amal saleh, dan amal jariah. Akhirukalam, semoga
buku ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Muhammad Muis
vi
PRAKATA
Puji dan syukur, penulis ucapkan atas kehadirat Allah swt. karena atas
kehadirat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penelitian satu buku
yang ada di tangan Anda saat ini. Buku yang berjudul Menakar
Vitalitas Bahasa Gayo ini penulis susun bersama tim yang dibentuk
oleh Balai Bahasa Aceh tahun anggaran 2019.
Hasil penelitian ini merupakan bentuk pembaharu penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dengan
terbitnya penelitian ini dalam bentuk buku, penulis berharap dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian berikutnya. Di
sisi lain, penelitian ini juga menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah
baik itu pemerintah Provinsi Aceh maupun pemerintah Kabupaten
Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Selatan dalam pemertahanan bahasa
Gayo yang ada di dua daerah tersebut.
Buku yang ada di tangan Anda tidak akan terbit jika tidak
didukung oleh berbagai pihak. Oleh kerena itu, dalam kesempatan ini,
penulis menghaturkan ucapan terima kasih kepada.
1) Drs. Muhammad Muis, M.Hum., selaku Kepala Balai Bahasa Aceh
sekaligus pembimbing penelitian ini;
2) Agus Priatna, S.E.,Ak., selaku kepala Subbagian Umum Tata Usaha
Balai Bahasa Aceh;
3) Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S., selaku penguji 1;
4) Dr. Rajab Bahry, M.Pd., selaku penguji 2;
vii
5) Saudara Safrizal, S.Pd.,M.Hum., Riki Fernando, S.S., Adna Anggita
Nasution, S.S., Sabrun Jamil Tanjung, S.S., selaku pembantu
peneliti;
6) Segenap pegawai Balai Bahasa Aceh;
7) Teman-teman informan di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten
Bener Meriah, khususnya yang terlibat dalam membantu proses
pengumpulan data.
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan
balasan terbaik kepada semua pihak atas segala kebaikan yang
diberikan. Semoga buku ini memberikan manfaat dalam pengembangan
ilmu, khususnya dalam bidang bahasa.
Tim Penulis
viii
DAFTAR ISI
I. PEDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 2
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 2
1.5 Sistematika Penyajian Laporan .............................................. 2
ix
4.2 Pembahasan ........................................................................... 44
4.2.1 Gabungan Data Responden Aceh Tengah dan Bener Meriah
................................................................................................ 44
4.2.2 Gabungan Data Narasumber Aceh Tengah dan Bener Meriah
................................................................................................ 55
V. PENUTUP ............................................................................... 67
5.1 Simpulan ............................................................................... 67
5.2 Saran/Rekomendasi ............................................................... 68
x
Menakar Vitalitas Bahasa Gayo 1
PENDAHULUAN
TINJAUAN TEORETIS
Pada tahap yang lebih lanjut, kriteria yang disusun Lewis dan
Simons (2009) dianggap masih belum memadai juga untuk penilaian
global yang komprehensif tentang keadaan bahasa dunia, sehingga
Dwyer (2011) untuk Bahasa yang Terancam Punah melakukan
modifikasi kriteria lagi dan merumuskan sembilan faktor penakar
vitalitas bahasa secara lebih detail. Berikut sembilan (9) faktor penakar
vitalitas Bahasa yang dirumuskan oleh Dwyer (2011):
METODE PENELITIAN
Populasi
Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Tengah#Demografi
9. Kecamatan Celala
10. Kecamatan Laut Tawar
11. Kecamatan Atu Lintang
12. Kecamatan Jagong Jeget
13. Kecamatan Bies
14. Kecamatan Rusip Antara
Pada tahun 2019 ini Tim pemetaan Balai Bahasa Aceh melakukan
verifikasi data pemetaan pada dua kecamatan di kabupaten Aceh
Tengah, yaitu pada Kecamatan Laut Tawar di desa dan Kecamatan
Bebesen.
Sumber:
https://www.google.com/search?safe=strict&ei=aRNFXa-VKvXZz7sPoa-k-AQ&q=p
eta+dan+koordinat+kecamatan+Laut+Tawar+Kabupaten+Aceh+Tengah
Sumber:
https://www.google.com/peta+dan+koordinat+kecamatan+Bebesen+Kabupaten+Aceh
+Tengah
Sumber :
https://www.google.com/peta+dan+koordinat+kabupaten+Bener+Meriah
Sumber:
https://www.googl
e.com/peta+dan+k
oordinat+kecamata
n+Bandar+Kabupa
ten+Bener+Meriah
Bukit Wih Ilang, Gele Semayang, Gunung Antara, Hakim Wih Ilang,
Jadi Sepakat, Janarata, Kala Nempan, Keramat Jaya, Lewajadi,
Makmur Sentosa, Mutiara, Muyang Kute Mangku, Purwosari, Pakat
Jeroh, Paya Baning, Paya Ringkel, Pondok Baru, Pondok Gajah,
Pondok Ulung, Puja Mulia, Remang Ketike Jaya, Selamat Rejo,
Selisih Mara, Sidodadi, Simpang Utama, Suku Wih Ilang, Tanjung
Pura, Tansaran Bidin, Tawar Sedenge, dan desa Wonosari. Sementara
kecamatan Bandar terletak pada koordinat 4.7034° Lintang Utara, dan
96.9531° Bujur Timur.
Ber
28 Menakar Vitalitas Bahasa Gayo
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gabungan Data Responden Aceh Tengah dan Bener Meriah
Grafik 1. Gender Responden
Pada tabel 11, faktor 6 bahan untuk pendidikan Bahasa dan literasi
menunjukkan bahwa tingkatan nilai persentase validitas tertinggi
terhadap aksesibilitas bahan tertulis berada pada tingkat 4, yaitu ada
materi tertulis, hanya untuk beberapa orang dengan jumlah nilai
persentase validitas adalah 61 % atau dengan jumlah responden 61
orang. Tingkatan ini mendeskripsikan bahwa terdapat bahan tertulis di
sekolah yang selanjutnya anak-anak dapat mengembangkan
kemampuan baca tulis dalam Bahasa Gayo. Sementara dalam
administrasi, penggunaan Bahasa gayo tidak digunakan di sekolah.
52 Menakar Vitalitas Bahasa Gayo
Mengacu pada tabel di atas, faktor 4 tren ranah bahasa yang ada
berada pada level keseimbangan multimedia yang ditunjukkan dengan
jumlah persentase validitas 72 % atau dengan jumlah responden 13
orang. Hal ini menunjukkan bahwa dua atau lebih bahasa dapat
digunakan di sebagian besar ranah sosial dan untuk sebagian besar
fungsi. Nilai persentase validitas tertinggi berikutnya adalah 22,2 %
yang menduduki level wilayah yang menyusut, yang menggambarkan
bahwa bahasa Gayo digunakan di wilayah rumah dan untuk banyak
fungsi, tetapi bahasa yang dominan mulai memasuki wilayah rumah.
Pada tabel di atas, faktor 6 bahan untuk pendidikan bahasa & lierasi
berada pada level ada materi tertulis, hanyauntuk beberapa orang
dengan jumlah nilai persentase validitas 44,4 % atau dengan jumlah
responden 8 orang. Hal ini menunjukkan bahwa ada materi tertulis,
tetapi mungkin hanya berguna untuk beberapa anggota masyarakat;
dan bagi yang lain, materi itu mungkin memiliki makna simbolis
(sebagai lambang). Dalam hal tersebut, pendidikan literasi (baca tulis)
dalam bahasa Gayo bukan bagian kurikulum.
\
66 Menakar Vitalitas Bahasa Gayo
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan gabungan hasil pengolahan data pada Kabupaten
Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah, didapatkan rata-rata
tingkat vitalitas bahasa Gayo per faktor penakar vitalitas bahasa
menurut Dwyer (2011) sebagai berikut: (1) faktor pemindahan bahasa
antargenerasi adalah 4 (rentan), (2) faktor jumlah penutur mutlak
adalah 4 (rentan), (3) faktor perbandingan penutur dalam total populasi
adalah 4 (rentan), (4) faktor tren wilayah bahasa yang ada adalah 4
(rentan), (5) faktor tanggapan terhadap wilayah dan media baru adalah
2 (terancam punah), (6) Faktor bahan untuk pendidikan bahasa dan
literasi (baca tulis) adalah 2 (terancam punah), (7) faktor sikap dan
kebijakan pemerintah dan lembaga bahasa, termasuk status dan
penggunaan resmi adalah 5 (aman), (8) faktor sikap anggota
masyarakat terhadap bahasa mereka sendiri adalah 4 (rentan), dan (9)
faktor jumlah dan kualitas dokumentasi adalah 4 (rentan).
Jika semua rata-rata tingkat vitalitas bahasa Gayo dari
sembilan faktor penakar vitalitas bahasa sesuai dengan rumusan
Dwyer (2011) di atas dijumlahkan, lalu dirata-ratakan, maka
didapatkan hasil perhitungan 3,55 (dibulatkan menjadi 4). Maka,
berdasarkan hasil rata-rata semua tingkat faktor penakar vitalitas
tersebut, dapat disimpulkan bahwa vitalitas bahasa Gayo berada pada
tingkatan 4 (rentan). Hasil perhitungan ini tak jauh berbeda dengan
hasil perhitungan pada data narasumber selaku data pembanding, yaitu
rata-rata 3,66 atau dibulatkan menjadi 4/rentan. Kesimpulan ini telah
menjawab pertanyaan penelitian pada rumusan masalah, yaitu apa
status vitalitas bahasa Gayo.
Sesuai dengan temuan pada penelitian ini, dapat dilihat bahwa
terdapat perbedaan antara temuan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh SIL. Penelitian ini menunjukkan
bahwa tingkat status vitalitas bahasa Gayo berada pada tingkat 4
(rentan), sementara penelitian yang dilakukan oleh SIL menunjukkan
bahwa tingkat status vitalitas bahasa Gayo berada pada tingkat 6b
(terancam punah). Akan tetapi, hal ini bisa saja terjadi mengingat
kemungkinan penggunaan pendekatan atau metodologi penelitian
yang berbeda dalam melakukan penelitian vitalitas bahasa Gayo ini.
68 Menakar Vitalitas Bahasa Gayo
5.2 Rekomendasi
Berdasarkan temuan dari penelitian ini maka dapatlah
dirumuskan beberapa rekomendasi berikut ini. (1) Bagi pemerintah,
diharapkan pemerintah daerah dapat mewujudkan kebijakan
pelestarian bahasa daerah dalam peraturan daerah. Selain itu,
diharapkan bagi pemerintah daerah untuk mengembangkan kurikulum
atau muatan lokal bahasa Gayo, khususnya di pemerintahan
Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah. (2) Bagi
peneliti, dengan adanya perbedaan temuan antara penelitian ini dengan
penelitian sebelumnya, maka hal ini dapat menjadi pertimbangan atau
rujukan bagi penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Brenzinger, M., Akira Y., Noriko A., Dimitri, K., Anahit, M., Arienne
D., Colette, G., Michael, K., Osahito, M., Osamu, S., Rieks,
S., and Ofelia, Z. 2003. Language vitality and Endangerment.
Paris: UNESCO Expert Meeting on Safeguarding Endangered
Languages.
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Gayo
https://www.ethnologue.com/endangered-languages